• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MERUBAH PERILAKU REMAJA DI DESA TOJO KECAMTAN TOJO KABUPATEN TOJO UNA-UNA PROVINSI SULAWESI TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MERUBAH PERILAKU REMAJA DI DESA TOJO KECAMTAN TOJO KABUPATEN TOJO UNA-UNA PROVINSI SULAWESI TENGAH"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH:

MUHAMMAD ARIF MAPPA NIM: 105270005415

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1440 H / 2019 M

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

NAMA : MUHAMMAD ARIF MAPPA NIM : 105270002815

JUDUL : Komunikasi Interpersonal Dalam Merubah Perilaku ARemaja Di Desa Tojo Kecamatan Tojo Kabupaten Tojo aProvinsi Sulawesi Tengah

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui: 1. Bagaimana gambaran umum perilaku remaja di Desa Tojo Kecamatan Tojo Kabupaten Tojo Una-Una, 2. Bagaiman gambaran umum perilaku remaja di Desa Tojo, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-Una, 3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam merubah perilaku remaja di Desa Tojo, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-Una

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkap sebuah fakkta empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan pada logika keilmuan prosedur dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang kuat sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni

Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal yang diterapkan oleh Kepala Desa, orang tua, tokoh adat, seorang Dai, terhadap para remaja sangat membantu mereka dalam meninggalkan hal yang merusak perilaku dan masa depan mereka. Bagaima orang tua dalam menyampaikan nasehat kepada seorang anak tampa membebaninya, dan selalu memperhatikan kodisi pisikologis seorang anak, sebelum menasehati remaja tersebut. Walaupun masih ada beberapa hambatan yang dihadapi Oleh Kepala Desa, orang tua, Tokoh Agama, Da’i, dalam Membangun komunikasi atau proses berkomunikasi dengan remaja tersebu, tapi itu dapat disikapi dengan baik oleh Kepala Desa,Orang Tua, Tokoh Agama, dan Dai.

Komunikasi Interpersonal sangat berpengaruh terhadap perkembangan perilaku remaja sebelum masuk usia dewasa, bagimana kita membangun komunikasi interpersonal dengan selulu Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humbel dengan mereka sebelum kita menesahi remaja tersebut.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq dan Inayah-Nya, sehingga penulis telah menyelesaikan karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul “Komunikasi Interpersonal Dalam Merubah Perilaku Remaja Di Desa Tojo Kecamatan Tojo Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah”.

Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse. M.Ag selaku rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Drs H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Dr. H. Abbas Baco Miro, Lc. MA. selaku Ketua Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.I selaku Pembimbing pertama yang telah banyak meluangkan waktu serta pikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. M. Zakaria Al-Anshori, M.Sos.I selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu serta pikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Seluruh Staf Universitas Muhammadiyah Makassar atas didikan ilmu yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan program perkuliahan Strata Satu (S1).

8. Kepada Bapak, Ibu dan saudaraku tercinta yang langsung maupun tidak langsung membantu dan memberikan dukungan dalam proses penyusunan skripsi ini..

9. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya dan masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik isi dan tata bahasanya, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya.

Makassar, 8 november 2020

Penulis

Muhammad Arif Mappa NIM: 105270005415

(8)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 7

B. Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 11

C. Komunikasi Interpersonal yang Efektif ... 14

D. Fungsi Komunikasi Interpersonal yang Efektif ... 17

E. Pengertian Perilaku Remaja dan Batasanya ... 20

F. Fase-Fase Perkembangan ... 22

G. Problematika Remaja ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 37

C. Fokus Penelitian ... 37

D. Deskripsi Fokus Penelitian ... 37

(9)

E. Sumber Data ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 40

G. Metode Pengumpulan Data ... 41

H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 46

B. Gambaran Umum Perilaku Remaja ... 50

C. Komunikasi Interpersonal Dapat Merubah Perilaku Remaja 58

D. Faktor Pendukung Dan Penghambat Komunikasi ... 66

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

RIWAYAT HIDUP ... 76

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai mahluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainya. Ia ingin mengatahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa. Oleh sebab itu komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup maka perlu berkomunikasi.

Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm menyebutkan bahwa komunikasi dalam masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Tampa komunikasi masyarakat dapat tebentuk, sebaliknya tampa masyarakat maka manusia tidak dapat mengembangkan komunikasi.

1

(11)

Apa yang mendorong manusia sehingga ingin berkomunikasi dengan orang lainnya. Teori dasar biologi adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Komunikasi adalah proses penyampain informasi-informasi, pesan- pesan, gagasan-gagasan atau pengertian-pengertian, dengan mengunakan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun nonverbal dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekolompok orang lainya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian atau kesepakatan bersama. Salah satu indikasi manusia sebagai mahluk sosial, adalah perilaku komunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain. Dari lahir sampai mati, cenderung memerlukan bantuan dari orang lain (tidak terbatas pada keluarga, saudara, dan teman).

Kecenderungan ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukan fakta bahwa semua kegiatan yang dilakukan manusia selalu berhubungan dengan orang lain.

Sebagai mahluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk berbicara, tukar-menukar gagasan, mengirim dan menerima informasi, berbagai pengalaman, bekerja sama dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan , dan sebagainya.

(12)

Manusia adalah mahluk yang berkomunikasi. Melewati komunikasilah yang menjadikan manusia sebagai manusia. Komunikasi menjadi dasar pemaknaan dalam hubungan manusia. Melalui komunikasi pula manusia memanusiakan manusia lainya, oleh karena itu pada intinya komunikasi tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.1

Berkomunikasi interpersonal, atau secara ringkas berkomunikasi, merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka dan menjalani komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Oleh karena itu, penting bagi kita dalam menjadikan tarampil dalam berkomunikasi. Pada bagian ini secara berturut-turut akan dibahas ketrampilan berkomunikasi, macam-macam ketrampilan berkomunikasi, dan cara mempelajarinya.2

Masa remaja adalah masa yang dianggap sebagai masa kecermelangan dalam kehidupan seseorang. Problematika remaja di zaman moderen ini termasuk masalah terpenting yang dihadapi semua masyarakat di dunia, baik masyarakat muslim maupun non muslim, hal ini dikarenakan para pemuda

Berkomunikasi interpersonal, atau secara ringkas berkomunikasi, merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalani komunikasi atau

1 Nia Kania Kurniawati, Komunikasi Interpersonal; Konsep dan Teori Dasar (Cet.

1, Yogyakarta; Graha Ilmu. 2014), h.1

2 A.Supratiknya, Komunikasi Interpersonal Tinjawan Pisikologis (Yogyakarta;

Graha Ilmu, 2014), h.2

(13)

hubungan dengan sesamanya. Selain itu, ada sejumlah kebutuhan manusia di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi dengan sesamanya. Oleh karena itu, penting bagi kita dalam menjadikan trampil berkomunikasi. Pada bagian ini secara berturut-turut akan dibahas pentingnya ketrampilan berkomunikasi, macam-macam ketrampilan berkomunikasi, dan cara mempelajarinya.

Masa ramaja adalah masa yang dianggap sebagai masa kecermelangan dalam kehidupan seseorang. Problematika remaja di zaman modern ini temasuk masalah terpenting yang dihadapi semua masyarakat di dunia, baik masyarakat muslim maupun non muslim. Hal ini dikarenakan para pemuda dalam masa pertumbuhan fisik maupun mental, banyak mengalami gejolak dalam pikiran maupun jiwa mereka, yang sering menyebabkan mereka mengalami keguncangan dalam hidup dan mereka berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari berbagai masalah tersebut.

