• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

F. Fase-Fase Perkembangan

Fase pekembangan dapat di artikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang peljalanan kchidupan individu di wamai ciri-ciri khususatau pola-pola tingkahlaku tcrtcntu. Mengenai masalah ini

16 Umi Kultsum dan Mohammad Jauhar, Pengantar Psikologi Sosial, (Cet. II, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2016) h. 197-198

pembabakan atau periodeisasi pcrkembangan ini, para ahli berbeda pendapat. Pendapat pendapat itu secara garis besamya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan analisis biologis, didaktis, dan psikologis.

a. Tahap perkembangan analisis berdasarkan analisis biologis

Sekelompok ahli menentukan pembabakan itu berdasarkan keadaan atau proses pertumbuhan tertentu. Pendapat para ahli tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Aristoteles mcnggambarkan perkembangan individu, sejak anak sampai dewas itu dalam tiga tahapan. Setiap tahapan lamanya tujuh tahun, yaitu:

a. Tahap I : Dari 0,0 sampai 7,0 tahun (masa anak kecil atau masa bermain).

b. Tahap II : dan 7,0 sampai 14,0 tahun (masa anak, masa sekolah rendah).

c. Tahap III : dari 14,0 sampai 21,0 tahun (masa remaja/pubertas, masa peralihan dan' usia anak menjadi orang dewasa).

Penahapan ini didasarkan pada gejala dalam perkembangan fisik (jasmani). Hal ini dapat dijelaskan bahwa antar tahap I dan II dibatasi oleh pergantian gigi; antara tahap II dengan tahap III ditandai dengan mulai berfungsinya organ-organ seksual.

2) Kretscmer mengemukakan bahwa dan' lahir sampai dewasa individu melewati empat tahapan, yaitu:

a. Tahap I : dan' 0,0 sampai kira-kira 3,0 tahun; Fullungs (pengisihan) periods I; pada saat im' anak kelihatan pendek gemuk.

b. Tahap II : dari kira-kira 3,0 sampai kira-kira 7,0 tahun;

Streckungs (rentangan) periode I, pada periode III anak kelihatan langsing(memanjang/meninggi).

c. Tahap III : dari kira-kira 7,0 sampai kira-kira 13,0 tahun;

I"ul/ung.s' periods II; pada masa ini anak kelihatan pendek gemuk kcmbali.

d. Tahap IV : dari kira-kira 13,0 sampai 20,0 tahun; Streckungs periode II; pada periode ini anak kembali kelihatan langsing.

b. Tahap perkembangan berdasarkan didaktis

Dasar didaktis atau instruksional yang dipergunakan oleh para ahli ada beberapa kemungkinan: (1) apa yang harus diberikan kepada anak didik pada usian tertentu? (2) bagaimana cara mengajar atau menyajikan pengelaman belajar pada anak didik pada masa-masa tertentu? (3) Kedua hal tersebut dilakukan secara bersamaan.

Yang dapat digolongkan kc dalam penahapan berdasarkan didaktis atau instruksional anatar lain pendapat dan Comonius dan pendapat Rosseau.

1) Comeunius. Dipandang dari segi pendididikan, pendididkan yang lengkap bagi seseorang itu berlangsung dalam empat jenjang yaitu a) Sekolah ibu (scola materna), untuk anak-anak 0,0 sampai 6,0 tahun, b) Sekolah bahas ibu (scola vernaculan) untuk anak-anak usia 6,0 sampai 12,0 tahun, c) Sekolah latina (secola latin) untuk remaja usia 12,0 samapai 18 tahun, d) Akademi (academica) untuk pemudapemudi usia 18,0 samapai 24,0 tahun. Pada setia sekolah tersebut harus diberikan bahan pengajaran (bahan pendidikan) yang sesuai dengan perkembangan anak djdik, dan harus dipergunakan metode penyampaian yang sesuai dengan perkembangannya.

2) Rosseau. Penahapan perkembangan menurut Rosseau adalah sebagai berikut.

a. Tahap I : 0,0 sampai 2,0 tahun, usia asuhan.

b. Tahap II : 2,0 sémpai 12,0 masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera.

c. Tahap III : 12,0 sampai 15,0 periode pendidikan akal.

d. Tahap IV : 15,0 sampai 20,0 pen'ode pendidikan watak dan pendidikan agama.

c. Tahap perkembanga bcrdasarkan psikologis

Para ahli yang menggunakan aspek psikologis sebagai landasan dalam menganalisis tahap perkembangan, mencari pengalaman-pengalaman psikologis mana yang khas bagi individu dan umumnya

dapat digunakan sebagai masa dari fase ke fase yang lain dalam perkembangannya. Dalam hal ini para ahli berpendapat bahwa dalam perkembangan, pada umumnya individu mengalami masa-masa kegoncangan. Apabila itu dapat dilukiskan sebagai proses evaluasi, maka pada masa kegoncangan itu evaluasi berubah menjadi revolusi.

Kegoncangan psikis itu dialami hampir oleh semua orang, karena itu, dapat digunakan sebagai ancar-ancar perpindahan dasar masa yang satu kemasa yang lain dalam proses perkembangan selama masa perkembangan, pada umumnya individu mengalami masa kegoncangan dua kali, yaitu (a) pada kira-kira tahun ketiga atau keempat, dan (b) pada permulaan pubertas.

