BAB IV ASUMSI DASAR EKONOMI 2013
IV.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Potensi yang dimiliki perekonomian nasional memberikan optimisme akan prospek ekonomi yang tetap kuat ke depan dengan stabilitas ekonomi yang tetap terjaga. Solidnya perekonomian domestik diperkirakan mampu mendorong ekonomi untuk tetap dapat tumbuh tinggi di tengah melambatnya perekonomian global. Investasi yang diperkirakan terus tumbuh meningkat menjadi pendorong tingginya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 yang diproyeksikan mencapai 6,8 persen, yang berarti masih berada dalam sasaran RPJMN pada kisaran 6,7 persen hingga 7,4 persen. Meningkatnya pertumbuhan investasi tersebut didukung oleh stabilitas ekonomi yang tetap terjaga, iklim investasi dan peringkat investasi yang membaik, potensi pasar yang masih besar, dan suku bunga yang relatif rendah. Selain meningkatkan kapasitas perekonomian, investasi yang meningkat pada gilirannya akan mampu menjaga kekuatan daya beli masyarakat, sehingga konsumsi rumah tangga juga dapat tumbuh tinggi. Sementara itu dari sisi produksi, sektor-sektor seperti pertanian, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih tetap menjadi sektor pendorong pertumbuhan ekonomi.
Perubahan mendasar yang terjadi pada pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 adalah diperkirakan terjadinya pergeseran dalam sumber pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Diharapkan pada tahun 2013 investasi menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indoensia. Hal ini tercermin dalam angka kontribusi investasi dalam tahun 2013 yang mengalami peningkatan tinggi bahkan melebihi kontribusi konsumsi masyarakat. Selama ini konsumsi masyarakat selalu menjadi kontributor atau penyumbang terbesar dalam pertumbuhan ekonomi, pada tahun 2013 perannya mulai tergeser oleh PMTB/investasi yang semakin meningkat.
Sesuai dengan RKP tahun 2013, sasaran pertumbuhan ekonomi tahun 2013 ditetapkan sebesar 6,8 – 7,2 persen. Melihat perkembangan perekonomian nasional dan internasional
54 Bab III Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2012 dan Realisasinya diperkirakan mencapai6,8 persen. Pertumbuhan ekonomi ini diupayakan melalui
peningkatan pertumbuhan konsumsi mayarakat dan pemerintah, serta kinerja investasi. (lihat tabel 2.7)
Tabel 4.1
Sumber-sumber Pertumbuhan PDB, 2012 – 2013 (Persen, yoy)
Sumber: Kementerian Keuangan
Konsumsi masyarakat diperkirakan tumbuh sebesar 4,9 persen (yoy). Konsumsi masyarakat yang stabil di tingkat yang relatif tinggi dilandasi oleh struktur demografi masyarakat yang didominasi usia produktif. Struktur demografi demikian akan menyebabkan dayabeli masyarakat dan pola konsumsi masyarakat yang juga relatif tinggi. Di samping itu, beberapa faktor lain akan turut menopang laju pertumbuhan konsumsi masyarakat tersebut. Relatif stabilnya laju inflasi akan mampu menjaga daya beli masyarakat sehingga menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat. Beberapa kebijakan belanja negara juga diarahkan untuk mendukung tetap terjaganya daya beli masyarakat, antara lain (i) pemberian gaji dan pensiun ke-13, serta penyesuaian gaji dan pensiun pokok bagi PNS/TNI-Polri, dan penyesuaian gaji hakim; (ii) peningkatan dan perluasan cakupan program-program sosial yaitu Bantuan Operasional Sekolah (BOS), beasiswa untuk siswa dan mahasiswa miskin, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Program Keluarga Harapan (PKH), penguatan program pro rakyat klaster IV seperti yang tercantum dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan (MP3KI); dan (iii) kelanjutan program pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri. Selain itu, kebijakan peningkatan batas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) juga diharapkan memberikan insentif bagi peningkatan daya beli masyarakat. Upaya meningkatkan daya beli masyarakat ditujukan untuk menjaga tingkat konsumsi masyarakat,yang ditempuh melalui beberapa kebijakan: (i) menjaga stabilitas harga barang domestik, terutama bahan kebutuhan pokok; (ii) melakukan upaya pemberdayaan pedagang kecil dan menengah; (iii) meningkatkan kelancaran arus barang dan penataan sistem distribusinya untuk menjamin ketersediaan pasokan barang, terutama bahan pokok; dan (iv) meningkatkan iklim usaha dan perdagangan dalam negeri untuk memperluas kesempatan berusaha serta melindungi konsumen nasional.
