• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Kinerja Perbankan

STABILITAS KEUANGAN DAERAH SERTA PENGEMBANGAN

A. Perkembangan Kinerja Perbankan

Asesmen Kinerja Perbankan

Total aset bank umum di Provinsi DKI Jakarta pada triwulan II 2017 tercatat sebesar Rp4.278 triliun atau tumbuh 10,78% (yoy) dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut disebabkan meningkatnya dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 11,22%. Penambahan DPK terutama dipicu oleh pertumbuhan deposito di sektor korporasi yang mencapai 17,09% (yoy).

Walaupun demikian, pertumbuhan aset tersebut tercatat melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2017 yang sebesar 11,81% (tabel 5.1). Perlambatan tersebut antara lain dikarenakan ekspansi kredit yang cenderung tertahan atau hanya tumbuh sebesar 8,41% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar 10,37% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit tersebut terutama terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi sektor-sektor utama di DKI Jakarta, yaitu kredit kepada perdagangan besar dan eceran; industri pengolahan; perantara keuangan; dan transportasi, pergudangan dan komunikasi.

Belum membaiknya perkembangan pasar luar negeri untuk produk ekspor utama Jakarta seperti kendaraan bermotor, perhiasan, dan peralatan mekanik, terkontraksinya produksi mobil, serta belum kuatnya kegiatan belanja masyarakat, turut memberikan andil yang cukup besar dalam perlambatan pertumbuhan kredit tersebut. Hal tersebut menggambarkan masih tingginya risiko, yang mendorong bank cenderung berhati-hati dalam memberikan pembiayaan kegiatan ekonomi. Sebagai dampaknya pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi melambat pada triwulan II 2017 dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu dari 12,66% (yoy) dan 9,33% (yoy) menjadi 9,82% (yoy) dan 6,64% (yoy).

terlihat menunjukkan perbaikan. Kredit bermasalah tercatat sebesar 2,61%, membaik dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 2,87%. Perbaikan tersebut terutama disebabkan restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh beberapa bank, terutama kredit investasi. Dari total kredit restrukturisasi pada triwulan laporan yaitu sebesar Rp80 triliun, kredit investasi memiliki pangsa sebesar 54,69% atau sebesar Rp42,8 triliun. Selain itu, perbaikan NPL juga disebabkan adanya hapus buku kredit bermasalah yang tercermin dari meningkatnya jumlah hapus buku. Pada triwulan II 2017 jumlah hapus buku tercatat sebesar Rp122 triliun atau tumbuh 23,89% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 24,13% (yoy).

Dari 106 bank umum yang beroperasi di wilayah DKI Jakarta, kelompok aset terbesar dimiliki oleh bank swasta nasional yang mencapai 51%, diikuti oleh bank milik pemerintah dan bank asing masing-masing sebesar 33% dan 15% (Grafik 5.1), dengan kantor Pusat Bank sebagaian besar berada di wilayah Jakarta Pusat.

Tabel 5.1 Perkembangan Kinerja Bank Umum di Provinsi DKI Jakarta

triliun Rp

I II III IV I II III IV I II III IV I II

1 Total Asset 3,003 3,143 3,321 3,463 3,579 3,625 3,778 3,778 3,775 3,862 3,953 4,162 4,220 4,278

2 Dana Pihak Ketiga (DPK) 1,820 1,913 2,000 2,100 2,153 2,183 2,251 2,220 2,258 2,282 2,302 2,473 2,504 2,538

3 Kredit - Lokasi Bank (LB) 1,623 1,706 1,759 1,803 1,806 1,887 1,960 2,004 1,942 2,024 2,036 2,140 2,131 2,177 - Lokasi Proyek (LP) 1,109 1,160 1,186 1,206 1,202 1,263 1,305 1,338 1,295 1,358 1,355 1,439 1,429 1,472 4 Pertumbuhan (growth ) - g_Asset (%, yoy) 13.43 17.08 15.81 14.50 18.39 15.33 13.77 9.09 6.18 6.53 4.64 10.17 11.81 10.78 - g_DPK (%, yoy) 11.25 12.01 12.37 12.90 18.30 14.10 12.54 5.69 4.86 4.54 2.25 11.39 10.89 11.22

