• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan  Perekonomian  Global

BAB  III     ASUMSI  DASAR  EKONOMI  2012    DAN  REALISASINYA

III.1   Perkembangan  Perekonomian  Global

Memasuki tahun 2012 kinerja perekonomian dunia terus bergerak dengan perubahan yang sangat dinamis dan fluktuatif. Meskipun kinerja perekonomian Amerika Serikat (AS) mulai menunjukkan adanya perbaikan, akan tetapi krisis di kawasan Eropa masih belum menunjukkan adanya tanda-tanda penyelesaian. Proses pemulihan ekonomi AS diperkirakan akan terus berlanjut sampai dengan akhir tahun 2012. Pada triwulan ketiga tahun 2012 perekonomian AS masih mampu tumbuh postif sebesar 2,6 persen (yoy), lebih tinggi dari kuartal yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 1,6 persen (yoy). Seiring dengan hal itu, pasar tenaga kerja AS turut mengalami perkembangan yang positif, tingkat pengangguran AS terus menurun selama tahun 2012 hingga mencapai 7,8 persen di bulan Desember. Sampai dengan akhir tahun 2012 perekonomian AS diperkirakan mampu tumbuh sebesar 2,2 persen.

Gambar 3.1

Pertumbuhan Ekonomi AS (%,yoy)

Gambar 3.2

Perkembangan Tingkat Pengangguran Amerika Serikat (%)

Sumber: Bloomberg

Untuk mendorong kinerja perekonomian AS, The Fed kembali melalukan program pembelian obligasi yang disebut dengan Quantitative Easing tahap 3 (QE3) melalui pembelian mortgage backed securities (surat berharga berbasis kredit perumahan) sebesar US$40 miliar dan di saat yang sama program operation twist masih terus dilakukan, dengan kedua program tersebut The Fed akan mengakumulasi surat berharga jangka panjang senilai US$85 miliar setiap bulannya. Di sisi lain, AS menghadapi risiko fiscal cliff yang tidak terhindarkan pada awal tahun 2013, dimana anggaran fiskal AS harus dapat memenuhi target peningkatan pajak dan pemangkasan belanja yang pada gilirannya bisa menekan pertumbuhan ekonomi.

Berbeda halnya dengan AS, kondisi perekonomian di kawasan Eropa mengalami resesi dengan tingkat pertumbuhan yang mencapai minus 0,6 persen (yoy) pada triwulan ketiga

1,9 2,5 2,8 2,4 1,8 1,9 1,6 2,0 2,4 2,1 2,6 0 1 2 3 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 2011 2012 8,5 7,8 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 Ja n-­‐ 11 Fe b-­‐ 11 Ma r-­‐ 11 Ap r-­‐ 11 Me i-­‐11 Ju n-­‐ 11 Ju l-­‐11 Ag us t-­‐ 11 Se p-­‐ 11 Ok t-­‐ 11 No p-­‐ 11 De s-­‐ 11 Ja n-­‐ 12 Fe b-­‐ 12 Ma r-­‐ 12 Ap r-­‐ 12 Me i-­‐12 Ju n-­‐ 12 Ju l-­‐12 Ag us t-­‐ 12 Se p-­‐ 12 Ok t-­‐ 12 No p-­‐ 12 De s-­‐ 12

2012, jauh lebih rendah dari periode yang sama tahun 2011 sebesar 1,6 persen (yoy). Kontraksi ekonomi tersebut merupakan resultan dari kondisi pertumbuhan negatif di negara-negara yang mengalami tekanan utang pemerintah, seperti Italia, Portugal, Spanyol, dan Yunani. Di sisi lain, negara-negara, seperti Jerman dan Perancis, mengalami kondisi ekonomi yang relatif stagnan.

Sementara itu, rasio utang kawasan Eropa pada triwulan kedua 2012 mencapai 90 persen terhadap PDB, lebih tinggi dibandingkan triwulan kedua pada tahun sebelumnya sebesar 87,1 persen terhadap PDB. Rasio utang Yunani, Italia dan Portugal kembali meningkat masing-masing mencapai 150,3 persen, 126,1 persen dan 111,5 persen, merupakan angka tertinggi di antara kawasan Eropa lainnya. Tingkat pengangguran Eropa terus mengalami peningkatan sepanjang tahun 2012 mencapai 11,6 persen di bulan September.

