• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PERKEMBANGAN MUTAKHIR PASAR MINYAK NABATI DUNIA

2.4. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati per Kawasan

Minyak Kedele (Soybean Oil). Minyak kedele merupakan salah

satu sumber utama minyak nabati dunia. Hingga tahun 2008, minyak kedele memiliki pangsa terbesar dan mendominasi sumber minyak nabati utama lainnya. Pada tahun 2014, minyak kedele memiliki pangsa dunia sebesar 32.1%. Perkembangan konsumsi minyak kedele dunia berdasarkan kawasan pada kurun waktu 1965-2014 disajikan pada 2.6.

Sumber: Oil World

Gambar 2.6. Konsumsi Minyak Kedele berdasarkan Kawasan tahun 1965-2014

Dalam kurun waktu 1965-2014, rata-rata konsumsi minyak kedele dunia meningkat rata-rata 6,19 % per tahun. Bila dilihat berdasarkan kawasan, negara konsumen terbesar dunia adalah Amerika Serikat (AS). Rata-rata konsumsi minyak kedele AS mencapai 42% dari total minyak kedele dunia. Dari sisi volume konsumsi kedele Amerika Serikat cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 3.18 % per tahun. Namun dari sisi pangsa konsumsi terhadap total kedele dunia, dapat dilihat bahwa pangsa konsumsi AS cenderung menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 1965, pangsa konsumsi minyak kedele AS

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2014 Central Asia

Other Eastern Europe Other Western Europe Developed Countries USA

European Union East Asia South Asia

Near East/ North Africa Sub- saharan Africa Latin American and Caribean

12 GAPKI -Industri Minyak Sawit Indonesia Menuju 2050 - PASPI adalah 76.19%, tahun 1980 menjadi 44.76%, tahun 2000 turun menjadi 27.30% dan pada tahun 2014 menurun menjadi 16.93%.

Disamping itu juga terdapat perubahan pola konsumsi minyak kedele antar kawasan. Pada tahun 1965, hampir 80% konsumsi minyak kedele dunia adalah Amerika Serikat. Tahun 1980 pangsa konsumsi minyak kedele menyebar di Amerika Serikat 44.76%, Latin Amerika dan Karibia sebesar 24.55% dan Asia Selatan 10.34%. Tahun 2000 pangsa konsumsi minyak kedele Amerika Serikat menurun menjadi 27.30%, Latin Amerika dan Karibia menurun menjadi 19.01%, Asia Selatan menurun menjadi 10.21%, namun Asia Timur meningkat dari 6.81% (1980) menjadi 18.64%. Tahun 2014 pangsa konsumsi minyak kedele Amerika Serikat menurun menjadi 16.93, Amerika Latin dan Karibia naik menjadi 23.91% dan Asia Timur meningkat menjadi 33.15%.

Perkembangan terakhir menunjukkan, dalam kurun waktu 2010-2014, negara konsumen terbesar minyak kedele di dunia adalah China 29.45%, USA 19.0%, Brazil 12.8%, India 7.0%, Argentina 6.2%, EU-27 4.6%, Meksiko 2.0%, Iran 1.5%, Mesir 1.3% dan Sisa Dunia 16.0% (gambar 2.7).

Sumber: Oil World

Gambar 2.7. Negara Konsumen Terbesar Minyak Kedele Dunia 1965-2014 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2014 R ibu T o n Tahun

Konsumsi Soybean Oil

Sisa Dunia Mesir Iran Meksiko EU-27 Argentina India Brazil USA China

II. Evaluasi Perkembangan Mutakhir Minyak Sawit Indonesia 13

Minyak Sawit (Palm Oil). Sejak tahun 2008, minyak sawit

menggeser dominasi minyak kedele dunia dan sekalgus menempatkan minyak sawit sebagai sumber penting minyak nabati dunia. Pada tahun 2014, minyak sawit memiliki pangsa dunia sebesar 42.1%. Perkembangan konsumsi minyak sawit dunia berdasarkan kawasan pada kurun waktu 1965-2014 disajikan pada 2.8.

