• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.6 Pola Hubungan Setting-Perilaku pada Proses Terbentuknya Setting Banyak pakar ilmu arsitektur/psikologi lingkungan yang menyetujui bahwa

4.6.3 Perilaku yang Melanggar Setting

Kecenderungan pola hubungan yang ketiga adalah perilaku yang melanggar setting. Pada fenomena ini, kegiatan dilakukan bertentangan dengan peraturan yang berlaku pada setting. Ada dua jenis perilaku yang melanggar setting pada penelitian ini yaitu perilaku dalam areal yang dilarang dan perilaku yang membentuk setting yang mengganggu fungsi setting utama.

4.6.3.1 Perilaku dalam setting yang dilarang

Fenomena ini merupakan perilaku yang melanggar fungsi utama setting.

Fenomena ini terjadi pada objek 3 pada setting C tahap 2 dimana terdapat kegiatan memancing dan pedagang yang memasuki ruang yang dilarang untuk umum.

Gambar 4.67 Diagram perilaku dalam setting yang dilarang

Perencanaan tambahan pada setting dengan beberapa kegiatan yang muncul didalamnya Perencanaan awal pada setting

melarang akses publik (berbahaya) Perilaku memasuki setting terlarang

(2: memancing 3b : pedagang keliling

T1 T2 N

3b 2

n

4.6.3.2 Perilaku yang membentuk setting yang mengganggu fungsi setting utama Fenomena ini merupakan perilaku yang membentuk setting yang mengganggu fungsi setting utama. Fungsi utama setting pada objek yang berupa areal tepi sungai yaitu operasional pengendalian air sungai dan kegiatan pembersihan rutin.

Fenomena ini terjadi pada objek 2 yaitu pada setting C tahap 3.

Gambar 4.68 Diagram perilaku yang membentuk setting yang mengganggu fungsi setting utama 4.7 Analisis Tipologi dalam Proses Terbentuknya Setting (Tema Temuan)

Adapun dalam penjabaran proses terbentuknya setting akan menggunakan skema dengan tahapannya. Dalam penjabaran tahapan tersebut terdapat komponen penyusun yang menggunakan beberapa tipologi yang kemudian diidentifikasi sebagai berikut.

4.7.1 Elemen Penyusun Lanskap

Berbagai elemen fisik yang ada pada setting kemudian dijabarkan masing-masing dengan berlandaskan teori yang membagi elemen fisik lanskap menjadi 3 yaitu (Burton,1995) :

4.7.1.1 Bentuk permukaan bumi dalam panorama

Dalam pariwisata unsur ini menentukan ada tidaknya kenampakan alam yang dapat dijadikan sumber atraksi. Pada objek penelitian, terdapat bentuk geografis dari sungai yang terhampar luas dengan lebarnya memberikan pandangan yang Berbagai aktivitas yang muncul pada

setting menciptakan setting baru yang

menggaggu fungsi setting utama Fungsi utama pada setting yang ditambahkan aktivitas seremonial (organizational)

T1

n

TT2

9

N

menjadi daya tarik/sumber atraksi. Hal penting yang dimiliki pada sungai adalah air dapat membentuk dan mempertajam landform.

Bentang alam pada setting-setting dalam objek dapat direpresentasikan sebagai panorama. Terdapat enam panorama ditandai dengan V1, V2, V3, V4, V5 dan V6. Adapun pembagian panorama dijabarkan dalam gambar dibawah.

Gambar 4.69 Peta pembagian panorama objek 1

Pada Objek 1, V1 yaitu perairan yang cukup luas dengan latar pepohonan di sisi timur termasuk setting F. Panorama V2 memperlihatkan jembatan pintu air tampak utara. Lebar sungai yang mencapai belasan meter dan dibendungnya air sungai menyebabkan permukaan air sungai yang tinggi dan beriak teratur oleh hembusan angin.