Gambar 3.3

Pertumbuhan Ekonomi Eropa (%, yoy)

Tabel 3.1

Rasio Utang Eropa (%/PDB)

Sumber: Eurostat

Sebagai upaya dalam pemulihan ekonomi Eropa, European Central Bank (ECB) berkomitmen untuk meluncurkan program pembelian obligasi yang disebut outright

monetary transaction (OMT) dengan tujuan untuk menurunkan biaya pinjaman di kawasan

Eropa, program pembelian obligasi ini tidak akan terbatas. Akan tetapi, ECB hanya akan membeli obligasi yang tergabung dalam EFSF/ESM atau telah menerima bailout dari Uni Eropa/IMF. Dalam pembelian obligasi tersbut ECB juga akan melakukan proses sterilisasi, yang dapat dilakukan melalui kenaikan bunga bagi perbankan yang menyimpan dana di ECB, yang bertujuan untuk mengurangi likuiditas di pasar akibat dari program tersebut. Selain itu, program European Stability Mechanism (ESM) akan dilaksanakan untuk menggantikan program European Financial Stability Facility (EFSF) dengan total dana sebesar €500 miliar.

Di kawasan Asia, meskipun masih mengalami pertumbuhan yang positif pada triwulan ketiga 2012 pertumbuhan ekonomi Jepang dan Korea cenderung mengalami perlambatan

-­‐8 -­‐7 -­‐6 -­‐5 -­‐4 -­‐3 -­‐2 -­‐1 0 1 2

Eropa Jerman Perancis Italia Spanyol Portugal Yunani

Q1  2012 Q2  2012 Q3  2012

Q2:2011 Q1:2012 Q2:2012

Yunani 158,8 136,9 150,3

Italia 121,7 123,7 126,1

Portugal 106,7 112 117,5

Irlandia 101,5 108,5 111,5

Belgia 97,6 101,7 102,5

Prancis 86,0 89,1 91,0

Euro Area 87,1 88,2 90,0

EU27 81,4 83,5 84,9

Jerman 81,1 81,1 82,8

Spanyol 66,7 72,9 76,0

28     Bab  III  Asumsi  Dasar  Ekonomi  Makro  2012  dan  Realisasinya   dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Perekonomian Jepang di

triwulan ketiga masih tumbuh positif sebesar 0,1 persen (yoy), meskipun secara triwulanan mengalami kontraksi sebesar 0,9 persen (qoq). Sama halnya dengan AS dan Eropa, bank sentral Jepang memberikan stimulus program pembelian aset sebesar 90 triliun yen yang bertujuan untuk mendorong perekonomian Jepang ditengah perlambatan serta untuk mengatasi deflasi. Sementara itu, perekonomian Korea tumbuh sebesar 1,6 persen (yoy) pada triwulan ketiga 2012 yang merupakan pertumbuhan terendah sejak tiga tahun terakhir.

Pelemahan ekonomi yang dialami negara-negara maju juga membawa implikasi kurang baik bagi perekonomian negara berkembang. Mengingat negara-negara kawasan Eropa dan negara maju merupakan tujuan ekspor utama negara-negara berkembang, maka pelemahan ekonomi yang terjadi menyebabkan penurunan permintaan ekspor atas berbagai produk dari negara-negara berkembang. Hal ini menjadi tekanan baru bagi perekonomian negara berkembang, khususnya negara-negara yang memiliki peran ekspor cukup besar dalam perekonomiannya, seperti Cina, India, dan Singapura.

