Permasalahan Sistem Drainase Yang Ada
Permasalahan banjir/genangan dalam wilayah perkotaan diatasi dengan drainase perkotaan dan pengendalian banjir. Untuk menghindari kesalahpahaman, maka sistem sungai/saluran yang ada, pertama-tama, akan diklasifikasikan terlebih dahulu sebagai sistem pengendalian banjir atau drainase perkotaan.
Sesuai dengan keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 239/Tahun 1987, dalam wilayah Kota Bandar Lampung sedikitnya terdapat lima (5) sungai yang dapat dikategorikan sebagai pengendalian banjir, yaitu Way Kuripan, Way Balau, Way Pidada, Way Galih Panjang dan Way Srengsem. Namun mengingat prosentase luas daerah tangkapan Way Balau, Way Pidada dan Way Srengsem yang berada di luar wilayah kota relatif sangat kecil, maka dalam studi ini hanya Way Kuripan dan Way Galih Panjang yang dikategorikan sebagai pengendali banjir.
Saluran drainase dibedakan menjadi saluran primer, sekunder, dan tersier. Mengingat sungai-sungai yang ada dalam wilayah Kota Bandar Lampung umumnya termasuk jenis bercabang (dendristik), maka ditetapkan bahwa ruas-ruas/anak sungai yang menyusun alur sungai yang terpanjang akan diklasifikasikan sebagai saluran primer. Sedangkan anak/cabang sungai yang bermuara ke alur tersebut disebut sebagai saluran sekunder, demikian seterusnya sebagai saluran tersier.
Sesuai dengan kondisi alur sungai di Kota Bandar Lampung merupakan aliran dendristik (bercabang) maka di tetapkan bahwa sungai yang menyusun ruas terpanjang sungai tersebut disebut sebagai saluran primer, sedangkan anak-anak sungai yang menyusun/ bermuara pada alur ini merupakan saluran sekunder, dan seterusnya sampai pada saluran tersier dan kuarter.
Dalam wilayah Kota Bandar Lampung terdapat sedikitnya 5 (lima) sungai yang merupakan jaringan sungai/saluran primer. Alur/sungai yang diklasifikasikan sebagai saluran primer adalah :
1. Way Sukamaju (Bakung)
2. Way Simpang Kanan – Way Kuripan 3. Way Kupang
4. Way Kunyit
5. Way Kemiling-Way Pemanggilan-Way Halim-Way Kuala 6. Way Lunik Kiri – Way Lunik
7. Way Pidada
8. Way Galih Panjang Kanan-Way Galih Panjang 9. Way Srengsem
10. Way Kandis
11. Saluran Gatot Subroto Kiri
Sungai/saluran yang dikategorikan sebagai saluran sekunder adalah : 1. Way Simpang Kiri – Way Kuripan
2. Way Betung
3. Saluran Jl. WR. Supratman 4. Anak Way Kunyit
5. Way Awi-Way Kuala Hulu
353
8. Anak Way Lunik
9. Way Galih Panjang Kiri
10. Saluran Jl. P. Antasari (Way Halim) 11. Saluran Jl. Urip Sumoharjo (Way Halim) 12. Saluran Jl. Sulatan Agung (Way Kandis) 13. Saluran Perumnas Way Kandis (Way Kandis) 14. Saluran Umbul Irjak (Way Kandis)
15. Way Kandis A 16. Way Kandis B 17. Way Kandis C
Saluran yang diklasifikasikan sebagai saluran tersier adalah sebagai berikut :
1. Anak Way Awi Cabang 2. Way Penengahan 3. Way Simpur
4. Way Kedamaian
Sedangkan saluran yang diklasifikasikan sebagai saluran kuarter adalah : 1. Saluran Jl. P. Antasari ruas (Way Kedamaian)
2. Saluran Jl. Hayam Wuruk (Way Kedamaian) 3. Saluran Jl. Kartini (Way Simpur)
4. Saluran Jl. Teuku Umar (Way Balau/Halim)
Sasaran Drainase
Sasaran yang hendak dicapai oleh program penanganan drainase Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut:
Meningkatnya peran serta masyarakat secara optimal dalam
pemeliharaan serta pengawasan sistem jaringan drainase dan pengendalian banjir
Terencananya sistem drainase yang menyeluruh terkait dengan kawasan resapan air, ruang terbuka hijau, sempadan sungai dan pengaturan rencana kepadatan bangunan
Meningkatnya kerjasama dengan lembaga keuangan internasional
dalam pembiayaan infrastruktur perkotaan khususnya penanganan drainase dan banjir
Gambar7.7Daerah Rawan Banjir Kota Bandar Lampung
Rumusan Masalah
Dari kondisi eksisting yang ada beban drainase di Bandar Lampung sebenarnya masih mampu menampung/mengantisipasinya terutama
K E C . T E L U K B E T U N G B A R A T K E C . P A N J A N G K E C . T A N J U N G K A R A N G T I M U R K E C . S U K A B U M I K E C . T A N J U N G K A R A N G P U S A T K E C . T E L U K B E T U N G U T A R A K E C . T A N J U N G K A R A N G B A R A T K E C . T E L U K B E T U N G S E L A T A N K E C . K E M I L I N G K E C . T A N J U N G S E N E N G K E C . R A J A B A S A K E C . S U K A R A M E K E C . K E D A T O N
355
1. Kondisi saluran eksisting yang penuh dengan sampah, plastik, tanah yang telah membatu, pasir dan limbah rumah tangga yang sebagian besar ada pada badan saluran drainase Kota Bandar Lampung. Permasalahan ini sebenarnya masalah yang tidak begitu rumit tetapi penanganan dan tindak lanjut dari instansi terkait belum dilaksanakan secara optimal.
