• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.3 Elastisitas Permintaan

6.3.3 Permintaan Telur Ayam Ras

Besaran dan arah elastisitas permintaan harga sendiri, elastisitas harga silang, dan elastisitas pendapatan telur ayam ras, tercantum dalam Tabel 30. Berdasarkan tabel tersebut dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:

67 Tabel 30 Elastisitas permintaan harga sendiri, elastisitas harga silang, dan elastisitas pendapatan telur ayam ras berdasarkan kategori sosial ekonomi

Kategori sosial ekonomi

Elastisitas harga sendiri

(Eii)

Elastisitas harga silang (Eij)

terhadap: Elastisitas pendapatan (Eiy) Daging sapi Daging

ayam ras Susu sapi 1.Pendapatan a. Kelas I -1.669 -1.497 -0.608 -1.049 0.029 b. Kelas II -0.533 -0.162 -0.132 -0.359 0.361 c. Kelas III -0.698 -0.296 0.146 0.045 -1.690 2.Jenis Kelamin a. Laki-laki -0.534 -0.094 -0.294 -0.103 0.435 b. Perempuan -0.547 -0.190 0.015 -0.373 0.023

3.Status tempat tinggal

a. Kos/kontrak -0.529 -0.190 -0.020 -0.381 0.312 b. Rumah orangtua/ wali -0.692 -0.010 -0.265 -0.083 -0.901 4.Asal daerah a. Perkotaan -0.585 -0.150 -0.035 -0.346 0.446 b. Pedesaan 0.029 -0.175 -0.505 -0.531 -0.529 Rata-rata -0.564 -0.151 -0.060 -0.332 0.237

Sumber: Data primer, diolah (2014) 6.3.3.1Elastisitas Harga Sendiri

1) Tabel 30 menunjukkan bahwa seluruh nilai elastisitas harga sendiri untuk telur ayam ras bertanda negatif. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan yang menunjukkan adanya korelasi negatif antara harga suatu komoditas dengan jumlah permintaannya. Nilai elastisitas harga sendiri telur ayam ras secara umum sebesar -0,564 artinya setiap perubahan harga telur ayam (menurun/meningkat) sebesar 10 persen maka jumlah telur ayam yang diminta berubah (meningkat/menurun) sebesar 5,64 persen.

2) Berdasarkan pengelompokan menurut pendapatan, nilai elastisitas harga sendiri telur ayam ras lebih elastis pada mahasiswa kelas pendapatan I. Pendapatan yang rendah memberikan batasan pada mahasiswa untuk mengonsumsi suatu barang sehingga ketika terjadi perubahan harga telur ayam ras maka permintaan telur ayam ras akan direspon lebih kuat oleh mahasiswa kelas pendapatan I. Nilai elastisitas harga sendiri telur ayam ras pada mahasiswa kelas pendapatan I sebesar -1,669 artinya jika terdapat perubahan

68

harga telur ayam ras (meningkat/menurun) sebesar 10 persen, permintaan telur ayam ras akan berubah (menurun/meningkat) sebesar 16,69 persen.

3) Berdasarkan pengelompokan menurut jenis kelamin, elastisitas permintaan telur ayam ras pada mahasiswa perempuan lebih elastis. Mahasiswa perempuan cenderung tidak menyukai telur ayam ras namun apabila terjadi perubahan harga telur ayam ras maka permintaan telur ayam ras direspon lebih kuat dari mahasiswa perempuan. Nilai elastisitas harga sendiri telur ayam ras pada mahasiswa perempuan sebesar -0,547 artinya jika terdapat perubahan harga telur ayam ras (meningkat/menurun) sebesar 10 persen, permintaan telur ayam ras akan berubah (menurun/meningkat) sebesar 5,47 persen.

4) Berdasarkan pengelompokan menurut status tempat tinggal, nilai elastisitas harga sendiri telur ayam ras pada mahasiswa yang tinggal di rumah orangtua/wali lebih elastis. Mahasiswa yang tinggal di rumah orangtua/wali cenderung lebih memilih mengonsumsi pangan lain selain telur ayam ras karena faktor kebiasaan pola makan di rumah. Namun apabila terjadi perubahan harga maka permintaan telur ayam ras direspon lebih kuat dari mahasiswa yang tinggal di rumah orangtua/wali . Nilai elastisitas harga sendiri telur ayam ras pada mahasiswa yang tinggal di rumah orangtua/wali sebesar - 0,692 artinya jika terdapat perubahan harga telur ayam ras (meningkat/menurun) sebesar 10 persen, permintaan telur ayam ras akan berubah (menurun/meningkat) sebesar 6,92 persen.

5) Berdasarkan pengelompokan menurut asal daerah, nilai elastisitas harga sendiri telur ayam ras pada mahasiswa asal daerah pedesaan kecil dan bertanda positif. Telur ayam ras merupakan pangan asal ternak yang sering dikonsumsi masyarakat asal daerah pedesaan karena harganya yang lebih murah sehingga perubahan harga tidak terlalu mempengaruhi perubahan jumlah permintaannya.

