4.5 Penjabaran Proses terbentuknya Setting
4.5.1 Proses terbentuknya Objek 1 (Bendungan Gerak Tukad Badung) .1 Proses terbentuknya Setting A (Bale Tunggu)
Pada tahap 1, setting A hanya berfungsi sebagai bendungan gerak DAM Tukad Badung yang merupakan fungsi terencana sebagai fungsi utama (T1).
Dalam perkembangannya setting mulai dikunjungi (1) untuk duduk-duduk di tepi sungai. Pada tahap 2, bendungan kemudian dikembangkan oleh pemerintah menjadi objek daya tarik wisata tirta (6) dengan beberapa penataan fisik .Penataan tersebut masuk kategori setting terencana sebagai fungsi tambahan (T2). Penataan
8
9
fisik yaitu dengan dibangun sebuah bale bengong (gazebo), dermaga wahana air dan penataaan taman.
Tabel 4.2 Tabel Proses terbentuknya setting A objek 1
<<Tinjauan Tipologi Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
.
Kegi atan 1 : Kegiatan
duduk-duduk
1 : duduk-duduk 6 : Dicetuskan kegiatan
wisata tirta
1 : duduk-duduk 5 :Istirahat 7 :Kegiatan seremonial
8 : Kegiatan operasional
Elemen Lanskap Panorama sungai
Ikan sedikit, vegetasi tanaman hias T1 :Terencana sebagai
sandaran tepi sungai
T1 :Terencana sebagai sandaran tepi sungai T2 : Sarana pendukung wisata tirta
Sos - 5 : Terbentuk komunitas profesi yang mengajak
rekannya
Pada tahap 3, beberapa sebab menyebabkan operasional daya tarik wisata tirta ditutup sementara. Setting yang telah berubah dengan keberadaan bale bengong kemudian dijadikan tempat istirahat oleh kelompok pekerja yang mobil (5).
Setting ini digunakan menjadi salah titik yang dimanfaatkan dalam acara-acara
seremonial seperti acara ulang tahun Kota Denpasar dan HUT RI (7).
4.5.1.2 Proses terbentuknya Setting B (Warung Rujak)
Pada tahap 1, setting B awalnya hanyalah sebuah tanah kosong dengan sebuah pelinggih ditengah-tengah. Adanya ruang sisa pada setting ini mendorong salah satu warga membuat warung rujak yang menetap/tidak berpindah-pindah. Dimana terbentuk sebuah setting tak terencana pada ruang sisa (TT1). Keberadaan warung memunculkan setting tambahan berupa meja dagangan dan tempat duduk-duduk.
Pada tahap 2, keberadaan warung rujak pada setting mendorong kedatangan pembeli (4) dan pedagang keliling (3b).
8
T1
8T2
Tabel 4.3 Tabel Proses terbentuknya setting B objek 1
<<Tinjauan Tipologi
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3
eg ia ta1 : Duduk-duduk 3a : berjualan menetap
1 : Duduk-duduk 3a : berjualan menetap 3b : berjualan keliling 4 : Orang berbelanja
Elemen Lanskap
Panorama sungai Panorama sungai Panorama sungai
vegetasi tanaman hias dan sebuah pohon perindang besar
vegetasi tanaman hias dan sebuah pohon perindang besar
vegetasi tanaman hias dan sebuah pohon perindang besar
TT1 :Ruang sisa yang dimanfaatkan oleh pedagang
TT1 :Ruang sisa yang dimanfaatkan oleh pedagang
TT1 :Ruang sisa yang dimanfaatkan oleh pedagang
sosial
3a &4 : Kedekatan sosial menarik warga berbelanja pada pedagang tetap (Sesama warga)
3a &4 : Kedekatan sosial menarik warga berbelanja pada pedagang tetap (Sesama warga)
4.5.1.3 Proses terbentuknya Setting C (Dua buah Bale bengong)
Pada tahap 1, setting C pada awalnya adalah areal tepi sungai yang dibendung pada bangunan bendungan gerak Dam Tukad Badung yang merupakan sebuah fungsi utama yang terencana (T1). Pada tahap 2, dalam rangka menghidupkan ruang menjadi aktif setelah program wisata tirta yang mangkrak, dibangunlah dua buah bale bengong/ gazebo yang direncanakan sebagai fungsi tambahan (T2).
