• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3 Pembahasan

4.3.5 Aktivitas Komunikasi Ritual Upacara Adat

4.3.5.2 Peristiwa Komunikatif Upacara Adat

Upacara adat seren taun merupakan upacara yang rangkaiannya paling banyak, terdapat berbagai tahapan acara dalam prosesi ritual. Peristiwa komunikatif melibatkan setiap unsur yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa komunikasi secara utuh. Ritual upacara adat tidak hanya menyuguhkan sesuatu yang sifatnya sakral, ada peristiwa-peristiwa yang berperan merubah situasi saat ritual berlangsung. Peristiwa komunikasi tersebut tidak berdiri sendiri, artinya peristiwa satu dan yang lainnya berhubungan, bahkan dengan ritual lain yang sudah terlebih dahulu dilaksanakan.

1. Setting

Meliputi tempat tutur dan suasana tutur suatu peristiwa komunikasi berlangsung, tempat tutur yaitu di depan leuit si jimat, tepat disamping imah gede dan ajang pertemuan. Tempat ini merupakan tempat sentral yang selalu dijadikan tempat berlangsungnya ritual. Di tempat ini terjadi komunikasi antara arak-arakan dan ketua adat pemimpin ritual. Di tempat ini pula terjadi komunikasi monolog yaitu berupa ngukus dan melantunkan puji-pujian kepada Karuhun dan Nyi Pohaci. Sedangkan suasana tutur yaitu berkaitan dengan suasana psikologis yang muncul pada setiap partisipan yang ikut melaksanakan ritual, yaitu baris kolot dan para

rendangan serta pemangku adat lain yang pada hari tersebut datang ikut menghadiri. Setiap partisipan terlihat penuh suka cita, tidak ada

kesediahan yang menyelimuti partisipan, yang ada hanya rasa haru ketika melihat dan mendengarkan lantunna kawih sunda yang mengiringi prosesi ngaleuitken pare. Suara penyanyi yang lirih membuat para rendangan menundukkan kepala hanyut menyimak bait demi bait lagu dan piji-pujian yang dilantunkan. Ada rasa bahagia yang tampak dari setiap wajah para baris kolot pada saat menyaksikan Nyi Pohaci.

Semua baris kolot yang tidak sempat hadir pada ritual sebelumnya, justru menyempatkan diri pada ritual upacara adat ini. Ritual upacara adat selain sebagai perintah Karuhun tapi juga sebagai sebuah upaya untuk memperkuat hubungan kekeluargaan antara sesama masyarakat adat. Semua masyarakat adat datang tanpa dengan paksaan melainkan rasa kesadaran pribadi akan pentingnya menjaga tatali paranti karuhun.

2. Partisipants

Upacara adat merupakan acara ritual yang melibatkan lebih banyak pasrtisipan, berbagai elemen ikut dan hadir dalam pelaksanaan ritual ini. Tidak hanya baris kolot yang memegang tanggung jawab kunci, melainkan unsur lain seperti incu putu yang menjadi pembawa

rengkong dan arak-arakan. Gadis remaja masyarakat adat yang menjadi dayang-dayang, mereka terlihat cantik dengan balutan kain samping dan kemaja sambil membawa boboko dan ikatan padi di dalamnya. Para jawara atau pendekar kasepuhan yang menjadi bagian

dalam mengisi acara debus. Tamu undangan dari unsur pemerintahan, masyarakat adat yang ikut menyaksikan jalannya ritual serta pengunjung dari berbagai daerah bahkan luar kota, pada saat ritual semuanya sama-sama ikut menjadi bagian dari berjalannya ritual tahunan upacara adat seren taun .

3. Ends

Tujuan bersama dalam ritual upacara adat yaitu untuk ngamumule pare yang merupakan tatali parantikaruhun. Upacara adat merupakan ritual yang ditujukan untuk netepkeun pare atau menertibkan padi ke tempat yang seharusnya yaitu leuit. Padi yang selama proses tanam sudah melewati banyak hal, kini ditempatkan di sebuah tempat penyimpanan yang aman untuk jangka waktu lama. Leuit merupakan sebuah sisitem adat yang bertujuan untuk menjamin ketersediaan pangan dalam jangka waku yang lama, karena menyimpan padi di leuit bisa membuat padi bertahan hingga puluhan tahun lamananya. Disamping itu tujuan upacara ini pada hakekatnya merupakan sebuah ritual yang memperlakukan padi sama seperti memperlakukan sesuatu yang hidup atau yang berjiwa, yaitu tentang melakukan perlakuan baik sebagaimana masyarakat adat memperlakukan dirinya sendiri. Tujuan akhir adalah tercapainya tujuan hidup yang selalu diberkahi melalui syukuran yang diadakan rutin setiap tahunnya.

