• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.6 Lokasi dan Periode Penelitian

1.6.2 Periode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester enam peneliti. Ada pula tahapan pelaksanaan penelitian seperti yang terdapat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1. 1 Waktu Periode Penelitian Tahapan

Penelitian

Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

11 Mencari ide,

menyusun kerangka penelitian, dan mengajukan judul

Mencari

referensi dan mengumpulkan data penelitian Penyusunan Proposal Skripsi Desk Evaluation Penyusunan Skripsi

Sidang Skripsi

(Sumber : Data Olahan Peneliti, 2021)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Makna

Makna dapat didefinisikan menjadi maksud atau arti yang terkandung dari suatukata (Tjiptadi, 1984). Pateda (2001) mengemukakan bahwa istilah makna dikatakan juga sebagai kumpulan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut juga dikatakan selalu menyatu pada tuturan kalimat. Makna dapat dikatakan sebagai bagian yang tidak akan terpisahkan serta akan senantiasa melekat dengan apapun yang kita ucapkan. Jika terdapat sebuah kata yang tidak dapat dikaitkan pada suatu benda atau kejadian, maka kata itu tidak mempunyai makna (Ramadhiani, 2021). Ferdinand De Saussure dalam (Chaer, 1994) mendefinisikan makna sebagai definisi ataupun konsep yang ada dalam sebuah tanda linguistik. Menurut (Kridalaksana, 2001), dalam Kamus Linguistik terdapat empat definisi makna:

1. Maksud pembicara

2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia

3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya

4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

Berdasarkan pengertian makna menurut beberapa pakar tersebut, bisa disebutkan bahwasanya batasan mengenai definisi makna cukup susah untuk ditetapkan. Tiap pakar mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pengertian makna. Tiap pengguna bahasa mempunyai cara yang tidak sama didalam memaknai suatu kakta ataupun ujaran (Muzaiyanah, 2012). Menurut Chaer (2013),makna terdiri dari beberapa jenis yaitu: 1) Makna Leksikal dan Gramatikal, 2) Makna Referensial dan Nonreferensial, 3) Makna Denotatif dan Konotatif, 4) Makna Kata dan Istilah, 5) Makna Konsep dan Asosiatif, 6) Makna Idiomatical dan Peribahasa, dan 7) Makna Kias. Berkaitan dengan data penelitian, peneliti membatasi jenis makna yang akan digunakan untuk meneliti data. Untuk penelitian ini, peneliti membatasi penggunaan

13 jenis makna yang digunakan sebagai landasan teori, yaitu makna denotatif dan konotatif.

Makna denotatif didefinisikan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi berdasarkan penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya (Chaer, 2013). Makna denotatif juga dikatakan sebagai makna polos atau makna apa adanya yang bersifat objektif (Pateda, 2010). Berdasarkan definisi-definisi tersebut, makna denotatif juga dapat dikatakan sebagai makna sebenarnya atau makna asli dari sebuah kata yang bersifat objektif. Misalnya meja hijau memiliki makna meja yang berwarna hijau.

Sebuah kata dikatakan memiliki makna konotatif apabila kata tersebut memiliki nilai rasa, baik negatif maupun positif (Chaer, 2013). Djajasudarma (2009) mengemukakan bahwa munculnya makan konotatif disebabkan oleh asosiasi perasaan terhadap apa yang didengar maupun yang diucapkan. Makna konotatif juga disebut sebagai makna yang ditambahkan dengan makna komponen lain. Maka dari itu, makna konotatif ialah makna yang telah mengalami penambahan makna sehingga makna tersebut tidak lagi menjadi makna polos atau sebenarnya.

2.1.2 Pesan

Saat melakukan proses komunikasi, berita ataupun informasi akan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Pesan, (Purwasito, 2017) mengemukakan bahwa pada dasarnya pesan dapat dikatakan sebagai produk yang berasal dari komunikator yang kemudian disampaikan pada komunikan baik secara langsung maupun lewat media. Pesan terdiri dari sejumlah tanda yang kemudian dikelola sesuai dengan sejumlah kode tertentu yang diproses dengan cara ditukarkan melalui media diantara komunikan serta komunikator.