Kinerja perekonomian Cina di triwulan ketiga 2012 mampu tumbuh positif sebesar 7,4 persen (yoy) meskipun merupakan pertumbuhan terendah sejak tiga tahun terakhir. Menurunnya kinerja sektor manufaktur dan ekspor akibat krisis utang Eropa serta melambatnya proses pemulihan ekonomi AS merupakan penyebab rendahnya pertumbuhan Cina di triwulan ketiga. Indikator ekonomi Cina lainnya menunjukkan adanya pelemahan, investasi asing langsung di Cina mencatatkan adanya penurunan pada September sebesar 6,8 persen (yoy) menjadi US$8,43 miliar. Pencapaian investasi langsung asing dari Januari sampai September 2012 tercatat turun 3,8 persen (yoy) dari periode yang sama pada 2011 menjadi US$83,42 miliar. Investasi dari kawasan Eropa ke Cina turun 6,3 persen menjadi US$4,83 miliar, sedangkan dari AS turun 0,63 persen menjadi US$2,37 miliar dibandingkan dengan tahun lalu.

Sementara itu, perekonomian India masih menghadapi tekanan akibat tingginya laju inflasi serta pelemahan nilai tukar. Pada triwulan kedua 2012 perekonomian India tumbuh sebesar 5,5 persen (yoy) yang merupakan pertumbuhan terendah sejak tiga tahun terakhir. Di sisi lain, laju inflasi India terus mengalami kenaikan mencapai 9,75 persen (yoy) di bulan Oktober. Sebagai langkah antisipatif yang bertujuan untuk mendorong perekonomian serta menurunkan defisit anggaran yang mencapai 5,9 persen per PDB pada tahun 2011, pemerintah India mengambil langkah kebijakan berupa kenaikan harga solar sebesar 14 persen.

Gambar 3.4

Pertumbuhan Ekonomi China (%,yoy)

Gambar 3.5

Perkembangan Laju Inflasi India (%,yoy)

Sumber: Bloomberg

Sampai dengan triwulan ketiga 2012, perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Di antara ASEAN-5, Singapura mengalami perlambatan pertumbuhan terbesar yaitu tumbuh 0,3 pesen (yoy), jauh lebih rendah dibanding tahun sebelumnya sebesar 6,0 persen (yoy). Redahnya pertumbuhan Singapura disebabkan oleh turunnya kinerja ekspor sebagai dampak dari melemahnya permintaan dari Eropa dan AS sebagai mitra dagang utama. Ekonomi Malaysia melambat dari 5,6 persen (yoy) di triwulan kedua 2012 menjadi 5,2 persen (yoy) di triwulan ketiga pada 2012. Sama halnya dengan Malaysia, ekonomi Filipina di triwulan kedua 2012 mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 5,9 persen (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,3 persen (yoy). Besarnya peran aktivitas ekspor impor dengan AS dan kawasan Eropa turunnya kinerja ekspor Filipina sebesar 9,0 persen (yoy) di bulan Agustus akibat turunnya permintaan produk elektronik. Meskipun turut mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan ketiga 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang tertinggi di antara ASEAN-5 lainnya. Perekonomian Indonesia mampu tumbuh sebesar 6,2 persen (yoy) yang didorong oleh tingginya konsumsi domestik dan investasi. Semetara itu, pasca bencana banjir besar yang telah melumpuhkan sektor industri dan kegiatan ekonomi dan ekspor impor Thailand pada tahun 2011, perekonomian Thailand pada triwulan kedua 2012 mampu tumbuh sebesar 4,2 persen (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan akhir tahun 2011 yang mengalami pertumbuhan minus 8,9 persen.

0 2 4 6 8 10 12 14 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 2011 2013 5,3 7,6 8,6 10,2 10,2 10,1 9,8 10,3 9,1 0 2 4 6 8 10 12

30     Bab  III  Asumsi  Dasar  Ekonomi  Makro  2012  dan  Realisasinya   Tabel 3.2

Pertumbuhan Ekonomi ASEAN-5 ( persen , yoy)