Semakin banyak faktor yang mempengaruhi remaja dalam membentuk kepribadiannya, semakin banyak pula penyimpangan yang akan ditimbulkan. Khususnya di Indonesia, remaja saat ini tampaknya sudah mengalami krisis moral akibat dari arus yang tidak terbendung datangnya dari dunia Barat. Untuk menyelamatkan generasi yang akan datang, remaja harus dibina untuk mempersiapkan lahirnya generasi manusia yang mampu menghadapi kehidupan masa depan.

(14)

Akan tetapi, hal itu tidak mudah untuk diwujudkan. Sebab, banyak faktor eksternal yang mempengaruhi para remaja dan memperlemah pembentukan kepribadian mereka, di samping beberapa faktor internal dan dalam diri mereka sendiri yang sangat berpengaruh bagi mereka. Di antara faktor yang mempengaruhi remaja adalah sikap meremehkan dan melalaikan proses pendidikan.

Bertitik tolak dari problematika remaja yang sering kita saksikan dewasa ini, maka komunikasi interpersonal merupakan saham yang turut andil dalam mencari solusi dan penyelesaian dari masalah-masalah tersebut Untuk itu diperlukan adanya komunikasi interpersonal yang efektif dan etisien terhadap remaja, sehingga dapat memahami dan menerapkan tuntunan ajaran agama Islam secara tepat dalam kehidupan sehari- harinya.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, rumusan maslah dalam penulisan ini adalah:

1. Bagaiman gambaran umum perilaku remaja di Desa Tojo, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-Una?

2. Bagaimana pendekatan komunikasi interpersonal dapat merubah perilaku remaja di Desa Tojo, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una- Una?

(15)

3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam merubah perilaku remaja di Desa Tojo, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-Una?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui apa saja gambaran umum metode dan pendekatan komunikasi di Desa Tojo, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-Una

2. Untuk mengetahui apakah pendekatan komunikasi interpersonal dapat merubah perilaku remaja di Desa Tojo, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-Una

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam merubah perilaku remaja di Desa Tojo, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-Una

D. Manfaat penelitian

1. Sebagai masukan untuk pembinaan kepada remaja di Desa Tojo yang perilaku mereka menyimpang dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.

2. Sebagai masukan dalam rangka perbaikan perilaku remaja yang enyimpang di Desa Tojo

3. Sebagai sumbangsi pemikiran penulis, kepada semua pihak, khususnya sebaqgai penulis dan masyarakat Islam di Desa Tojo.

(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan interpersonal memainkan peran penting dalam membentuk kehjdupan masyarakat, terutama ketika hubungan interpersonal itu mampu memberi dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan, dan berbagai bentuk komum'kasi yang memengaruhj citra diri orang serta membantu orang untuk memahami harapan-harapan orang lain.

Komunikasi interpersonal diartikan sebagai sebuah proses pertukaran makna antar orang-orang yang saling berkomunikasi dan komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) antara dua individu.3 komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar-perorangan dan bersifat pribadi baik yang tetjadi secara langsung (tanpa mesium) ataupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatankegiatan seoerti percakapan melalui telepon, surat-menyurat pribadi merupakan contoh- contoh komuhikasi interpersonal. Teori-teori interpersonal umumnnya memfokuskan pengamatanyanya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan (relationship), percakapan (dicourse), interaksi, karakteristik komunikator.4 Meskipun komunikasi interpersonal merupakan kegiatan

3 Rusli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya Di Era Budaya Siber (Cet. 1, Jakarta; Kencana, 2012) h.10

4 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Cet 5, Jakarta: Kencana, 2011)h. 32

7

(17)

yang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari, namun tidak mudah dalam memberikan defenisi yang dapat diterima semua pihak.

Sebagaiman layaknya konsep-konsep dalam ilmu sosial lainnya, komunikasi interpersonal juga banyak mempunbyai banyak defem'si sesui dcngan presepsi para ahli-ahli komunil;asi yang banyak memeberikan btasan pengertian. Trenholm dan Jensen mendefenisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi aniar dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasdi diadik). Sifat komunikasi ini adalah (a) spontan dan formal; (b) saling menen'ma feedback secara mkasimal; (c)partisipan berperean fleksibel.

Littlejohn memberikan defenisi komunikasi interpersonal (interpersonal comination) adalah komunikasi antar individu-individu.5 Agus M. Hardjana mengatakan, komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka anatara dua atau beberapa orang, di mana pengirim dpat menyampaikan pésan secara langsung dan penerima dapat menanggapi secara langsung pula.6 Pendapat senada dikemukakan oleh Dedi Mulayana bahwa komuniikasi interpersonal atau komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka,

5 Littlejohn, Theories of Humman Communition, (Calivornia: WordWart Publishing Company, 1999)

6 Hardjana Agus M, Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi intrapersonal, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003), h. 85

(18)

yang memungkinkan setiap pesertanya menangkapnya reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.7

Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) pada hakikatnya adalah interaksi anatar seseorang individu dan individu lainnya tempat lambanglambang pesan secara efektif digunakan, terutama dalam hal komunikasi anatar manusia menggunakan bahasa.

Dalam ilmu sosiologi yang mengkaji hubungan diantara sesama manusia, aksi dan reaksi dalam hubungan anatara manusia dinamakan

“interaksi sosial”. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut antar orang-orang perorangan.

Yang dimaksud dinamis adalah bahwa interaksi akan memungkinkan suatu individu atau kelompok berubah. Tentu ada cerita lain yang bisa dijadikan contoh. Yang ingin penulis tunjukan adalah:

a. Interaksi sosial merupakan realitas yang paling nyata dalam kehidupan manusia;

b. interaksi sosial akan menghasilkan splatu proses yang mengubah, baik individu maupun masyarakat; ’

c. interaksi sosial juga dilakukan oleh orang-orang atau kelompok yang memeliki nilai, tujuan, dan ide. Interaksi sosial juga disampaikan dengan saran simbol, kata dan tindakan;

7 Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal (Cet 1, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 3

(19)

Salah satu teljadinya interaksi sosial, selain adanya kontak sosial, adalah komunikasi. Kontak sosial. berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti ‘bersama-sama’ atau tango yang berarti ‘bersama-sama menyentuh’. Jika kontak flsik beram' badaniah seperti ciuman hingga persetubuhan, akan tetapi dalam makna sosial, kontak sosial berarti adanya hubungan yang saling mempengaruhi tanpa perlubersentuhan.

Misalnya, pada saat berbicara yang mengandung pertukaran .informasi atau pendapat yang tentu saja akan memengaruhi pengetahuan atau cara pandang. Di era yang kian maju, kemajuan teknolbgi informasi telah menghasilakan suatu bentuk kontak sosial yang baru. Orang dapat melakukan kontak sosial melalui telpon, telegraf, radio, surat, dan lain sebagainya.

Komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orangorang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (the process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of person, with some immidiate feedback).