6.3.3.2Elastisitas Harga Silang

Hubungan antara telur ayam ras dengan komoditas lainnya dapat dilihat dari arah elastisitas harga silang pada Tabel 30. Elastisitas harga silang telur ayam ras memiliki variasi tanda positif dan negatif. Pada tabel terlihat bahwa telur ayam ras

69 secara umum tanpa pengelompokan mempunyai hubungan komplementer (Eij bertanda negatif) dengan daging ayam ras, telur ayam ras, dan susu sapi.

Hubungan komplementer terkuat terjadi pada hubungan telur ayam ras terhadap daging sapi pada mahasiswa kelas pendapatan I. Hubungan komplementer mengartikan bahwa apabila terjadi kenaikan harga daging sapi akan diikuti oleh penurunan permintaan telur ayam ras. Tabel 30 juga dapat menunjukkan hubungan substitusi terkuat yang terjadi pada hubungan telur ayam ras terhadap daging ayam ras pada mahasiswa kelas pendapatan III. Hal ini mengartikan bahwa kenaikan harga daging ayam ras menyebabkan mahasiswa kelas pendapatan III lebih memilih meningkatkan permintaan terhadap telur ayam ras.

6.3.3.3Elastisitas Pendapatan

Hasil perhitungan elastisitas pendapatan yang disajikan pada Tabel 30 menunjukkan bahwa sebagian besar elastisitas pendapatan telur ayam ras bertanda positif dan bernilai kurang dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi telur ayam ras akan meningkat dengan persentase perubahan permintaan yang lebih kecil jika terjadi perubahan pengeluaran atau mahasiswa menganggap telur ayam ras sebagai kebutuhan paling mendasar sama halnya dengan daging ayam ras. Nilai elastisitas pendapatan telur ayam ras secara umum tanpa pengelompokan sebesar 0,237. Interpretasinya adalah peningkatan/penurunan pendapatan mahasiswa sebesar 10 persen menyebabkan peningkatan/penurunan jumlah permintaan telur ayam ras sebesar 2,37 persen. Sebagian besar elastisitas pendapatan telur ayam ras bernilai kurang dari satu dan memiliki nilai terendah dibandingkan komoditas lain. Hal ini menunjukkan bahwa telur ayam ras merupakan pangan asal ternak yang dianggap sebagai kebutuhan paling mendasar bagi mahasiswa.

Berdasarkan tingkat pendapatan, elastisitas pendapatan pada mahasiswa kelas pendapatan I dan II bertanda positif sedangkan elastisitas pendapatan kelas pendapatan III bertanda negatif. Hal ini mengartikan bahwa mahasiswa kelas pendapatan rendah dan sedang menganggap telur ayam ras sebagai barang normal sedangkan mahasiswa kelas pendapatan III menganggap telur ayam ras sebagai

70

barang inferior. Penurunan permintaan ketika terjadi peningkatan pendapatan pada mahasiswa kelas pendapatan III mengindikasikan bahwa mahasiswa kelas ini lebih memilih untuk konsumsi barang yang selalu ingin dibeli tetapi tidak mampu dibelinya saat pendapatannya lebih rendah.

Berdasarkan jenis kelamin, nilai elastisitas pendapatan telur ayam ras lebih elastis pada mahasiswa laki-laki. Kesadaran mahasiswa laki-laki terhadap kesehatan/gizi yang terkandung dalam telur ayam ras menyebabkan mahasiswa laki-laki cenderung lebih cepat merespon perubahan pendapatan terhadap jumlah permintaan telur ayam ras. Nilai elastisitas pendapatan telur ayam ras pada mahasiswa laki-laki sebesar 0,435 artinya peningkatan/penurunan pendapatan mahasiswa laki-laki sebesar 10 persen akan menyebabkan peningkatan/penurunan jumlah permintaan telur ayam ras sebesar 4,35 persen.

Berdasarkan status tempat tinggal, nilai elastisitas pendapatan pada mahasiswa yang kos bertanda positif sedangkan elastisitas pendapatan yang tinggal di rumah orangtua/wali bertanda negatif. Hal ini mengartikan bahwa mahasiswa yang kos menganggap telur ayam ras sebagai barang normal sedangkan mahasiswa yang tinggal di rumah orangtua/wali menganggap telur ayam ras sebagai barang inferior. Elastisitas pendapatan telur ayam ras pada mahasiswa yang tinggal di rumah orangtua/wali sebesar -0,901 artinya peningkatan/penurunan pendapatan mahasiswa sebesar 10 persen menyebabkan penurunan/peningkatan jumlah permintaan telur ayam ras sebesar 9,01 persen.

Berdasarkan asal daerah, nilai elastisitas pendapatan telur ayam ras pada mahasiswa asal daerah perkotaan bertanda positif sedangkan elastisitas pendapatan asal daerah pedesaan bertanda negatif. Hal ini mengartikan bahwa mahasiswa yang asal daerah perkotaan menganggap telur ayam ras sebagai barang normal sedangkan mahasiswa asal daerah pedesaan menganggap telur ayam ras sebagai barang inferior. Elastisitas pendapatan telur ayam ras pada mahasiswa asal daerah pedesaan sebesar -0,529 artinya peningkatan/penurunan pendapatan mahasiswa sebesar 10 persen menyebabkan penurunan/peningkatan jumlah permintaan telur ayam ras sebesar 5,29 persen.

71