- g_Kredit Lokasi Bank (%, yoy) 20.43 18.45 13.26 11.13 11.24 10.60 11.39 11.18 7.55 7.26 3.90 6.79 9.68 7.58

- g_Kredit Lokasi Proyek (%, yoy) 21.84 17.51 11.97 9.39 8.36 8.90 9.99 10.96 7.74 7.51 3.88 7.57 10.37 8.41

4 LDR

LDR-Lokasi Bank 89.20 89.18 87.96 85.83 83.87 86.44 87.06 90.29 86.03 88.69 88.46 86.56 85.09 85.79

LDR-Lokasi Proyek 60.93 60.61 59.30 57.39 55.81 57.85 57.96 60.26 57.35 59.49 58.88 58.19 57.08 57.99

5 Non performing loan (NPL)

- Lokasi Bank 1.56 1.68 1.91 1.90 2.05 2.22 2.45 2.33 2.73 2.96 3.01 2.96 2.95 2.70

- Lokasi Proyek 1.44 1.47 1.63 1.60 1.81 1.79 2.02 2.11 2.57 2.68 2.76 2.90 2.87 2.61

2014 2015 2016 2017 No Keterangan

Sumber: Bank Indonesia

33%

51% 15%

1%

Bank Persero Bank Swasta Nasional Bank Asing & Campuran Bank Pemerintah Daerah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.1 Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada triwulan II 2017 menunjukkan peningkatan. DPK tercatat tumbuh sebesar 11,22% (yoy), lebih tinggi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Agustus 2017

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,89% (yoy). Peningkatan DPK terutama didorong oleh DPK pemerintah dan korporasi, yang masing-masing tumbuh 17,20% dan 13,81%, lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 13,11% dan 9,13%. Faktor utama peningkatan DPK tersebut berasal dari peningkatan giro dan deposito yang mencapai 12,23% dan 10,86% (yoy), lebih baik dari triwulan sebelumnya yang sebesar 10,39% dan 7,79%. Sementara itu, penghimpunan dana tabungan menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan II 2017 dana tabungan tercatat tumbuh sebesar 10,72% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 13,90% (yoy) (Grafik 5.2). Perlambatan tersebut terutama berasal dari sektor rumah tangga, seiring dengan meningkatnya kebutuhan menjelang hari raya idul fitri dan jelang tahun ajaran baru. Daerah bisnis dan pusat perdagangan seperti Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan masih menjadi primadona bagi DKI Jakarta dalam melakukan penghimpunan dana. Penghimpunan dana di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan masing-masing tumbuh sebesar 11,19% (yoy) dan 16,25% (yoy) terutama didominasi oleh pertumbuhan deposito.

0 1 1 2 2 3 3 0 0 0 0 0 0 0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017 d ala m t riliun

Total DPK g_DPK Jakarta g_Tabungan Jakarta g_Deposito Jakarta

0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400

Jan Feb I II III IV I II

2016 2016 2017

dala

m

trili

un

Jakarta Barat Jakarta Timur Jakarta Utara Jakarta Selatan Jakarta Pusat

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.2 Pertumbuhan DPK DKI Jakarta

Grafik 5.3 Sebaran DPK per wilayah

Bila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK nasional dan Jawa, pertumbuhan DPK Provinsi DKI Jakarta relatif lebih tinggi. Pertumbuhan DPK nasional tercatat sebesar 10,32% (yoy), sementara pertumbuhan DPK di Jawa sebesar 11,03%, (yoy) (Grafik 5.4). Selain itu, berdasarkan jumlah nominal dana yang dihimpun, Provinsi DKI Jakarta masih menjadi tumpuan perbankan nasional dalam hal penghimpunan dana pihak ketiga. Hal tersebut tercermin dari proporsi penghimpunan DPK di DKI Jakarta (berdasarkan lokasi bank) terhadap DPK Perbankan nasional mencapai 51%. Sedangkan bila dibandingkan dengan perbankan di Jawa, proporsi DPK DKI Jakarta mencapai 64% (Grafik 5.5).