Sumber: Oil World

Gambar 2.8. Konsumsi Minyak Sawit berdasarkan Kawasan tahun 1965-2014

Dalam kurun waktu 1965-2014, rata-rata konsumsi minyak sawit dunia meningkat rata-rata 9.42 % per tahun. Bila dilihat berdasarkan kawasan, konsumen terbesar dunia adalah kawasan Asia Timur (15 negara). Konsumsi kawasan Asia Timur mencapai rata-rata 40.2% dari total minyak sawit dunia. Dari sisi volume konsumsi minyak sawit kawasan Asia Timur cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 15 % per tahun. Dari sisi pangsa, konsumsi minyak sawit Asia Timur juga meningkat pesat dan tertinggi dibandingkan kawasan lainnya. Pada tahun 1965, pangsa konsumsi minyak sawit Asia Timur adalah 11.28%, tahun 1980 menjadi 31.705%, tahun 2000 naik menjadi 37.88% dan pada tahun 2014 naik menjadi 42.82%.

0 10 20 30 40 50 60 70 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2014 Ju ta T o n Central Asia

Other Eastern Europe Other Western Europe Developed Countries USA

European Union East Asia South Asia

Near East/ North Africa Sub- saharan Africa Latin American and Caribean

14 GAPKI -Industri Minyak Sawit Indonesia Menuju 2050 - PASPI Disamping itu juga terdapat pergeseran pola konsumsi minyak sawit antar kawasan, yang awalnya (1965) didominasi oleh Sub Sahara Afrika (77.82%) menuju Asia, baik Asia Timur maupun Asia Selatan. Pada tahun 1965, sekitar 78% konsumsi terbesar minyak sawit dunia adalah Afrika Selatan. Tahun 1980 pangsa konsumsi minyak sawit menyebar di Sub Sahara Afrika 34.14%, Asia Timur 31.05% dan Asia Selatan 19.04%. Tahun 2000 pangsa konsumsi minyak sawit Sub Sahara Afrika menurun menjadi 12.76%, Asia Timur dan Asia Selatan naik masing-masing menjadi 37.88% dan 24.06%. Tahun 2014 pangsa konsumsi minyak sawit Sub Sahara Afrika menurun menjadi 10.42%, Asia Timur naik menjadi 42.82% dan Asia Selatan turun menjadi 20.73%.

Perkembangan terakhir menunjukkan, dalam kurun waktu 2010-2014, negara konsumen terbesar minyak sawit di dunia adalah Indonesia 15.8%, India 14.9%, China 11.5%, EU-27 10.9%, Malaysia 4.5%, Pakistan 4.2%, Thailand 3.0%, Nigeria 2.5% dan USA 2.2%. Selebihnya, sekitar 30% dikonsumsi oleh Sisa dunia (Gambar 2.9)

Sumber: Oil World

Gambar 2.9. Negara Konsumen Terbesar Minyak Sawit Dunia 1965-2014 0 10 20 30 40 50 60 70 1964 1967 1970 1973 1976 1979 1982 1985 1988 1991 1994 1997 2000 2003 2006 2009 2012 JJ u ta T o n Tahun

Konsumsi CPO

ROW

USA Nigeria Thailand Pakistan Malaysia EU-27 China India Indonesia

II. Evaluasi Perkembangan Mutakhir Minyak Sawit Indonesia 15

Rapeseed Oil . Rapeseed oil merupakan sumber minyak nabati

terbesar ketiga setelah minyak sawit dan minyak kedele. Pada tahun 2014, Rapeseed Oil memiliki pangsa dunia sebesar 16.8%. Perkembangan konsumsi Rapeseed Oil dunia berdasarkan kawasan pada kurun waktu 1965-2014 (gambar 2.10).

Sumber: Oil World

Gambar 2.10. Konsumsi Rapeseed Oil berdasarkan Kawasan tahun 1965-2014

Dalam kurun waktu 1965-2014, rata-rata konsumsi Rapeseed Oil dunia meningkat rata-rata 6,99 % per tahun. Bila dilihat berdasarkan kawasan, konsumen terbesar rapeseed dunia adalah Asia Timur (28.3%), Uni Eropa (23.8%) dan Negara-negara Maju (21.9%). Dari sisi pangsa konsumsi terhadap total rapeseed oil dunia, dapat perkembangan pangsa konsumsi rapeseed oil dunia. Pada tahun 1965, pangsa konsumsi Rapeseed Oil terbesar adalah Asia Selatan yakni 46.84%, namun hanya bertahan hingga tahun 1980 dengan penurunan pangsa menjadi 27.03%.