Sumber: Bloomberg

Di tahun 2011, ekonomi global mengalami pertumbuhan yang relatif lambat. Kondisi tersebut antara lain disebabkan oleh tekanan di kawasan Eropa dan beberapa negara maju. Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2011 melambat hingga mencapai 3,8 persen jauh lebih rendah dari tahun 2010 sebesar 5,1 persen. Perlambatan perekonomian global memberikan tekanan baik terhadap negara maju ataupun negara berkembang, sampai dengan akhir 2011 perekonomian negara maju dan negara berkembang masing-masing melambat. Pertumbuhan ekonomi negara maju melambat dari 3,0 persen pada 2010 menjadi 1,6 persen pada 2011, dan pertumbuhan ekonom,i negara berkembang melambat dari 7,4 persen menjadi 6,2 persen. Seiring dengan perlambatan perekonomian global, volume perdagangan internasional juga melambat hingga mencapai 5,8 persen atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 12,6 persen.

Memasuki tahun 2012, kinerja perekonomian dunia terus bergerak dengan perubahan-perubahan yang sulit dipastikan sebelumnya. Beberapa indikator-indikator perekonomian Amerika Serikat (AS) hingga triwulan III 2012 masih menunjukkan perkembangan yang positif, tingkat pengangguran AS sempat mencapai level terendah selama tiga tahun yakni 7,8 persen pada bulan September 2012. Namun AS juga masih menghadapi risiko, aktivitas manufaktur sempat mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut (Juni s.d. Agustus 2012) dan produksi industri terus melambat sejak April 2012, sehingga terjadi perlambatan pertumbuhan hingga triwulan II 2012. Di sisi lain, kondisi perekonomian Eropa cenderung memburuk, bahkan jatuh ke jurang resesi. Tingkat pengangguran yang semakin meningkat dan rasio utang yang belum juga mengalami penurunan menunjukkan belum adanya pemulihan di wilayah Eropa.

Meningkatnya risiko di negara-negara maju tersebut pada akhirnya juga memberikan dampak pada negara-negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi Cina terus melambat di bawah delapan persen hingga triwulan III 2012, karena ketergantungan perdagangan internasionalnya dengan negara-negara maju seperti AS dan Eropa. Kondisi ini tentunya juga berdampak pada negara-negara berkembang lainnya melalui perdagangan, investasi langsung maupun portofolio.

Thailand Filipina Singapura Malaysia Indonesia

Q1 12,0 8,4 16,5 10,1 5,9 Q2 9,2 8,9 19,8 9,0 6,3 Q3 6,6 7,3 10,6 5,2 5,8 Q4 3,8 6,1 12,5 4,8 6,8 Q1 3,2 4,9 9,1 5,1 6,4 Q2 2,7 3,6 1,2 4,3 6,5 Q3 3,7 3,2 6,0 5,7 6,5 Q4 -8,9 4,0 3,6 5,2 6,5 Q1 0,4 6,3 1,6 5,1 6,3 Q2 4,2 5,9 2,5 5,6 6,4 Q3 n.a n.a 0,3 5,2 6,2 2010 2011 2012 Periode

Tabel 3.3

Perkiraan Indikator Ekonomi Dunia (%)

Okt'11 Jan'12 Apr'12 Juli'12 Okt'12

Dunia 4,0 3,3 3,5 3,5 3,3 AS 1,8 1,8 2,1 2,0 2,2 Eropa 1,1 -­‐0,5 -­‐0,3 -­‐0,3 -­‐0,4 China 9,0 8,2 8,2 8,0 7,8 India 7,5 7,0 6,9 6,1 4,9 ASEAN-­‐5 5,6 5,2 5,4 5,4 5,4 Indonesia 6,3 n.a 6,1 6,5 6,0 Vol.Perdagangan   Dunia 5,8 3,8 4,0 3,8 3,2 WEO-­‐IMF 2012 GDP

Sumber: World Economic Outlook, IMF

Hal ini pada akhirnya mendorong revisi terhadap perkiraan pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 seiring dinamika perekonomian global yang terus berkembang. Pada Januari 2012, perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2012 mengalami revisi ke bawah dibandingkan dengan perkiraan pada Oktober 2011. Namun dengan melihat perkembangan yang positif pada triwulan I 2012, di bulan April dan Juli 2012, perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia 2012 mengalami revisi ke atas dibandingkan perkiraan Oktober 2011.

