• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. PERJUDIAN

Pada sub bahasan ini, peneliti akan menjelaskan definisi perjudian secara umum, menjelaskan unsur-unsur suatu aktivitas dikatakan perjudian, dan faktor yang memengaruhi orang melakukan perjudian, serta pada bagian akhir akan memaparkan dampak-dampak yang ditimbulkan dari perjudian. Berikut adalah penjelasan dari sub bahasan ini:

1. Definisi Perjudian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), judi adalah permainan dengan memakai uang atau barang berharga sebagai taruhannya. Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat (3) mengartikan judi adalah tiap-tiap

permainan yang mengandung unsur taruhan dan untung-untungan untuk memperoleh kemenangan yang dilakukan oleh orang-orang yang turut bermain ataupun berlomba. Dali Mutiara (dalam Kartono, 2007) menyatakan bahwa permainan judi harus diartikan dengan arti yang luas, juga termasuk segala pertaruhan tentang kalah menangnya suatu pertandingan atau segala pertaruhan dalam perlombaan yang diadakan antara dua orang yang ikut mapun tidak ikut dalam pertaruhan maupun perlombaan tersebut. Perjudian dapat dikatakan sebagai adu nasib dalam bentuk permainan yang bersifat untung-untungan dengan berbagai macam taruhan dengan sejumlah uang di dalamnya (Saputra & Syani, 2013).

Perjudian merupakan permainan yang bertujuan untuk mendapatkan sesuatu hal yang bernilai lebih besar dengan melibatkan risiko dan ketidakpastiaan di dalamnya (Ashley & Boehlke, 2012). Suatu hal dikatakan perjudian apabila adanya partisipasi dan kesepakatan secara sukarela antara dua pihak atau lebih untuk melakukan pertukaran uang atau barang yang bernilai dari suatu peristiwa yang tidak pasti hasilnya (Blaszczynski, Walker, Sagris, Dickerson, 1999). Kartono (2007) mengartikan perjudian merupakan pertaruhan secara sengaja dengan mempertaruhkan sesuatu yang dianggap bernilai dan menyadari adanya risiko, harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan, dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perjudian merupakan suatu kegiatan berupa pertaruhan dengan melibatkan dua pihak atau

lebih untuk mempertaruhkan sejumlah uang atau sesuatu yang dianggap bernilai dengan menyadari segala risiko dan harapan untuk menang demi mendapatkan sesuatu yang berlebih pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan, dan kejadian yang belum pasti hasilnya.

2. Perjudian Dalam Konsep Kesehatan Mental

Perjudian dalam DSM IV TR masuk dalam spektrum gangguan kontrol impuls yang tidak dapat digolongkan pada kategori lain. Hal penting dari gangguan kontrol impuls adalah kegagalan untuk menahan dorongan atau godaan untuk melakukan tindakan yang berbahaya bagi diri sendiri atau orang lain. Individu merasa mengalami peningkatan ketegangan atau gairah sebelum melakukan tindakan dan kemudian mengalami kesenangan, kepuasan, atau perasaan lega pada saat melakukan tindakan tersebut. Setelah melakukan tindakan ini, individu mungkin tidak menyesal atau menyalahkan diri pada perbuatan yang telah dilakukan. Ada beberapa gangguan yang masuk pada spektrum ini yaitu intermittent explosive disorder, kleptomania, pathological gambling, trichotillomania, impulse-control disorder not otherwise specified

(American Psychiatric Association, 2000).

Gangguan kontrol impuls mencangkup gangguan intermittent explosive,

yakni ditandai dengan kegagalan untuk melawan impuls agresif yang mengakibatkan serangan serius pada diri maupun perusakan barang-barang.

Kleptomania, yakni ditandai dengan kegagalan berulang untuk melawan impuls mencari benda-benda yang tidak diperlukan untuk penggunaan pribadi atau nilai

pribadi. Pyromania, yakni ditandai dengan pola penggunaan api untuk kesenangan, kepuasan, atau untuk meringankan ketegangan. Pathological gambling, yakni ditandai dengan perilaku perjudian yang berulang dan terus-menerus dan cenderung maladaptif. Trichotillomania, yakni ditandai dengan perilaku menarik dan mencabut rambut sehelai demi sehelai secara berulang untuk mendapatkan kesenangan, kepuasan, dan meringankan tegangan yang akhirnya mengakibatkan kehilangan rambut. Impulse-control disorder not otherwise specified, yakni termasuk dalam gangguan kontrol impuls yang tidak memenuhi kriteria dari salah satu gangguan kontrol impuls yang spesifik. Gangguan pathological gambling, intermittent explosive, kleptomania, trichotillomania, impulse-control disorder not otherwise specified masuk dalam satu spektrum gangguan kontrol impuls karena adanya kesamaan mengenai kegagalan untuk menahan dorongan atau godaan untuk melakukan tindakan yang berbahaya bagi diri sendiri atau orang lain.