Konsumsi rapeseed menyebar ke kawasan lainnya. Tahun 1980, konsumsi rapeseed oil terbesar adalah Negara Maju, yakni 33.42%, dan Asia Timur 28.99%. Tahun 2000, konsumsi rapeseed oil Negara Maju menurun menjadi 23.30%, dan pangsa konsumsi rapeseed Asia Timur naik menjadi 29.21%, dan Negara Uni Eropa meningkat pesat menjadi

0 5 10 15 20 25 30 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2014 Ju ta T o n Central Asia

Other Eastern Europe Other Western Europe Developed Countries USA

European Union East Asia South Asia Near East/ North Africa

16 GAPKI -Industri Minyak Sawit Indonesia Menuju 2050 - PASPI 25.93% Tahun 2014, konsumsi rapeseed oil dodominasi oleh kawasan Uni Eropa dengan pangsa 33.79%, diikuti kawasan Asia Timur dengan pangsa 27.10% dan Negara Maju 16.27%.

Data di atas sekaligus menggambarkan perubahan pola konsumsi rapeseed oil dunia antar kawasan. Dalam kurun waktu 2010-2014, negara konsumen terbesar Rapeseed Oil di dunia adalah EU-27 41.7%, China 29.2%, United States 8.2%, Japan 4.5%, Mexico 2.9%, Canada 2.6%, India 2.5%, Pakistan 1.9%, Norway 1.4% dan sisanya 5.1% adalah konsumsi sisa dunia (rest of the world) (Gambar 2.11).

Sumber: Oil World

Gambar 2.11. Negara Konsumen Terbesar Rapeseed Oil Dunia 1965-2014

Minyak Bunga Matahari (Sunflower Oil). Sunflower oil

merupakan sumber minyak nabati terbesar keempat setelah minyak sawit, minyak kedele dan rapeseed oil . Pada tahun 2014, Sunflower Oil memiliki pangsa dunia sebesar 10.0%. Perkembangan konsumsi Sunflower Oil dunia berdasarkan kawasan pada kurun waktu 1965-2014 disajikan pada gambar 2.12.

0 5 10 15 20 25 30 1964 1967 1970 1973 1976 1979 1982 1985 1988 1991 1994 1997 2000 2003 2006 2009 2012 Ju ta T o n

Konsumsi Rapeseed Oil ROW Norway Pakistan India Canada Mexico Japan United States China EU-27

II. Evaluasi Perkembangan Mutakhir Minyak Sawit Indonesia 17

Sumber: Oil World

Gambar 2.12. Konsumsi Sunflower Oil berdasarkan Kawasan tahun 1965-2014

Meskipun pangsa sunflower oil hanya 10% dari total minyak nabati utama dunia, namun perkembangannya cukup pesat. Pada tahun 1965, konsumsi sunflower oil adalah 28.000 ton, dan pada tahun 2014 telah mencapai 15.195.000 ton. Hal tersebut menunjukkan dalam kurun waktu 1965-2014, rata-rata konsumsi sunflower oil dunia meningkat rata-rata 40.25 % per tahun.

Secara umum, konsumen terbesar sunflower oil dunia adalah kawasan Uni Eropa (23.74%), Negara-negara Maju (19.1%) dan kawasan near East/Afrika Utara (16.10%).

Dari sisi pangsa konsumsi dapat dilihat perkembangan konsumsi sunflower oil dunia. Pada tahun 1965, konsumsi sunflower oil terbesar adalah Near East/ Afrika Utara dan Eropa Barat, dengan pangsa masing-masing 57.14% dan 39.29%.

Perkembangan konsumsi sunflower oil antar kawasan dunia menunjukkan bahwa konsumsi sunflower oil cendrung berpusat di Benua Eropa. Tahun 1980, konsumsi sunflower oil terbesar adalah Amerika Latin dan Karibia (29.17%), Near East/ Afrika Utara (22.65%), Uni Eropa (21.37%) dan Negara Maju (13.46%). Tahun 2000, konsumsi sunflower oil di kawasan Amerika Latin dan Karibia menurun drastis

0 2 4 6 8 10 12 14 16 1964 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2014 Ju ta T o n Central Asia

Other Eastern Europe Other Western Europe Developed Countries USA

European Union East Asia South Asia

Near East/ North Africa Sub- saharan Africa

18 GAPKI -Industri Minyak Sawit Indonesia Menuju 2050 - PASPI menjadi 8.44%, kawasan Near East/Afrika Utara juga menurun menjadi 11.77%, sedangkan pangsa konsumsi sunflower oil di kawasan Uni Eropa naik menjadi 31.35% dan Negara Maju naik menjadi 21.59%. Tahun 2014, konsumsi sunflower oil terbesar adalah Uni Eropa (24.17%), diikuti Near East/ Afrika Utara (20.68%), Negara Maju (18.76%). Sedangkan Amerika Latin dan Karibia menurun menjadi 6.30%, sebaliknya konsumsi kawasan Asia Selatan naik menjadi 12.70%).