Dari defenisi tersebut, komunikasi antrapribadi bisa berlangsung antara dua orang, komunikasi interpersonal lebih efektif berlangsung jika benjalan secara dialogis, yaitu antara dua orang saling menyampaikan dan memberi pesan timbal balik. Dengan komunikasi dialogis, berarti 'terjadi interaksi yang karena masingmasing dapat berfungsi secara

(20)

bersama, baik sebagai pendengar maupun pembicara. Keduanya memasukan pesan dan informasi , keduanya saling memberi dan menerima. Kemungkjnan munculnya pengertian bersama (mutual understanding) dan empat lebih besaI karena keduanya saling berada berdekatan, bisa melihat mimik muka, tatap mata serta bahas tubuh.

Karena dari kedekatan ini, juga terjadj empati .dan rasa saling menghonnati bukan karena perbedaan ekonomi, melainkan masing- masing adalah manasia yang tampak di hadapan mata.8

B. Tujuan komunikasi interpersonal

Ada 6 tujuan Komunikasi interpersonal sebagai berikut:

1) Mengenali diri sendin' dan orang lain

Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan .pada kita untuk memperbincangkan tentang diri kita sendiri. Dengan berbincang dengan orang lain, kita menjadi mengenal memahami din' kita sndiri , dan memahami sikap dan perilaku kita. Dengan membicarakan tentang diri kita sendin' dan memahami lebih dalam tentang sikap dan perilaku kita. Dalam kenyataannya, presepsi kita sebagian besar mempakan hasil dari apa yang telah kita pelajari tentang diri kita sendiri, dan dan' orang lain melalui komunikasi interpersonal.

8 Nuraini Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi (Cet I, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016) h. 141-143

(21)

2) Mengetahui dunia luar

Komunikasi interpersonal memungkinkan kita memahami lingkungan kita dengan baik seperti obyek dan peristiwa-peristiwa. Banyak informasi yang kita miliki berasal dari hasil interaksi dengan orang lain.

Meskipun ada yang mengatakan bahwa, sebagian besar informasi dapat kita peroleh dari media masa, tetapi sesungguhnya informasi dari media masa tersebut dimantapkan dan diperdalam melalui interaksi interpersonal. Bahan pembicaraan kita dengan teman, tetangga, teman sekantor, atau dengan keluarga kita sendiri seringkali diambil dari ben'ta-berita media masa. Nilai, kepercayaan, dan harapan kita sebagai pribadi banyak dipengaruhi oleh komunikasi interpersonal dibandingkan dengan yang diperoleh dari media masa.

3) Menciptakan dan memilihara hubungi menjadi bermakna

Sebagai mahluk sosial, manusia cenderung untuk mencari dan berhubungan dengan orang lain di mana ia mengadu, berkeluh kesah, menyampaikan isi hati, dan sebagainya.

4) Mengubah sikap dan perilaku

Dalam komunikasi interpersonal, kita sering berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Misalnya kita ingin orang lain: mencoba makanan tertentu, membaca buku tertentu, mendengarkan musik tertentu, dan sebagainya. Singkatnya, kita banyak mempergunakan waktu untuk mempersuasi orang lain melalu komunikasi interpersonal.

(22)

5) Bermain dan mencari hiburan

Kita melakukan komunikasi interpersonal dengan tujuan untuk menghilangkan kejenuhan, dan ketegangan. Misalnya bercerita dengan teman, membicarakan anekdot, dan sebagainya.

6) Membantu

Melalui komunikasi Interpersonal, orang membantu dan memberikan saran-saran pada orang lain.

Dari tujuh komunikasi interpersonal tersebut di atas, dapat dj kelompokan

ke dalam 2 prespektif sebagai berikut:

1. Prespektif pertama; tujuan-tujuan itu dapat dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau alasan-alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi interpersonal. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa kita terlibat dalam komunikasi interpersonal untuk memperoleh kesenangan, untuk membantu orang lain, dan untuk mengubah sikap dan perilaku orang lain.

2. Prespektif kedua; tujuan-tujuan itu dapat dipandang sebagi hasil atau akibat umum dari komunikasi interpersonal; Dengan demikinan kita dapat mengatakan bahawa sebagaj hasila dan' komunikasi interpersonal, kita dapat mengenali din" kita sendiri, membuat

(23)

hubungan lebih bermakna, dan memperoleh ilmu pengetahuan tentang dunia luar.9

C. Komunikasi Interpersonal yang Efektif

Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindak lanjuti dengan sebuah perbuatan secara sukarela oleh penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas hubungan interpersonal dan tidak ada hambatan untuk hal itu.10 Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal dikatakan efektif, apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu: (1) pesgn yang diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaimana dimaksud oleh komunikator;

(2) ditindak lanj uti dengan perbuatan secara sukarela; (3) meningkatkan kualitas hubungan interpersonal.

1) Pengertian yang sama terhadap makna pesan

Salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran komunikasi dikatakan efektif, adalah apabila makna pesan yang dikirim oleh komunikator sama dengan makna pesan yang diterima oleh komunikan.

Pada tataran empiris, seringkali terjadi mis komunikasi yang disebabkan oleh karena komunikan memahami makna pesan tidak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh komunikator. Sebagai contoh, ada sekelompok

9 Ridwan, Ilmu Komunikasi (Cet. 1, Jakarta: Graha ilmu, 2009), h. 87-88

10 A.M. Hardjana, Komunikasi interpersonal dan intrapersonal, (Jakarta: Kensius, 2003) h. 77

(24)

remaja berwisata di sebuah danau. Satu orang remaja dari kelompok itu berenang sedangkan yang lainnya berjalanjalan di sekitar danau. Orang yang berenang itu tiba-tiba melambai-lambaikan tangannya dan teman- teman yang sedang beljalan-jalan pun membalas lambaian tangan itu.

Beberapa saat kemudian, orang yang berenang tersebut tidak tampak.

Teman-temannya baru menyadari bahwa telah teljadi mis communication (mis komunikasi), di mana makna lambaian orang yang berenang itu sebenarnya adalah “meminta pertolongan”.

2) Melaksanakan pesan secara suka rela

Indikator komunikasi interpersonal yang efektif berikutnya adalah bahwa komunikan menindaklanjuti pesan tersebut dengan perbuatan dan dilakukan secara suka reka, karena tidak dipaksa. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal, komunikator dan komunikan memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan. Komunikasi interpersonal yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara sangat diperlukan agar kedua belah pihak menceritakan dan mengungkapkan isi pikirannya secara suka rela, jujur, tanpa merasa takut. Komunikasi interpersonal yang efektif mampu mempengaruhi emosi pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi itu ke dalam suasana yang nyaman, hannom's, dan bukan sebagai suasana yang tertekan. Dengan demikian seberapa baik seseorang melakukan komunikasi dan interaksi antalpersonal dengan orang lain, dapat dilihat dari bagaimana dia mampu mencapai tujuan komunikasi secara sehat

(25)

dan adil, bagaimana ia memberdayakan orang lain, dan bagaimana ia mampu menjaga perasaan dan harga din' orang lain.