0.00 4.00 8.00 12.00 16.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

g_DPK Perbankan Nasional g_DPK Perbankan di P. Jawa g_DPK di Provinsi Jakarta 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 500 1,000 1,500 2,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

d

ala

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.4 Pertumbuhan DPK DKI Jakarta, Jawa dan Nasional

Grafik 5.5 Share DPK Jakarta terhadap Jawa dan Nasional

Komposisi dana pihak ketiga DKI Jakarta pada triwulan II 2017 masih didominasi oleh deposito, dengan proporsi sebesar 54%. Kemudian diikuti oleh giro dan tabungan dengan proporsi masing-masing sebesar 28% dan 18% (Grafik 5.6). Komposisi tersebut relatif tidak berubah dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Tingginya komposisi deposito tersebut berdampak pada biaya dana yang ditanggung oleh bank menjadi lebih mahal. Namun, hal tersebut masih dapat diatasi dengan mengalokasikan kelebihan dana terebut dalam bentuk kredit di luar wilayah Jakarta ataupun melakukan penempatan pada instrumen lain yang lebih menguntungkan.

28%

18%

54%

Giro Tabungan Deposito

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.6 Komposisi DPK di Jakarta Penyaluran Kredit

Pertumbuhan ekonomi global yang berangsur membaik terutama di beberapa negara tujuan ekspor belum berdampak langsung terhadap kinerja ekspor Indonesia. Ekspor masih mengalami kontraksi sehingga pertumbuhan kredit, terutama kredit modal kerja dan kredit investasi, ikut mengalami perlambatan. Selain itu, proses pemulihan ekonomi Indonesia, yang tidak sekuat perkiran semula, turut memberikan keyakinan terhadap perbankan untuk tetap selektif dalam menyalurkan kreditnya. Hal tersebut tercermin pada penyaluran kredit pada triwulan II 2017 yang cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi proyek tumbuh melambat menjadi 8,41% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang sebesar 10,37% (yoy) (Grafik 5.7). Perlambatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Agustus 2017

tersebut terutama terjadi pada kredit modal kerja (dari 12,7% menjadi 9,3% (yoy)) dan kredit investasi (dari 9,3% menjadi 6,6% (yoy)). Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh sebesar 6,5% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,04% (yoy) (Grafik 5.8). Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit di DKI Jakarta didominasi oleh kredit modal kerja yang memiliki pangsa sebesar 57%, diikuti oleh kredit investasi (29%), dan kredit konsumsi (14%) (Grafik 5.9).

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017

Kredit (LB) Kredit (LP) - g_Kredit (LB) - g_Kredit (LP)

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18% 20% 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017 Trilli o n s

Kredit Modal Kerja Kredit Investasi

Kredit Konsumsi g_Kredit Modal Kerja (skala kanan)

g_Kredit Investasi (skala kanan) g_Kredit Konsumsi (skala kanan)

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.7 Pertumbuhan Kredit di Jakarta

Grafik 5.8 Pangsa Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

57% 29%

14%

Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi

40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

LDR-Lokasi Bank LDR-Lokasi Proyek

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.9 Pangsa Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 5.10 rasio LDR berdasarkan lokasi proyek dan lokasi bank

Dengan posisinya sebagai ibukota negara dan pusat kegiatan ekonomi Indonesia, DKI Jakarta memiliki karakteristik sebagai daerah penghimpun dana. Hal tersebut dikarenakan porsi belanja Kementerian dan Lembaga (K/L) Pemerintah Pusat yang sebagian besar (50%) dikelola di DKI Jakarta dan banyaknya korporasi yang berkantor pusat di DKI Jakarta, sehingga dana korporasi yang mengalir ke kantor pusat menjadi sumber penghimpunan dana bagi perbankan di Jakarta.

Besarnya penghimpunan dana tersebut tidak diimbangi dengan besarnya permintaan kredit di Jakarta sehingga mendorong perbankan untuk menyalurkan kreditnya ke daerah lainnya di luar Jakarta. Kondisi tersebut tercermin dari LDR Lokasi proyek yang hanya sebesar 57,09%, jauh lebih

5.10). Dengan kata lain terdapat 27,80% kredit disalurkan di luar DKI Jakarta.