Penggunaan 2012 2013
Konsumsi Masyarakat 4,8 -‐ 5,0 4,9
Konsumsi Pemerintah 6,8 -‐ 7,0 6,7
PMTB 10,5 -‐ 10,8 11,9
Ekspor 7,0 -‐ 7,2 11,7
Impor 8,5 -‐ 8,7 13,5
PDB 6,3 -‐ 6,5 6,8
Konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh 6,7 persen (yoy). Pertumbuhan konsumsi pemerintah didorong oleh pertumbuhan belanja begawai dan belanja barang. Di tahun 2013 kebijakan belanja pegawai antara lain : (i) penyesuaian gaji dan pensiun pokok bagi PNS/TNI-Polri, (ii) melanjutkan pemberian gaji dan pensiun ke-13, (iii) menampung kebutuhan anggaran remunerasi K/L terkait reformasi birokrasi, dan (iv) melakukan penatan jumlah dan distribusi PNS mengacu pada prinsip zero growth dan berbasis kompetensi. Sementara itu, kebijakan belanja barang antara lain : (i) menjaga kelancaran penyelenggaraan operasional pemerintahan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat, (ii) meningkatkan efsieinsi dan efektivitas belanja barang melalui pelaksanaan kebijakan flat policy belanja barang operasional perkantoran, efisiensi belanja perjalanan dinas, seminar, dan konsinyering, menjaga besaran alokasi sesuai dengan kebutuhan dengan pertimbangan output dan kemampuan anggaran melalui implementasi reward dan punishment, dan (iii) menjaga terpeliharanya aset negara melalui dukungan pemeliharaan rutin jalan/jembatan/asset infrastruktur lainnya, dan peningkatan capacity
building untuk mendukung program-program pembangunan nasional. Selain itu, Pemerintah
masih terus melanjutkan program Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) untuk melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan anggaran dan belanja di masing-masing K/L agar lebih terarah dan tepat waktu. Upaya itu juga diiringi dengan semakin transparannya proses pengadaan barang dan jasa melalui Perpres Nomor 54 tahun 2010.
Investasi/PMTB diperkirakan tumbuh sebesar 11,9 persen (yoy). Pemerintah mendukung upaya-upaya untuk meningkatkan iklim investasi dan usaha dengan mencantumkan isu strategis ini kedalam salah satu sasaran prioritas dalam RKP 2013. Membaiknya iklim investasi dan kemudahan berusaha (ease of doing business) dilakukan melalui berbagai kegiatan antara lain : (i) Pengembangan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) dengan target pengembangan 1 paket master data penanaman modal, peningkatan perangkat daerah PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) yang terhubung dalam SPIPISE (50 kab/kota), pembangunan 1 paket system GIS dan pengembangan data recovery center (DRC), serta propinsi dan kab/kota yang mengikuti sosialisasi dan pelatihan (60 kab/kota); (ii) peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dengan target 530 prop/kab/kota membentuk PTSP, PTSP daerah yang menerapkan SPIPISE (256 prop/kab/kota), 318 prop/kab/kota yang mampu menerapkan pengurangan biaya untuk bisnis/berusaha; (iii) pengembangan sarana distribusi perdagangan dengan target pengembangan pasar percontohan (23 unit), dan pengembangan pusat distribusi (3 unit), (iv) pengelolaan fasilitasi ekspor dan impor dengan target peneribitan kebijakan fasilitasi ekspor-impor (2 peraturan), pengembangan system elektronik bidang fasilitasi pelayanan public (2 kegiatan), 4000 perusahaan pengguna perijinan ekspor/impor online yang dilayani melalui INATRADE, 5 kegiatan bimbingan teknis bidang fasilitasi perdagangan, 60 kegiatan koordinasi biodang fasilitasi perdagangan, 17 kegiatan partisipasi sidang-sidang fasilitasi perdagangan didalam dan luar negeri, 5 laporan evaluasi pelaksanaan monitoring fasilitasi perdagangan Penerbitan SKA dengan system otomasi (850 ribu SKA); dan (v) fasilitasi percepatan investasi kerjasama pemerintahan swasta dengan target usulan masterplan 5 proyek infrastruktur dengan skema KPS, 1 paket
56 Bab III Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2012 dan Realisasinya perencanaan investasi infrastruktur mendukung koridor ekonomi Indonesia, fasilitasi 5
proyek infrastruktur yang siap ditawarkan kepada investor, dan 10 kegiatan pemasaran proyek infrastruktur yang ready for offer.
