• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Perilaku Seksual Online

1. Definisi Perilaku Seksual Online

Perilaku seksual online menurut Dew, Brubaker, dan Hays (2006) adalah segala perilaku dalam menggunakan internet untuk berbagai aktivitas yang melibatkan aktivitas seksual, biasanya dalam bentuk teks, audio, dan gambar. Perilaku tersebut dapat berupa melihat dan mengunduh material seksual secara online dan menggunakan internet untuk mencari pasangan seksual. Menurut Cooper dan Griffin (dalam Sevcikova & Konecny, 2010) perilaku seksual online merupakan segala perilaku mengakses materi seksual untuk berbagai tujuan seperti hiburan, eksplorasi, mencari dukungan sosial, dan mencari pasangan. Perilaku seksual di internet ini disebut juga sebagai cybersex dalam penelitian Delmonico dan Miller (2003).

2.Jenis-jenis Perilaku Seksual Online

Penelitian mengenai perilaku seksual online telah ada sejak beberapa tahun yang lalu dan mayoritas menggunakan metode kuantitatif. Meskipun demikian, jarang ditemukan jurnal penelitian perilaku seksual online yang menggunakan skala pengukuran perilaku seksual online yang sama. Penelitian-penelitian tersebut memiliki variasi perilaku seksual online yang berbeda.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dew et al. (2006) tentang perilaku seksual online pada pria yang telah menikah, menggunakan jenis perilaku berikut untuk melihat perilaku seksual online:

a. Berbagi gambar seksual b. Membeli material seksual c. Mengunduh materi erotis

d. Diskusi mengenai seksualitas, dan e. Mencari pasangan seksual

Jenis perilaku ini walaupun hampir sama, namun agak berbeda dengan perilaku yang digunakan pada penelitian Sevcikova et al (2011). Penelitian ini melihat keterkaitan antara pengalaman perilaku seksual offline dengan perilaku seksual online. Peneliti membatasi perilaku seksual online yang interaktif dan non-interaktif. Perilaku seksual interaktif adalah perilaku seksual online yang bertujuan untuk berkomunikasi dengan orang lain dan mendapatkan umpan balik dari perilaku tersebut. Sedangkan non interaktif adalah perilaku seksual online yang tidak mendapatkan umpan

balik dari orang lain, misalnya melihat video seksual. Sevcikova dan Konecny (2011) hanya menggunakan perilaku seksual online yang interaktif. Berikut jenis perilaku seksual online menurut Sevcikova et al (2011):

a. Mengakses informasi terkait dengan seksualitas di internet b. Membicarakan hal seksual

c. Membicarakan tentang pengalaman seksual d. Saling bertukar foto erotis

e. Berhubungan seksual di internet.

3. Motivasi Melakukan Perilaku Seksual Online

Motivasi seseorang melakukan perilaku seksual online telah menjadi fokus perhatian pada beberapa penelitian. Beberapa penelitian perilaku seksual online menyebutkan bahwa alasan seseorang melakukan perilaku seksual adalah ketidakmampuan seseorang untuk melakukan hal tersebut dengan pasangan romantisnya di dunia nyata atau tidak dapat menemukan pasangan seksual secara offline (Carvalheira & Gomes, 2003; Dew et al. 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Cooper et al. (2001) menemukan bahwa alasan seseorang melakukan perilaku seksual online adalah untuk distraksi dari aktivitas rutin kehidupan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sevcikova dan Konecny (2011) menemukan bahwa remaja yang berpengalaman melakukan perilaku seksual secara offline cenderung

menggunakan internet untuk aktivitas seksual dibandingkan remaja yang tidak memiliki pengalaman dalam aktivitas seksual offline.

4. Kasus-kasus terkait dengan perilaku seksual seseorang di internet

Beberapa penelitian melaporkan tentang kasus-kasus yang menimpa remaja yang menggunakan internet. Kasus-kasus ini merupakan kasus yang menimpa remaja secara tidak sengaja, atau perilaku yang menimpa remaja yang memang menggunakan internet untuk mengeksplorasi seksualitas.