2. Tidak terawatnya saluran yang telah ada, sebagai akibatnya kejadian point 1 terjadi dan akan terus berlanjut jika belum ada tindakan yang nyata.
3. Permasalahan berdasarkan wilayah (teritorial) :
Wilayah Teluk Betung; sebagai daerah hilir darisungai-sungai yang bermuara ke Teluk Lampung maka masalah yang sering timbul adalah banjir yang hampir setiap tahun terjadi, hal ini disebabkan
oleh dangkalnya saluran drainase oleh sedimentasi dan
penumpukan sampah pada sebagian besar badan saluran drainase yang ada. Kemiringan saluran yang terlalu landai dan pembuangan limbah rumah tangga langsung pada badan saluran, serta merupakan daerah permukiman yang padat penduduk, serhingga peningkatan dan perbaikan sistem drainase merupakan hal yang sulit diwujudkan.
Wilayah Tanjung Karang; sebagai pusat kota dan pusat kegiatan masyarakat kondisi saluran drainase merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, tetapi masalah yang timbul pada
wilayah ini adalah ketidakteraturan kemiringan saluran pada
beberapas ruas saluran, sehingga pada sebagian badan saluran terjadi kerusakan, baik dasar saluran maupun dinding saluran yang tergerus oleh aliran banjir yang terjadi. Penumpukan sampah, sedimen dan pembuangan limbah pada saluran merupakan
pemandangan yang tidak bisa dielakan, kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan.
Wilayah Panjang; sebagai daerah hilr daerah Panjang merupakan daerah yang landai sehingga sebagian besar saluran yang ada telah terisi oleh sampah, limbah rumah tangga dan penumpukan sedimen, hal ini bisa dilihat pada jalan Yos Sudarso. Pendangkalan saluran serta kerusakan/saluran yagn ambruk dapat juga ditemui pada ruas jalan di Panjang. Kapasitas tampung saluran yang sudah
mengalami penurunan dan beberapa pembelokan yang
dipaksakan menyebabkan laju aliran air alami menjadi terhambat dan akibatnya air meluap di Jalan Yos Sudaraso.
Wilayah Keaton; beberapa saluran pada ruas Kedaton bisa
dikatakan relatif baik, hanya penumpukan sedimen dan saluran yang tidak terawat dengan baik menjadi perhatian serius, aliran yang terhambat di sebabkan oleh penumpukan sampah, sedikit penggerusan oleh aliran dan ada beberapa ruas yang belum ada saluran drainase secara permanen, seperti di Jalan Untung Suropati dan peningkatn saluran perlu dilakukan juga.
4. Kapasitas saluran drainase yang kurang memadai, disebabkan oleh penumpukan sedimen, sampah yang menggunung dan tumbuhnya rumput liar pada badan saluran.
5. Program pemeliharaan saluran drainase yang ada belum terealisasi dengan baik sehingga banyak saluran yang semestinya sudah saatnya harus di perbaikai belum terlaksana, pengangkatan sedimen yang telah menumpuk serta sampah-sampah menjadi terbengkelai. Hal ini perlu adanya tindak lanjut yang lebih serius dari instansi-instansi terkait. 6. Penanganan sistem drainase yang masih dilakukan secara parsial
357
mengakibatkan penyelesaian masalah drainase Kota Bandar Lampung tidak akan selesai, selalu banjir dan banjri lagi. Pada beberapa bagian hulu sungai yang ada di Bandar Lampung tidak mengalami banjir, tetapi setelah memasuki bagian tengah dan hilir masalah banjir merupakan rutinitas yang terjadi sepanjang tahun. Adanya pemikiran kolot yang hanya mementingkan daerah sendiri perlu di kikis habis.