Pertumbuhan investasi juga didukung oleh upaya perbaikan struktur APBN untuk lebih mendorong kualitas belanja Pemerintah. Di tahun 2013, Pemerintah bermaksud melakukan realokasi anggaran belanja agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan kebijakan tersebut, diharapkan Pemerintah akan mendapatkan dana tambahan untuk dialokasikan sebagai belanja modal Pemerintah, khususnya untuk pembangunan infrastruktur.
Sementara itu, peningkatan iklim investasi dan kemudahan berusaha diarahkan untuk (i) penyederhanaan dan percepatan prosedur investasi dan berusaha, (ii) penyederhanaan aturan terkait implementasi proyek-proyek Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS), (iii) peningkatan efisiensi sistem logistik nasional, melalui perluasan pelaksanaan National Single Window (NSW), (iv) pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di koridor-koridor ekonomi dengan keunggulan geoekonomi dan geostrategik, dan (v) peningkatan iklim ketenagakerjaan dan penguatan kelembagaan hubungan industrial.
Selain itu, pertumbuhan investasi juga didukung oleh percepatan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan domestic connectivity. Keberlanjutan program MP3EI yang difokuskan pada pembangunan infrastruktur juga diharapkan masih akan menjadi pendorong dalam kinerja investasi. Selain itu, posisi investment grade yang diperoleh Indonesia sejak akhir tahun 2011 diharapkan akan menarik minat investor untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Kontribusi investasi di tahun 2013 diperkirakan mulai menggeser posisi konsumsi masyarakat sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2013 kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 3,03 persen lebih tinggi bila dibandingkan kontribusi konsumsi masyarakat sebesar 2,69 persen. Sumber-sumber investasi antara lain berasal dari realisasi PMA/PMDN, belanja modal pemerintah, CAPEX BUMN, laba ditahan, kredit perbankan, dan lain-lain.
Dari sisi perdagangan internasional, kinerja ekspor-impor mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu sebesar 11,7 persen (yoy) dan 13,5 persen (yoy). Kondisi perekonomian global di tahun 2013 diharapkan mengalami pemulihan. Dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi global maka volume perdagangan dunia kembali akan meningkat sehingga secara tidak langsung juga akan meningkatkan ekspor Indonesia ke beberapa negara sebagai pasar tujuan ekspor Indonesia. Sejalan dengan kinerja ekspor, impor juga mengalami peningkatan. Impor barang modal dan bahan baku masih diperlukan untuk menunjang kegiatan investasi dan sektor produksi. Sementara itu, sebagian konsumsi masyarakat juga masih memerlukan impor barang konsumsi meskipun prosentasinya relatif kecil. Fokus kebijakan ekspor terbagi dalam 3 (tiga) yaitu (1) Peningkatan Diversifikasi Pasar Tujuan Ekspor, berupa (a) peningkatan kualitas promosi dan kelembagaan ekspor, (b)
pengembangan pasar dan informasi ekspor,
(d) Peningkatan Kerjasama dan Perundingan ASEAN, (e) Peningkatan Kerjasama dan Perundingan Bilateral, serta (f) Pengembangan Promosi dan Citra; (2) Peningkatan Kualitas dan Keberagaman Produk Ekspor, berupa (a) Pengembangan Produk Ekspor dan Ekonomi
Kreatif, (b) Pengembangan Standardisasi Bidang Perdagangan,
(c) Pengembangan SDM Bidang Ekspor, dan (d) Koordinasi Peningkatan dan Pengembangan Ekspor; dan (3) Peningkatan Fasilitasi Ekspor, berupa (a) Dukungan Sektor
Perdagangan Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus,
(b) Pengelolaan Fasilitasi Ekspor dan Impor, (c)Peningkatan Pengamanan dan Perlindungan Akses Pasar, (d) Pengembangan Fasilitasi Perdagangan Luar Negeri Daerah, (e) Perumusan Kebijakan dan Pengembangan Teknologi Informasi Kepabeanan dan Cukai, (f)
Perumusan Kebijakan dan Bimbingan Teknis Fasilitas Kepabeanan,
(g) Koordinasi Pengembangan dan Penerapan sistem NSW dan ASW, (h) Koordinasi Pengembangan Kerjasama Ekonomi Dan Pembiayaan Eropa, Afrika Dan Timur Tengah, (i) Koordinasi Pengembangan Kerjasama Ekonomi Dan Pembiayaan Asia, serta (j) Koordinasi Pengembangan Kerjasama Ekonomi Dan Pembiayaan Regional (ASEAN dan APEC).
Dari sisi produksi, kinerja semua sektor diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun 2012.Sektor Pertanian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Konstruksi, serta Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran masih menjadi sektor yang diharapkan mampu menjadi pendorong utama pertumbuhan PDB.