Salah satu indikasi komunikasi efektif ialah jika pesan yang komunikator sampaikan bisa tersampaikan secara baik serta mengasilkan umpan balik. Maka untuk mencapai komunikasi yang efektif tersebut, terdapat beberapa kriteria pesan yang harus dipenuhi (Nurhadi & Kurniawan, 2017), yaitu:

1. Pesan yang akan disampaikan, baiknya disusun secara sistematis.

Sebagaimana saran yang diberikan oleh Aristoteles bahwa ada enam macam

14 urutan penyampaian pesan yaitu deduktif, induktif, kronologis, logis, spesial, dan tropikal.

2. Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan wajib bisa menarik perhatian komunikan. Untuk menarik perhatian komunikan, pesan yang disampaikan haruslah memiliki keterkaitan dengan kebutuhan komunikan. Berdasarkan hal tersebut, maka komunikan akan merasa kebutuhannya terpenuhi.

3. Pesan yang disampaikan oleh komunikator harus mudah dipahami oleh komunikan. Sebisa mungkin pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak berbelit-belit. Penyampaian pesan oleh komunikator juga harus diperhatikan. Komunikator harus menghindari kesalahan penulisan pada pesan tertulis, dan juga harus berbicara dengan jelas agar tidak terjadi kesalahpahaman antara komunikator dengan komunikan.

Allan H. Monroe menciptakan sebuah teknik penyusunan pesan, yang selanjutnya teknik tersebut dikenal dengan “Motivated Sequence” (Suprapto, 1994).

Teknik penyususnan yang ia lakukan yakni Attention (perhatian), Need (kebutuhan), Satisfaction (kepuasan), Visualization (visualisasi), serta Action (tindakan).

Berdasarkan pendapat Monroe tersebut, dapat dikatakan bahwa jika ingin mempengaruhi komunikan maka hal yang terlebih dahulu dilakukan ialah merebut atau menarik perhatiannya. Kemudian cari tahu kebutuhannya dan sampaikan kepada komunikan tersebut bagaimana cari memenuhi atau memuaskan kebutuhannya. Hal selanjutnya ialah berikan gambaran mengenai gagasan yang diberikan kepada komunikan tersebut. Hingga pada akhirnya komunikator memberika dorongan dan dukungan kepada komunikan agar komunikan mau mengambil tindakan.

A.W. Widjaja dan M. Arisyk Wahab dalam (Suryanto, 2015) mengatakan bahwa terdapat tiga bentuk pesan yaitu:

1. Informatif, ialah memberikan keterangan data dan fakta yang kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri.

2. Persuasif, ialah membangkitkan kesadaran dan pengertian manusia bahwa apa yang disampaikan akan memberikan sikap berubah atas

15 kehendak sendiri. Perubahan seperti ini bukan keterpaksaan, melainkan diterima dengan keterbukaan dari penerima

3. Koersif, ialah penyampaian pesan yang berisikan pemaksaan dan disertai dengan penggunaan sanksi-sanksi.

2.1.3 Motivasi

Motivasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang dilakukan dalam memberi pengaruh, memberi dorongan, ataupun memberi dukungan dari luar kepada seseorang ataupun kelompok supaya mereka mau melangsungkan sesuatu yang sudah di tetapkan (Samsudin, 2010). Berdasarkan definisi tersebut, dengan adanya motivasi maka seseorang akan terpacu untuk lebih bersemangat dalam menjalankan kegiatannya. Hamalik (1992) mengemukakan bahwasanya motivasi adalah perubahan energi pada pribadi atau diri individu yang diindikasikan oleh timbulnya reaksi serta perasaan untuk mencapa tujuan.