Referensi dari pembangunan dua bale bengong ini ialah fenomena yang terjadi pada setting A.
Setelah dibangun, setting ini memasuki tahap 3 yaitu mengalami hal yang sama dengan setting A dimana muncul aktivitas duduk-duduk (1) dan dijadikan tempat istirahat oleh pekerja yang mobil (5). Bangunan ini juga seringkali dimanfaatkan dalam acara-acara seremonial yang bersifat insidental oleh banjar maupun desa setempat seperti saat HUT kemerdekaan RI (7).
TT1 TT1
Tabel 4.4 Tabel Proses terbentuknya setting C objek 1
<<Tinjauan Tipologi
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Kegi atan 1 : duduk-duduk
5 : Pegawai istirahat
7 :Kegiatan seremonial mulai dilakukan
Elemen Lanska p
Panorama sungai Ikan sedikit, vegetasi tanaman hias T1 : sandaran tepi
sungai
T1 :Terencana sebagai sandaran tepi sungai T2 : direncanakan bua bale bengong
Sos 5 : Terbentuk komunitas profesi yang mengajak
rekan kerjanya datang
4.5.1.4 Proses terbentuknya Setting D ( Areal Barat Pintu Air)
Pada tahap 1, setting D merupakan areal sekitar gerbang masuk bangunan pintu air sebelah barat yang ramai dikunjungi pemancing yang akan memancing di sandaran dan diatas pintu air (2). Selain pemancing banyak juga orang yang duduk-duduk pada setting ini (1).
Pada tahap2, banyaknya pemancing yang berlalu-lalang dan orang yang duduk-duduk mendorong munculnya pedagang yang menetap pada setting ini yaitu pedagang aneka minuman dan pedagang mie ayam bakso (3a) yang memanfaatkan ruang sisa diantara dinding batas areal pengelola dengan jalan (TT1). Pada tahap 3, keberadaan pedagang menetap (3a) pada setting mengundang orang untuk datang berbelanja (4) dan kemudian menarik pedagang keliling yang lewat untuk berhenti dan berjualan pada setting (3b).
T1 T2
Tabel 4.5 Tabel Proses terbentuknya setting D objek 1
<<Tinjauan Tipologi Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Kegiata n
1: Duduk-duduk 2: Memancing
3a : Pedagang menetap 3b :Pedagangakeliling 4 : Jajan
Elemen Lanskap Panorama sungai
Ikan banyak, vegetasi tanaman hias dan perindang sandaran tepi sungai,
T1 : Setting bangunan bendungan TT1 : Ruang sisa
T1 : Bangunan bendungan
TT1 : Pedagang membentuk setting pada ruang sisa
Sosial 3a: Berjualan tetap memiliki modal sosial sebagai warga yang tinggal dekat objek
2: Memancing 3a : Berjualan menetap
4 :Kedekatan sosial (sesama warga) menarik orang berbelanja pada pedagang tetap
4.5.1.5 Proses terbentuknya Setting E (Pintu air Bendungan Gerak Tukad Badung) Setting E adalah areal bangunan pintu air berupa jembatan yang menyeberangi
sungai yang terencana sebagai fungsi utama (T1). Pada tahap 1, areal ini berkembang menjadi tempat orang memancing ikan yang ada di sungai dibawahnya (2).
Aktivitas duduk-duduk juga ikut meramaikan setting ini (1) termasuk pegawai yang beristirahat kerja (5). Terkadang pedagang keliling masuk berjualan pada areal ini(3b) dan mengundang orang berbelanja (4).
T1
Tabel 4.6 Tabel Proses terbentuknya setting E objek 1
<<Tinjauan Tipologi Tahap 1 Tahap 2
Kegiatan
1 :Duduk-duduk 2 : Memancing 3b : Berjualan keliling 4 : Jajan
5 : Istirahat Bekerja 8 : Kegiatan operasional
Elemen Lanskap
Panorama sungai
Ikan banyak, vegetasi tanaman hias dan perindang T1 : Setting terencana sebagai bendungan air
Sosial 2 : Pemancing ada yang terdorong secara sosial melalui komunitas hobi ataupun komunitas warga
4.5.1.6 Proses terbentuknya Setting F ( Jalan sisi Barat bendungan)
Pada tahap 1, setting F yang awalnya berupa areal tepi sungai yang dekat dengan bendungan gerak seringkali menjadi tempat berjualan bagi pedagang baik menetap (3a). Keberadaan pedagang tentu mengundang orang datang berbelanja (4), duduk-duduk (1).