Dalam kurun waktu 2010-2014, berdasarkan ranking tertinggi, negara konsumen terbesar sunflower oil di dunia adalah EU-27 sebesar 26.5%, Russian 15.9%, India 9.6%, Turkey 7.6%, China 5.2%, Egypt 5.2%, Argentina 4.7%, Ukraine 4.2%, South Africa 2.8% dan sisa dunia 18.2% (Gambar 2.13).

Sumber: Oil World

Gambar 2.13. Negara Konsumen Terbesar Sunflower Oil Dunia 1965-2014 2.5. Pola Konsumsi Minyak Nabati Berdasarkan Kawasan

Amerika Latin dan Karibia. Kawasan Amerika Latin dan

Karibia merupakan konsumen utama minyak kedele (soybean oil/SBO). Minyak kedele memiliki proporsi yang dominan sepanjang kurun waktu 1965-2014. Pada tahun 1965, hampir 60% konsumsi minyak

0 2 4 6 8 10 12 14 16 1964 1967 1970 1973 1976 1979 1982 1985 1988 1991 1994 1997 2000 2003 2006 2009 2012 Ju ta T o n

Konsumsi Sunflower Oil ROW

South Africa Ukraine Argentina Egypt China Turkey India Russian Federation EU-27

II. Evaluasi Perkembangan Mutakhir Minyak Sawit Indonesia 19 nabati di kawasan ini adalah minyak kedele, dan sisanya dipenuhi oleh rapeseed oil dan minyak sawit. Sejak tahun 1990 peran minyak sawit semakin besar, sedangkan proporsi minyak rapeseed dan minyak bunga matahari semakin menurun. (Gambar 2.14).

Sumber: Oil World

Gambar 2.14. Perkembangan Pola Konsumsi Minyak Nabati di Kawasan Amerika Latin dan Karibia Tahun 1965-2014

Tahun 1965, total konsumsi minyak nabati kawasan Amerika Latin dan Karibia adalah 140.000 ton. Tahun 1980, konsumsi minyak nabati meningkat 20 kali lipat menjadi 1.991.000 ton, atau rata-rata meningkat 135.8% per tahun. Peningkatan ini berdampak pada pangsa konsumsi minyak kedele naik dari 56.4% tahun 1965 menjadi 75.8% pada tahun 1980. Sumber konsumsi kedua adalah sonflower oil dengan pangsa 16.9%. Hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi nabati cenderung bergeser ke sunflower oil, dimana pangsa minyak sawit dan rapeseed oil keduanya hanya berkisar 7%.

Dalam satu dekade, dari tahun 1980 ke 1990, konsumsi minyak nabati naik dari sekitar 3 juta ton menjadi 5 juta ton lebih, dengan growth 7.1% per tahun. Sumber utama minyak nabati tetap didominasi oleh minyak kedele (61.1%), sedangkan peran minyak sawit semakin meningkat dari pangsa 6.7% pada tahun 1980 menjadi 16.5% pada tahun 1990, dan selebihnya adalah minyak bunga matahari (16.9%) dan rapeseed oil (5.5%). Tahun 2000 konsumsi nabati naik menjadi 7.5 juta

2 4 6 8 10 12 14 1965 1980 1990 2000 2010 2014 Ju ta T o n

20 GAPKI -Industri Minyak Sawit Indonesia Menuju 2050 - PASPI ton, dengan growth 4.7% per tahun. Dalam dekade 2000-2010, konsumsi minyak nabati di kawasan Amerika Latin dan Karibia bertumbuh pesat, yakni 8.8% per tahun, dan tahun 2010 konsumsi minyak nabati telah mencapai 14,2 juta ton, kemudian tahun 2014 naik rata-rata 3,7% per tahun menjadi 16.317 juta ton (Tabel 2.5)

Tabel 2.5. Perkembangan Pola Konsumsi Minyak Nabati di Kawasan Amerika Latin dan Karibia Tahun 1965-2014

Nabati Pangsa Konsumsi (JutaTon)