a. Unwanted sexual solicitation

Unwanted sexual solicitation didefinisikan sebagai permintaan untuk terlibat dalam aktivitas seksual atau pembicaraan seksual atau memberi informasi pribadi mengenai seksualitas secara tidak diinginkan. Perilaku ini biasanya dilakukan oleh orang dewasa (18 tahun ke atas) (Mitchell, et al. 2007). Kebanyakan kasus ini relatif terbatas pada interaksi online dan tidak sampai pada pertemuan tatap muka (Mitchell, Finkelhor, Wolak, 2007). b. Harassment

Harrassment didefinisikan sebagai perlakuan atau perilaku menyerang (bukan permintaan seksual) mengirimkan gambar secara online ke remaja atau posting online tentang remaja agar dilihat oleh orang lain (Mitchell, et al. 2007). Hal ini bertujuan untuk membuat remaja tersebut merasa malu.

c. Unwanted exposure to pornography

Unwanted exposure to pornography didefinisikan sebagai munculnya gambar porno tanpa dicari atau tanpa bermaksud untuk mencari gambar tersebut. Hal ini terjadi atau didapatkan ketika, misalnya sedang melakukan pencarian, mengakses e-mail, atau melalui link-link pesan di instan messenger (Mitchell, et al. 2007). d. Penyakit menular seksual dan HIV

Hasil penelitian yang dilakukan oleh McFarlane, Bull, Rietmeijer (2002) menyatakan bahwa orang muda yang mencari pasangan seksual secara online memiliki kemungkinan yang signifikan untuk terkena risiko penyakit menular seksual dibandingkan dengan seseorang yang mencari pasangan seksual tidak melalui online. Resiko ini terjadi karena biasanya orang-orang yang mencari pasangan seksual secara online adalah seorang homoseksual yang mencari pasangan sesama jenis. Selain itu, orang muda yang mencari pasangan seksual melalui internet memiliki pola karakteristik yang berbeda ketika melakukan hubungan seksual dibandingkan seseorang yang menemukan pasangan seksual tidak dari internet.

5. Faktor Risiko Perilaku Seksual Online

Berdasarkan penelitian Ybarra (2004), remaja yang rentan mengalami dampak negatif peilaku seksual online dapat dilihat berdasarkan karakteristik remaja itu sendiri, yaitu:

a. Memiliki hubungan yang tidak akrab dengan orang tua, atau tingkat konflik dengan orang tua tinggi

b. Rendahnya pengawasan dari orang tua

c. Depresi dan memiliki masalah dalam menjalin suatu hubungan

d. Seorang homoseksual atau remaja yang masih belum jelas dengan orientasi seksualnya.

6. Gambaran Konsekuensi Perilaku Seksual Online

Beberapa studi menyatakan bahwa tidak ada konsekuensi negatif yang ditimbulkan kepada mayoritas individu yang melakukan perilaku seksual online (Cooper, 2002; Carvalheira, 2003). Namun, ada pula penelitian yang menyatakan bahwa perilaku seksual online menimbulkan internet abuse atau kejahatan internet (Morahan-Martin & Schumacher dalam Carvalheira, 2003).

Cooper et al. (1999) menyebutkan dalam jurnalnya bahwa seseorang yang terlibat dalam perilaku seksual online tidak akan mengalami konsekuensi negatif, bila itu dilakukan dengan tujuan untuk rekreasi atau hiburan. Konsekuensi negatif akan dialami oleh seseorang

yang melakukan perilaku seksual online namun ia memiliki karakteristik sifat dengan tipe depresif dan reaktif. Konsekuensi yang akan dialami adalah masalah tidur dan perasaan senang sekaligus berdosa ketika melakukan masturbasi saat melakukan perilaku seksual online.

Menurut Cooper et al (2001), perilaku seksual online dapat menimbulkan konsekuensi berupa masalah hubungan romantis di dunia nyata. Hal ini karena seseorang yang melakukan perilaku seksual online mengindikasikan bahwa ia jarang melakukan hubungan seksual sesungguhnya dengan pasangan atau perasaan kurang puas ketika melakukannya. Pengaruh terhadap perilaku seksual online dengan masalah hubungan relasi romantis juga terkait dengan ketidakmampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah atau mengembangkan penyelesaian yang adaptif dalam hubungan ketika di dunia nyata. Hal ini karena orang yang terbiasa melakukan perilaku seksual secara online terbiasa menyelesaikan

masalah dengan „mudah‟ karena tidak harus bertatap muka dan dituntut

untuk melakukan penyelesaian seperti di dunia nyata.

Dokumen terkait