3. Unsur-unsur Perjudian

Ada tiga unsur agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai judi menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia, nomor 9, tahun 1984 (dalam Haryanto, 2003), yaitu:

1. Permainan atau perlombaan, yaitu judi dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang atau mencari kesibukan untuk mengisi waktu senggang guna menghibur hati, namun para pelaku tidak harus terlibat dalam

permainan karena boleh jadi mereka adalah penonton atau orang yang ikut bertaruh terhadap jalannya sebuah permainan atau perlombaan.

2. Untung-untungan, merupakan usaha untuk memenangkan permainan atau perlombaan berdasarkan unsur spekulatif, kebetulan, untung-untungan. Faktor kemenangan diperoleh karena kebiasan atau kepintaran pemain yang sudah sangat terbiasa atau terlatih.

3. Ada taruhan, dalam permainan atau perlombaan terdapat taruhan yang dipasang oleh para pihak pemain atau bandar, baik dalam bentuk uang ataupun harta benda lainnya, dan bahkan kadang istri pun bisa dijadikan taruhan. Unsur ini merupakan unsur yang paling utama untuk menentukan apakah sebuah perbuatan dapat disebut sebagai judi atau bukan.

Dari uraian di atas maka jelas segala perbuatan yang memenuhi ketiga unsur di atas dapat digolongkan sebagai perbuatan judi.

3. Faktor-faktor Perjudian

Adapun beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan perjudian (Saputra & Syani, 2013), yaitu

a. Faktor sosial dan ekonomi

Status sosial dan tingkatan ekonomi yang rendah membuat orang-orang tertarik untuk berjudi agar dapat meningkatkan taraf perekonomian dengan waktu yang singkat dan cara yang relatif instan. Selain itu, kondisi sosial masyarakat yang menerima perilaku berjudi juga berperan besar terhadap perilaku tersebut terjadi di dalam kelompok atau komunitas.

b. Adanya tekanan dari teman-teman, kelompok, lingkungan untuk berpartisipasi dalam perjudian. Tekanan kelompok membuat individu merasa tidak enak jika tidak menuruti apa yang diinginkan oleh kelompok atau apa yang sering terjadi di lingkungan tersebut.

c. Faktor keingintahuan

Faktor belajar atau keingintahuan terhadap hal-hal yang menjadi topik hangat pembicaraan di masyarakat mendorong seseorang untuk melakukan judi. Pelaku beranggapan bahwa siapapun bisa menang termasuk dirinya sehigga muncul rasa penasaran untuk melakukannya berulang kali.

d. Persepsi tentang kemenangan

Peluang dalam meraih kemenangan cenderung dianggap keliru dengan kemungkinan meraih kemenangan. Dalam hal ini, penjudi sering mengaggap bahwa kemenangan atau kebehasilan dalam permainan judi adalah keterampilan yang dimiliki oleh dirinya.

e. Faktor persepsi terhadap keterampilan

Individu menganggap bahwa judi adalah aktivitas menarik dan menyenangkan sehingga memunculkan keinginan untuk memperoleh penghargaan dari lingkungan.

4. Dampak-dampak Perjudian

Menurut Kartono (2007), secara umum perjudian dapat membuat orang menjadi malas, tidak mengenal rasa malu dan jika modalnya habis dia bisa menjadi kalap, lalu sampai hati merampas hak milik orang lain, merampok atau

mencuri. Harta kekayaan dan semua warisan, bahkan juga anak dan istrinya habis dipertaruhkan di meja judi. Sebaliknya apabila menang berjudi, maka hati menjadi senang sehingga sifatnya sangat royal, boros, tanpa pikir, dan lupa daratan. Berjudi bisa merangsang orang untuk berbuat kriminal, seperti mencuri, merampok, merampas, korupsi, menggelapkan kas Negara, dan melakukan macam-macam tindakan asusila lainnya. Kebiasaan berjudi mengkondisikan mental individu menjadi ceroboh, malas, mudah berspekulasi, dan cepat mengambil risiko tanpa pikir panjang.

Masalah judi mengacu pada situasi di mana aktivitas perjudian dapat membahayakan pemain, keluarganya, pasangan, dan mungkin meluas ke masyarakat (Dickerson dalam Swift dkk, 2005). Adapun dampak lain yang ditimbulkan dari tindakan perjudian yaitu:

a. Dampak pada masyarakat

Menurut hasil dari beberapa penelitian, perjudian dapat memicu para pelaku melakukan pelanggaran hukum, seperti penipuan, pencurian, pemalsuan, penggelapan, dan perusakan barang-barang untuk mempertahankan tindakan perjudian (Blaszczynski dkk, 1999; Swift dkk, 2005).

b. Dampak untuk pelaku

Pelaku yang sering melakukan perjudian cenderung sulit untuk mengontrol keadaan emosinya sehingga melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji, misalnya berbohong, mencuri, dan bertengkar. Selain itu, perjudian juga dapat mengurangi produktivitas dalam bekerja sehingga

gagal bertanggung jawab untuk memenuhi kewajiban. Di sisi lain, jika kalah dari perjudian membuat pelaku menjadi mudah stres dan depresi, seperti mudah melamun, berbicara sendiri, bahkan hingga mabuk-mabukan, sedangkan jika menang dari perjudian akan membuat pelaku menjadi bermalas-malasan dalam bekerja karena beranggapan bahwa uang dapat diperoleh dengan mudah di meja perjudian (Saputra & Syani, 2013). c. Dampak pada keluarga