Ada pula jenis-jenis motivasi menurut (Dalyono, 2009), yaitu : 1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik dapat dikatakan sebagai motivasi yang muncul dengan sendirinya dari dalam diri individu tanpa ada dorongan atau paksaan dari luar. Motivasi intrinsik akan muncul karena adanya kesadaran akan pentingnya suatu hal

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik motivasi yang timbul atau datang melalui luar diri individu. Motivasi ekstrinsik timbul dikarenakan eksistensi stimulus dari luar. Rangsangan tersebut dapat berupa doronganyang datang dari pihak lain seperti dorongan dari orang tua,teman, guru, serta lainnya.

Dalam setiap individu, motivasi bekerja dengan kekuatan yang berbeda-beda.

Terdapat juga motif-motif yang dikatakan dapat mempengaruhi hal-hal tertentu.

Penyebab utama adanya tingkah laku individu ialah adanya motif yang kuat. Menurut (Handoko, 1992), untuk mengetahui motif yang mendominasi seseorang dapat kita amati melalui beberapa hal, 1) kemauan kuat yang dimiliki oleh individu untuk berbuat, 2) jumlah waktu yang dimiliki oleh individu tersebut, 3) seberapa rela

16 individu tersebut meninggalkan tugas, 4) kemauan mengeluarkan biaya untuk perbuatan tersebut, dan 5) tingkat ketekunan yang dimiliki individu tersebut untuk mengerjakan tugas dan hal-hal lain. Menurut Maslow dalam (Siagian, 1989) untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu, manusia pada dasarnya termotivasi oleh suatu keinginan yang kuat.

Ada pula lima hirarki kebutuhan menurut Maslow:

1. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis dapat dikatakan sebagai kebutuhan dasar ataupun keperluan pokok setiap individu semacam kebutuhan sandang, pangan serta papan

2. Kebutuhan Rasa Aman

Kebutuhan rasa aman tidak hanya menjurus pada keamanan fisik, namun termasuk juga keamanan psikologis seperti perlakuan adil bagi setiap individu

3. Kebutuhan Dimiliki dan Memiliki

Kebutuhan ini dapat mendorong dan memunculkan ikatan atau hubungan emosional antar satu individu dengan individu lainnya, seperti hubungan antara lawan jenis atau sesama jenis di lingkungan masyarakat atau kelompok

4. Kebutuhan Harga Diri

Pada kebutuhan ini, setiap individu memiliki harga diri. Berdasarkan hal tersebut, setiap individu membutuhkan pengakuan akan keberadaan dan statusnya

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan aktualisasi diri adalah keperluan seseorang dalam mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya. Aktualisasi itu tidakhanya dalam bentuk karya, tetapi juga individu tersebut dapat mengembangkan kemampuannya dengan mengerjakan sesuatu sebaik- baiknya dalam bidangnya masing-masing. Untuk itu bentuk aktualisasi akan berbeda bagi setiap individu.

17 2.1.4 Musik

Musik didefinisikan sebagai sebuah seni yang tersusun oleh irama dan nada yang kemudian digabungkan pada melodi dan irama, sehingga dapat menciptakan keharmonisan karena adanya suara yang indah (KBBI, 1990). Hidayat (2014) mengatakan bahwa musik dapat dikatakan sebagai sebuah media yang efektif untuk penyampaian pesan. Musik sebagai media penyampaian pesan menjadi salah satu cara yang dilangsungkan musisi sebagai media berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada pendengarnya.

Ada pula pendapat lainnya yang mengatakan bahwa musik merupakan seni dan ilmu pengetahuan mengenai gabungan melalui sejumlah nada, instrumental maupun vokal yang juga mencakup harmoni serta melodi yang digambarkan menjadi ekspreksi melalui berbagai aspek yang hendak disampaikan khususnya aspek emosional (Bahari, 2008). Dalam bermusik, musisi berperan sebagai komunikator yang tidak hanya menggunakan musik, tetapi juga memanfaatkan lirik lagu sebagai media penyampaian pesan kepada pendengarnya atau khalayak. Rasyid (2010) mengatakan bahwa ada beberapa manfaat musik:

1. Aristoteles berpendapat bahwa perasaan pendengar dapat terpengaruh oleh musik, pendengar dapat menjadi sedih atau senang tergantung pada musik yang didengar.

