BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
C. Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap perubahan Klausula Baku dalam Program Challenge yang dibuat oleh PT. Solusi Transportasi
Indonesia (Grab)
Pasal 1 angka 1 UUPK menyebutkan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Perlindungan konsumen berarti mempersoalkan jaminan atau kepastian tentang terpenuhinya hak-hak konsumen.63 Perlindungan
62 https://kabar24.bisnis.com/read/20190904/16/1144429/hadiah-saldo-rp1-juta-melayang-grab-digugat-konsumennya/diakses tanggal 2 Januari 2021, Pukul 22.54 Wib
63Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2010, hal. 10.
hukum terhadap konsumen didasarkan pada adanya sejumlah hak konsumen yang perlu dilindungi dari tindakan-tindakan yang mungkin merugikan. Hak-hak ini merupakan hak-hak yang sifatnya sangat mendasar dan universal sehingga perlu mendapat jaminan dari negara atas pemenuhannya.
Perlindungan hukum bagi konsumen pada perjanjian klausula baku antara lain bertujuan keadilan. Adapun definisi keadilan adalah menuntaskan hak dan kewajiban.64 Kewajiban adalah tanggung jawab yang hadir sebagai konsekuensi atas hadirnya hak. Hak dan kewajiban akan selalu berjalan beriringan.
Keseiringan hak dan kewajiban tersebutlah yang kemudian menciptakan apa yang disebut sebagai keadilan.65
Dalam kaitannya dengan perjanjian baku, UUPK ini telah mengatur secara limitatif tentang batasan-batasan yang harus dipenuhi pelaku usaha manakala pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang diproduksinya melalui perjanjian baku. Pembatasan ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan bagi konsumen atas resiko pemberlakuan perjanjian baku oleh pelaku usaha.66 Hal ini diatur dalam Pasal 18 UUPK, yang menentukan sebagai berikut:
1. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/ atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang memuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian, apabila:
a. Menyatakan pengalihan tanggungjawab pelaku usaha.
64 Maudina Winda, Analisis Yuridis Pencantuman Klausula Baku Oleh Pelaku Usaha Dalam Perspektif Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Lex Privatum Vol. VI/No.
8/Okt/2018, hal 132
65 Ibid
66 Hulman Panjaitan, Pemberlakuan Perjanjian Baku Dan Perlindungan Terhadap Konsumen, Jurnal Hukum tô-râ, Vol. 2 No. 1, April 2016, hal 263
b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen.
c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen.
d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen.
f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa.
g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau perubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha selama masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya.
h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan baik gadai atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
2. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.
3. Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum.
4. Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan undang-undang ini.67
UUPK, memberikan pembatasan tentang pencantuman klausula dalam setiap dokumen atau perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha. Pasal 1 butir 10 UU Perlindungan Konsumen klausula baku dirumuskan sebagai "Setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen". Ketentuan Pasal 18 UUPK tersebut secara prinsip mengatur dua macam larangan yang diberlakukan bagi pelaku usaha yang membuat perjanjian baku dan/atau mencantumkan klausula baku dalam perjanjian yang dlbuat olehnya. Pasal 18 ayat (1) UUPK mengatur larangan pencantuman klausula baku pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi kualifikasi tertentu. Pasal 18 ayat (2) UUPK mengatur bentuk atau format serta larangan pencantuman klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas atau yang pengungkapannya sulit untuk dimengerti.
Dikatakan sebagai klausula baku karena dalam perjanjian maupun klausul tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditawar oleh pihak lain. Kelebihan dari kontrak baku yaitu lebih efisien sehingga dapat membuat praktik bisnis menjadi lebih sederhana, karena dapat ditandatangani seketika oleh para pihak. Sedangkan
67 Ibid, hal 263-264
kelemahannya bahwa karena kurangnya kesempatan bagi pihak lawan untuk menegosiasikan atau mengubah klausula dalam kontrak yang bersangkutan sehingga kontrak baku tersebut sangat berpotensi untuk menjadi klausul yang berat sebelah.68
PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) diketahui telah menyelenggarakan program "challenge" (tantangan). Sayembara itu, setiap konsumen dapat memilih berbagai jenis tantangan, dan bagi yang telah menyelesaikan tantangan tersebut, maka PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) akan memberikan hadiah. Salah satu tantangan yang bernama “Jugglenaut”
menjanjikan pelanggan hadiah berupa saldo OVO sebesar Rp 1 juta apabila pelanggan tersebut naik Grab sebanyak 74 kali. Kemudian, tantangan serupa lainnya menjanjikan hadiah sebesar Rp100 ribu.69
Akan tetapi, PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) mangkir dari janji pemberian hadiah tersebut dengan secara tiba-tiba merevisi syarat dan ketentuan.
