• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.4. Manfaat Penelitian

2.2.7. Permasalahan dalam Pengembangan Agrowisata

Tirtawinata dalam Masang (2006) mengemukakan bahwa beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan pengelolaan sebuah agrowisata antara lain adalah :

1. Potensi agrowisata yang belum dikembangkan sepenuhnya.

Indonesia memiliki potensi agrowisata yang sangat beragam, meliputi pemandangan alam yang berlatar belakang pertanian, teknologi budidaya komoditas pertanian yang khas, atraksi budaya pertanian setempat, dan sebagainya. Keunggulan-keunggulam tersebut saat ini belum sepenuhnya dikembangkan.

2. Promosi dan pemasaran agrowisata yang masih terbatas sehingga banyak konsumen yang tidak mengetahui keberadaan agrowisata tersebut.

Kegiatan promosi dan pemasaran agrowisata masih terbatas pada promosi individu, sehingga banyak konsumen yang tidak mengetahui keberadaan agrowisata tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan adanya

kerjasama antara biro perjalanan, perhotelan, dan jasa angkutan, agar kegiatan promosi dan pemasaran yang dilakukan dapat lebih baik.

3. Kurangnya kesadaran pengunjung terhadap lingkungan.

Kesadaran pengunjung terhadap lingkungan terutama di kawasan agrowisata sangat penting, karena tanpa adanya kesadaran pengunjung terhadap lingkungan, kelestarian sebuah agrowisata akan menjadi rusak.

4. Koordinasi antar sektor dan instansi terkait yang belum berkembang.

Dalam pengembangan agrowisata diperlukan sebuah koordinasi yang baik dari semua sektor dan instansi terkait, yang meliputi pemerintah sebagai pembuat aturan, rakyat atau petani sebagai subjek, dan dunia usaha pariwisata sebagai pengge rak perekonomian rakyat.

5. Terbatasnya kemampuan manajerial di bidang pariwisata.

Kemampuan manajerial di bidang pariwisata mutlak diperlukan, karena tanpa adanya kemampuan manajerial yang baik maka pengembangan sebuah agrowisata juga tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu diperlukan suatu pendidikan khusus mengenai manajemen agrowisata.

6. Belum adanya peraturan yang lengkap tentang agrowisata.

Di Indonesia, pemerintah belum mengeluarkan peraturan dan pengembangan yang lengkap mengenai pengembangan agrowisata ke depan.

2. 3. Penelitian Terdahulu

Pada Tabel 5 dapat dilihat beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini.

Tabel 5. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Skripsi Alat

Analisis Tahun

1 Tri Muchdi Harsono

Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Pembelian Anggrek, Studi Kasus di Taman Anggrek Ragunan

Regresi berganda

2002

2 Margianiati Diah Utami

Analisis Pengambilan Keputusan Strategi Bauran Pemasaran Bunga Potong Jenis Krisan pada PT. Saung Mirwan Analisis tabulasi & PHA (Proses Hirarki Analitik) 2004

3 Sunaryo Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Tingkat Kepuasan Pengunjung Wisata Agro Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII, Bogor, Jawa Barat IPA (Important Performance Analysis) 2005 3 Luther Masang

Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis, Bogor Matriks IFE, EFE, dan SWOT 2006 4 Hafnansyah Harahap

Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran pada PT. Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor

Analisis tabulasi & PHA (Proses Hirarki Analitik) 2006

Harsono (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa promosi yang dilakukan oleh pihak manajemen Taman Anggrek Ragunan (TAR) ternyata kurang efektif dalam menumbuhkan kesadaran konsumen anggrek. Penyebabnya karena sedikitnya promosi serta kekurangjelasan penggambaran TAR dalam promosinya. Sedangkan PEMDA DKI Jakarta yang juga bertanggung jawab terhadap pengembangan TAR, seringkali mempromosikan TAR tidak secara khusus namun digabung dengan promosi pengembangan wilayah Ragunan-Pasar

Minggu sebagai pusat wisata alam di DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bauran pemasaran yang telah dilakukan oleh pihak manajemen TAR, khususnya promosi belum berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan konsumen.