7. Persepsi masyarakat terhadap kebersihan lingkungan,
perawatan/pemeliharaan saluran drainase yang masih sangat kurang juga permasalahan tersendiri yang belum diselesaikan baik oleh masyarakat itu endiri maupun oleh pihak pemerintah sebagai pelaksana kebijakan, sanksi yang lemah dan tidak adanya produk hukum yang diberlakukan kepada pelanggar kebijakan.
8. Sistem drainase yang ada belum berpihak/mempertimbangkan sistem konservasi, sehingga air yang dialirkan pada badan sistem drainase langsung dibuang ke laut. Tanpa terlebih dulu diendapkan/diresapkan ke dalam tanah untuk mengisi air tanah, padahal kita juga paham bahwa air merupakan sumebr daya alam yang mahal.
9. Penempatan bak-bak sampah merupakan tindakan yang terus perlu ditingkatkan, terutama pada pasar, pusat perekonomian, pemukiman padat penduduk serta tempat-tempat luang yang biasa dijadikan sebagai tempah pembuangan sampah.
Jika permasalahan diatas dapat teratasi dengan baik maka kondisi saluran drainase akan berjalan dengan lancar dan banjir yang sering melanda beberapa wilayah Kota Bandar Lampung tidak akan terjadi lagi.
Tabel 7.36Kejadian Banjir Rutin di Kota Bandar Lampung
No Kelurahan
Tinggi Banjir (m)
Lama Banjir Luas Areal Penyebab
1 Rajabasa
Jl. Indra Bangsawan (depan pasar Loak)
0.15 Sama dengan waktu hujan
0.15 - 0.20 ha
Siring gading tak berfungsi
Komplek Terminal jurusan Metro dan Natar
Sama dengan waktu hujan
0.15 - 0.20 ha
Sampah, genangan lumpur dan siring gading tak berfungsi
2 Pasir Gintung
Di depan Pasar Semep 0.20 Sama dengan waktu hujan Limpasan Air sampah pasar menyumbat saluran air 3 Pengajaran Jl. WR. Mongonsidi/Gg. Garuda
30.00 2 jam 1.00 saluran yang mampet oleh sampah dan sedimen
4 Gulak galik
Jl. Batu RT 24 dan Jl. Cut Mutia
0.50 1 jam 0.15 Hujan, belum ada siring dan air saluran meluap
5 Kupang Raya
Gg. Hairbras, Jl. Ikan Baung dan Way Kupang
0.50 2 jam 0.65 hujan, belum ada siring dan luapan Air Way Kupang
6 Bumi Waras
Jl. Slamet Riadi s/d Nila
Kandi 1.00 2 hari 3.00
hujan dan air laut pasang
7 Teluk Betung
Jl. Ikan Pari, Gg. Mawar dan Gg. Taman
0.50 15 s/d 30 menit 0.40 hujan dan saluran meluap karena tidak mampu menampung
8 Kangkung
Jl. Cumi-cumi dan sebagian Jl. Gurita (Gg. Abdul Mukti, Melati dan Gg. Cempaka)
1.00 tergantung air laut pasang
0.10 hujan/air laut pasang dan saluran meluap karena tidak mampu menampung
Jl. WR. Supratman dan Jl. Ikan Duyung
0.70 2 jam 0.15 hujan dan saluran meluap karena tidak mampu menampung
9 Pesawahan
Jl. Ikan Lumba=lumba 1.00 30 s/d 60 menit 0.25 hujan dan saluran meluap karena tidak mampu menampung
359
No Kelurahan
Tinggi Banjir (m)
Lama Banjir Luas Areal Penyebab
10 Garuntang
Kampung Krawang 1.00 2 hari 8.00 hujan dan luapan Way Kuala
Umbul Ceper RT. 003, RW. 03, LK. I
1.00 1 hari 0.50 hujan dan luapan Kali Balok
11 Sukaraja
Jl. Yos Sudarso (RW.01, LK. II), (RW. 02, LK. I), (RW. 03, LK. II)
0.50 2 jam 1.00 Hujan, gorong-gorong tersumbat, saluran tidak berfungsi
12 Pecoh Raya
RT. 02, RW. 02, LK. II 0.50 2 hari 1.00
hujan (siring tidak ada)
13 Kedaton
Jl. Sultan Agung (sekitar lintasan K.A.)