Sektor pertanian pada tahun 2013 diperkirakan tumbuh sebesar 3,7 persen. Sektor pertanian ditingkatkan dengan memperkuat ketahanan pangan nasional dalam rangka mencapai sasaran surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 serta meningkatkan produksi berbagai komoditi pangan lainnya, diversifikasi pangan dan stabilisasi harga pangan dalam negeri, serta peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan. Kebijakan ketahanan pangan antara lain : (i) peningkatan produksi pangan, terutama upaya menuju surplus beras 10 juta ton per tahun mulai tahun 2014, serta pencapaian produksi perikanan 22,39 juta ton pada tahun 2014; (ii) stabilisasi harga pangan terutama beras di dalam negeri; (iii) pemantapan penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal; dan (iv) perlindungan dan pemberdayaan petani serta peningkatan kesejahteraan petani. Sebagai salah satu isu strategis nasional dalam ketahanan pangan, beberapa kegiatan untuk mencapai surplus beras 10 juta ton antara lain : (i) penyediaan dan pengembangan statistik tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan dengan target 100% penyediaan data dan informasi populasi rumah tangga pertanian, komoditi usaha pertanian, petani gurem, serta distribusi penguasaan lahan pertanian melalui pelaksanaan rangkaian kegiatan Sensus Pertanian 2013; (ii) perluasan areal dan pengelolaan lahan pertanian dengan target 100 ribu ha cetak sawah, 16.236 perluasan areal hortikultura/perkebunan/peternakan, 146.770 ha lahan yang dioptimasi, dikonversi, direhabilitasi dan direklamasi, 200 ribu ha pengembangan System of Rice Intensification; (iii) pengelolaan air irigasi untuk pertanian dengan target 524.084 ha pengembangan jaringan dan optimasi air (melalui pengembangan/rehabillitasi JITUT, JIDES, dan TAM) untuk mendukung tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan perkebunan, 710 unit pengembangan kelembagaan petani pemakai air (melalui pemberdayaan P3A dan pengembangan irigasi partisipatif) untuk
58 Bab III Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2012 dan Realisasinya mendukung tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan perkebunan, 485 ribu ha
optimasi pengebangan jaringan tersier (JITUT, JIDES, dan TAM); (iv) pengelolaan produksi budidaya serealia dengan target 4.625 ribu ha SLPTT padi meningkat produktivitas 0,3 – 1 ku/ha, 260 ribu ha SLPTT jagung meningkat produktivitas 0,3 ku/ha; (v) pengelolaan sistem penyediaan benih tanaman pangan dengan target 112.625 ton bantuan langsung benih unggul (BLBU) padi, 3900 ton BLBU jagung, 18200 ton BLBU kedelai, 13 ribu ha
pemberdayaan penangkaran benih;
(vi) penyaluran pupuk bersubsidi dengan target 7,3 juta ton pupuk bersubsidi; dan (vii) pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengairan lainnya dengan target 482.250 ha layanan jaringan irigasi yang ditingkatkan dan direhabilitasi, 2.336 ribu jaringan irigasi yang dioperasikan dan dipelihara, 163.075 ha layanan rawa yang dibangun/ditingkatkan dan direhabilitasi, 950.102 ha jaringan rawa yang dioperasikan dan dipelihara, 896 sumur air tanah yang dibangun, direhabilitasi, dioperasikan dan dipelihara, 56.342 ha layanan jaringan tata air tambak yang dibangun/ditingkatkan, direhabilitasi, dioperasikan dan dipelihara
Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan adanya program reindustrialisasi. Pada tahun 2013 pertumbuhan sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh sebesar 6,5 persen (yoy). Pembangunan industri didorong untuk meningkatkan nilai tambah berbagai komoditi unggulan di berbagai wilayah Indonesia, khususnya koridor-koridor ekonomi dalam kerangka Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Akselerasi industrialisasi dilakukan melalui (i)
penumbuhan industri pengolah hasil tambang,
(ii) penumbuhan industri pengolah hasil pertanian, (iii) penumbuhan industri padat karya dan penyedia kebutuhan dalam negeri, serta (iv) pengembangan IKM yang kuat, sehat, dan mandiri. Kebijakan di sektor industri pengolahan dimaksudkan untuk meningkatkan pembangunan industri di berbagai koridor ekonomi, antara lain : (i) revitalisasi dan penumbuhan industri material dasar logam; (ii) revitalisasi dan penumbuhan industri tekstil dan aneka; (iii) revitalisasi dan penumbuhan industri hasil hutan dan perkebunan; (iv) revitalisasi dan penumbuhan industri makanan, hasil laut, dan perikanan; (v) penumbuhan industri alat transportasi darat; (vi) penguatan riset dan standardisasi bidang industri; dan (vii) penyebaran dan penumbuhan industri kecil dan menengah. Kegiatan prioritas sektor industri antara lain (i) revitalisasi permesinan bagi 165 industri tekstil, dan 25 pabrik gula serta penumbuhan klaster industrinya, (ii) penumbuhan klaster industri pengolah minyak sawit, (iii) pengembangan industry angkutan umum murah, dan (iv) penumbuhan wira usaha baru di industri.