2. Musik juga dapat memberikan semangat, perasaan santai dan juga perasaan nyaman bagi pendengarnya.

3. Bagi pendengar yang mengalami kecemasan mental, musik juga dapat mengobati hal tersebut salah satunya seperti depresi.

4. Kecerdasan manusia dapat ditingkatkan dengan musik.

5. Musik dapat meningkatkan harga diri. Bagi seseorang yang ingin melaukan terapi, musik dapat menjadi salah satu media alternatif untuk terapi.

6. Musik dapat menumbuhkan motivasi seseorang.

Dalam jurnalnya yang berjudul Klasifikasi dan Retrieval Musik Berdasarkan Genre (Sebuah Studi Pustaka), Giri (2017) mengutip dari AllMusic yang mengemukakan bahwa terdapat 21 genre musik yaitu Children’s, Country, Easy

18 Listening, Avant-Garde, Classical, Blues, Comedy/Spoken, Holiday, Folk, Electronic, Latin, Jazz, New Age, International, Vocal, Pop/Rock, Rap, R&B, Religious, Reggae, dan Stage & Screen. Ada pula pembagian jenis musik berdasarkan nadanya (Fernandito et al., 2019):

1. Musik Diantonis

Pada jenis musik diantonis, biasanya menggunakan tujuh buah tangga nada pada umunya yaitu do re mi fa sol la si. Jenis musik yang termasuk musik diantonis diantaranya Folk, Pop, Blues, Country, Jazz, R&B, Rock, dan Classic

2. Musik Pentatonis

Tangga nada yang digunakan pada jenis musik pentatonis berjumlah lima buah yaitu do re mi sol la, maka musik yang dihasilkan diantaranya yaitu Jazz, Blues, dan R&B

3. Musik Kontemporer/Modern

Musik kontemporer atau modern dapat dikatakan sebagai jenis musik yang identik dengan penciptaan kreativitas, perilaku produktif, dan proses penyampaian pesan.

2.1.5 Lirik Lagu

Dalam mengekspresikan pengalaman dan menggambarkan cerita yang dibangun, seorang musisi akan menciptakan lirik lagu sebagai media penyampaian pesan dari musik atau lagunya. Luxemburg (1989) mendefinisikan syair lagu atau lirik sebagai puisi begitu juga sebaliknya serta selaras, pengertian teks puisi tidak saja mencakup tipe-tipe sastra, tetapi mencakup ungkapan yang sifatnya pepatah, doa, iklan, semboyan, serta syair lagu pop pula. Lirik lagu dapat dikatakan juga sebagai ekspresi dari penciptanya yang berisi tentang suatu hal yang pernah dialami, dilihat maupun didengar. Pencipta musik akan bermain dengan gaya bahasa dan vokal, dan kemudian melakukan penyesuaian lirik sehingga pencipta akan mampu mempengaruhi pendengarnya agar terbawa dengan cerita yang dibangun dalam sebuah musik atau lagu (Awe, 2003).

Pradopo (2009) berpendapat bahwa puisi atau lirik lagu merupakan pemikiran yang dapat dikatakan bersifat musikal. Meskipun memiliki kesamaan dengan sajak,

19 lirik lagu memiliki ciri khas atau kekhususan tersendiri dimana ide yang dituangkan dalam lirik lagu dikuatkan dan dilengkapi oleh jenis irama yang diselaraskan pada warna suara dari penyanyinya. Kemampuan dalam menarik atensi, membangkitkan perasaan dan dapat menimbulkan tanggapan yang jelas maka lirik lagu dapat dikatakan lebih bersifat puitis (Pradopo, 2009). Sesuai dengan sejumlah definisi tersebut, maka bisa disebutkan bahwasanya lirik lagu adalah media penyampaian pesan melalui sosok musisi pada pendengarnya yang dilengkapi dengan irama dan melodi.

