• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan, Tantangan, dan Peluang

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Mediheryanto, S.H, M.H. NIP (Halaman 28-32)

Karakteristik Pegawai Berdasarkan Golongan

E. Permasalahan, Tantangan, dan Peluang

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan juga menghadapi permasalahan dan tantangan karena adanya perubahan lingkungan strategis. Permasalahan terbesar pada tahun 2021 adalah kondisi di masa Pandemi COVID-19 yang menyebabkan terjadi perubahan pada strategi pencapaian target baik kinerja maupun anggaran.

E.1 Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan dan Tantangan dalam Pelaksanaan Program

1) Terjadinya kekosongan penyuluh Keluarga Berencana di Kecamatan dalam menjalankan Program Bangga Kencana;

2) Masih rendahnya kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola dalam mengelola Program Bangga Kencana;

3) Mekanisme operasional pembinaan dalam pelaksanaan Program Bangga Kencana dari provinsi ke kabupaten/kota hingga lini lapangan belum optimal;

4) Terbatasnya dukungan APBD dalam pelaksanaan Program Bangga Kencana di Kabupaten/Kota;

5) Anggaran Program Bangga Kencana yang berasal dari APBN belum secara optimal menyentuh seluruh kegiatan Program Bangga Kencana sampai dengan tingkat lini lapangan dan belum adanya kepastian regulasi pengelolaan anggaran dari provinsi sampai dengan di kabupaten/kota;

6) Belum optimalnya pemanfaatan data sebagai data basis dalam merancang program dan anggaran;

7) Belum semua Pemerintah Kabupaten/Kota memasukkan Program Bangga Kencana dalam RPJMD;

8) Masih rendahnya capaian penyusunan GDPK 5 pilar di Kabupaten/Kota;

9) Belum optimalnya pemanfaatan sarana prasarana yang bersumber dari DAK Sub Bidang KB;

10) Kurang optimalnya pelaksanaan pelatihan dan beberapa kegiatan monitoring evaluasi selama Pandemi COVID-19 dikarenakan evaluasi dan pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui metode virtual meeting atau daring, sehingga mengakibatkan banyak keterbatasan seperti: tidak adanya

13

kunjungan langsung/observasi lapangan untuk melihat implementasi program di lapangan, terbatasnya diskusi intensif yang lancar dikarenakan perbedaan kualitas jaringan dan kondisi geografis daerah yang berbeda-beda;

11) Kondisi sarana dan prasarana di Lingkungan Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan yang kurang memadai;

12) Besarnya jumlah penduduk usia remaja serta pengaruh media yang mendorong menurunnya rata-rata usia kawin bagi wanita. Hal ini akan mendorong meningkat nya angka kelahiran dan angka kematian ibu;

13) Meningkatnya keinginan pada keluarga muda memiliki anak lebih dari dua orang, sebagai bentuk nilai baru bagi keluarga muda;

14) Masih terjadi nikah usia remaja di wilayah pelosok;

15) Masih kurangnya penyebarluasan informasi tentang program remaja terutama di Kampung Keluarga Berkualitas;

16) Masih tingginya angka stunting di Provinsi Sumatera Selatan menjadi tantangan dalam percepatan program penurunan stunting sebagaimana yang diamanatkan Presiden;

17) Masih lemahnya koordinasi antara Bappeda dan Badan Keuangan Daerah bersama dengan OPDKB kabupaten/kota dalam pemanfaatan DAK;

18) Kebijakan refocusing anggaran yang tidak diikuti kebijakan rasionalisasi target kinerja bagi kabupaten/kota.

Permasalahan dan Tantangan dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi Dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi tahun 2021, Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan belum dapat menunjukkan peningkatan nilai Reformasi Birokrasi yang signifikan dikarenakan masih ada 4 area perubahan yang masih perlu peningkatan yaitu area manajemen perubahan, area penataan tata laksana, penguatan pengawasan dan peningkatan pelayanan publik.

Adapun tantangan dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi sebagai berikut:

1. Belum adanya Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan.

2. Adanya penyesuaian kebijakan di masa pandemi yang mengakibatkan

14

perubahan perencanaan dalam kegiatan di Tahun 2021.