3) Meningkatkan kualitas hubungan interpersonal

Efektivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong tteadinya hubungan yang positif terhadap rekan, keluarga dan kolega. Hal ini disebabkan pihak-pihak yang saling berkomunikasi merasakan memperoleh manfaat dari komunikasi itu, sehingga merasa perlu untuk memelihara hubungan interpersonal. Sering kali orang tidak menyadari pentingnya masalah interaksi antarmanusia, karena sebagian orang beranggapan bahwa yang terpcnting adalah modal kekuasaan dan matérial. Kalau dua modal itu berada di tangan, perkiraannya segala urusan menjadj lancar dan berpihak kepadanya. Padahal kccakapan dalam komunikasi interpersonal merupakan aset yang panting dalam hubungan masyarakat. Banyak orang yang menjadi sukses karena mereka memiliki hubungan yang sangat baik dengan orang lain; Mereka menanamkan identitas yang positif kepada orang lain sehingga mereka memiliki citra yang baik di mata Masyarakat. Dengan demikian, mereka memiliki kesempatan lebih untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan komunikasi Interpersonal yang baik.11

11 Suranto Aw, Komunikasi Interpersona (Cet, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h.

77-78

(26)

D. Fungsi Komunikasi Interpersonal yang Efektif

Komunikasi interpersonal yang efektif, jika orang lain memahami pesan anda dengan benar, dan memberikan rc-Spon sesuai dengan yang anda ingjnkan. Kounikasi interpersonal yang efektif berfuingsi membantu Anda untuk: (a) Memmbentuk dan menjaga hubungan baik antarindividu;

(b) Menyampaikan pengetahuan/informasi; (c) Mengubah sikap dan perilaku; (d) Pemecah masalah hubungan antar manusia; (e) Citra diri menjadi lebih baik; dan (1) Jalan menuju sukses. Dalam semua akti'vitas tertsebut, esensi komunikasi interpersonal yang berhasil adalah saling berbagi (sharing) informasi yang menguntukan kedua belah pihak, Anda dan orang-orang yang berkomunikasi dengan anda.

Keefektifan komunikasi interpersonal dapat pula dj jelaskan dan' prespektif The 5 Inevitable Laws Of Ejfective Comunication atau lima hukum komunikasi efektif. Lima hukum itu meliputi: Respect, empathy, Audible, Clarity, dan Humble disingkat REACH yang berarti meraih. Hal ini relevan dengan prinsip komunikasi interpersonal, yakni sebagai upaya bagai mana meraih perhatian, pengakuan, cinta kasih, simpati, maupun respon positif dari orang lain.

1. Respect

Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efekltif adalah respect, ialah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling

(27)

menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan diangap penting Jiika kita bahkan harus mengkn'tik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasan dan sikap saling menghormati, maka kita dapat membangun kerja sama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan kualitas hubungan antarmanusia.

2. Empathy

Empathy (empati) adalah kemampuan diri kita untuk menempatkan diri kita pada setuasi dan kondisi yang di hadapi oleh orang lain. Salah satu persyaratan dalam memilild sikap empati dadlah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan meningkatkan kemampuan kita untuk menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima komunikkan menerimanya.

3. Audible

Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesen yang kita sampaikan dapt diterima oleh penen'ma pesan.

4. Clarity

(28)

Selain bahwa pesan hams dapat dimengerti dengan baik, maka hukum ke empat yang terkait dengan itu adlah kejelasan dari pesan itu sendjn sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi interpersonal kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan.

5. Humble

Hukum ke lima dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif adalah siikap renda hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya disadari oleh Sikap rendah hati yang dimiliki. Sikap rendah hati pada intinya antara lain: Sikap melayani, Sikap menghargaj, mau mendengar dan menerima kritik, tida;k sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta menguatkan kepentingan yang lebih besar.

Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seseorang komunikator yang handal, dapat menyampaikan pesan dengan cara yang sesuai dengan keadaan komunikan. Komunikasi interpersonal yang tidak

(29)

mempertimbangkan keadaan komunikan, akan menghasilkan komunikasi yang arogan. Satu arah, dan seringkali menjengkelkan orang lain.12

E. Pengertian Perilaku Remaja dan Batasannya

Perilaku seseorang adalah hasil interaksi dirinya dengan lingkungan, maka perilaku harus dipelajari dalam hubungan dengan lingkungannya.

Perilaku manusia dengan tindakan-tindakanya, ada yang mudah ada yang sulit dilihat dan hanya bisa diketahui dari hasil atau akibat dari perbuatan. Maka perilaku dibagi dalam dua kelompok:

1. Perilaku tertutup/terselubung (covert behaviour): aspek-aspek mental antara lain persepsi, ingatan, perhatian.

2. Perilaku terbuka (overt behavior): perilaku yang langsung dapat dilihat anatar lain jalan, tenawa, lari, menulis, sikap, dan lain-lain.

Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, mahluk hidup terhadap lingkungannya. Perilaku adalah aksi, reaksi, terhadap perangsangan dari lingkungan.13

Remaja (al-murahaqah) dalam bahasa Arab berasl dari kata

“rahaqa” yang berarti mendekati, sehingga dari segi bahasa masa remaja berarti usia meninggalkan masa anak-anak dan mendekati masa dewasa Sedangkan menurut ilmu pisikologi, remaja adalah munculnya

12 Suranto AW, Komunikasi Interpersonal (Cet. 1, Yogyakarta: Garaha Ilmu, 2011) h. 77-82

13 Singgih D Gunarasa, Psikologis Praktis Anak, Remaja dan Keluarga, (Cet. 7, Jakarta: Gunung Mulia, 2004), h. 2

(30)

kematangan fisik, intelektual, pisikologis, dan sosial seorang anak.

Seorang anak mencapai kematangan yang sempuma biasanya terjadi pada usia 20 tahun.

Usia remaja merupakan masa perkembangan fisik, intelektual, pisikologis, dan sosila yang berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu, seorang remaja membutuhkan pemahaman tcntang karaktcn'stik masa perkembangan ini. Berbagai problematika yang muncul seringkali texjadi karena kurangnya pengalaman dalam ben'nteraksi dengan tuntutan pertumbuhan dan kebutuhan remaja yang terus berkembang.14 Istilah remaja juga berasal dan' bahasa Latin yaitu Adolescere yang am'nya tumbuh untuk mencapai kematangan. Istilah ini mengalami perkembangan arti yang lebih Iuas, mencakup kematangan mental, cmosional, sosial dan fisik.15

Pengertian remaja menurut Hurlock adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk. Memben'kan batasan pada usia remaja adalah usia 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall, usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun.

Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa permulaan masa remaja adalah relatif sama, tctapi berakhimya

14 Mustofa Abu Sa,id, Mendidik Remaja Nakal (Cet. 1, Sukoharjo: As Salam, 2017) h. 1-2

15 Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Cet. 1, Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.9

(31)

masa remaja sangat bervariasi.16 Batas usia remaja lebih banyak bergantung kepada kcadaan masyarakat di mana remaja itu hidup yang dapat ditentukan dengan pasti adalah permulaannya, yaitu mulainya perubahan jasmam' dari anak menjadi dewasa kirakira umur akhir 12 atau awal 13 tahun. Akan tetapi akhir masa remaja itu lebih banyak bergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu hidup.

Walaupun tidak ada batas umur yang tegas bagi masa remaja, satu hal yang dapat kita simpulkan adalah bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dan' “Anak” menjelang dewasa, dan apabila seseorang telah dapat bertanggungjawab untuk din'nyasendiri, dan mampu mempertanggunjawabkan segala tindakannya yang terdapat dalam masyarakat di mana ia hidup, maka telah dapat dikatakan dewasa

Dari beberapa pengertian diatas Penulis dapat menyimpulkan bahwa perilaku remaja adalah suatu tindakan yang dilakukan secara langsung atau pun tidak langsung yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.

