• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan dan Kendala Lainnya

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

Boks 3.2 Tax Amnesty

3.5 Peningkatan Daya Saing Jasa Keuangan dan BUMN 1 Peningkatan Daya Saing Jasa Keuangan

3.5.1.2 Permasalahan dan Kendala Lainnya

Beberapa tantangan dan permasalahan yang dihadapi ke depan antara lain, pertama, ketidakseimbangan likuiditas internasional, serta fragmentasi likuiditas di sistem keuangan regional dan domestik memberikan pengaruh berarti pada harga dan insentif pada sistem keuangan di dalam negeri. Rencana The Fed menaikkan suku bunganya mempengaruhi arus ke luar dana luar negeri yang diinvestasikan.

Tantangan besar dari sistem keuangan kita adalah pasar keuangan yang belum mendalam (financial deepening) dan likuid. Di pasar valuta asing ditandai dengan volume transaksi yang masih rendah dan transaksi lindung nilai yang belum begitu aktif/besar. Tingkat pemahaman terhadap produk dan layanan keuangan serta sistim perlindungan keuangan konsumen, berpengaruh pada terbatasnya perkembangan pasar keuangan domestik.

Hal yang perlu diwaspadai adalah adanya potensi/risiko aliran modal keluar (capital outflow) dan penarikan dana besar-besaran dana pada perbankan (bank rush) yang akan berpengaruh terhadap stabilitas sektor keuangan, terutama jika terjadi gejolak pada perekonomian/keuangan dunia mengingat kepemilikan asing di pasar modal domestik masih cukup besar. Upaya besar yang harus dilakukan adalah bagaimana menjaga tingkat kesehatan dan ketahanan perbankan, serta mengarahkan dana masuk ke instrumen jangka panjang yang produktif.

Permasalahan utama lain yang dihadapi adalah daya saing perbankan khususnya fungsi intermediasi perbankan yang

PERKEMBANGANEKONOMI,KETENAGAKERJAANDANKEMISKINAN 3-55 masih terkendala oleh tingginya net interest margin (NIM).

Sektor perbankan Indonesia masih belum beroperasi secara efisien jika dibandingkan dengan bank-bank di Asia Tenggara. Untuk meningkatkan daya saing dan permodalan bank, keuntungan perbankan yang besar digunakan secara optimal sebagai tambahan modal yang dapat meningkatkan penyaluran kredit secara signifikan.

Untuk meningkatkan pembiayaan sektor-sektor prioritas secara signifikan diperlukan bank/lembaga keuangan yang dapat melayani sektor prioritas serta skema kredit-kredit sektor-sektor tersebut yang tepat sasaran, waktu dan efektif. Dalam kaitannya dengan upaya pembentukan Lembaga Pembiayaan Pembangunan yang mencakupi sektor pertanian, industri, maritim, telah disusun kerangka regulasi/ landasan hukum yaitu RUU Lembaga Pembiayaan Pembangunan Indonesia (RUU LPPI) pada tahun 2015, dan diharapkan dapat dibahas parlemen pada tahun 2016 dan LPPI beroperasi pada tahun 2017.

Di bidang keuangan syariah, perkembangan keuangan syariah sejauh ini terus menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, namun masih terdapat banyak isu dan permasalahan yang menghambat tercapainya potensi yang Indonesia miliki sebagai berikut: (1) Secara volume, aset lembaga keuangan syariah di Indonesia masih relatif kecil dibanding dengan aset lembaga keuangan konvensial dan dibanding dengan aset lembaga keuangan syariah di beberapa negara; (2) Kurangnya koordinasi dan dukungan dari pemerintah untuk mempromosikan keuangan syariah termasuk kurangnya sosialisasi dari Pemerintah untuk mempromosikan industri keuangan syariah kepada publik; (3) Kurangnya sumber daya manusia di bidang keuangan syariah baik dari segi kuantitas maupun kualitas atau kompetensi. SDM di sektor keuangan syariah relatif sangat tertinggal dibandingkan dengan sektor konvensional; dan (4) Berbagai produk lembaga-lembaga keuangan syariah sangat

3-56 PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN

terbatas dan belum memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dan pelaku usaha.

Mengingat keterbatasan perkembangan keuangan syariah, pembentukan dan beroperasinya Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) perlu segera dilaksanakan untuk mengawal pelaksanaan Rencana Induk Keuangan Syariah tersebut.

3.5.1.3 Arah Kebijakan dan Strategi

Arah kebijakan jasa keuangan adalah meningkatkan pembiayaan pembangunan melalui keuangan inklusif sehingga akses keuangan masyarakat meningkat secara berarti. Berbagai perkembangan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang jasa keuangan selama tahun 2015 - 2016, serta kebijakan yang diperlukan ke depan diuraikan sebagai berikut.

Untuk memberikan kelonggaran likuiditas guna meningkatkan kapasitas pembiayaan perbankan terhadap perekonomian, pada akhir tahun 2015, GWM primer dalam rupiah diturunkan. BI rate juga diturunkan beberapa kali pada awal tahun 2016. Sebelumnya, pada bulan Juni 2015 juga telah dilakukan penyesuaian kebijakan GWM melalui perhitungan loan to deposit ratio. Selain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melalui kebijakan ini Bank Indonesia juga memberikan insentif bagi bank yang dapat memenuhi rasio kredit UMKM lebih cepat dari target waktu.

Selanjutnya Pemerintah kembali mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi XI untuk memberi stimulus terhadap perekonomian nasional yang menyentuh beberapa sektor yang melibatkan pengusaha kecil maupun industri. Fasilitas kredit KUR berorientasi ekspor (KURBE) ini diberikan sebagai stimulus kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk meningkatkan daya saing produk ekspor UMKM berbasis kerakyatan.

PERKEMBANGANEKONOMI,KETENAGAKERJAANDANKEMISKINAN 3-57 Di bidang stabilitas keuangan, pada bulan April 2016, UU PPSSK telah disepakati dan diharapkan dapat memperkuat mekanisme koordinasi dalam menciptakan dan memelihara SSK, namun demikian, masih diperlukan tindak lanjut baik dalam menyiapkan peraturan pelaksana dari UU PPKSK tersebut maupun melakukan sinkronisasi dengan undang- undang terkait.

Di bidang pelaksanaan dan pengembangan Strategi Nasional Keuangan Inklusif, dengan tersusunnya Peraturan Presiden mengenai Keuangan Inklusif dalam waktu dekat dan terbentuknya Forum Koordinasi Keuangan Inklusif (FKKI) dan Tim Percepatan Akses Keuangan daerah (TPAKD) di berbagai daerah/provinsi, diharapkan akses layanan keuangan formal masyarakat akan meningkat secara berarti.

Sementara itu, dengan makin berkembangnya sektor keuangan (perbankan, non bank dan keuangan mikro serta integrasi produk perbankan dan non perbankan), modus dan ancaman terjadinya tindak pidana pencucian uang juga terus meningkat. Hal tersebut bisa menjadi gangguan terhadap stabilitas sistem keuangan karena penyedia jasa keuangan dapat menjadi sarana maupun sasaran tindak pidana bermotif ekonomi seperti manipulasi pajak dan narkoba. Oleh karena itu diperlukan peningkatan efektivitas kebijakan dan tindakan-tindakan pencegahan yang dilakukan oleh penyedia jasa keuangan maupun tindakan-tindakan pemberantasan oleh lembaga penegak hukum termasuk Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan terkait isu- isu pencucian uang dan pendanaan terorisme.

3.5.2 Peningkatan Peran BUMN sebagai Agen