Dari sisi risiko kredit, pada triwulan II 2017, tingkat kualitas kredit perbankan di Provinsi DKI Jakarta membaik dibandingkan dengan triwulan I 2017, yaitu dari 2,87% menjadi 2,61% (Lokasi Proyek). Demikian pula halnya dengan NPL berdasarkan lokasi bank yang tercatat membaik dari 2,95% menjadi 2.70% (Grafik 5.11). 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017

NPL Lokasi Bank NPL Lokasi Proyek

0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 2.00% 2.50% 3.00% 3.50%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

NPL (LP) Modal Kerja Investasi Konsumsi

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.11 Perkembangan NPL DKI Jakarta

Grafik 5.12 Perkembangan NPL (LP) Berdasarkan Jenis Penggunaan

Berdasarkan jenis penggunaan, NPL gross untuk seluruh jenis kredit tercatat membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. NPL gross kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi pada triwulan II 2017 masing-masing sebesar 2,66%, 2,82%, dan 1,93%, membaik dari triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 3,09%, 2,85%, dan 2,01% (Grafik 5.12). Membaiknya risiko kredit tersebut disebabkan oleh restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh beberapa bank, terutama kredit investasi. Dari total kredit restrukturisasi pada triwulan laporan yaitu Rp80 triliun, kredit investasi memiliki pangsa sebesar 54,69% atau sebesar Rp42,8 triliun. Selain itu, perbaikan NPL juga disebabkan adanya hapus buku kredit bermasalah yang tercermin dari meningkatnya jumlah hapus buku. Pada triwulan II 2017 jumlah hapus buku sebesar Rp122 triliun atau tumbuh 23,89% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 24,13% (yoy).

Secara keseluruhan, NPL di DKI Jakarta berdasarkan lokasi proyek masih lebih rendah jika dibandingkan dengan NPL di Pulau Jawa maupun nasional yang masing-masing tercatat sebesar 2,99% dan 3,02% (Grafik 5.13). Namun, perbaikan NPL tersebut dibayangi oleh meningkatnya kredit restrukturisasi sehingga secara keseluruhan rasio loan at risk juga ikut terdorong meningkat selama beberapa tahun terakhir (grafik 5.14).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Agustus 2017 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2014 2015 2016 2017 NPL Perbankan Nasional NPL Perbankan di P. Jawa NPL Perbankan Jakarta (%) 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jun-17 d ala m t riliun

Total Kredit LAR % LAR tdhp Total Kredit

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.13 Pebandingan NPL DKI Jakarta, Jawa dan Nasional

Grafik 5.14 Loan at Risk DKI Jakarta

Dari total kredit yang telah diberikan, kredit kepada sektor swasta masih mendominasi pemberian kredit, dengan porsi pada triwulan II 2017 mencapai 85,20%, sedangkan kepada sektor pemerintah sebanyak 13,47% (Grafik 5.15). Hal tersebut tidak terlepas dari peran DKI Jakarta sebagai pusat bisnis dan barometer ekonomi Indonesia. Namun, pada triwulan II 2017, pertumbuhan kredit kepada kedua sektor tersebut terlihat melambat. Pertumbuhan kredit sektor swasta melambat dari 7,08% (yoy) menjadi 6,77% (yoy) dan sektor pemerintah melambat dari 35,08% (yoy) menjadi 22,85% (yoy) (Grafik 5.16).

13.47%

85.20%

1.33%

Sektor Pemerintah Sektor Swasta Lainnya

-20.00% -10.00% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017

g_Sektor Pemerintah g_Sektor Swasta

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.15 Komposisi Kredit Berdasarkan Golongan Debitur

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.16 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Golongan Debitur

Banyaknya perkantoran dan pusat perbelanjaan yang terletak di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, maupun pusat grosir dan perdagangan seperti di Mangga Dua, Tanah abang dan Glodok, serta tempat-tempat hiburan dan restoran, membuat wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan menjadi dominan dalam hal penyaluran kredit. Pada triwulan II 2017, total kredit yang disalurkan di dua daerah tersebut masing-masing sebesar 35,36% dan 35,14% dari total kredit di DKI Jakarta (Grafik 5.17).

35.36%

10.15% 11.00% 35.14%

Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Kepulauan Seribu

0 100 200 300 400 I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017 d

Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Kepulauan Seribu

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.17 Sebaran Kredit di Provinsi DKI Jakarta

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.18 Perkembangan Sebaran Kredit DKI Jakarta