• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Sehat, Peran Serta dan Pemberdayaan Masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dimulai dari tingkat individu dan keluarga

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

PROYEKSI INDIKATOR KINERJA MUTU OBAT LIMA TAHUN (2005-2009)

4. Perilaku Sehat, Peran Serta dan Pemberdayaan Masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dimulai dari tingkat individu dan keluarga

melalui perilaku yang bersih dan sehat. Perilaku sehat oleh masyarakat dapat dilihat dari perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Target dan capaian kinerja perilaku sehat, peran serta dan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2.1.18

Proyeksi Indikator Kinerja Perilaku Sehat Masyarakat Lima Tahun (2005-2009)

NO INDIKATOR 2005 2006 2007 2008 2009

1 Penyuluhan P3 NAPZA - 10% 15% 20% 25%

2 Angka Bebas Jentik - 88% 91% 93% 95%

3 Cakupan Jamban - 58% 66% 74% 82%

4 Cakupan air bersih - 68% 76% 84% 92%

5 Cakupan pengawasan sanitasi TTU - 64% 68% 72% 76% 6 Rumah Sehat - 67% 69% 71% 73% 7 HIV Ditangani - 100% 100% 100% 100% 8 Desa Siaga - 2 (1%) 50 (22.12%) 110 (47%) 175 (75%)

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Smg

Tabel 4.2.1.19

Capaian Indikator Kinerja Perilaku Sehat Masyarakat Lima Tahun (2005-2009)

NO INDIKATOR 2005 2006 2007 2008 2009

1 Penyuluhan P3 NAPZA 3.43% 5% 18.08% 21.85% 26.45%

2 Angka Bebas Jentik 83.66% 91.98% 91.3% 93.07% 94%

3 Cakupan Jamban 63.39% 66.96% 60.39% 72.56% 82.7%

4 Cakupan air bersih 61.16% 56.6% 75.25% 84.33% 87.26%

5 Cakupan pengawasan sanitasi TTU 20.24% 21.23% 65.36% 71.48% 78.32% 6 Rumah Sehat 55.62% 60.94% 69.73% 72.19% 73.21% 7 HIV Ditangani 100% (10 kasus) 100% (16 kasus) 100% (43 kasus) 100% (26 kasus) 100% (24 kasus) 8 Desa Siaga 0 (0%) 1 (0,42%) 52 (22.12%) 185 (78.7%) 235 (100%)

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Smg

Tabel 4.2.1.20

Capaian Kinerja Perilaku Sehat Masyarakat

NO

INDIKATOR

Selisih target dgn realisasi

Rata-rata Selisih Realisasi dgn thn sebelumnya Rata-rata 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 1 Penyuluhan P3 NAPZA -5,00% 3,08% 1,85% 1,45% 0,35% 1,57% 13,08% 3,77% 4,60% 5,76% 2 Angka Bebas Jentik 3,98% 0,30% 0,07% -1,00% 0,84% 8,32% -0,68% 1,77% 0,93% 2,59% 3 Cakupan Jamban 8,96% -5,61% -1,44% 0,70% 0,65% 3,57% -6,57% 12,17% 10,14% 4,83%

4 Cakupan air bersih -11,40% -0,75% 0,33% -4,74% -4,14% -4,56% 18,65% 9,08% 2,93% 6,53%

5 Cakupan pengawasan

sanitasi TTU -42,77% -2,64% -0,52% 2,32% -10,90% 0,99% 44,13% 6,12% 6,84% 14,52%

NO

INDIKATOR

Selisih target dgn realisasi

Rata-rata Selisih Realisasi dgn thn sebelumnya Rata-rata 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 7 HIV Ditangani 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 8 Desa Siaga -0.58% 0.12% 31.70% 25.00% 14,06% 0.42% 21.70% 56.58% 21.30% 25,00%