Gambar 4.70 Panorama V1, V2 dan V3 pada objek 1 A

B

C

D

E

G F

H V1 V3

V2

V5 V4

V6

Panorama V3 melihat dari sisi timur sehingga dapat melihat setting A dan setting F sebagai pemandangan di seberang barat dengan beberapa pepohonan

yang tidak serindang sisi timur sungai. Panorama V4 adalah hamparan sisi seberang timur sungai. Panorama V5 adalah melihat dari selatan air yang terjun dari pintu air badan Tukad Badung yang mengalir ke arah hilir. Panorama V6 adalah lingkungan di seberang barat sungai berupa jalan yang agak gersang dengan deretan perumahan penduduk.

Gambar 4.71 Foto panorama V4, V5 dan V6 pada objek 1

Gambar 4.72 Peta panorama objek 2

Panorama pada objek 2 yang dapat dinikmati yaitu ada di sisi timur sungai yang dapat dibagi menjadi empat yaitu V1, V2, V3 dan V4. PanoramaV1 yaitu sisi sebelah utara sungai yang terlihat pemandangan Tukad Badung beserta keadaan lingkungan disekitarnya berupa jalan, pepohonan dan pemukiman

A B

C

V3

V2 V1

V4

penduduk. Panorama V2 meliputi lingkungan di seberang timur Tukad Badung berupa jalan tepi sungai, beberapa pepohonan dan pemukiman penduduk.

Gambar 4.73 Foto panoramabentang V1 dan V4 pada objek 2

Panorama V3 adalah sisi utara jembatan lama diatas aliran Tukad Badung.

PanoramaV4 yaitu hamparan di di sisi selatan objek yang terdapat jembatan jalan Grya Anyar yang melintasi Tukad Badung, Pura Luhur Griya Anyar di timur sungai dan jalan setapak di sisi barat sungai.

Gambar 4.74 Foto panorama V2 pada objek 2

Gambar 4.75 Foto panorama V3 pada objek 2

Bentang alam pada objek 2 merupakan salah satu faktor pengaruh untuk menarik kedatangan pengunjung. Selain bentang alam ada beberapa faktor lain yang kemudian menjadi bahan pertimbangan dari kedatangan pengunjung pada objek.

Gambar 4.76 Peta panorama pada objek 3

Panorama pada objek 3 dapat dibagi menjadi 4 yaitu V1, V2 dan V3. Pada panoramaV1 pemandangan yang ada adalah hamparan waduk di utara jembatan kontrol. Terdapat hamparan waduk yang luas dengan hijaunya pepohonan ditepinya dan langit diatasnya namun agak terganggu dengan jembatan kontrol dan tiang sutet. PanoramaV2 adalah pemandangan di selatan jembatan kontrol.

Hamparan waduk dan juga areal hijau di tepi waduk. Di sisi selatan terdapat pemandangan hutan mangrove yang sangat indah di selatan waduk muara.

Gambar 4.77 Panorama V1, V2 dan V3 pada objek 3

Panorama pada objek 3 merupakan salah satu faktor utama untuk menarik kedatangan pengunjung.

A B

c D

D

V3 V2 V1

Berdasarkan analisis pengaruh panorama pada 3 objek diatas dapat dibuat skema sebagai berikut :

Gambar 4.78 Diagram pengaruh bentang alam pada objek

Panorama menarik perhatian pengunjung yang kemudian memancing pedagang keliling untuk datang. Pedagang keliling yang berhenti pada objek ternyata juga menarik pengunjung lain yang untuk datang berbelanja.