4. Act Sequnence

Urutan tindakan ini mengacu pada apa yang dibicarakan selama proses peristiwa komunikasi berlangsung. Prosesi ngukus di

parupuyan dimulai, komunikasi yang terjadi selama ritual lebih sering monolog, pesan disampaikan berupa lantunan puji-pujian yang di dalamnya tentang Nyi Pohaci. Tindakan tutur dalam ritual bersifat konstan, artinya runutan komunikasi terjadi sesuai aturan dan tidak berubah. Urutan prosesi kunci juga tetap sama, lantunan piji-pijian dan

kawih yang disampaikan juga sama, sehingga tidak ada peristiwa komunikasi yang menyebabkan terjadinya perubahan esensi ritual.

5. Keys

Cara pelaksanaan seren taun pada dasarnya dari tahun ke tahun tetap sama. Pada seren taun 2017 penulis melihat bahwa yang membedakan bukan pada cara pelaksanaan seren taun . Artinya peristiwa-peristiwa komunikasi tetep berjalan seperti biasanya. Ngukus

tetap dilakukan, arak-arakan juga demikian, pujii-pujian juga sama seperti tahun sebelumnya. Tapi partisipan yang menjadi fokus acuan acara pelaksanaan ritual, untuk pertama kalinya setelah puluhaan tahun. Ritual upacara adat tidak dipimpin oleh Abah Usep secara langsung melainkan oleh putra sulungnya Raden Angga Kusuma, hal ini tidak merubah kehidmatan pelaksanaan ritual. Ritual justru berjalan lancar dan penuh suka cita.

6. Instrumentalities

Bentuk pesan terdiri dari pesan verbal dan non verbal. Komunikasi terjadi ketika sedang Ngukus, pesan yang disampaiakan dalam Ngukus bukan untuk disampaikan kepada manusia, melainkan sesuatu yang sifatnya astral atau Karuhun. Komunikasi ini juga sama melibatkan instrumen-instrumen non verbal demi mencapai apa yang dimaksudkan. Salah satu pesan verbal yang disampaikan dalam

puji-pujian adalah ”Ayena Si Nyai ku kami diamitkeun” yang berarti bahwa sekarang Nyai telah dirapikan di tetapkan ke dalam tempat penyimpanan yang seharusnya. Melihat dari apa yang disampikan melalui pesan verbal tersebut, dapat dikatakan bahwa pesan-pesan yang muncul pada saat seren taun adalah semuanya mengacu pada

sebuah harapan dan do‟a-doa yang disampaikan dengan cara unik dan khas, mencerminkan manusia yang berbudaya, manusia yang menghargai apa yang diwariskan nenek moyangnya.

7. Norm of Interaction

Norma-norma interaksi merupakan sebuah tatanana yang secara disadari dan dilaksanakan menjadi sebuah aturan yang tidak tertulis namun menjadi bagin bahkan pedoman untuk bertindak. Norma dalam interaksi ini adalah bagaimana bersikap dalam sebuah ritual yang sakral sehingga tidak mengganggu jalannya sebuah ritual, masyarakat adat memahami kapan harsunya berbicara keras kapan harusnya berbisik atau bahkan hanya mengangguk untuk berkomunikasi.

Artinya pada saat ritual yang sakral, komunikasi non verbal menjadi komunikasi yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan.

8. Genre

Tipe peristiwa dalam ritual upacara adat lebih banyak monolog, tidak terjadi komunikasi verbal secara timbal balik yang berlangsung lama. Para pelaksana ritual semuanya sudah memahami apa tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, tukang rengkong sudah siap tanpa perlu harus diperintahkan, begitu pula rombongan arak-arakan yang membawa rengkong. Sepanjang ritual didominasi oleh acara puji-pujian atau kawih sunda, dimulai pada saat memasukan pare indung sampai pada padi-padi yang lain hingga selesai.

Dokumen terkait