Seiring dengan kondisi ekonomi global yang terus mengalami perkembangan, di mana prospek pemulihan ekonomi Eropa belum juga menemui titik jelas serta mulai semakin tajamnya perlambatan yang terjadi di Cina dan India, maka perkiraan pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan dunia di tahun 2012 kembali mengalami revisi yang negatif di bulan Oktober 2012. Sesuai perkiraan terkahir, di tahun 2012 pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan sebesar 3,3 persen, melambat dibandingkan realisasi pertumbuhan 2011 yang sebesar 3,8 persen. Pertumbuhan ekonomi AS 2012 diperkirakan sebesar 2,2 persen, meningkat dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 1,8 persen. Kondisi ini karena sejumlah indikator ekonomi AS mulai bergerak ke arah yang positif serta mulai berdampaknya kebijakan stimulus quantitative easing jilid ketiga. Sementara itu, Eropa diperkirakan akan mengalami kontraksi ekonomi 0,4 persen selama 2012, ekonomi Cina diperkirakan melambat dari 9,2 persen pada 2011 menjadi 7,8 persen di tahun 2012, dan ekonomi India diperkirakan melambat dari 6,8 persen pada 2011 menjadi 4,9 persen pada 2012. Sedangkan ekonomi negara-negara ASEAN-5 justru diperkirakan tumbuh lebih cepat dari 4,5 persen pada 2011 menjadi 5,4 persen pada 2012.

32     Bab  III  Asumsi  Dasar  Ekonomi  Makro  2012  dan  Realisasinya   Gambar 3.6

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Dunia (%)

3,3 1,3 5,3 -­‐0,4 2,2 5,4 7,8 4,9 -­‐6 -­‐4 -­‐2 0 2 4 6 8 10 12

Dunia Negara  Maju Negara   Berkembang

Eropa AS ASEAN-­‐5 China India

2009 2010 2011 2012f

Sumber: WEO, IMF

Di lain pihak volume perdagangan internasional juga diperkirakan akan melambat dari 5,8 persen pda 2011 menjadi 3,2 persen 2012. Akibat lemahnya aktivitas perekonomian terutama di negara-negara maju, peningkatan permintaan barang-barang impor juga tidak sebesar sebelumnya. Hal ini juga tercermin dari indeks harga komoditas global yang diperkirakan menurun di tahun 2012, antara lain indeks harga komoditas pangan, pertanian dan logam. Sedangkan indeks harga komoditas minyak masih cenderung meningkat akibat kondisi geopolitik di Timur Tengah. Secara keseluruhan selama 2012, inflasi diperkirakan sebesar 3,9 persen (yoy), melambat dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 4,5 persen (yoy).

Kondisi perekonomian dunia tahun 2012 secara keseluruhan diperkirakan belum akan menunjukkan pemulihan yang signifikan. Masih terdapat beberapa faktor risiko yang dihadapi perekonomian dunia di tahun 2012 ini. Pemulihan ekonomi di negara-negara maju masih diliputi ketidakpastian, khususnya terkait kondisi fiskal. Di tahun 2012, rasio utang per PDB negara-negara maju diperkirakan akan meningkat dibandingkan tahun 2011. Rasio utang di kawasan Eropa diperkirakan meningkat dari 88 persen pada 2011 menjadi 93,6 persen di tahun 2012, di mana Yunani dan Italia menjadi dua negara dengan tingkat utang tertinggi, rasio utang Yunani meningkat dari 165,4 persen pada 2011 menjadi 170,7 persen pada 2011, dan Italia meningkat dari 120,1 persen pada 2011 menjadi 126,3 persen pada 2012. Sementara itu AS juga masih harus menghadapi risiko dari rasio utangnya yang belum turun bahkan diperkirakan meningkat di tahun 2012 dari 102,9 persen menjadi 107,2 persen. Sedangkan Jepang menjadi negara dengan rasio utang tertinggi di atas 200 persen, di tahun 2011 rasio utang Jepang mencapai 229,6 persen, dan diperkirakan meningkat di tahun 2012 menjadi 236,6 persen.