4.7.1.2 Hewan dan vegetasi yang menempati (1) Populasi ikan

Populasi ikan merupakan gambaran banyak sedikitnya keberadaan ikan yang hidup di dalam perairan pada objek yang pada penelitian ini adalah daerah perairan Tukad Badung. Pada objek 1, populasi ikan pada setting A, setting C dan setting F dinilai sangat sedikit karena berada pada tepi sungai yang dibendung, hal

tersebut berpengaruh terhadap ketidak-adaan pemancing di sisi air sungai yang terbendung dan juga berdasarkan wawancara kepada para pemancing yang bertebaran di selatan pintu air. Pada setting B tidak terdapat ikan karena tidak berada di tepi sungai. Pada setting D dan setting G terdapat populasi ikan dengan jumlah sedang karena dekat dengan air terjun dari pintu air. Pada setting E dan setting H di sisi selatan terdapat populasi ikan yang tertinggi.

Panorama Pengunjung

Pedagang Keliling Pedagang Menetap

Gambar 4.79 Pemetaan populasi ikan pada objek 1

Populasi ikan berpengaruh terhadap keberadaan pemancing dimana populasi ikan yang tinggi pada setting D, E, G dan H juga meningkatkan keberadaan pemancing (tabel aktivitas).

Pada objek 2 setting A, setting B, setting C, populasi ikan bisa dibilang cukup merata. Pada objek ini tidak terdapat bendungan yang mempengaruhi perbedaan kuat arus air sungai. Aliran pada sungai yang tidak dibendung menjadi tenang dan merata hingga mencapai waduk muara di selatan. Pada objek juga rutin dilakukan penebaran benih ikan oleh pemerintah untuk menarik pemancing.

Gambar 4.80 Peta Populasi ikan Pada Objek 2 A

B

C

D

E

G F

H

A B

C

Pada objek 3, populasi ikan terdapat merata pada setting A, setting B, setting C dan setting D. Populasi ikan yang merata ditunjukkan dengan keberadaan pemancing yang merata mengelilingi waduk muara.

Gambar 4.81 Peta Populasi ikan Pada Objek 3

Dari penelusuran populasi ikan pada ketiga objek, dinyatakan berpengaruh terhadap keberadaan pemancing yang kemudian mempengaruhi keberadaan pengunjung dan keberadaan pedagang (keliling).

Gambar 4.82 Diagram pengaruh populasi ikan pada objek

Populasi ikan merupakan alasan utama keberadaan pemancing pada objek yang kemudian menarik pengunjung. Adapun pedagang keliling datang karena keberadaan pemancing dan juga pengunjung.

A B

c D

D

Populasi ikan Keberadaan pemancing

Pengunjung

Pedagang Keliling

Pedagang tetap

(2) Vegetasi

Vegetasi merupakan berbagai tanaman yang tumbuh pada objek yang terdiri dari tanaman hias dan pohon perindang. Pohon perindang ada objek 1 setting A, setting C, setting D dan setting F terbilang sedang karena tanaman hias telah ditata

tidak terlalu mementingkan kerindangan dari pohon. Pada setting B terdapat sebuah pohon mangga yang sangat besar dan merindangi areal dibawahnya. Pada setting E dan setting H sama sekali tidak terdapat pepohonan karena berada dalam

areal bangunan air berupa perkerasan beton. Areal setting G teduh oleh deretan pohon perindang jalan yang berada di tepi sungai.

Pohon perindang berpengaruh terhadap keberadaan pedagang kaki lima yang tetap/tidak berkeliling. Hal tersebut didukung dengan keberadaan warung rujak pada setting B, pedagang minuman dan mi ayam bakso di setting D, serta pedagang bakso di setting G yang ketiganya berada pada areal yang Pohon perindang.

Gambar 4.83 Pemetaan pohon perindang dan bangunan peneduh pada objek 1

Pada objek 2 setting A terdapat sebuah pohon besar yang merindangi areal dibawahnya, sedangkan pada setting B tidak ada pohon yang merindangi karena

A

B

C

D

E

G F

H

hanya ada rerumputan dan tanaman hias berupa pohon jepun yang tidak meneduhkan. Pada setting C terdapat beberapa pohon perindang jalan yang berjajar di sepanjang sisi barat jalan inspeksi namun tidak ada di sisi timur yang bersisian dengan Tukad Badung.