Angka cakupan upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugas kesehatan dari tahun ke tahun rata-rata mengalami kemajuan yang berarti. Realisasi cakupan upaya penyuluhan P3 NAPZA tahun 2006 sebesar 4,96%. Angka ini mengalami kenaikan dari tahun 2005 sebesar 1,53% dimana realisasi pada tahun 2005 sebesar 3,43%. Akan tetapi angka tersebut belum memenuhi target tahun 2006 sebesar 10%. Hal tersebut disebabkan karena :

1. Kurangnya kesadaran petugas kesehatan tentang bahaya NAPZA 2. Belum adanya kesamaan persepsi di antara para petugas kesehatan

bahwa penyuluhan Napza tidak hanya tentang narkoba dan psikotropika (heroin, morfin, ganja, diazepam, ekstasi dll), tetapi juga tentang zat-zat adiktif yang bahkan lebih sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya : rokok, kopi, minuman keras dll.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengetahuan tentang Napza.

Realisasi cakupan upaya penyuluhan P3 NAPZA tahun 2007, 2008 dan 2009 berturut-turut sebesar 18,08%, 21,85% dan 26,45%. Angka tersebut mengalami kenaikan tiap tahunnya dan dapat melampaui target yang ditetapkan. Hal ini disebabkan karena :

1. Meningkatnya kesadaran para petugas kesehatan tentang semakin tingginya kasus-kasus P3 Napza, sehingga usaha preventif berupa penyuluhan harus lebih sering dilakukan.

2. Sudah semakin ada kesamaan persepsi di antara para petugas kesehatan bahwa penyuluhan P3 Napza tidak hanya melulu berbicara tentang narkoba dan psikotropika (heroin, morfin, ganja, diazepam, ekstasi dll), tetapi juga tentang zat-zat adiktif yang bahkan lebih sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya rokok, kopi, minuman keras dll.

Angka bebas jentik ternyata tidak korelasi secara langsung dengan angka penyakit DB dan kematian kasus DB. Semakin ditekankan programnya ternyata angka bebas jentik bagus tetapi masih terdapat desa endemis DB di Kabupaten Semarang.

Cakupan jamban di tahun 2006 sebesar 66.96%. Angka tersebut melebihi target yang ditetapkan, yaitu 58% dan mengalami peningkatan sebesar 3.57% dari cakupan tahun 2005 sebesar 63.39%. Cakupan jamban di tahun 2007 sebesar 60.39%. Cakupan tersebut mengalami penurunan sebesar 6,57% dari cakupan tahun 2006 dan tidak dapat memenuhi target (66%). Hal ini disebabkan karena kegiatan pembangunan sarana sanitasi masyarakat tahun 2007 lebih terfokuskan ke kegiatan pemenuhan air bersih, karena berkaitan dengan rendahnya cakupan air bersih di tahun 2006. Banyak desa-desa pada tahun tersebut mengalokasikan anggaran untuk sarana air bersih, khususnya kegiatan-kegiatan P2KP, PNPM, LSM dan Dinas Cipta Karya. Daerah-daerah yang melaksanakan kegiatan tersebut meliputi wilayah Kecamatan Kaliwungu, Bancak, Bringin, Sumowono dan Suruh. Hal tersebut menyebabkan kenaikan cakupan air bersih di tahun 2007. Disisi lain kegiatan pembangunan fisik jamban keluarga agak terabaikan, karena kegiatan terfokus pada pembangunan fisik sarana air bersih. Selain itu kegiatan pemeriksaan rumah di tahun 2007 lebih banyak di dominasi daerah-daerah kantong/desa-desa miskin sehingga jumlah pemilik jamban keluarga yang dijumpai lebih sedikit, meskipun jumlah rumah yang diperiksa lebih banyak dibandingkan pemeriksaan di tahun 2006. Cakupan jamban mengalami peningkatan sebesar 12.17% dari tahun 2007 ke tahun 2008, walaupun belum memenuhi target (74%). Di tahun 2009 angka cakupan jamban sebesar 82.7%, meningkat sebesar 10.14% dari tahun 2008 dan mampu memenuhi target (82%). Peningkatan cakupan jamban dikarenakan adanya kegiatan BHBK/bantuan keuangan kepada 5 desa yang digunakan untuk pembangunan jamban keluarga. Selain itu peningkatan kesadaran di sebagian masyarakat dalam hal PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