Perubahan tersebut didasari pencantuman klausula baku berupa "Grab berhak untuk mengubah Syarat dan Ketentuan tantangan tanpa pemberitahuan sebelumnya". Tindakan PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) dengan mengubah aturan secara sepihak adalah melanggar pasal 18 ayat (1) huruf g UUPK, dan tindakan Grab yang tidak memberikan hadiah sebagaimana yang dijanjikan kepada pelanggan adalah perbuatan melawan hukum karena menjanjikan pemberian hadiah dengan maksud tidak memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya melanggar pasal 13 ayat (1)
68 Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Buku Kedua, cetakan ke-1, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2003, hal.77
69 https://nasional/kontan.co.id/news/grab-digugat-konsumen-gara-gara-program-sayembara/diakses tanggal 11 November 2020. Pukul 10.30 Wib
UUPK. Selain itu, kasus sayembara Grab ini juga turut menyeret instansi terkait, salah satunya yakni Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI dijadikan sebagai Tergugat II.70
Grab memberikan kamu Challenge atau tantangan untuk yang ingin mendapatkan bonus GrabRewards sebesar 8.000 poin. Untuk mengikutinya caranya sangat mudah, kamu hanya perlu melakukan beberapa cara di bawah ini:
20x naik GrabBike atau GrabCar dengan OVO. 8x pesan GrabFood dengan minimum transaksi Rp40 ribu. 2x bayar tagihan atau beli pulsa pakai OVO. Untuk mengikuti ini kamu hanya diberikan waktu sekitar 1 bulan untuk menyelesaikan tantangan ini. Dengan 8.000 GrabRewards kamu bisa menukarkannya menjadi berbagai penawaran dari Grab, salah satunya adalah jadi pulsa telepon, atau token listrik.71
Jumlah pengguna Aplikasi Grab yang ikut serta dalam Tantangan Jugglenaut adalah sebanyak 13,669 peserta. Dalam masa berlangsungnya Tantangan,Tergugat I kemudian menemukan indikasi atau potensi kegiatan fraud (penipuan) berupa rides (perjalanan) fiktif dari beberapa peserta Tantangan Jugglenaut. Oleh karena itu, PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) harus mengambil langkah strategis verifikasi lebih mendalam atas rides (perjalanan) dari tiap-tiap pengguna dan termasuk menyesuaikannya dalam syarat dan ketentuan.
Tujuannya adalah agar PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) bisa menginvestigasi untuk menghentikan kegiatan fraud tersebut dan memastikan
70 Ibid
71http://pointsgeek.id/ikut-challenge-grab-bonus-8-000-poin-grabrewards/ diakses tanggal 21 November 2020, Pukul 20.20 Wib
bahwa setiap peserta yang secara jujur mengikuti Tantangan Jugglenaut tidak akan terpengaruh atau dirugikan dengan indikasi kegiatan fraud tersebut.
Dari total peserta sebanyak 13,669 peserta yang ikut Tantangan Jugglenaut, PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) berhasil melakukan verifikasi atas sebanyak 259 (dua ratus lima puluh sembilan) peserta sebagai pemenang (baik Jugglenaut basic ataupun Jugglenaut). Verifikasi dilakukan secara individual yang berbeda antara satu peserta dengan lainnya tergantung validitas rides (perjalanan) yang dilakukan namun maksimal tanggal 31 Agustus 2019 sesuai dengan masa berlakunya Tantangan. Oleh karena itu, harus dapat dipahami bahwa PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) telah menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada tiap peserta Tantangan Jugglenaut dan menjaga agar peserta yang benar-benar jujur mengikuti Tantangan Jugglenaut yang menerima hadiah. Khusus untuk ZLDS, ZLDS memang telah menanyakan kapan dirinya akan menerima hadiah dari keikutsertaannya di Jugglenaut. ZLDS telah mengerti (sebagaimana terbukti juga dalam Angka 14 dan Angka 15 Halaman 8 Gugatan Penggugat) bahwa verifikasi akan dilakukan Tergugat I hingga tanggal 31 Agustus 2019 dan apabila verifikasi menunjukkan ZLDS lolos verifikasi maka hadiah akan tersedia di akun Aplikasi Grab ZLDS. PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) berhasil melakukan verifikasi atas ZLDS pada tanggal 31 Agustus dan selanjutnya memberikan hadiah Saldo OVO sebesar Rp. 1.000.000,- kepada Penggugat pada tanggal 4 September 2019.
PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) tidak memberitahukan kepada para peserta Tantangan Jugglenaut mengenai kejadian indikasi kegiatan fraud karena berhubungan langsung dengan pengamanan sistem internal. Selain itu,
tidak bisa dibayangkan apa akibat yang timbul apabila PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) menyampaikan kepada 13,669 peserta Tantangan Jugglenaut bahwa verifikasi diperlukan karena adanya indikasi fraud. Tentu ini akan mengganggu proses investigasi yang sedang dilakukan oleh PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) selain dari kemungkinan kegaduhan yang timbul di antara peserta. Oleh karena itu, para peserta hanya mengetahui bahwa PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) sedang mengadakan verifikasi namun tidak mengetahui mengenai adanya indikasi fraud yang sedang diinvestigasi oleh PT.
Solusi Transportasi Indonesia (Grab). Banyak peserta Tantangan Jugglenaut yang menghubungi PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) dan mengerti serta memahami ketika disampaikan bahwa PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) perlu melakukan verifikasi atas tiap-tiap pemenang sebelum memberikan hadiah.
Tanggal 31 Agustus 2019 merupakan tanggal berakhirnya periode Tantangan Jugglenaut dimana proses verifikasi telah selesai dilakukan dan pembayaran harus diselesaikan dalam masa bulan September. Banyak peserta akhirnya menerima transfer Saldo OVO dalam minggu pertama September tersebut termasuk ZLDS yang menerimanya pada tanggal 4 September. Namun belakangan PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) ketahui bahwa ZLDS justru telah mengajukan Gugatan terhadap PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) pada tanggal 3 September 2019. Padahal ZLDS telah diberitahukan untuk menunggu dalam batas yang wajar dan dengan itikad baik tanpa mengetahui adanya Gugatan dari ZLDS, PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) juga telah melaksanakan pemberian hadiah berupa Saldo OVO kepada ZLDS, hadiah mana yang dijanjikan oleh PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab).
Dari uraian di atas jelas bahwa adanya perubahan syarat dan ketentuan bukan bertujuan buruk yang merugikan bagi peserta Tantangan Jugglenaut. PT.
Solusi Transportasi Indonesia (Grab) melakukan penyesuaian syarat dan ketentuan justru untuk menjaga kepentingan setiap peserta Tantangan Jugglenaut termasuk Penggugat in casu, dimana pada akhirnya tiap peserta yang memenangkan Tantangan Jugglenaut dengan jujur telah menerima Saldo OVO di dalam akun masing-masing. Perubahan syarat dan ketentuan sudah tentu tidak diperbolehkan apabila perubahan tersebut justru menimbulkan kerugian bagi satu pihak. Namun apabila perubahan itu dimaksudkan justru untuk melindungi kepentingan dari pihak lain tersebut, maka perubahan tersebut harus dianggap sebagai perwujudan itikad baik dalam kontrak. Yang justru dirugikan dengan adanya Gugatan Penggugat adalah PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) karena PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) harus membela dan mempertahankan diri sebenarnya masalah ini bisa selesai dengan baik apabila ZLDS mau bersabar dan mengikuti arahan PT. Solusi Transportasi Indonesia (Grab) seperti yang dilakukan oleh para peserta lain. Terlebih-lebih karena faktanya ZLDS bukan hanya telah menerima Saldo OVO yang menjadi pokok perkara namun juga telah menikmati dan menggunakan Saldo OVO tersebut.
BAB IV
TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN ATAS