1965 1980 1990 2000 2010 2014 SBO 79 2,267 3,129 5,154 10,344 11,593 % 56.4 75.8 61.1 68.4 72.9 71.0 PO 29 200 843 1,253 2,482 2,992 % 20.7 6.7 16.5 16.6 17.5 18.3 RSO 32 19 284 435 698 775 % 22.9 0.6 5.5 5.8 4.9 4.7 SFO - 505 863 688 668 957 % 0.0 16.9 16.9 9.1 4.7 5.9 Total 140.0 2,991.0 5,119.0 7,530.0 14,192.0 16,317.0 Growth %/thn 135.8 7.1 4.7 8.8 3.7

Sumber: Oil World

Tahun 2014, diperoleh gambaran umum bahwa konsumsi utama minyak nabati di kawasan Amerika Latin dan Karibia adalah minyak kedele (71%), dan minyak sawit berada pada urutan kedua dengan proporsi 18.3%), sedangkan proporsi sun flower oil dan rapeseed oil masing-masing adalah 4.7% dan 5.9%.

II. Evaluasi Perkembangan Mutakhir Minyak Sawit Indonesia 21

Sub Sahara Afrika. Minyak sawit merupakan sumber utama

konsumsi minyak nabati di kawasan Sub Sahara Afrika. Sumber minyak nabati lainnya juga diperoleh dari minyak kedele dan rapeseed oil yang juga cenderung meningkat setiap tahun. Pada tahun 1965, hampir 90% konsumsi minyak nabati di kawasan ini adalah minyak sawit, dan sisanya dipenuhi oleh rapeseed oil dan minyak kedele. Sejak tahun 2000 peran minyak kedele dan minyak rapeseed semakin besar (Gambar 2.15).

Sumber: Oil World

Gambar 2.15. Perkembangan Pola Konsumsi Minyak Nabati di Kawasan Sub Sahara Afrika Tahun 1965-2014

Tahun 1965, total konsumsi minyak nabati kawasan Sub Sahara Afrika adalah 711.900 ton. Tahun 1980, konsumsi minyak nabati meningkat lebih dari 2 kali lipat menjadi 1.520.600 ton, atau rata-rata meningkat 7.6 % per tahun. Peningkatan ini berdampak pada pangsa konsumsi minyak kedele naik dari 1.5 % tahun 1965 menjadi 10.4% pada tahun 1980. Namun proporsi rapeseed oil menurun dari 12.5% menjadi 3.1%. Hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi nabati cenderung berkembang pada konsumsi minyak kedele.

Dalam satu dekade, dari tahun 1980 ke 1990, konsumsi minyak nabati naik dari sekitar 1.5 juta ton menjadi 2.8 juta ton lebih, dengan

1 2 3 4 5 6 7 1965 1980 1990 2000 2010 2014 Ju ta T o n

22 GAPKI -Industri Minyak Sawit Indonesia Menuju 2050 - PASPI growth 8.6% per tahun. Sumber utama minyak nabati tetap didominasi oleh minyak sawit (71.9%), sedangkan peran minyak sawit kedele menurun dari pangsa 10.4% pada tahun 1980 menjadi 6.0% pada tahun 1990, sementara minyak rapeseed meningkat dari pangsa 3.1% menjadi 22.2 %. Tahun 2000 konsumsi nabati naik menjadi 5.5 juta ton, dengan growth 9.3% per tahun. Dalam dekade 2000-2010, konsumsi minyak nabati di kawasan Sub Sahara Afrika bertumbuh pesat, yakni 9% per tahun, dan tahun 2010 konsumsi minyak nabati telah mencapai 10,4 juta ton, kemudian tahun 2014 naik rata-rata 2.3% per tahun menjadi 11.3 juta ton (Tabel 2.6).

Tabel 2.6. Perkembangan Pola Konsumsi Minyak Nabati di Kawasan Sub Sahara Afrika Tahun 1965-2014

Nabati Pangsa Konsumsi (Ribu Ton)

1965 1980 1990 2000 2010 2014 SBO 11 158 169 1,554 3,189 3,307 % 1.5 10.4 6.0 28.4 30.7 29.2 PO 612 1,316 2,034 3,008 5,796 6,476 % 86.0 86.5 71.9 55.1 55.8 57.1 RSO 89 47 628 901 1,407 1,561 % 12.5 3.1 22.2 16.5 13.5 13.8 SFO - - - - % 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Total 711.9 1,520.6 2,830.5 5,462.8 10,391.9 11,343.7 Growth %/thn 7.6 8.6 9.3 9.0 2.3

Sumber: Oil World

Tahun 2014, diperoleh gambaran umum bahwa konsumsi utama minyak nabati di kawasan Sub Sahara Afrika adalah minyak sawit dengan pangsa (57.1%), dan minyak kedele berada pada urutan kedua dengan proporsi (29.2%), sedangkan rapeseed oil adalah 13.8%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan minyak kedele dalam pola konsumsi minyak nabati di kawasan Sub Sahara Afrika. Sementara rapeseed oil cenderung merata pada kisaran 13 %.