Cakupan air bersih pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 4.56% dibanding cakupan di tahun 2005. Cakupan dari tahun

2006 sampai dengan tahun 2009 berturut-turut sebesar 56.6%, 75.25%, 84.33%, 87.26%. Cakupan tersebut menunjukkan kenaikan tiap tahunnya. Adanya program PAMSIMAS memberikan kontribusi terhadap naiknya cakupan air bersih. Akan tetapi capaian cakupan air bersih masih belum memenuhi target. Hal ini berkaitan erat dengan beberapa hal sebagai berikut :

- keadaan geografi

Wilayah Kabupaten Semarang mempunyai beberapa daerah yang karena keadaan geografinya sehingga sulit mendapatkan air bersih, seperti di Kec. Bringin, Bancak, Dadapayam, Susukan, Kaliwungu, sehingga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih memanfaatkan air permukaan, air hujan dll.

- kondisi ekonomi masyarakat

kondisi ekonomi masyarakat mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

- kesadaran masyarakat untuk menggunakan air bersih masih kurang - perkembangan jumlah penduduk

perkembangan penduduk tidak sebanding dengan pertambahan sarana air bersih yang ada.

Cakupan pengawasan sanitasi TTU dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 berturut-turut sebesar 20.24%, 21.23%, 65.36%, 71.48% dan 78.32%. Cakupan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami kenaikan tiap tahunnya, dan pada tahun 2009 mampu memenuhi target yang ditetapkan.

Wilayah Kabupaten Semarang cukup luas namun sebaran TTU tidak merata di semua wilayah. Teknis pelaksanaan pengawasan dilaksanakan oleh tenaga sanitarian puskesmas dan Dinas Kesehatan. Formasi tenaga sanitarian di 14 puskesmas kosong. Kondisi ini mempengaruhi kinerja seksi dan capaian kinerja pengawasan TTU.

Cakupan rumah sehat dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 berturut-turut sebesar 55.62%, 60.94%, 69.73%, 72.19% dan 73.21%. Cakupan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami kenaikan tiap tahunnya. Walaupun pada tahun 2006 cakupan rumah sehat belum bisa memenuhi target tetapi dari tahun

2007 sampai dengan tahun 2009 cakupan sudah bisa memenuhi target yang ditetapkan. Banyak hal yang mempengaruhi tidak tercapainya target cakupan rumah sehat, diantaranya geografi, ekonomi dan ketenagaan.

Secara geografi wilayah Kabupaten Semarang terdiri dari daerah pegunungan, dataran rendah, perbukitan, bahkan ada daerah-daerah yang cukup sulit untuk dijangkau.

Kondisi ekonomi berpengaruh terhadap kulitas perumahan penduduk. Beberapa puskesmas yang tidak ada petugas sanitarian berpengaruh terhadap hasil pengawasan rumah sehat.

Cakupan HIV ditangani dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 selalu mencapai target yang ditetapkan sebesar 100%, hal ini berarti setiap kasus HIV selalu mendapatkan penanganan.

Tercapaianya hal tersebut karena tersedianya layanan pelayanan klinik VCT (voluntary counseling and testing) dan CST (Care Support and Treatment) di Kabupaten Semarang, sehingga setiap kasus HIV positif bisa mendapatkan penanganan, dukungan dan tersedianya obat ARV (Anti Retroviral) di Rumah Sakit Kab Semarang sehingga memudahkan klien HIV positif mengambil ARV.

Dokumen terkait