0.15 s/d 0.25
sama dengan waktu hujan
160 M2 siring gading tidak berfungsi
14 Sukarame I
Perumahan Prasanti, Griya Sukarame dan Permata Biru
0.50 1 s/d 2 jam 6.00 Penyempitan saluran induk di jembatan Jl. P. Singkep
Perempatan Jl. Urip Sumoharjo dan Soekarno Hatta
0.70 1 s/d 3 jam 5.00 limpasan siring di Jl. Soekarno Hatta Perumahan Nusantara
Permai 1.00 6 jam 15.00
banjir kiriman dari Bukit Emas 15 Kedamaian Gg. Tunggal terusan Jl. Hayam Wuruk 0.30 sama dengan waktu hujan 0.01 gorong-gorong tidak tepat posisinya 16 Ketapang
Lingkungan I 1.70 2 hari 1.00 hujan, siring mampet dan sebagian belum ada siring
17 Way Lunik
Jl. KH. Moh. Salim (Umbul
Jengkol) LK. I 1.00 2.4 jam 2.00
hujan dan air laut pasang
18 Pidada
Jl. Yos Sudarso (depan
kantor Batu Raja) 0.80 3 jam 1.00
hujan dan air laut pasang
19 Panjang Utara
Pidada II 1.00 2 hari 1.00 hujan/luapan Way Pidada
Kampung Karang Anyar 1.00 1 hari 1.00 hujan dan saluran meluap karena tidak sanggup menampung Kampung Baru 0.50 5 jam 0.50 hujan dan luapan air
laut pasang
Kampung Suka Baru 0.25 1 hari 0.50 siring tidak mampu menampung air
No Kelurahan
Tinggi Banjir (m)
Lama Banjir Luas Areal Penyebab
Hujan Jl. Yos Sudarso (depan
Kelurahan s/d Jl. Bahari)
0.50 2 hari 6.00 siring tidak mampu menampung air Hujan
20 Kuripan
Jl. Pramuka, Perumahan Kuripan Permai, Jl. Timor
1.00 2 jam 2.00 siring meluap karena tidak mampu
Menampung air hujan
21 Bakung
Perumahan Bakung 0.50 1 jam 0.30 hujan dan siring tidak mampu menampung air hujan
22 Perwata
Perumahan Perwata dan sekitarnya
0.30 1 jam 0.60 hujan dan siring tidak mampu menampung air hujan
23 Sukamaju
Jl. R.E. Martadinata 0.50 1 jam 0.50 hujan dan siring tidak mampu menampung air hujan
Sumber: Masterplan Drainase Kota Bandar Lampung
7.4.6 Usulan Program dan Kegiatan
Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur
tatanan program RPIJM yang diwujudkan dalam paket-paket
proyek/program. Program yang dicakup dalam Pengelolaan Air Limbah meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini:
1. Pembangunan system perpipaan air limbah sederhana komunitas
berbasis masyarakat (khusus bagi kawasan kumuh dan padat);
2. Pembangunan pengelolaan air limbah system terpusat (IPAL);
3. Operasi dan pemeliharaan;
4. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan air
limbah;
361
Program yang dicakup dalam Pengelolaan Persampahan meliputi
kegiatan berikut ini:
1. Pembangunan prasarana dan sarana TPA sampah;
2. Pembangunan prasarana dan sarana TPST3R;
3. Operasi dan pemeliharaan;
4. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan
persampahan;
5. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan 3R;
6. Pirantilunak:MP/outlineplan, FS atau DED.
Program yang dicakup dalam pengelolaan system drainase perkotaan meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini:
1. Pelaksanaan rehabilitasi saluran yang ada;
2. Pembangunan saluran yang baru;
3. Operasi dan pemeliharaan;
4. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan
drainase;
5. Penyuluhan dan pengelolaan dan pemeliharaan bangunan drainase
bagi Pemerintahan Kabupaten/Kota dan masyarakat; 6. Piranti lunak: MP/outlineplan, FS atau DED.
7.4.7 Pembiayaan Proyek Pengembangan Sanitasi
Pembiayaan kegiatan pengelolaan sanitasi sebagaimana diusulkan dapat berasal dari dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana
sarana dasar), bantuan stimulan, bantuan proyek khusus (menurut pengembangan kawasan).