Pohon perindang pada objek 2 memicu munculnya keberadaan pedagang kaki lima yang menetap kemudian menarik semakin banyak pengunjung yang datang.

Pengunjung yang semakin banyak mengundang keberadaan pedagang keliling untuk datang dan berhenti berjualan beberapa saat. Pohon perindang juga secara langsung mengundang pengunjung mendatangi objek.

Gambar 4.84 Pemetaan pohon perindang dan bangunan peneduh pada objek 2

Pada objek 3, pepohonan yang rindang banyak terdapat di luar objek berupa pepohonan bakau di hutan mangrove selatan. Adapun beberapa pepohonan yang ada didalam yaitu pohon palem pada setting A yang merupakan hasil penataan pemerintah. Pada setting C terdapat pohon perindang di dekat areal pengelola pintu air waduk muara.

A B

C

Gambar 4.85 Foto pemetaan pohon perindang dan bangunan peneduh pada objek 3 Pedagang menetap ternyata lebih mempertimbangkan pohon perindang dan tidak terlalu mempertimbangkan panorama dan keberadaan pengunjung.

Gambar 4.86 Diagram pengaruh Pohon perindang pada objek

Elemen bentang alam, populasi ikan dan vegetasi berimplikasi terhadap kedatangan berbagai civitas. Adapun diagram gabungan ketiganya yaitu sebagai berikut.

A B

c D

D

Vegetasi perindang Pedagang Menetap Pengunjung

Pedagang Keliling

Gambar 4.87 Diagram pengaruh Panorama, ikan dan vegetasi pada objek 4.7.1.3 Penggunaan lahan

Terdapat dua jenis penggunaan lahan yang mengalami fenomena pemanfaatan menjadi wadah aktivitas rekreasi. Pertama adalah lahan terencana dan tertata baik berfungsi untuk operasional sungai maupun untuk rekreasi. Kedua, ruang sisa yang terbentuk diantara ruang-ruang yang tertata atau bisa dikatakan sebagai ruang yang tidak / belum tertata dan juga ruang yang terbengkalai.

Gambar 4.88 Peta penggunaan lahan pada objek 1

Pada objek 1 areal yang terencana sebagai fungsi utama terdapat pada setting D, E dan H. Areal terencana pada setting D yaitu pada areal sekitar bangunan pengelola dan juga batas pinggiran sandaran sungai. Pada setting E terdapat

Vegetasi Perindang

Pengunjung

Pedagang Keliling

Pedagang Menetap

Areal Terencana:

Fasilitas utama

Fasilitas tambahan (rekreasi) Areal Tak terencana:

ruang sisa ruang terbengkalai

A

B

C

D

E

G F

H

fasilitas yang terecana berupa jembatan serta perlengkapan pintu air yang dibangun untuk mengontrol debit air sungai. Fasilitas terencana lainnya yaitu pada setting H berupa sandaran sungai yang dibuat untuk menahan areal di sekitar

tepian sungai agar tidak longsor ke bawah.

Areal terencana sebagai fungsi rekreasi terdapat pada setting A, C dan F.

Setting A berupa suatu areal yang tertata yang terdiri dari sebuah bale bengong,

dermaga dan taman yang tertata dengan beberapa tanaman hias. Setting A terbentuk atas prakarsa pemerintah kota Denpasar yang mengupayakan adanya sebuah daya tarik wisata tirta pada objek 1. Setting C yaitu dua buah bale bengong dengan areal sekitarnya berupa taman yang tertata dengan baik. Setting ini dibuat juga oleh pemerintah Kota Denpasar dalam rangka menghidupkan kembali daya tarik wisata tirta yang sempat mati beberapa saat karena ditutupnya jalan oleh proyek sodetan sungai. Setting F yaitu berupa jalan pemukiman di tepi sungai hingga tembus ke Jalan Imam Bonjol di utara. Jalan ditata dengan menggunakan perkerasan paving. Batas atas sandaran sungai juga ditata dengan membuat planterbox yang ditanami dengan tanaman hias serta tempat untuk duduk-duduk.