Near East dan Afrika Utara. Secara umum, kawasan Near East dan

Afrika Utara merupakan konsumen utama minyak kedele (soybean oil=SBO). Minyak kedele memiliki proporsi yang dominan sepanjang kurun waktu 1965-2014. Pada tahun 1965, sekitar 57 % konsumsi

II. Evaluasi Perkembangan Mutakhir Minyak Sawit Indonesia 23 minyak nabati di kawasan ini adalah minyak kedele, dan sisanya dipenuhi oleh sunflower oil dan minyak sawit. Sejak tahun 1990 peran sun flower oil dan minyak sawit semakin besar, namun laju pertumbuhan sun flower oil lebih besar dibandingkan dengan laju minyak sawit, yakni masing-masing 15.24% dan 6.76% per tahun (Gambar 2.16).

Sumber: Oil World

Gambar 2.16. Perkembangan Pola Konsumsi Minyak Nabati di Kawasan Near East dan Afrika Utara Tahun 1965-2014

Tahun 1965, total konsumsi minyak nabati kawasan Near East dan Afrika Utara adalah 140.000 ton. Tahun 1980, konsumsi minyak nabati meningkat 20 kali lipat menjadi 1.991.000 ton, atau rata-rata meningkat 135.8% per tahun. Peningkatan ini berdampak pada pangsa konsumsi minyak kedele naik dari 56.4% tahun 1965 menjadi 75.8% pada tahun 1980. Sumber konsumsi kedua adalah sonflower oil dengan pangsa 16.9%. Hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi nabati cenderung bergeser ke sunflower oil, dimana pangsa minyak sawit dan rapeseed oil keduanya hanya berkisar 7%.

Dalam satu dekade, dari tahun 1980 ke 1990, konsumsi minyak nabati naik dari sekitar 1.4 juta ton menjadi 2.9 juta ton lebih, dengan growth 10.6% per tahun. Sumber utama minyak nabati bergeser dari minyak kedele ke sunflower oil dengan pangsa 45.5 %. Sedangkan peran minyak sawit semakin meningkat dari pangsa 8.58% pada tahun 1980 menjadi 17.96% pada tahun 1990, sementara peran minyak kedele

1 1 2 2 3 3 4 1965 1980 1990 2000 2010 2014 Ju ta T o n

24 GAPKI -Industri Minyak Sawit Indonesia Menuju 2050 - PASPI menurun dari 51.1 % menjadi 27.3 %. Tahun 2000 konsumsi nabati naik menjadi 4.1 juta ton, dengan growth 4.1% per tahun. Dalam dekade 2000-2010, konsumsi minyak nabati di kawasan Near East dan Afrika Utara bertumbuh sebesar 5.4% per tahun, dan tahun 2010 konsumsi minyak nabati telah mencapai 6.3 juta ton, kemudian tahun 2014 naik rata-rata 6,7% per tahun menjadi 8 juta ton (Tabel 2.7).

Tabel 2.7. Perkembangan Pola Konsumsi Minyak Nabati di Kawasan Near East dan Afrika Utara Tahun 1965-2014

Nabati Pangsa Konsumsi (Ribu Ton)

1965 1980 1990 2000 2010 2014 SBO 94 720 791 2,010 2,631 2,644 % 56.6 51.1 27.3 49.0 41.5 32.9 PO - 121 521 1,100 1,811 2,163 % - 8.58 17.96 26.82 28.58 26.89 RSO 57 177 270 33 131 95 % 34.3 12.6 9.3 0.8 2.1 1.2 SFO 15 392 1,319 959 1,764 3,143 % 9.0 27.8 45.5 23.4 27.8 39.1 Total 166.0 1,398.0 3,699.0 3,961.0 6,290.0 9,025.0 Growth %/thn 49.5 16.5 0.7 5.9 10.9

Sumber: Oil World

Tahun 2014, diperoleh gambaran umum bahwa konsumsi utama minyak nabati di kawasan Near East dan Afrika Utara adalah sun flower oil (39.1%), dan minyak kedele berada pada urutan kedua dengan proporsi 32.9%, diikuti minyak sawit dengan proporsi 26.89% proporsi dan rapeseed oil dalam jumlah kecil, yakni 1.2%. Proporsi minyak sawit meningkat pesat, sedangkan proporsi minyak kedele cenderung menurun dan proporsi rapeseed menurun tajam dari 34.3% (1965) menjadi 1.2% (2014).

