• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

2.1. Teori yang Mendukung

2.1.10. Permainan anak

Tahap perkembangan anak usia 6-12 tahun di sekolah dasar termasuk dalam fase bermain. Bermain merupakan dunia anak. Bermain bagi anak dapat meningkatkan perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial. Bagi anak, kegiatan bermain membuatnya senang (Prasetyo:2008). Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat santrock yang menyatakan Permainan ialah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan permainan itu sendiri. Kegiatan tersebut dilakukan tanpa paksaan dan dengan perasaan senang. Vygotsky meyakini bahwa permainan adalah suatu setting yang sangat bagus bagi perkembangan kognitif, khususnya pada aspek-aspek simbolis dan khayalan(Aulina: 2012). Aspek simbolis dan khayalan ini terlihat ketika anak menirukan sesuatu yang dilihatnya sesuai dengan apa yang dipikirkannya.

Permainan anak-anak dirasa memilki makna kultural yang penting, karena dengan berbagai macam ciri khasnya permainan anak-anak ini akan memberikan identitas pada kebudayaan. Permainan anak dapat menjadi aset budaya yang berharga dalam pembentukan identitas budaya sebuah komunitas, masyarakat maupun bangsa (Dharmamulya: 2005). Maka permainan anak penting di aplikasikan dalam kegiatan pembelajaran untuk memberikan kontribusi pada anak dalam belajar konsep dan

aktivitas yang nyata melalui bermain. Bermain bagi anak akan meningkatkan perkembangan fisik dan keterampilan sosial yang baik.

Bermain menurut (Sujiono, 2010:36) memiliki pengaruh besar untuk perkembangan anak, bukan hanya perkembangan fisik namun juga meliputi perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosi, keterampilan, dan kreativitas, yang selanjutnya bermuara pada prestasi akademik. Adapun fungsi bermain bagi anak adalah: (1) memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan karena ketika bermain fisik anak juga belajar bagaiamana memahami bagaimana kerja tubuhnya; (2)mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri kepada orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif karena saat bermaian anak ada saat berperan menjadi karakter orang lain. Anak juga belajar mengenal sisi orang lain (empati); (3)mengembangkan kemampuan intelektualnya, karena melalui bermaian anak sering melakukan eksplorasi terhadap segala sesuatuyang ada di lingkungan sekitarnya sebagai wujud rasa ingin tahunya; (4)mengembangkan kemandirian dan menemukan jati dirinya karena melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambilkeputusan, dan berlatih peran sosial sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.

Berdasarkan fungsi bermain diatas, penulis menyimpulkan bahwa disamping merupakan kebutuhan anak, bermain juga kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif, bahasa, sosial, emosi, kreativitas,dan fisik anak. Permainan membantu siswa dalam pembentukan diri. Ilmuan sosial dan Humaniora menjelaskan

bahwa permainan mengandung unsur-unsur bersifat mendidik yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak (Sumintarsih: 2005). Perkembangan jiwa anak harus didasarkan pada cara berfikir dan berperilaku sesuai nilai-nilai yang mulia (Kesuma: 2011). Penanaman nilai dasar perilaku pada anak di sekolah disebut dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk kepribadian anak dengan menanamkan nilai kehidupan yaitu menghargai (respect), kerjasama (cooperation), kejujuran (honesty), tanggung jawab(responsibility), toleransi (tolerancy), dan persatuan (unity) (Samani&Hariyanto: 2012). Nilai-nilai tersebut dapat ditunjukkan melalui permainan. melalui permainan, anak akan belajar dan memperoleh nilai-nilai tersebut sehingga dapat membentuk karakter yang terbentuk melalui sikap, perasaan, dan perbuatan berdasarkan nilai agama, dan budaya.

Ada banyak jenis permainan anak yang bisa dimainkan, misalnya ancak-ancak alis, bethengan, cublak-cublak suweng, genukan, goeokan, jamuran, koko-koko, lepetan, dhingklik oglak-aglik, gatheng, engklek, kubuk manuk, kucing-kucingan, layangan, jlumpet, sombyok, ular tangga, kuartet, domino, lingkaran lagu, dll. Penelitian ini hanya akan menggunakan 4 macam permainan anak, yaitu ancak-ancak alis, engklek, ular tangga dan lingkaran lagu.

2.1.11.2.Permainan Engklek

Permainan engklek merupakan permainan favorit dikalangan anak-anak dan remaja pada 1970. Nama permainan engklek diambil karena cara bermainnya

menggunakan satu kaki yang dalam bahasa jawa dinamakan “engklek”. Tempat

Permainan Engklek atau Angklek merupakan permainan tradisional lompat lompatan pada bidang-bidang datar yang digambar diatas tanah, dengan membuat gambar 10 kotak-kotak biasanya berbentuk segi empat kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu ke kotak berikutnya. Permainan engklek biasa dimainkan oleh 2 sampai 5 anak perempuan dan dilakukan di halaman yang cukup luas. “Sebelum kita memulai permainan ini kita harus mengambar kotak-kotak dipelataran semen, aspal atau tanah. Gambar 5 segi empat secara dempet vertikal kemudian 2 di sebelah kanan dan kiri diberi lagi sebuah segi empat” (Montolalu 2005:34). Permainan engklek merupakan salah satu jenis permainan tradisional yang menggunakan satu kaki sebagai tumpuan sambil melompot dari satu kotak ke kotak yang lain. Permainan ini memerlukan “gacuk” sebagai tanda tempat (sawah) yang

tidak bisa dilompati.