Puisi atau lirik terdiri atas dua bagian besar yaitu struktur fisik dan struktur batin. Richards dalam (Djojosuroto, 2005) mengatakan kedua struktur tersebut merupakan hakikat dan metode puisi, sedangkan Boulton menyebutnya sebagai bentuk fisik dan mental. Menurut Jabrohim (2001), unsur lirik lagu dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Unsur bentuk (struktur fisik), terdiri atas diksi, kiasan, pengimajian, kata konkret, ritme, dan tipografi

2. Unsur isi (struktur batin), terdiri atas tema, perasaan, nada, dan amanat.

2.1.6 Analisis Semiotika

Semiotika merupakan sebuah metode analisis yang dipakai dengantujuan untuk mengkaji dan mengolah makna atau arti sebuah tanda serta hubungannya. Kata Semiotika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Semeion” yang memiliki arti tanda (Ahyar, 2019). Mulai dari proses penggunaan tanda dan sistem tanda, semiotika ditetapkan menjadi cabang ilmu yang dekat dan berhubungan dengan tanda. Dua tokoh semiotik yaitu Ferdinand De Saussure (1857-1913) serta Charles Sander Peirce (1839-1914) mempelopori studi ini dengan tujuan untuk menunjukan tentang bagaimana tanda (Signs) serta kaidah yang mengaturnya terbentuk (Ida, 2014).

Penggunaan semiotika pada intinya ialah untuk melakukan penelaahan suatu hal yang berkaitan pada tanda baik itu dala karya sastra serta teks media (Sobur, 2002). Ada 9 macam semiotik:

1. Semiotik Analitik, ialah semiotik yang menganalisa atau mempelajari sistem tanda

20 2. Semiotik Deskriptif, ialah semiotik yang menelaah sistem tandayang

dialami saat ini, meskipun tanda telah ada sejak dahulu

3. Semiotik Founal, ialah semiotik yang secara khusus memperhatikan sistem tanda yang hanya dihasilkan oleh hewan

4. Semiotik Kultural, ialah semiotik yang mempelajari sistem tandayang berlaku dalam budaya di lingkungan masyarakat tertentu

5. Semiotik Naratif, ialah semiotic yang melakukan penelaahan sistem tanda pada narasi dalam wujud cerita dan mitos

6. Semiotik Natural, ialah semiotik yang melakukan penelaahan terhadap sistem tanda yang telah alam hasilkan

7. Semiotik Normatif, ialah semiotik yang melakukan penelaahan tandatanda yang manusia buat dan wujudnya adalah sejumlah norma

8. Semiotik Sosial, ialah semiotik yang melakukan penelaahan dan mempelajari tanda-tanda yang dibuat oleh manusia dalam wujud lambang, baik lambang dalam kata ataupun kalimat.

9. Semiotik Struktural, ialah semiotik yang membahas sitem tanda yang telah dimanifestasikan lewat struktur bahasa.

Menurut Morris dalam (Ramadhiani, 2021), terdapat tiga cabang dalam penyelidikan kajian semiotika:

1. Sintaktik (Syntactics), yaitu mengkaji hubungan formal diantara sebuah tanda dengan tanda yang lainnya sehingga tanda tersebut mempunyai arti.

2. Semantik (Semantics), yaitu mempelajari dan mengkaji hubungan diantara tanda serta objek yang menjadi acuan.

3. Pragmatik (Pragmatics), yaitu mengkaji hubungan antara tanda dengan interpreter atau para pemakainya. Secara khusus, pragmatic berhubungan pada aspek komunikasi.

Charles Sander Peirce dalam (Budiman, 2004) mengatakan bahwa tanda atau Representamen merupakan sesuatu bagi orang lain yang mewakili sesuatu yang lain.

Peirce mengatakan sesuatu yang lain itu sebagai Interpretant. Dengan demikian

21 Pierce mendefinisikan bahwa suatu tanda atau Representamen mempunyai hubungan langsung pada objek serta Interpretan.

Seorang ahli semiotika yang kental dengan warna strukturalisme kepada semiotika sebelumnya ialah Roland Barthes (Noth, 1990). Sebagai kunci dari analisisnya, Barthes menyatakan konsep konotasi serta denotasi. Denotasi didefinisikan menjadi makna yang paling nyata diantara tanda (Sign) yang ada.