Asia Selatan. Kawasan Asia Selatan merupakan konsumen

utama minyak sawit. Minyak sawit memiliki proporsi yang dominan sepanjang kurun waktu 1965-2014 dengan pangsa rata-rata 42.4 %. Pada tahun 1965, konsumsi utama minyak nabati di kawasan ini adalah rapeseed oil dengan pangsa 77.5%, sementara minyak sawit baru

II. Evaluasi Perkembangan Mutakhir Minyak Sawit Indonesia 25 berkisar 2% dan minyak kedele sebsesar 20.6%. Sejak tahun 1980 peran minyak sawit mulai meningkat dan pada tahun 2014 telah menggeser dominasi rapeseed dan minyak kedele. Sementara pangsa sun flower oil masih tetap penting dengan pangsa sata-rata 12,5%. (Gambar 2.17).

Sumber: Oil World

Gambar 2.17. Perkembangan Pola Konsumsi Minyak Nabati di Kawasan Asia Selatan Tahun 1965-2014

Tahun 1965, total konsumsi minyak nabati kawasan Asia Selatan adalah 0.8 juta ton. Tahun 1980, konsumsi minyak nabati meningkat 3 kali lipat menjadi 2.4 juta ton, atau rata-rata meningkat dengan laju pertumbuhan 13 % per tahun. Peningkatan ini berdampak pada pangsa konsumsi minyak sawit naik dari 2% tahun 1965 menjadi 30.6% pada tahun 1980. Sedangkan pangsa konsumsi minyak kedele naik menjadi 39,8%, sementara rape seed oil menurun menjadi 28.7%. Hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi nabati cenderung bergeser ke sunflower oil dan minyak sawit, sementara penurunan pangsa rapeseed oil cenderung menurun karena terbatasnya supply sumber minyak nabati ini di kawasan Asia Selatan. Dimana volume konsumsi 1965 tidak jauh berbeda dengan volume konsumsi rapeseed oil tahun 1980, yakni 629.000 ton dan 690.000 ton.

Dalam satu dekade, dari tahun 1980 ke 1990, konsumsi minyak nabati naik dari sekitar 2.4 juta ton menjadi 3.1 juta ton, dengan growth 13% per tahun. Sumber utama minyak nabati didominasi oleh minyak kedele (39.8%), sedangkan peran minyak sawit semakin meningkat dengan pangsa 30.6% pada tahun 1990. dan selebihnya adalah minyak bunga matahari dengan pangsa 28.7%). Dalam dekade 1990-2000

2 4 6 8 10 12 14 1965 1980 1990 2000 2010 2014 Ju ta T o n

26 GAPKI -Industri Minyak Sawit Indonesia Menuju 2050 - PASPI konsumsi nabati naik menjadi 10.5 juta ton, dengan pertumbuhan yang pesat sebesar 23.5% per tahun. Tahun 2010, konsumsi minyak nabati telah mencapai 15,8 juta ton dengan laju pertumbuhan 5.1% per tahun. Tahun 2014 laju konsumsi naik 3,7% per tahun menjadi 19.9 juta ton (Tabel 2.8).

Tabel 2.8. Perkembangan Pola Konsumsi Minyak Nabati di Kawasan Asia Selatan Tahun 1965-2014

Nabati Pangsa Konsumsi (Ribu Ton)

1965 1980 1990 2000 2010 2014 SBO 167 955 890 2,767 3,071 3,945 % 20.6 39.8 28.6 26.5 19.5 19.8 PO 16 734 1,186 5,674 10,232 12,880 % 2.0 30.6 38.1 54.4 64.9 64.7 RSO 629 690 737 984 1,160 1,146 % 77.5 28.7 23.7 9.4 7.4 5.8 SFO - 22 302 1,003 1,297 1,930 % 0.0 0.9 9.7 9.6 8.2 9.7 Total 812.0 2,401.0 3,115.0 10,428.0 15,760.0 19,901.0 Growth %/thn 13.0 3.0 23.5 5.1 6.6

Sumber: Oil World

Pada tahun 2014, konsumsi utama minyak nabati terbesar di kawasan Asia Selatan adalah minyak sawit (64.7%), dan minyak kedele berada pada urutan kedua dengan proporsi 19.8%, sedangkan proporsi sun flower oil dan rapeseed oil masing-masing adalah 9.7% dan 5.8%. Proporsi minyak sawit meningkat pesat, sedangkan proporsi minyak kedele dan rapeseed oil menurun tajam. Hal ini menunjukkan pola konsumsi bergeser dari rapeseed dan minyak kedele ke minyak sawit.