Fungsi dari permainan engklek menurut Dharmamulya,dkk (2005:145) adalah: (a)Melatih ketrampilan dan ketangkasan seperti pada olah raga pada umumnya. (b)Memupuk persahabatan antara sesama anak-anak . Fungsi tersebut sama dengan pendapat Sujarno, dkk (2014) yang mengatakan bahwa permainan engklek berfungsi tidak hanya sekedar sebagai kegiatan hiburannamun juga wadah untuk mempererat persaudaraan. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa permainan engklek memiliki dua fungsi yaitu fungsi yang berhubunngan dengan keterampilan dan sosial anak.Penulis memodifikasi permainan engklek untuk menjelaskan materi membilang banyak benda pada muatan matematika dan melatih gerak lokomotor pada muatan PJOK.Peneliti mengguankan permainna engklek untuk

menjelaskan materi membilang dan menemukan gerak lokomotor. Aturan permainan secara rinci dapat dilihat pada lampiran (3.1)

2.1.11.3.Permainan Anak Ancak-Ancak Alis

Ancak-ancak alis adalah permainan tradisional jawa. Permainan ini biasa dimainkan untuk mengisi waktu luang pada oleh laki-lakimaupun perempuan. Permainan ini membutuhkan lahan yang cukup luas dan tidak memerluakan alat tambahan apapun. Jumlah pemain bebas, Semakin banyak yang ikut maka permainan akan samakin seru (Mulyani: 2013). Ancak ancak alis adalah permainan yang populer pada tahun 1930-an di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Permainan ancak-ancak alis menggambarkan kehidupan seorang petani di pedesaan. Permainan ini hampir sama dengan Ular Naga,hanya saja lirik lagu menggunakan lagu jawa (Dharmamulya:2005).

Permainan ancak-ancak alis dapat dimainkan oleh anak yang berusia 6-13tahun. Ancak-ancak alis merupakan saranayang baik untuk berkomunikasi dan bersosialisi (Sumintarsih: 2005). Peneliti menggunakan permainan ancak-ancak alis yang sudah memodifikasi untuk menjelaskan materi mengenal kalimat kasih sayang dan saling memaafkan pada muatan Bahasa Indonesia dan PPKn. Aturan yang lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran (3.2)

2.1.11.4.Permainan anak Ular Tangga

Ular tangga adalah permainan yang masih populer oleh anak-anak. Sarana untuk bermain terdiri dari selembar papan atau kertas tebal bergambar kotak

sebanyak 100 buah yang didalamnya terdapat gambar ular dan tangga pada kotak tertentu. Selain itu pemain jua memerlukan gacuk dan dadu yang memiliki 6 sisi. Gacuk adalah sebuah benda yang digunakan sebagai tanda keberadaan pemain dalam kotak. Permainan ini bisa dimainkan oleh 2-3 anak laki-laki maupun perempuan.Permainan ini tidak membutuhkan tempat yang luas (Mulyani, 2013).

Ular naga dimodifikasi untuk menjelaskan peraturan dalam rumah pada muatan PPKn dan penjumlahan&pengurangan matematika. Kotak pada ular naga dibatasi sampai 20 karena kompetensi dasar yang diajari baru sampai angka 20. Selain itu dalam kotak ular tangga akan terdapat peraturan dalam rumah, setiap pemain yang berada dalam kotak tersebut akan menuliskan aturannya. Gacuk yang bergerak naik atau turun akan menjadi soal matematika penjulmahan dan pengurangannya. Aturan yang lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran (3.3)

2.1.11.5.Permainan Lingkaran lagu

Permainan ini biasa dilakukan oleh anak Taman Kanak-kanak. Permainan tarian lingkaran sudah dilakukan sejak dulu kala.Permainan ini berasal dari tarian tradisional, misalnya tarian keberhasilan panen, atau menyambut bulan penuh (purnama). Permainan lingkaran lagu dimainkan sambil menyanyikan lagu. Pemain dalam permainan ini tidak dibatasi, semakin banyak pemain semakin seru permainan. Permainan ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pemain (Prasetyono:2008) Permainan lingkaran lagu dimodifikasi untuk menerangkan materi menemukan jumlah benda dalam matematika dan melatih gerak lokomotor siswa

dalam muatan PJOK. Peneliti memodifikasi aturan permainan dan lagu yang yang digunakan. Aturan yang lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran (3.4)