Berdasarkan penelitian dari Ferland dkk (2008), perjudian dapat membuat relasi di dalam keluarga menjadi tidak baik, seperti kurang memiliki waktu bersama keluarga dan kurang melakukan kegiatan bersama keluarga. Perjudian juga menimbulkan masalah finansial di dalam keluarga, misalnya, menumpuknya utang, meningkatnya pengeluaran, kehilangan pendapatan, hilangnya tabungan, dan aset berharga karena hal-hal tersebut digunakan untuk membayar utang-utang dari perjudian. Hal ini menyebabkan terganggunya hubungan interpersonal karena pelaku sering berbohong, tidak jujur, tidak tulus, tidak bertanggung jawab untuk memberi nafkah, tidak mampu mengontrol emosi sehingga mudah marah dan menimbulkan percekcokan, dan lain sebagainya (Swift dkk, 2005). Hal ini memicu ketegangan-ketegangan dalam rumah tangga, seperti ancaman untuk berpisah dan bercerai

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Swift dkk (2005), masalah finansial juga berdampak pada sulitnya memenuhi kebutuhan keluarga, misalnya kebutuhan biaya hidup, pendidikan anak, biaya

kesehatan, biaya makan sehari-hari, biaya tagihan seperti tagihan listrik dan pajak. Di sisi lain, keluarga juga merasa malu terhadap utang-utang dan permasalahan yang ditimbulkan dari perjudian. Hal ini dapat memicu ketegangan fisik dan emosional keluarga sehingga terjadinya ketidakharmonisan dalam hubungan rumah tangga karena terjadinya ketidakseimbangan hak dan kewajiban yang diterima (Nengsih, 2014). d. Dampak pada pasangan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Swift dkk (2005), pasangan dari penjudi mengalami beberapa tegangan-tegangan fisik dan emosi yang ditimbulkan dari perilaku pasangannya. Tegangan-tegangan dapat dipicu dari masalah ekonomi, masalah kesehatan, masalah relasi, dan harapan yang dimiliki oleh pasangan. Masalah ekonomi ditimbulkan karena suami kurang menafkahi pasangannya sehingga menyebabkan pasangannya bekerja. Masalah finansial dapat memicu kesulitan lainnya, seperti kesulitan untuk memenuhi biaya hidup, biaya rumah tangga, biaya anak, dan biaya tagihan sosial dan kesehatan. Istri juga sering berkorban dengan merelakan uang dan menjual aset berharga demi membayar utang-utang yang ditimbulkan dari tindakan perjudian. Selain itu, istri juga kerap merasa cemas karena sering ditelepon dan didatangi oleh orang-orang penagih utang.

Masalah relasi meliputi komunikasi yang buruk dengan pasangan sehingga berpengaruh terhadap buruknya hubungan seksual dan interpersonal. Hal ini dikarenakan pasangan sering berbohong tentang utang

yang dimiliki. Berbohong juga dapat mengikis kepercayaan dalam hubungan mereka sehingga menyebabkan kemarahan, stres, frustasi, depresi, keinginan untuk merokok, mengkonsumsi alkohol dan bunuh diri, serta keinginan untuk berpisah atau bercerai. Perjudian juga menimbulkan masalah kesehatan, seperti masalah gangguan tidur, insomnia, sakit kepala, migren, gangguan pada perut, dan lain sebagainya. Masalah ini muncul karena tekanan-tekanan finansial dan psikologis yang dialami oleh para istri (Blaszczynski dkk, 1999; Swift dkk, 2005).

Istri cenderung merasa stres, marah, depresi sehingga ingin bunuh diri, merokok, dan mengkonsumsi minuman beralkohol, perasaan takut, malu, was-was terhadap utang dan masa depan keluarga. Istri juga merasakan perasaan bersalah dan tertekan karena tidak dapat mencegah suami untuk berjudi, merasa kesepian karena tidak memiliki teman atau keluarga untuk berbagi, dan merasa menyesal karena menikah dengan penjudi (Swift, 2005). Selain itu, istri mungkin mengalami kekerasan di dalam rumah tangga, misalnya dipukul atau diberi kata-kata kasar sehingga memicu pertengkaran (Suada, 2013).

e. Dampak pada anak

Dampak perjudian pada anak yaitu dapat meningkatkan kenakalan pada anak, seperti berbicara tidak sopan kepada orangtua, suka berkelahi karena kurang mendapatkan perhatian dari orangtua, pemalas karena melihat ayah yang kurang giat bekerja, susah diatur karena kurang mendapat perhatian (Sepria, 2014). Selain itu anak juga mengalami ketidakstabilan

emosi sehingga menyebabkan perilaku-perilaku yang menyimpang, misalnya mulai mencoba merokok, mencoba minum-minuman beralkohol, menurunnya produktivitas di sekolah, dan bahkan meniru untuk melakukan perjudian (Oei & Gordon, 2007).

Dokumen terkait