Berdasarkan hasil analisis Utami (2004) di PT. Saung Mirwan dapat diketahui bahwa sasaran meningkatkan pangsa pasar dan mengoptimalkan pendapatan sebagai prioritas pertama. Prioritas kedua ditempati oleh sasaran meminimumkan biaya produksi, sedangkan prioritas ketiga adalah sasaran meningkatkan daya saing perusahaan. Dari hasil analisis dengan PHA juga dapat ditarik kesimpulan bahwa PT. Saung Mirwan memprioritaskan faktor harga sebagai strategi bauran pemasarannya. Hal tersebut disebabkan daya tarik utama produk bunga potong adalah harga yang kompetitif dan disesuaikan dengan mutu produk yang tidak menyimpang dari ketetapan ASBINDO.

Sunaryo (2005) dalam penelitiannya di Wisata Agro Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII, menyatakan bahwa dalam strategi pemasaran sebuah agrowisata atau wisata agro diperlukan tujuh elemen bauran pemasaran yang saling mendukung. Ketujuh elemen tersebut adalah produk, harga, tempat, promosi, orang, proses, dan bukti fisik. Berdasarkan hasil penelitiannya strategi-strategi yang sebaiknya dilaksanakan oleh Perkebunan Teh Gunung Mas adalah membuat paket wisata (produk), penetapan harga yang bervariasi dan adanya potongan harga (harga), memperhatikan kebersihan dan keamanan lokasi agrowisata (tempat), memanfaatkan public relation dengan baik (promosi), pelayanan yang baik (orang), kekonsistenan perusahaan dalam pengembangan

agrowisata (proses), dan perawatan terhadap seluruh fasilitas yang ada (bukti fisik).

Masang (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis, Bogor, menyimpulkan terdapat empat alternatif dalam strategi pengembangkan agrowisata, yaitu (1) menggali potensi alam yang dimiliki dengan sumber daya yang ada, mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata agro, serta menjaga kualitas produk tetap bermutu dan berkhasiat, (2) memanfaatkan kualitas produk, citra yang baik dimata konsumen, mempertahankan hubungan baik dengan pemasok, hubungan baik dengan instansi pemerintah untuk mengantisipasi adanya penggunaan obat farmasi dalam dunia medis, ancaman pendatang baru, adanya produk substitusi dan peningkatan jumlah pelaku industri, (3) meningkatkan kegiatan promosi secara optimal dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, (4) meningkatkan kualitas SDM dan meningkatkan manajemennya dengan pelatihan khusus untuk meningkatkan produktifitas karyawan dan memiliki keterampilan dan pengetahuan mengenai agrowisata karena bertambahnya jumlah pelaku industri dan ancaman pendatang baru yang akan menjadi saingan dalam usahanya.

Berdasarkan hasil penelitian Harahap (2006), PT. Taman Safari Indonesia (PT. TSI) sebagai tempat wisata lebih memprioritaskan tujuannya untuk meningkatkan penjualan tiket. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek dan menutupi biaya operasional yang cukup tinggi. Perusahaan memprioritaskan tujuan meningkatkan penjualan tiket dengan lebih menerapkan strategi promosi melalui penerapan diskon. Promosi

dengan diskon diharapkan dapat meningkatkan penjualan tiket dan menambah keuntungan.

Dari beberapa penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan sebuah objek wisata khususnya agrowisata harus memperhatikan tujuh strategi bauran pemasaran, yaitu produk, harga, tempat, promosi, orang, proses, dan bukti fisik. Pada penerapan ketujuh bauran pemasaran tersebut, terlebih dahulu harus diperhatikan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan pemasaran yang dilakukan, sehingga terjadi kesesuaian antara tujuan dengan strategi yang akan diterapkan.

Pada penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini dilakukan di agrowisata Taman Anggrek Ragunan dan lebih memfokuskan pada prioritas strategi pemasaran agrowisata. Selama ini banyak penelitian terdahulu yang meneliti tentang bagaimana pengembangan sebuah agrowisata dan respon pengunjung terhadap agrowisata yang dikunjungi. Namun, penelitian tentang prioritas strategi pemasaran pada agrowisata belum banyak yang meneliti. Dalam penelitian ini digunakan alat analisis Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk menentukan prioritas strategi pemasaran yang akan diterapkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

KERANGKA PEMIKIRAN