Sedangkan konotasi digunakan Barthes untuk menunjukan signifikansi kedua.

Dasar semiotika yang lebih fokus pada semotika linguistik dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure. Menurut Saussure dalam (Fitri, 2017) bahasa ialah sebuahsistem tanda yang mana dari tiap tanda itu tersusun atas dua bagian yaitu penanda (Signifier) dan petanda (Signified). Pada pendekatan Saussure, tanda dikatakan sebagai manifestasi konkret dari bunyi yang didentifikasi dengan citra bunyi sebagai penanda. Maka dari itu, penanda (Signifier) serta petanda (Signified) termasuk kedalam unsur metalistik.

Berdasarkan definisi-definisi semiotika tersebut, peneliti beranggapan bahwa semiotika Ferdinand De Saussure merupakan metode yang tepat untuk dipakai pada penelitian ini. Peneliti merasa bahwa sistem tanda yang tersusun dari 2 bagian yakni penanda (Signifier) dan petanda (Signified) sesuai dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terhadap lirik lagu, dimana lirik lagu sebagai penanda (Signifier) dan pemaknaan pesan sebaga petanda (Signified).

2.1.7 Semiotika Ferdinand De Saussure

Berdasarkan pandangan Saussure jika kita ingin memahami sebuah karya, maka kita harus karya tersebut secara keseluruhan. Menurut Sobur dalam (Wibowo, 2013) setidaknya terdapat 5 pandangan Saussure yang terkenal, yakni (1) Signifier (penanda) dan Signified (petanda), (2) Form (bentuk) dan Content(isi), (3) Langue (bahasa) dan Parole (tuturan/ujaran), (4) Synchronic (sinkronik) dan Diachronic, serta (5) Syntagmatic dan Associative atau paradigmatik. Saussure berpendapat bahwa Sign tersusun atas gambar dan bunyiyang kemudian dinamakan dengan penanda (Signifier), lalu konsep dari gambar dan bunyi dinamakan petanda atau (Signified).

Sebagai unsur tambahan pada proses penandaan, Saussure memaknai objek sebagai Referent, hal tersebut hampir sama dengan pendapat Peirce yang menyebut istilah

22 Interpretant untuk Signified serta Object untuk Signifier (Sobur, 2013). Saussure juga menyebutkan jika Signifier (penanda) dan Signified (petanda) adalah hal yang tidak bisa dipisahkan, terlebih lagi kita tidak bisa memisahkan penanda serta petanda dari tanda tersebut.

Gambar 2. 1 Model Semiotika Ferdinand De Saussure Sumber : (McQuail, 2000)

Berdasarkan gambar tersebut, hubungan diantara penanda serta petanda dapat dikatakan sebagai produk kultural. Hubungan tersebut juga memiliki sifat arbiter dan hanya melihat pada dasar konvensi, kesepakatan ataupun peraturan pemakai bahasa tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan salah satu pandangan Saussure yakni Signifier (penanda) dan Signified (petanda). Signifier atau penanda didefinisikan sebagai sesuatu yang bermaknaatau suatu ide dan juga merupakan aspek material bahasa yakni apa yang didengar atau diucapkan, dan apa yang dibaca atau ditulis, sedangkan Signified atau petanda adalah gambaran pikiran atau konsep (Sobur, 2006). Signifier (penanda) dalam penelitian ini berupa lirik lagu, dan Signified (petanda) dalampenelitian ini berupa pemaknaan pesan motivasi

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilangsungkan oleh peneliti beracuan terhadap sejumlah terdahulu.

Penelitian terdahulu tersebut terdiri dari lima skripsi, lima jurnal nasional, dan lima jurnal internasional. Penelitian terdahulu digunakan sebagai sumber rujukan yang berkaitan pada penelitian yang dilangsungkan oleh peneliti. Berikut ialah uraian penelitian terdahulu yang peneliti gunakan.