Asia Timur. Kawasan Asia Timur merupakan konsumen utama

minyak sawit. Pola konsumsi minyak nabati di kawasan ini bergeser dari dominasi rapeseed oil pada tahun 1965 (57.9%) ke minyak sawit (1980-2014). Meski demikian, peran minyak kedele dan rapeseed oil tetap memiliki konstribusi penting, serta laju konsumsi tetap meningkat sepanjang tahun. Sejak tahun 2000 peran minyak kedele semakin besar dibandingkan dengan rapeseed. Peran sun flower oil cenderung stabil pada rata-rata pangsa 2.4 % (Gambar 2.18).

II. Evaluasi Perkembangan Mutakhir Minyak Sawit Indonesia 27

Sumber: Oil World

Gambar 2.18. Perkembangan Pola Konsumsi Minyak Nabati di Kawasan Asia Timur Tahun 1965-2014

Tahun 1965, total konsumsi minyak nabati kawasan Asia Timur adalah 0.61 juta ton. Tahun 1980, konsumsi minyak nabati meningkat 4.5 kali lipat menjadi 2.7 juta ton, dengan growth 23.5% per tahun. Peningkatan ini berdampak pada pangsa konsumsi minyak sawit naik dari 10.6% tahun 1965 menjadi 44% pada tahun 1980. Sumber konsumsi kedua adalah rape seed oil dengan pangsa 27.2% dan minyak kedele 23.1%. Hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi nabati cenderung bergeser dari rapeseed ke minyak sawit dan minyak kedele. Kontribusi sunflower oil adalah 5.6%.

Dalam satu dekade, dari tahun 1980 ke 1990, konsumsi minyak nabati naik dari sekitar 2.7 juta ton menjadi 9.3 juta ton, dengan growth 24.2% per tahun. Sumber utama minyak nabati terbesar tetap diperoleh dari minyak sawit (48.3%). Peran rapeseed oil tetap pada posisi kedua dengan pangsa 28.5% dan diikuti kontribusi minyak kedele dengan pangsa 20,6 % (menurun 2.6% dari pangsa tahun 1980). Tahun 2000 konsumsi nabati naik menjadi 18.8 juta ton, dengan growth 10.3% per tahun. Dalam dekade 2000-2010, konsumsi minyak nabati di kawasan

5 10 15 20 25 30 1965 1980 1990 2000 2010 2014 Ju ta T o n

28 GAPKI -Industri Minyak Sawit Indonesia Menuju 2050 - PASPI Asia Timur bertumbuh dengan laju 10.8% per tahun, dan tahun 2010 konsumsi minyak nabati telah mencapai 39,1 juta ton, kemudian tahun 2014 naik rata-rata 7.8% per tahun menjadi 51.4 juta ton (Tabel 2.9)

Tabel 2.9. Perkembangan Pola Konsumsi Minyak Nabati di Kawasan Asia Timur Tahun 1965-2014

Nabati Pangsa Konsumsi (Ribu Ton)

1965 1980 1990 2000 2010 2014 SBO 189 629 1,910 5,053 12,948 16,073 % 31.4 23.1 20.6 26.8 33.1 31.3 PO 64 1,197 4,487 8,932 19,495 26,606 % 10.6 44.0 48.3 47.4 49.8 51.8 RSO 348 740 2,643 4,457 6,126 7,557 % 57.9 27.2 28.5 23.6 15.6 14.7 SFO - 153 247 405 576 1,130 % 0.0 5.6 2.7 2.1 1.5 2.2 Total 601.0 2,719.0 9,287.0 18,847.0 39,145.0 51,366.0 Growth %/thn 23.5 24.2 10.3 10.8 7.8

Sumber: Oil World

Tahun 2014, diperoleh gambaran umum bahwa konsumsi utama minyak nabati di kawasan Asia Timur adalah minyak sawit (51.8%), dan minyak kedele berada pada urutan kedua dengan proporsi 31.3%,

Dokumen terkait