Tabel 4.7 Tabel Proses terbentuknya setting F objek 1
<<Tinjauan Tipologi Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Kegi atan 1: Duduk-duduk 3a : Berjualan menetap 4 : Jajan
1: Duduk-duduk 3a : Berjualan menetap 3b : Berjualan keliling 4 : Jajan
5 : Istirahat bekerja
1: Duduk-duduk
Elemen Lanskap Panorama sungai
Ikan sedikit, vegetasi pohon perindang T1 :Setting awal sebagai areal sandaran sungai
TT1 : Pedagang tetap membawa setting baru pada ruang sisa
Sos -
Pada tahap 2 mulai datang pedagang keliling (3b) dan juga para pekerja jyang beristirahat. Pada tahap 3, dilakukan penataan pada daerah tepi sungai yang kemudian mengubah setting (T2) menjadi lebih rapi. Jalan ditata menggunakan perkerasan paving dan pinggiran sungai yang diberi tanaman hias dan tempat duduk beton. Beberapa pohon ditebang dan menghilangkan kerindangan pada setting. Setelah ditata keberadaan pedagang tetap (3a) tidak ditemukan lagi diikuti
dengan hilangnya orang yang berbelanja (4) dan beristirahat kerja (5). Pada tahap 4, setting hanya digunakan untuk duduk-duduk (1) pada saat tertentu.
4.5.1.7 Proses terbentuknya Setting G (Areal Barat Pintu Air)
Pada tahap 1, Setting G merupakan areal di sekitar gerbang masuk pintu air sebelah timur yang ramai dikunjungi pemancing (2) yang akan memancing di sandaran dan diatas pintu air. Selain pemancing banyak juga orang yang duduk-duduk pada setting ini (1).
Tabel 4.8 Tabel Proses terbentuknya setting G objek 1
<<Tinjauan Tipologi Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Kegi atan 1 :Duduk-duduk 2 : Memancing
1 :Duduk-duduk 2 : Memancing 3a : Berjualan tetap
1 :Duduk-duduk 2 : Memancing 3a : Berjualan tetap 4 : Jajan
Elemen Lanskap
Panorama sungai
Ikan banyak, vegetasi tanaman hias dan pohon perindang T1 :Setting areal bendungan
gerak TT1 : Ruang sisa
T1 :Setting awal terencana sebagai areal bendungan gerak TT1 : Pedagang tetap membawa setting baru pada ruang sisa
Sosial 2 : Pemancing ada yang terdorong secara sosial melalui komunitas hobi ataupun warga
2 : Pemancing
3a : Pedagang memiliki modal sosial sebagai warga yang bermukim dekat setting
Pada tahap 2, dengan banyaknya pemancing yang berlalu-lalang dan orang yang duduk-duduk, muncul pula pedagang yang menetap pada setting ini yaitu pedagang mie ayam bakso (3a). Pada tahap 3 orang mulai datang berbelanja (4) dan semakin meramaikan objek.
4.5.1.8 Proses terbentuknya Setting H (Sandaran Tanggul Sungai)
Setting H merupakan areal terencana sandaran sungai (T1) yang kemudian
dimanfaatkan menjadi tempat memancing (2) oleh orang-orang secara rutin pada waktu-waktu tertentu.
Tabel 4.9 Tabel Proses terbentuknya setting H objek 1
<<Tinjauan Tipologi
Tahap 1 Tahap 2
Kegiatan 2 : memancing 2 : memancing
Elemen Lanskap
Panorama sungai Panorama sungai
Ikan banyak, vegetasi tidak ada Ikan banyak, vegetasi tidak ada T1 : Setting terencana sebagai tanggul
sandaran sungai
T1 : Setting terencana sebagai tanggul sandaran sungai
Sosial
2 : Pemancing ada yang terdorong secara sosial melalui komunitas hobi ataupun komunitas warga
2 : Pemancing ada yang terdorong secara sosial melalui komunitas hobi ataupun komunitas warga
4.5.2 Pola yang Terjadi pada Proses terbentuknya Objek 1