F. Fase-Fase Perkembangan

Fase pekembangan dapat di artikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang peljalanan kchidupan individu di wamai ciri-ciri khususatau pola-pola tingkahlaku tcrtcntu. Mengenai masalah ini

16 Umi Kultsum dan Mohammad Jauhar, Pengantar Psikologi Sosial, (Cet. II, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2016) h. 197-198

(32)

pembabakan atau periodeisasi pcrkembangan ini, para ahli berbeda pendapat. Pendapat pendapat itu secara garis besamya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan analisis biologis, didaktis, dan psikologis.

a. Tahap perkembangan analisis berdasarkan analisis biologis

Sekelompok ahli menentukan pembabakan itu berdasarkan keadaan atau proses pertumbuhan tertentu. Pendapat para ahli tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Aristoteles mcnggambarkan perkembangan individu, sejak anak sampai dewas itu dalam tiga tahapan. Setiap tahapan lamanya tujuh tahun, yaitu:

a. Tahap I : Dari 0,0 sampai 7,0 tahun (masa anak kecil atau masa bermain).

b. Tahap II : dan 7,0 sampai 14,0 tahun (masa anak, masa sekolah rendah).

c. Tahap III : dari 14,0 sampai 21,0 tahun (masa remaja/pubertas, masa peralihan dan' usia anak menjadi orang dewasa).

Penahapan ini didasarkan pada gejala dalam perkembangan fisik (jasmani). Hal ini dapat dijelaskan bahwa antar tahap I dan II dibatasi oleh pergantian gigi; antara tahap II dengan tahap III ditandai dengan mulai berfungsinya organ-organ seksual.

(33)

2) Kretscmer mengemukakan bahwa dan' lahir sampai dewasa individu melewati empat tahapan, yaitu:

a. Tahap I : dan' 0,0 sampai kira-kira 3,0 tahun; Fullungs (pengisihan) periods I; pada saat im' anak kelihatan pendek gemuk.

b. Tahap II : dari kira-kira 3,0 sampai kira-kira 7,0 tahun;

Streckungs (rentangan) periode I, pada periode III anak kelihatan langsing(memanjang/meninggi).

c. Tahap III : dari kira-kira 7,0 sampai kira-kira 13,0 tahun;

I"ul/ung.s' periods II; pada masa ini anak kelihatan pendek gemuk kcmbali.

d. Tahap IV : dari kira-kira 13,0 sampai 20,0 tahun; Streckungs periode II; pada periode ini anak kembali kelihatan langsing.

b. Tahap perkembangan berdasarkan didaktis

Dasar didaktis atau instruksional yang dipergunakan oleh para ahli ada beberapa kemungkinan: (1) apa yang harus diberikan kepada anak didik pada usian tertentu? (2) bagaimana cara mengajar atau menyajikan pengelaman belajar pada anak didik pada masa-masa tertentu? (3) Kedua hal tersebut dilakukan secara bersamaan.

Yang dapat digolongkan kc dalam penahapan berdasarkan didaktis atau instruksional anatar lain pendapat dan Comonius dan pendapat Rosseau.

(34)

1) Comeunius. Dipandang dari segi pendididikan, pendididkan yang lengkap bagi seseorang itu berlangsung dalam empat jenjang yaitu a) Sekolah ibu (scola materna), untuk anak-anak 0,0 sampai 6,0 tahun, b) Sekolah bahas ibu (scola vernaculan) untuk anak-anak usia 6,0 sampai 12,0 tahun, c) Sekolah latina (secola latin) untuk remaja usia 12,0 samapai 18 tahun, d) Akademi (academica) untuk pemudapemudi usia 18,0 samapai 24,0 tahun. Pada setia sekolah tersebut harus diberikan bahan pengajaran (bahan pendidikan) yang sesuai dengan perkembangan anak djdik, dan harus dipergunakan metode penyampaian yang sesuai dengan perkembangannya.

2) Rosseau. Penahapan perkembangan menurut Rosseau adalah sebagai berikut.

a. Tahap I : 0,0 sampai 2,0 tahun, usia asuhan.

b. Tahap II : 2,0 sémpai 12,0 masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera.

c. Tahap III : 12,0 sampai 15,0 periode pendidikan akal.

d. Tahap IV : 15,0 sampai 20,0 pen'ode pendidikan watak dan pendidikan agama.

c. Tahap perkembanga bcrdasarkan psikologis

Para ahli yang menggunakan aspek psikologis sebagai landasan dalam menganalisis tahap perkembangan, mencari pengalaman- pengalaman psikologis mana yang khas bagi individu dan umumnya

(35)

dapat digunakan sebagai masa dari fase ke fase yang lain dalam perkembangannya. Dalam hal ini para ahli berpendapat bahwa dalam perkembangan, pada umumnya individu mengalami masa-masa kegoncangan. Apabila itu dapat dilukiskan sebagai proses evaluasi, maka pada masa kegoncangan itu evaluasi berubah menjadi revolusi.

Kegoncangan psikis itu dialami hampir oleh semua orang, karena itu, dapat digunakan sebagai ancar-ancar perpindahan dasar masa yang satu kemasa yang lain dalam proses perkembangan selama masa perkembangan, pada umumnya individu mengalami masa kegoncangan dua kali, yaitu (a) pada kira-kira tahun ketiga atau keempat, dan (b) pada permulaan pubertas.

Berdasarkan dua masa kegoncangan tersebut, perkembangan individu dapat digambarkan melewati tiga periods atau masa, yaitu: 1) dan’ lahir sampai masa kegoncangan pertama (tahun ketiga atau keempat yang bisa disebut mas kanak-kanak, 2) dari masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan kedua yang bias disebut masa keserasian bersekolah, dan 3) dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang bias disebut masa kematangan.17

Pebedaan pendapat atau temuan ahIi-ahli tentang masa remaja, dapat disebabkan perbedaan subjek dan variabel-variabel yang

17 Syamsu Yusuf, Psikologis Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung:

Rosdakarya, Cet, 14, 2012) h. 20-22

(36)

memengaruhi perkembangan, tennasuk perbedaan latar budaya, pengasuhan, keadaan sosial ekonomi dan latar pendidikan orang tua, media, dan pemedaan-perbedaan individual atau cili-ciri kepn'badjan lainnya.

Mengacu pada usia perkembangan, pada umumnya remaja masih berada di bangku SMP, SMA dan sebagian mahasiswa. Proses perkembangan manus‘ia tidak lepas dan' pengaruh lingkungan sehingga perkembangan remaja yang duduk di bangku SMP akan berbeda dengan remaja di SMA, ataupun di perguruan tinggi, waiaupun sebenamya kehidupan manusia pasti tidak akan lepas dari masa sebelumnya dan mas yang akan datang. Remaja yang duduk di SMP atau SMA berumur sekitar 13-19 tahun, mencakup kategori remaja awal, pertengahan dan mendekati masa remaja akhir. Perkembangan yang dialami mencakup aspek iisik, pisikis, dan sosial yang prinsipnya ketiga aspek perkembangan tersebut akan mencapai kematangan pada masa remaja, anak-anak diharapkan sudah menunjukan sikap dewasa pada akhir masa remaja.