3. Adanya pengalihan melalui penyetaraan dalam jabatan administrasi ke dalam jabatan fungsional.

4. Adanya demotivasi pada beberapa pengelola program sehingga mempengaruhi pelaksanaan program dan kegiatan.

5. Adanya perubahan kebijakan melalui penataan dan penempatan fungsional auditor serta fungsional peneliti yang beralih ke instatnsi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).

6. Belum adanya penyesuaian penghasilan bagi para pegawai yang dialihkan dari jabatan administrasi ke dalam jabatan fungsional.

7. Belum ditindaklanjutinya Peraturan Kepala BKKBN Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pendayagunaan Tenaga Penyuluh Keluarga Berencana.

8. Pandemi Covid-19 yang menjadi permasalahan umum dan menjadi salah satu hambatan dalam menjalankan program BANGGA KENCANA baik di Kantor Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan maupun di Lapangan.

Penyuluh KB tidak menaati aturan masuk kerja dalam menjalankan Program Bangga Kencana.

E.2 Peluang

Langkah-langkah strategis Pemerintah untuk terus meningkatkan kualitas birokrasi adalah dengan mewujudkan restrukturisasi komposisi ASN adalah agar struktur aparatur benar-benar didominasi oleh jabatan fungsional teknis berkeahlian sebagaimana visi Indonesia Maju. Proporsi ASN saat ini dinilai belum berimbang, dimana proporsi ASN masih didominasi oleh jabatan pelaksana yang bersifat administratif.

Penyederhanaan birokrasi menjadi dua level eselon dan peralihan jabatan struktural menjadi fungsional masuk dalam lima prioritas kerja Presiden dan Wakil Presiden. Penyederhanaan birokrasi mempunyai beberapa tujuan pokok.

Pertama, agar birokrasi lebih dinamis. Kedua, demi percepatan sistem kerja.

Ketiga, agar fokus kepada pekerjaan fungsional. Keempat, untuk mendorong efektivitas dan efisiensi kinerja agar lebih optimal. Dan kelima dalam rangka mewujudkan profesionalitas ASN.

15

Penyederhanaan struktur birokrasi diperlukan untuk membangun mesin birokrasi yang lebih dinamis dan profesional. Selain meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam mendukung kinerja pelayanan pemerintah kepada publik, baik di instansi pusat maupun daerah. Adapun kriteria pejabat struktural yang dialihkan adalah yang mempunyai tugas dan fungsi jabatan yang berkaitan dengan pelayanan teknis fungsional serta berbasis keahlian tertentu.

a. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukandan Pembangunan Keluarga, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) diberi mandat untuk melaksanakan pengendalian penduduk dan menyelenggarakan program Keluarga Berencana Nasional. Dalam melaksanakan tugasnya, BKKBN mempunyai fungsi dalam perumusan kebijakan nasional, penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK), pelaksanaan advokasi, penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi, koordinasi, pemantauan dan evaluasi, serta pembinaan;

b. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur pembagian kewenangan untuk pelaksanaan program Pengendalian Penduduk;

c. Komitmen pemerintah yang semakin tinggi terhadap Program Bangga Kencana yang ditunjukkan dengan dijadikannya revitalisasi program Keluarga Berencana menjadi bagian dari prioritas nasional dalam RPJMN 2020-2024;

d. Komitmen mitra kerja dalam mendukung kebijakan Program Bangga Kencana sangat tinggi;

e. Program Kampung Keluarga Berkualitas yang terintegritas dengan program pembangunan lainnya;

f. Tersedianya alokasi DAK fisik dan Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) sebagai pendukung peningkatan Program Bangga Kencana di kabupaten/kota;

g. Revisi UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dengan usia kawin pertama bagi perempuan adalah 16 tahun menjadi UU No. 16 tahun 2019 dimana usia kawin pertama bagi perempuan ditingkatkan menjadi 19

16 tahun;

h. Kerjasama dan koordinasi lintas sektor bersama mitra terkait lebih intens sehingga mempermudah pelaksanaan program BANGGA KENCANA di Provinsi Sumatera Selatan.

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Mediheryanto, S.H, M.H. NIP (Halaman 28-32)

Dokumen terkait