Berdasarkan dua masa kegoncangan tersebut, perkembangan individu dapat digambarkan melewati tiga periods atau masa, yaitu: 1) dan’ lahir sampai masa kegoncangan pertama (tahun ketiga atau keempat yang bisa disebut mas kanak-kanak, 2) dari masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan kedua yang bias disebut masa keserasian bersekolah, dan 3) dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang bias disebut masa kematangan.17

Pebedaan pendapat atau temuan ahIi-ahli tentang masa remaja, dapat disebabkan perbedaan subjek dan variabel-variabel yang

17 Syamsu Yusuf, Psikologis Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung:

Rosdakarya, Cet, 14, 2012) h. 20-22

memengaruhi perkembangan, tennasuk perbedaan latar budaya, pengasuhan, keadaan sosial ekonomi dan latar pendidikan orang tua, media, dan pemedaan-perbedaan individual atau cili-ciri kepn'badjan lainnya.

Mengacu pada usia perkembangan, pada umumnya remaja masih berada di bangku SMP, SMA dan sebagian mahasiswa. Proses perkembangan manus‘ia tidak lepas dan' pengaruh lingkungan sehingga perkembangan remaja yang duduk di bangku SMP akan berbeda dengan remaja di SMA, ataupun di perguruan tinggi, waiaupun sebenamya kehidupan manusia pasti tidak akan lepas dari masa sebelumnya dan mas yang akan datang. Remaja yang duduk di SMP atau SMA berumur sekitar 13-19 tahun, mencakup kategori remaja awal, pertengahan dan mendekati masa remaja akhir. Perkembangan yang dialami mencakup aspek iisik, pisikis, dan sosial yang prinsipnya ketiga aspek perkembangan tersebut akan mencapai kematangan pada masa remaja, anak-anak diharapkan sudah menunjukan sikap dewasa pada akhir masa remaja.

Pada periode transisi tidak jarang anak-anak mengalami kesulitan untuk mencapai keberhasilan memasuki masa dewasa. Keniston menyatakan bahwa transisi yang diikuti dengan adanya perubahan-perubahan selalu menimbulkan kesulitan atau masalah.

Kesuliatan yang dialami remaja meliputi;

1. Apabila remaja hams memasuki dunia kerja pada usia 16 atau 17 tahun, memaksa remaja untuk belajar menjadi dewasa dalam

waktu yang singkat tidak jamng mereka mengalami trauma karena tidak mampu mengikuti irama kerja yang sangat cepat .

2. Remaja yang tergantung secara ekonomi kepada orang lain sehingga tidak bebas menentukan keinginan sendin‘ akan merasa tidak tenang dan tidak percaya diri. Mereka akan merasa tidak lagi malu jika dapat mencari uang sendiri dan bebas dan' rasa ketergantungan dari orang lain.

3. Remaja perempuan merasakan lebih terhambat dalam transisi ini dibanding remaja laki-laki sebab biasanya oamg tua lebih bersikap mengharap anak gadisnya menjadi tergantung dan tidak mandiri.

Anakanak perempuan diharapkan selalu dekat dengan orang tua dan membatasi aktivitas keluar atau menemukan aktivitas sendiri.

4. Anak-anak yang tidak dipersiapan dan dilatih untuk menyelesaikan tugas tugas perkcmbangan remajanya dalam rangka memasuki masa dewasa.

Faktor-faktor yang memengaruhi kesulitan dalam masa transisi sebenamya sangat dipengaruhi oleh kondisi masing-masing individu, tuntutan masyarakat dan lingkungan tempat remaja yang berbeda. Secara lebih perinci, faktor-faktor yang memengan hi kesulitan dalam perkembangan remaja ialah:

1. Masa transisi yang berlangsung cepat perihal dan' masa kanak-kanak kemasa dewas yang seolah-olah secara mendadak mengakibatkan individu tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk

mempersiapkan din' sehingga tidak mampu menghadapi permasalahan yang kompleks.

2. Lamanya masa transisi, remaja yang mengalami perubahan dan perkembangan secara cepat akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Mercka diharapkan bertingkah laku seperti orang dewasa karena kondisi flsiknya tampak padahal kondisi pisikisnya belum sejalan. Sebaliknya, apabila remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara lambat akan akan mengakibatkan remaja menjadi terguncang dan jika menjadi kebiasaan akan menyuilitkan remaja pada masa yang akan mendatang.

3. Latihan yang terputus. Pada umumnya, remaja merasa stres karena tiba-tiba latihan untuk mandin' yang belum selesai terpaksa dihentikan.

Remaja yang mula-mula diarahkan dan diberi contoh oleh orang tua ataupun guru, tiba-tiba dilepaskan untuk menyelesaikan tugasnya sendiri.

4. Tingkat ketergantungan, sejauh mana tingkat ketergantungan anak kepada orang lain akan memcngaruhi kemampuan dalam menyesuaikan diri.

5. Status yang tidak jelas, mengingat status remaja yang memangt tidak jelas, kanak-kanak tapi bukan, dewas juga belum, akan membuat sikap mereka menjadi serba salah.

6. Tuntutan yang menimbulkan konflik, remaja seringkali dihadapkan pada tuntutan yang berbeda-beda baik dan' orang tua, guru, dan masyarakat membuat mereka bingung mana yang harus didcngarkan.

7. Tingkat realisme. Apabila remaja mulai tampak seperti orang dewasa, dia mulai mendapatkan kesempatan bebas bertindak, oleh karena itu, dia harus mampu melihat realita artinya apa yang mampu dan mana yang tidak mampu dikeljakan sehingga tidak menimbulkan beban pisikis.

8. Motivasi pada umumnya remaja belum tahu tentang apa yang akan terjadi dan problem apa yang harus dihadapi. Dia masih belum yakin akan kemampuannya scndin‘ untuk bersikap seperti orang dewasa.

Oleh karena itu dia mcmbutuhkan dorongan dari orang lain, bajk dari orang tua, guru, maupunmasyarakat pada umumnya supaya dia berani menghadapi kenyataan.18

Dokumen terkait