Pada periode transisi tidak jarang anak-anak mengalami kesulitan untuk mencapai keberhasilan memasuki masa dewasa. Keniston menyatakan bahwa transisi yang diikuti dengan adanya perubahan- perubahan selalu menimbulkan kesulitan atau masalah.

Kesuliatan yang dialami remaja meliputi;

1. Apabila remaja hams memasuki dunia kerja pada usia 16 atau 17 tahun, memaksa remaja untuk belajar menjadi dewasa dalam

(37)

waktu yang singkat tidak jamng mereka mengalami trauma karena tidak mampu mengikuti irama kerja yang sangat cepat .

2. Remaja yang tergantung secara ekonomi kepada orang lain sehingga tidak bebas menentukan keinginan sendin‘ akan merasa tidak tenang dan tidak percaya diri. Mereka akan merasa tidak lagi malu jika dapat mencari uang sendiri dan bebas dan' rasa ketergantungan dari orang lain.

3. Remaja perempuan merasakan lebih terhambat dalam transisi ini dibanding remaja laki-laki sebab biasanya oamg tua lebih bersikap mengharap anak gadisnya menjadi tergantung dan tidak mandiri.

Anakanak perempuan diharapkan selalu dekat dengan orang tua dan membatasi aktivitas keluar atau menemukan aktivitas sendiri.

4. Anak-anak yang tidak dipersiapan dan dilatih untuk menyelesaikan tugas tugas perkcmbangan remajanya dalam rangka memasuki masa dewasa.

Faktor-faktor yang memengaruhi kesulitan dalam masa transisi sebenamya sangat dipengaruhi oleh kondisi masing-masing individu, tuntutan masyarakat dan lingkungan tempat remaja yang berbeda. Secara lebih perinci, faktor-faktor yang memengan hi kesulitan dalam perkembangan remaja ialah:

1. Masa transisi yang berlangsung cepat perihal dan' masa kanak-kanak kemasa dewas yang seolah-olah secara mendadak mengakibatkan individu tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk

(38)

mempersiapkan din' sehingga tidak mampu menghadapi permasalahan yang kompleks.

2. Lamanya masa transisi, remaja yang mengalami perubahan dan perkembangan secara cepat akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Mercka diharapkan bertingkah laku seperti orang dewasa karena kondisi flsiknya tampak padahal kondisi pisikisnya belum sejalan. Sebaliknya, apabila remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara lambat akan akan mengakibatkan remaja menjadi terguncang dan jika menjadi kebiasaan akan menyuilitkan remaja pada masa yang akan mendatang.

3. Latihan yang terputus. Pada umumnya, remaja merasa stres karena tiba-tiba latihan untuk mandin' yang belum selesai terpaksa dihentikan.

Remaja yang mula-mula diarahkan dan diberi contoh oleh orang tua ataupun guru, tiba-tiba dilepaskan untuk menyelesaikan tugasnya sendiri.

4. Tingkat ketergantungan, sejauh mana tingkat ketergantungan anak kepada orang lain akan memcngaruhi kemampuan dalam menyesuaikan diri.

5. Status yang tidak jelas, mengingat status remaja yang memangt tidak jelas, kanak-kanak tapi bukan, dewas juga belum, akan membuat sikap mereka menjadi serba salah.

(39)

6. Tuntutan yang menimbulkan konflik, remaja seringkali dihadapkan pada tuntutan yang berbeda-beda baik dan' orang tua, guru, dan masyarakat membuat mereka bingung mana yang harus didcngarkan.

7. Tingkat realisme. Apabila remaja mulai tampak seperti orang dewasa, dia mulai mendapatkan kesempatan bebas bertindak, oleh karena itu, dia harus mampu melihat realita artinya apa yang mampu dan mana yang tidak mampu dikeljakan sehingga tidak menimbulkan beban pisikis.

8. Motivasi pada umumnya remaja belum tahu tentang apa yang akan terjadi dan problem apa yang harus dihadapi. Dia masih belum yakin akan kemampuannya scndin‘ untuk bersikap seperti orang dewasa.

Oleh karena itu dia mcmbutuhkan dorongan dari orang lain, bajk dari orang tua, guru, maupunmasyarakat pada umumnya supaya dia berani menghadapi kenyataan.18

G. Problematika Remaja

Setiap orang pada usia remaja mcngalami pertumbuhan dan perkembangan menuj u kedewasaan yang diwamai olch bermacam- macam permasalahan. Beberapa permasalahan yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja.

Berikut inj adalah beberapa permasalahan yang dialami oleh remaja, antara lain:

18 Syamsul Bahri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Cet.1, Jakarta: Kencana, 2010), h. 41-43

(40)

1. Permasalahan Alkohol Dan Obat-Obat Terlarang

Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang terlarang akhir-akhir ini sudah sanéat memprihatinkan, walaupun usaha untuk menghentikannya sudah digalakkan tctapi kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak bcrkurang. Ada beberapa penyebab remaja menggunakan narkoba, yaitu:

a. pengaruh sosial dan interpersonal, tennasuk kurangnya perhatian dari orang tua, kontrol dan dorongan dari orang tua, serta penilaian negatif orang tua, ketegangan di rumah, perceraién dan perpisahan orang tua.

b. Pengaruh budaya dan tata krama, memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, beron'entasi pada tujuan jangka pendekdan kepuasan sesaat.

c. Pengaruh interpersonal, termasuk kepn'badian yang temperamental dan agresif.

d. Hubungan remaja dan orang tua.

e. Permasalahan moral, nilai dan agama.19 2. Permasalahan Pendidikan

Problem ini erat kaitannya dengan kebutuhan akan ilmu pengetahuan yang diperlukan para remaja. Sulitnya memasuki lembaga-lembaga pendidikan menengah dan perguruan tinggi merupakan problem yang sulit diatasi. Hal ini bersangkut paut dengan soal biaya sekolahkuliah. Karena ketiadaan biaya, maka orang tua mengalami hambatan untuk

19 Umi Kultsum dan Mohammad Jauhar, Pengantar Psikologi Sosial, (Jakarta:

Prestasi Pustakaraya, Cet. II, 2016)h. 199-200.

(41)

menyekolahkan anak, dan remaja. Sehingga remaja mengalami kesulitan untuk menambah ilmu. Di samping itu lulusan SMA terlampau banyak, sedangkan kursi yang tersedia di perguruan tinggi amat terbatas.

Akibatnya, jumlah yang tidak diterima jauh lebih banyak dari pada yang lulus, sisanya yang terbesar tidak diterima.

Akhirnya mereka harus ke perguruan tinggi swasta, itupun sangat terbatas kaIena sebagian di antara mereka tidak didukung dengan biaya.

Akhirnya banyak remaja yang tidak sekolah dan tidak melanjutkan kc pcrguruan tinggi. Hal ini akan memperccpat proses putus sekolah dan pengangguran. Kalau problem ini tidak segera diatasi maka akan menjadi sumber dari tetjadinya kenakalan remaja.

3. Permasalahan Fisik Dan Kesehatan

Permasalahan akibat perubahan flsik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang telah selesai melcwati masa-masa pubertas, pennasalahan fisik yang dialami remaja pada usia ini cenderung merasakan ketidakpuasan kcadaan fisik yang dimiliki, yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan.