Gambar 3.7

Pertumbuhan Volume Perdagangan Dunia (%)

Gambar 3.8

Indeks Harga Komoditas dan Inflasi Global (%) -­‐10,4 12,6 5,8 3,2 -­‐15,0 -­‐10,0 -­‐5,0 0,0 5,0 10,0 15,0 2009 2010 2011 2012f

Vol.  Perdagangan Impor Ekspor

3,1 4,2 4,5 3,9 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 0 50 100 150 200 250 2009 2010 2011 2012f

Inflasi  (%,  YoY)  (RHS) Minyak Pangan Pertanian Logam

Sumber: WEO, IMF

Di lain pihak, pada 2012 defisit anggaran negara-negara maju diperkirakan turun dibandingkan 2011. Hal ini terkait komitmen beberapa negara tersebut untuk melakukan penghematan anggaran. Namun rasio defisit anggaran per PDB Jepang justru diperkirakan masih akan mengalami peningkatan dari 8,3 persen menjadi 9,1 persen di tahun 2012. Jepang masih harus menghadapi tekanan untuk mendorong perekonomiannya yang melemah sejak bencana Tsunami melanda pada awal 2011.

Tabel 3.4

Rasio Utang dan Defisit per PDB Negara-negara Maju (%)

2011 2012 2011 2012

Eropa 88,0 93,6 n.a. n.a.

Yunani 165,4 170,7 -­‐8,3 -­‐4,5 Irlandia 106,5 117,7 -­‐7,7 -­‐6,1 Italia 120,1 126,3 -­‐3,4 -­‐0,6 Portugal 107,8 119,1 -­‐6,6 -­‐4,1 Spanyol 69,1 90,7 -­‐7,5 -­‐5,4 AS 102,9 107,2 -­‐7,9 -­‐6,8 Jepang 229,6 236,6 -­‐8,3 -­‐9,1

Utang  per  PDB  (%) Defisit  per  PDB  (%) Negara/  Kawasan

Sumber: WEO, IMF

Di samping risiko utang, kegiatan investasi dan arus modal diperkirakan belum dapat pulih sepenuhnya sebagai dampak diturunkannya peringkat kredit (credit rating) beberapa negara Eropa di tahun 2012. Beberapa negara berkembang khususnya Cina mengalami perlambatan ekonomi yang juga terlihat dari jumlah investasi asing langsung yang mengalami penurunan. Pada September 2012 investasi asing di Cina turun 6,8 persen (yoy)

34     Bab  III  Asumsi  Dasar  Ekonomi  Makro  2012  dan  Realisasinya   menjadi US$8,43 miliar. Investasi dari kawasan Eropa ke Cina menyusut 6,3 persen (yoy)

menjadi US$4,83 miliar. Penurunan serupa juga terjadi untuk investasi dari negara-­‐negara Asia Tenggara ke Cina yang turun turun 4,9 persen (yoy) menjadi US$70,99 miliar.

Potensi risiko terhadap perekonomian dunia lainnya berupa gejoiak harga komoditas energi dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, harga komoditas minyak mentah dunia telah menunjukkan fluktuasi yang cukup besar. Ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan, disertai faktor-faktor spekulasi dan geo-politik telah menyebabkan lonjakan harga minyak mentah dunia ke tingkat yang sangat tinggi. Walaupun kemudian harga minyak turun kembali, namun fluktuasi yang sangat besar dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan sentimen negatif di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Gejolak-gejolak yang mungkin terjadi dapat mengganggu proses pemulihan ekonomi dunia, yang pada gilirannya dapat mengganggu kondisi ekonomi domestik dan pelaksanaan program pembangunan. Tekanan pada sisi permintaan global akan menjadi ganjalan bagi kinerja ekspor Indonesia, sementara gejolak lalu lintas modal di pasar global tentu dapat berimbas pula pada stabilitas nilai tukar dan arus dana ke pasar domestik.

Dokumen terkait