23 Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu (Skripsi)

Literature Review I

Judul REPRESENTASI KEBUDAYAAN BUGIS-MAKASSAR

DALAM LIRIK LAGU ALBUM “ALKISAH” BAND THEORY OF DISCOUSTIC

Peneliti Lia Lestari Lobo

Tahun 2016

Sumber https://core.ac.uk/download/pdf/77629884.pdf Universitas Hasannudin

Hasil Dengan menggunakan teori semiotika Ferdinand De Saussure, penelitian dilakukan terhadap grup band Theory og Discoustic yang memperkenalkan kebudayaan Bugis-Makassar lewat lagu-lagunya.

Ada pula beberapa lagu yang diteliti yaitu “Lengkara”, “Satu Haluan”, “Negeri Sedarah”, dan “Alkisah”. Tiga lagu yang berjudul

“Lengkara”, “Satu Haluan”, dan “Negeri Sedarah”

merepresentasikan bahwa orang Makassar dikenal sebagai pelaut ulung dan juga merepresentasikan proses dan tujuan dari ritual Mappalili yang berarti menjaga tanaman padi dari sesuatu yang akan mengganggu atau menghancurkannya. Berbeda dengan lagu

“Alkisah”, lagu ini merupakan kesimpulan dari ketiga lagu sebelumnya. Dalam lagu ini diceritakan bagaimana sejarah dan peristiwa terbentuk sampai dikenang. Melalui lagu “Alkisah” ini pendengar diajak untuk mengingat kebudayaan dan sejarah sebagai identitas atau jati diri.

Perbedaan Fokus pada penelitian ini ialah untuk mengemukakan representasi masyarakat Makassar yang dikenal sebagai pelaut ulung. Objek dalam penelitian ini berupa beberapa lagu yaitu “Lengkara”, “Satu Haluan”, “Negeri Sedarah”, dan “Alkisah”. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan berfokus pada pemaknaan pesan motivasi.

Literature Review II

24 Judul REPRESENTASI JIHAD DALAM LIRIK LAGU PURGATORY –

DOWNFALL : THE BATTLE OF UHUD (Analisis Semiotika

Pembahasan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes akan menjelaskan makna denotasi, konotasi dan mitos dalam lirik lagu Downfall : The Battle of Uhud.

Makna denotasi yang merepresentasikan jihad dalam lirik lagu ini ialah jihad digambarkan dengan berperang dan menguatkan niat kepada Allah SWT. Makna konotasi yang merepresentasikan jihad dalam lirik lagu ini ialah dikatakan bahwa jihad merupakah berperang melawan hawa nafsu yang kemudian mereka dapat berjihad untuk hal yang lebih besar lagi. Mitos dalam lirik lagu ini ialah jihad digambarkan dalam bentuk kecintaan terhadap materi, menegakan keadilan harus dengan peperangan, dan segala hal yang berdasarkan ketuhanan akan mendapatkan pahala. Secara garis besar jihad dalam lirik lagu ini direpresentasikan sebagai bentuk ketaatan pribadi seorang hamba dengan Tuhan-Nya dan menggambarkan seorang hamba yang teguh pendirian menahan godaan syetan.

Perbedaan Penelitian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes dan berfokus pada representasi jihad. Objek pada penelitian ini ialah lagu

“Purgatory-Downfall : The Battle Of Uhud.” Sedangkan pada penelitian yang akan peneliti lakukan akan berfokus pada pemaknaan pesan motivasi.

Literature Review III

Judul PESAN DAKWAH LIRIK LAGU BOCAH NGAPA YAK GROUP BAND WALI (Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce)

Peneliti Wildaanun Najiib

Tahun 2020

Sumber http://etheses.iainponorogo.ac.id/12559/

25 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo

Hasil Dengan menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce, peneliti melakukan penelitian terhadap lirik lagu “Bocah Ngapa

Hasil Dengan menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce, peneliti melakukan penelitian terhadap lirik lagu “Bocah Ngapa

Dokumen terkait