Mereka sering membandingkan fisiknya dengan flsik orang lain atau orang yang mereka idolakan. Ketidakpuasan akan diri sendiri ini sangat

(42)

erat kaitannya dengan emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri dan merokok.20

Berbagai perilaku pada remaja sangat memprihatinkan dan perlu mendapat perhatian kita semua. Mengenai ini beberapa hal dapat kita kemukakan:

1. Timbulnya suatu masalah pada anak dan remaja sehjngga memmperlihatkan perilaku yang menyimpang, tidak selalu berupa rangkaian sebab-akibat, yang bersifat monokasual, suatu sebab menyebabkan suatu akibat, melainkan lebih luas dan lebih kompleks, bukan saja multikausal tetapi berantai (dari satu sebab timbul akibat dan selanjutnya akibat ini menjadi sebab yang baru) atau melingkar (dari satu sebab timbul sebab akibat dan selanjutnya akibat ini berpengaruh terhadap sebab semula). Pada kasus-kasus tertentu kaerena itu diperlukan penangan terhadap berbagai segi yang bermaslah secara serempak atau satu persatu dan setiap kali diperlukan juga kelja sama dengan anggotaanggota keluarga lain dan bahkan bisa pula bekerja sama dengan tokoh atau ahli lain yang bekexja dalam tim dengan pendekatan terpadu.

2. Keluarga sebagai sumber stimulasi kearah terbentuknya cin’

kepn'badian yang negatif yang bisa berlanjut menyimpan dan nakal, perlu lebih aktif mengatur sumber stimulasi agzir berfungsi positif.

20 Umi Kultsum dan Mohammad Jauhar, Pengantar Psikologi Sosial, (Jakarta:

Pustaka Karya, 2016)h.199

(43)

Keluarga karena itu setiap kali perlu memeperoleh pengerahan dan bimbingan sesuai dengan fungsinya, namun usaha-usaha tersebut hendaknya tidak terlalu memperhatikan hal-hal yang bersifat kognitif, sebaliknya perlu memmperhatikan hal[-hal yang efektif. Yang menyentuh emosi anak sehingga mamu membukakan din’ dan menuruti apa yang dikehendaki orang tua. Tehknik ini bukan sikap memanjakan atau memperbolehkan semua tindakan atau perbuatan anak, tetapi cara pendekatan yang bisa meningkatkan perasan diten'ma, dimengerti, sehinggga emosi lebih tenang, terkendali, hannonis dan mudah menen'ma saran-saran, dorongandorongan untuk bertingkahlaku sebaliknya menahan untuk tidak melakukan suatu tindakan.

3. Disamping usaha-usaha aktif, usaha-usaha menciptakan suasana yang baik dlam keluarga adalah usaha lain untuk mempengaruhi kepribadian anak. Banyak hal yang berhubungan dengan perasaan senang atau tidak senang, bahagia atau tertekan, sangat dipengaruhi oleh suasana rumah yang tentunya djarahkan dan ditentukan oleh orang tua. Cara orang tua menangani masalah, melakukan-melakukan kebiasaan semua menjadi objek, menjadi model, patokan yang sengaja atau tidak disengaja ditiru oleh anak. Apalagi pada anak-anak yang berada pada masa peka untuk menerima rangsanganrangsangan dari luar. Prosess peniruan tidak saja tetjadi pada hal-hal yang menarik untuk .ditiru (positif), namun juga terhadap hal-hal yang negatif secara tidak

(44)

disadan', misalnya terhadap perilaku agresif yang cocok dengan keadaannya. Suasan emosi yang baik dalam keluarga bisa menjadi penangkal yang ampuh munculnya perilaku tidak baik pada anak.

Orang tua menjadi pribadi-pribadi yang banyak menentukan suasana emosi dalam keluarga.

4. Dalam usaha memperbaikj lingkungan keluarga dengan pribadi- pribadinya dan lingkungan sosial, perlu memperhatikan lingkungan hidup secara lebih luas dan menyeluruh dengan semua faktor yang mempengaruhinya. Berbagai perubahan sesuai dengan dinnamika kehidupan hendaknya tidak terlalu banyak menimbulkan kegoncangan, kepincangan, kesenj angan yang mudah sekali mempengaruhi kondisi pisikis pribadi maupun kelompok. Lingkungan hidup yang menekan akan menyebabkan disharmoni baik dalam diri pribadi (intrapisikis) maupun dengan lingkungannya sehingga menjadi ladang yang subur untuk tumbuhnya penyimpangan-penyimpangan perilaku.21

21 Singgih D Gunarasa, Psikologis Praktis Anak, Remaja dan Keluarga, (Cet. 7, Jakarta: Gunung Mulia, 2004), h. 189-192

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif, penilitan kualitatif dalam komunikasi menekankan pada bagaiman sebuah pendekatan dapat mengungkapkan makna-makna dari konten komunikasi yang ada sehingga hasil-hasi penelitian yang diperoleh berhubungan pemaknaan dan sebuah proses komunikasi yang terjadi.

Dalam pendekatan kualitatif, peneliti berusaha melakukan studi gejala dalam keadaan alamiahnya dan berusaha membentuk pengenian terhadap fenomena sesuai dengan makna yang lazim digunakan oleh objck penelitian. Penelitian kualitatif menggunakan khazanah dari fenomena empiris, seperti studi kasus, pengelaman pribadi , Iife history, wawancara, observasi, sejarah, interaksi dan teks visual maupunkonten pesan yang menggambarkan rutinjtas dan problematika serta makna kehidupan individu.22 Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitan yang menghasilakan data deskriptif mengcnai kata- kata lisan maupun tenulis. dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang orang yang diteliti.23

22 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (cet.5, Jakarta: Kencana, 2011) h. 306- 307

23 Bangong Suyanto dan Sutinah, Metodologi Penelitian Sosial (Cet. 6, Jakarta:

Kencana, 2011) h. 166

36

(46)

B. Lokasi Dan Objek Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Desa Paramba, Kecamatan Mamoasalato, Kabupaten Morowali Utara. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah para remaja Desa Paramba, Kecamatan Mamoasalato, Kabupaten Morowali Utara.

C. Fokus Penelitian 1. Perilaku remaja.

2. Komunikasi interpersonal.

3. .Pendekatan komunikasi interpersonal dapat mengubah perilaku remaja.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Perilaku seseorang adalah hasil interaksi dirinya dengan lingkungan, maka perilaku harus dipelajari dalam hubungan dengan lingkungannya. Perilaku manusia dengan tindakan-tindakanya, ada yang mudah ada yang sulit dilihat dan hanya bisa diketahui dari hasil atau akibat dari perbuatan. Salah satu ciri khas perilaku remaja adalah keinginan untuk melawan kekuasaan. Ada sebab- sebab yang mendorong remaja memberontak terhadap otoritas keluarga, sckolah, dan masyarakat umum. Pemberontakan kepada orang tua terlihat jelas, karena remaja merindukan untuk mendepati dirinya berada di dunia yang lain di luar lingkungan rumah, dum'ah penuh dengan sahabat, dunia yang penuh dengan orientasi- orientasi baru, penuh dengan kebebasan, kemandirian dan lepas

(47)

dari ketergantungan anak kecil. Melawan otoritas, dalam berbagai tingkatnya, memiliki beberapa ciri: memberontak, membangkan, protes, marah mengancam untuk lari dari rumah, atau mencoba untuk kerja, tidak sekolah dan meninggalkan keluarga. Perlawanan para remaja putri terhadap tradisi keluarga lebih sedikit dari pada remaja pria.24

2. Komunikasi interpersonal diartikan sebagai sebuah proses pertukaran makna antar orang-orang yang saling berkomunikasi dan komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) anatara dua individu.25 Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar- perorangan dan bersifat pribadi bajk yang terjadi secara langsung (tanpa mesium) ataupun tidak langsung (melalui medium).