Areal tak terencana pada ruang sisa objek 1 yaitu terdapat pada setting B, D dan G. Setting B berupa warung rujak yang berdiri diatas areal sisa berupa tanah kosong dengan sebuah pelinggih yang diapit Jalan Dam dengan gang pemukiman.

Setting D adalah areal sisa di antara Jalan Pulau dengan dinding pembatas areal

pengelola yang dimanfaatkan pedagang minuman, pedagang mi ayam bakso serta pedagang-pedagang keliling yang singgah beberapa saat. Setting G memiliki kesamaan dengan setting D yaitu sisa dari ruang antara jalan dengan dinding

pembatas areal pintu air. Setting G ditempati oleh pedagang bakso yang berjualan menetap sepanjang hari. Pedagang keliling juga kadang berhenti pada setting untuk berjualan.

Pada objek 2, fasilitas terencana berupa kanalisasi Tukad Badung terdapat pada setting B dan C. Dibuatnya kanalisasi direncanakan untuk memperlancar aliran air dan mempermudah pembersihan rutin. Pemanfaatan setting disekitar jembatan lama (setting A) oleh pengunjung, pemancing dan beberapa pedagang merupakan pemanfaatan fasilitas yang tak terencana pada ruang sisa. Para pedagang di setting B juga berdagang pada ruang sisa antara jalan taman pancing dengan pinggiran sungai. Areal yang terbengkalai yaitu pada setting A dimana jembatan lama yang sudah tidak digunakan menjadi setting kegiatan rekreasi.

Pada setting C, terdapat berbagai aktivitas rekreasi yang dilakukan pada fasilitas utama. Aktivitas tersebut beberapa hingga melakukan modifikasi terhadap setting.

Areal kanalisasi dibatasi, diberi pagar, dijadikan tempat memelihara hewan ternak, dibangun gazebo untuk kepentingan komersil hingga dibangun ramp untuk memudahkan akses kendaraan turun dan dijadikan tempat parkir. Pada saat-saat tertentu juga dimanfaatkan untuk tempat diadakan hajatan oleh masyarakat sekitar seperti pernikahan, sunatan, mesangi dan sebagainya.

Gambar 4.89 Peta penggunaan lahan pada objek 2

Pada objek 3, fasilitas terencana untuk fungsi utama sebagai waduk pada sepanjang tepi perairan (setting D). Pada setting B terdapat beberapa bangunan air yaitu jembatan kontrol dan juga garasi alat berat. Fasilitas terencana lain yaitu pada setting C yaitu areal pintu air waduk muara. Fasilitas yang terencana untuk fungsi rekreasi pada objek 3 yaitu penataan elemen street furniture pada setting A berupa bale untuk retribusi parkir, bangku-bangku beton, lampu taman, pohon peneduh dan penataan taman. Pada setting B terdapat warung yang pengelolaan diserahkan kepada staff operator alat berat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup keluarganya. Sama halnya dengan setting C dimana pemerintah membangun sebuah warung untuk dikelola oleh pegawai pengelola pintu air waduk muara. keberadaaan kedua warung tersebut memang menyasar pengunjung yang mendatangi waduk.

A B

C Areal Terencana :

Fasilitas utama

Fasilitas tambahan (rekreasi) Areal Tak terencana : Ruang sisa

Ruang terbengkalai

Gambar 4.90 Peta penggunaan lahan pada objek 3

Gambar 4.91 Diagram berbagai aktivitas yang terjadi pada areal terencana (fungsi utama) pada objek

Ruang yang terencana pada objek terdiri dari dua jenis yaitu yang terencana sebagai fungsi utama dan terencana sebagai fungsi rekreasi. Ruang yang tertata sebagai fungsi utama yaitu sandaran sungai, kanalisasi sungai dan beberapa