Arah kebijakan pembangunan sektor industri dan fokus pengembangannya adalah sebagai berikut : (1) Pengembangan industri pengolah sumber daya alam dan penyedia utama lapangan kerja, dengan fokus prioritas pengembangan industri berupa pertumbuhan industry, antara lain a) tumbuhnya industri berbasis hasil tambang yaitu industri aluminium di Kuala Tanjung – Sumut dan industri alumina di Kalimantan Barat; industri besi baja di Kulonprogo - DIY dan Batulicin - Kalsel; industri berbasis nikel, tembaga, batubara, petrokimia, dan migas; b). tumbuhnya industri pengolah hasil pertanian yaitu industri minyak sawit di KEK Sei Mangke - Sumut, Maloy – Kaltim, dan Dumai – Riau; industri pengolah
karet, cokelat, bubur kayu dan kertas; industri gula berbasis tebu, serta industri minyak dan lemak nabati; c). tumbuhnya industri berbasis SDM dan untuk pemenuhan kebutuhan pasar domestik yaitu tekstil, pakaian jadi, alas kaki; komponen elektronika; komponen dan aksesories kendaraan bermotor, dan galangan kapal; alat rumah tangga, furnitur dan rotan; industri obat dan alat kesehatan; (2). Pembangunan industri kecil dan menengah (IKM) yang kuat, sehat, dan mandiri dengan fokus prioritas pengembangan industri berupa: a) tumbuhnya Industri Kecil dan Menengah yaitu meningkatnya populasi IKM, berkembangnya inovasi pada IKM, tumbuhnya industri kreatif, berkembangnya IKM sebagai pemasok bagi industri besar.
Sektor konstruksi di tahun 2013 diperkirakan tumbuh sebesar 7,5 persen (yoy). Pertumbuhan sektor konstruksi didorong oleh berbagai proyek infrastruktur sebagai kelanjutan MP3EI dan merupakan salah satu prioritas nasional.Pembangunan infrastruktur dipercepat untuk memperkuat national connectivity, ketahanan energi dan ketahanan pangan, melalui pembiayaan pemerintah, dunia usaha dan kerjasama pemerintah dan swasta. Pembangunan infrastruktur, penguatan kelembagaan, serta peningkatan kesehatan dan pendidikan sangat penting untuk mendorong produktivitas ekonomi. Kegiatan
percepatan pembangunan infrastruktur antara lain berupa :
(i) pelaksanaan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan nasional; (ii) pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas pendukung kereta api; (iii) pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana bandar udara; (iv) pembangunan sarana dan prasarana transportasi ASDP dan pengelolaan prasarana lalulintas ASDP; dan (v) pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan di bidang pelabuhan dan pengerukan, (vi) pengelolaan dan konservasi waduk, embung, situ, serta bangunan penampung, (vii) pembangunan rumah susun sederhana, (viii) pembangunan baru perumahan swadaya, dan (ix) peningkatan kualitas perumahan. Pembangunan infrastruktur nasional merupakan prioritas yang mendapat alokasi terbesar. Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan domestic
connectivity dan pengembangan koridor ekonomi menjadi fokus utama. Penyelesaian jalur
ganda Semarang – Surabaya, peningkatan kapasitas pelabuhan Bakauheni – Merak, peningkatan kapasitas pelabuhan udara dan laut di Indonesia Timur dan Barat serta peningkatan kapasitas jalan nasional diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
60 Bab III Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2012 dan Realisasinya Tabel 4.2
Pertumbuhan PDB Sektoral (Persen, yoy)
Sumber: Kementerian Keuangan
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran di tahun 2013 diperkirakan tumbuh 8,9persen (yoy). Daya beli masyarakat diharapkan masih tetap terjaga sehingga mampu menjadi pendorong tumbuh sektor ini.Selain itu kinerja sektor ini terkait juga dengan kinerja sektor industri dan impor.Perdagangan ritel baik yang berupa lokal maupun modern diperkirakan makin marak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas.Jumlah wisatawan asing dan domestik juga diperkirakan meningkat sehingga mampu meningkatkan sektor pariwisata dan tingkat hunian hotel dan restoran.