Kegiatan-kegiatan seoerti percakapan melalui telepon, surat- menyurat pribadi merupakan contoh-contoh komunikasi interpersonal. Teori-teori interpersonal umumnnya memfokuskan pengamatanyanya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan (relationship), percakapan (dicourse), interaksi, karakteristik komunikator.26

24 Muhammad Sayyid Muhammad az-Za’balawi, Tarbiyyatul Muraahiq Bainal Islam wa Ilmu Nafs, (Cet. I, Jakarta: Muassah al-Kutub ats-Tasaqafiyyah,

25 Rusli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya Di Era Budaya Siber (Cet. 1, Jakarta Kencana, 2012) h. 10

26 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Cet. 5, Jakarta: Kencana, 2011), h.32

(48)

3. Komunikasi interpcrsonal dapat dikatakan efelctif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan secara sukarela oleh penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas hubungan interpersonal dan tidak hambatan untuk hal itu.27 Berdasarkan pengertian di atas ketika kita melakukan pendekatan komunikasi Interpersonal dengan baik maka pendekatan ini dapat mengubah Perilaku remaja.

E. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian.

Kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data yang di peroleh juga akan melesat dari yang diharapkan. Ada dua jenis sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu suberdata primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber data primer

Sumber data Primer adalah sumber pertama yang di mana sebuah data dihasilkan.28 DataPrimer, yaitu data yang di dapatkan langsung dari sumbemya, baik melalui wawancara, dan observasi secara langsung. Penelitian ini menggunakan istilah sosial situation atau situasi sosial sebagai obyek yang terdin' dari tiga elemen,

27 A.M. Harjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Jakarta: Kensius, 2003) h. 77

28 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Cet. 1, Jakarta:

Kencana, 2013) h. 129

(49)

yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity), yang berinteraksi secara sinergi.29

2. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor, buku , atau pihak pihak Iainnya yang memberikan data yang erat kaitannya dengan objek dan tujuan penelitian.30 Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah sumber data primer dan data sekunder tersusun dalam bentuk dokumendokumen. Data sekunder yaitu data yang mendukung data primer yang di peroleh dari literatur, baik buku-buku, dokumen, foto, maupun referensi yang terkait dengan penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instmmen penelitian adalah alat atau fasilitas yang di gunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.31

Adapun wujud dari instrumen penelitian yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data yang ada berkaitan dengan obyek yang akan diteliti adalah hasil observasi, pedoman

29 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Cet. 4, Bandung: Alfabet, 2008) h. 297

30 Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis (Cet. 1, Jakarta: Bumi Aksara, 2006) h.

64

31 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Cet. 12, Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h. 136

(50)

wawancara (interview guided), dan telaah kepustakaan (buku, teks, foto, arsip-arsip, dan artikel), dibantu dengan peralatan penelitian sepeni kamera, alat perekam, dan buku catatan.

G. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adlah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang di perlukan. Metode pengumpulan data dapat dibagi tiga, yaitu sebagai berikut.

1. Observasi

Secara luas, observas'i atau pengamatan berarti setiap kegiatan Observasi adalah cara atau teknik untuk melakukan pengukuran.32 pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian.33 Observasi merupakan salah satu metode utama dalam melakukan penelitian sosial atau keagamaan terutama sekali penelitian kualitatif. Secara umum, observasi berarti pengamatan, penglihatan Sedangkan secara khusus dalam dunia penelitian, observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab, mencan bukti terhadap fenomena sosial-keagamaan (perilaku, kejadian~ kejadian, keadaan,

32 Irwan Sohartono, Metode Penelitian Sosial (Cet. 2, Bandung: Rosdakarya, 1998) h. 69

33 Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis (Cet. 1, Jakarta: Bumi Aksara, 2006) h.58

(51)

benda, dan simbol~simbol tertentu) selama beberapa waktu tampa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis.34 Di dalam pengertian psikologis, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan mengunakan seluruh alat indra.35

2. Interview/Wawancara

Menurut S. Nasution wawancara (interview) adalah suatu bentuk komunikasi verbal.36 Jadi, semacam percakapan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi. Wawancara mendalam dan terbuka. Data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dan' orang-orang tentang pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuannya.37 Wawancara mempakan metode penggah'an data yang paling banyak dilakukan, baiktujuan praktisi maupun ilmiah, terutama untuk penelitian sosial yang bersifat kualitatif. Wawancara adalah percakapan lagsung dan

34 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosil-Agama (Cet. 1, Bandung: Rosdakarya, 2003) h. 167

35 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Cet. 12, Jakarta: Rineka Cipta, 2002)h.133

36 Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis (Cet. 1, Jakarta: Bumi Aksara, 2006) h.62

37 Bangong Suyanto dan Sutinah, Metodologi Penelitian Sosial (Cet. 6, Jakarta:

Kencana, 2011) h. 186

(52)

tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu. Maksud mengadakan wawan cara secara umum adalah untuk menggali struktur kognitif dan dunia makna dari perilaku subjek yang di teliti. Sccara khusus, Linclon dan Guba (1985) mengemukakan tujuan wawancara antara lain mengkontstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain.38

Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk

“‘semi structured”. Dalam hal ini maka mula-mula interviwer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalammengorek keterangan lebih lanjut. Dcngan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.39

3. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barangbarang yang tertulis.40 Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan kepada

38 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Cet.1, Bandung: Rosdakarya, 2003) h. 172-173

39Suarsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Cet. 12, Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h.202

40 Suarsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Cet. 12, Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h.135

Referensi

Dokumen terkait

penelitian di bidang kognitif hasil review Presentasi journal oleh mahasiswa dan diskusi OHP Presentasi dan diskusi Jurnal 15 Berbagai hasil penelitian tentang

Berdasarkan hasil regresi di atas, nilai p- value yang dihasilkan sebesar 0,4863 > α0.05 sehingga dapat dilihat bahwa tidak terdapat pengaruh yang signif ikan antara bank

Untuk memenuhi tenaga kerja yang terampil, maupun keahlian mengenai pekerjaan dalam skala besar, sekarang ini sudah waktunya menerapkan suatu bentuk pendidikan dengan

Sumber Sekawan Sejati di Boyolali Dengan Metodologi Model DrivenDevelopment ” telah dapat penulis selesaikan.. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna

Ekstrak kulit manggis dapat digunakan untuk pewarna logam aluminium hasil anodisasi menghasilkan warna kuning keemasan sampai coklat dan tahan terhadap panas

Ultrajaya Milk Tbk berhasil menduduki nilai rasio harga laba yang tinggi pada tahun 2003 sampai tahun 2005 dibandingkan dengan ketiga perusahaan lainnya, ini berarti para

Penerapan Manajemen Informasi Penyuluhan Pertanian (SMIPP) tersebut dilakukan melalui sistem pelayanan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi (TI) dengan

Simpulan yang bisa ditarik dari kegiatan pengamatan ini yaitu. Perbedaan presentase ketertarikan serangga terhadap tanaman liar dipengaruhi oleh senyawa- senyawa volatil