Tidak sesuai fungsi utama

Sesuai fungsi utama

Mengganggu fungsi utama Ruang Terencana Fungsi Utama

Operasional sungai

Berternak Parkir

rumah makan Pemancing

Pengunjung

Pedagang keliling

Terencana : Fasilitas utama Fasilitas tambahan Tak terencana : Ruang sisa Ruang terbengkalai

A

B

c D

D

bangunan air seperti bendungan dan unit pendukungnya. Terdapat beberapa jenis kegiatan yang berlangsung pada ruang dengan fungsi utama yaitu kegiatan yang sesuai fungsi (operasional), kegiatan yang tidak sesuai fungsi seperti pemancing, pengunjung yang duduk-duduk dan pedagang keliling. Kegiatan yang mengganggu fungsi utama (privatisasi ruang publik) seperti parkir kendaraan, rumah makan hingga tempat beternak.

Gambar 4.92 Diagram berbagai aktivitas yang terjadi pada areal terencana (fungsi rekreasi) pada objek

Ruang-ruang yang terencana sebagai fungsi rekreasi yaitu bangunan bale bengong, penataan tempat duduk-duduk dan taman dengan tanaman hias.

Berbagai aktivitas yang muncul dari penataan ini yaitu pengunjung yang duduk-duduk, beristirahat bermain dan pedagang keliling.

Gambar 4.93 Diagram berbagai aktivitas pada ruang sisa dan terbengkalai pada objek Pemanfaatan lain yang tidak sesuai

fungsi utama Ruang Sisa & terbengkalai Pedagang

Pengunjung

Pedagang Keliling Sesuai fungsi utama Ruang Tertata Fungsi Rekreasi Pengunjung

Pedagang keliling

4.7.2 Aspek Sosial

Komunitas sosial sebagai suatu kelompok manusia yang saling peduli satu sama lain juga memberikan peranannya dalam penelitian ini. Adapun keterkaitan komunitas pada objek akan dijabarkan sebagai berikut.

4.7.2.1 Komunitas warga

Komunitas sosial sebagai suatu kelompok manusia yang saling peduli satu sama lain juga memberikan peranannya dalam penelitian ini. Manfaat yang didapatkan dari kepercayaan, kesepahaman, pertukaran nilai dan perilaku yang membangun hubungan antara individu dan komunitas disebut dengan modal sosial (Cohen dan Prusak, 2001 dalam Barliana, 2010).

Komunitas sosial pada tingkatan warga terjadi paling banyak pada objek 1 berhubung lingkungan sekitar objek adalah pemukiman warga Dusun Sading Sari. Ruang publik di sekitar sempadan Tukad Badung dimanfaatkan warga dengan berbagai aktivitas seperti bermain, duduk-duduk mengobrol, berjualan hingga orang-orang yang berbelanja memiliki hubungan kekerabatan yang baik atau saling mengenal sebagai sesama warga. Pada objek 2, objek berada pada lingkungan Dusun Gelogor Carik, namun intensitas kedatangannya tidak sebanyak pada objek 1. Objek 3 sendiri berada jauh dari pemukiman karena dibatasi hutan mangrove di selatan dan jalan By Pass Ngurah Rai di utara.

4.7.2.2 Komunitas hobi

Adapun komunitas hobi yang memanfaatkan objek adalah komunitas pemancing yang berada pada ketiga objek yang menjadi media penyebar informasi keberadaan objek.

4.7.2.3 Komunitas profesi

Adapun komunitas profesi pada objek 1 yaitu komunitas profesi sales dan marketing. Komunitas ini menjadi media dalam menyebarkan informasi keberadaan objek untuk menjadi tempat berkumpul dan berbagi pengalaman mengenai profesi tersebut. Selain itu pedagang kelilingyang berjualan juga membentuk komunitas informal (kekerabatan) yang menjadi media penyebar informasi keberadaan objek dalam hal sebagai sasaran berjualan.