• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pola Konsumsi Mahasiswa Terhadap Pangan Asal Ternak (Studi Kasus: Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Tahun Masuk 2010)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pola Konsumsi Mahasiswa Terhadap Pangan Asal Ternak (Studi Kasus: Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Tahun Masuk 2010)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POLA KONSUMSI MAHASISWA

TERHADAP PANGAN ASAL TERNAK

(Studi Kasus: Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Tahun Masuk 2011)

AGUSTIN NEORIMA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Pola Konsumsi Mahasiswa Terhadap Pangan Asal Ternak (Studi Kasus: Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Tahun Masuk 2011) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015 Agustin Neorima

(4)
(5)

ABSTRAK

AGUSTIN NEORIMA. Analisis Pola Konsumsi Mahasiswa Terhadap Pangan Asal Ternak (Studi Kasus: Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Tahun Masuk 2011). Dibimbing oleh UJANG SEHABUDIN.

Mahasiswa FEM memiliki karakteristik yang beragam sehingga menimbulkan perbedaan pengambilan keputusan dalam konsumsi, salah satunya konsumsi pangan asal ternak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi pangan asal ternak, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pangan asal ternak, dan menganalisis tingkat elastisitas harga dan pendapatan dari pangan asal ternak dengan penerapan model Almost Ideal Demand System (AIDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan mahasiswa maka semakin rendah total pengeluaran mahasiswa yang dialokasikan untuk konsumsi pangan asal ternak. Proporsi terbesar dari total pengeluaran mahasiswa FEM digunakan untuk konsumsi daging ayam ras, diikuti oleh susu sapi, telur ayam ras, dan daging sapi. Variabel harga sendiri, harga silang, total pengeluaran, dummy jenis kelamin, dummy status tempat tinggal cenderung dominan berpengaruh secara signifikan terhadap proporsi pengeluaran pangan asal ternak pada taraf nyata (α) 0,10. Elastisitas harga sendiri daging sapi, daging ayam ras, dan telur ayam ras bersifat inelastis sedangkan elastistas harga sendiri susu sapi bersifat elastis. Sebagian besar elastisitas harga silang bertanda negatif, pangan asal ternak memiliki hubungan komplementer dengan pangan asal ternak lainnya. Elastisitas pendapatan daging ayam ras dan telur ayam ras bernilai kurang dari satu yang mengartikan bahwa komoditas tersebut merupakan kebutuhan pokok. Elastisitas pendapatan daging sapi dan susu sapi bernilai lebih besar dari satu yang mengartikan bahwa komoditas ini dianggap barang mewah.

(6)

ABSTRACT

AGUSTIN NEORIMA. An Analysis of Consumption Pattern of Students to The Food from Livestock. (Case Studies: Undergraduate Students of FEM IPB Period 2011). Supervised by UJANG SEHABUDIN.

FEM Students have a diverse characteristic, which rise to differences in consumption decisions, one of which is the consumption of the food from livestock. This study aims to analyze the consumption pattern of the food from livestock, identify the factors that influence the demand for the food from livestock, and analyze the level of price and income elasticity of the food from livestock with the application of the Almost Ideal Demand System (AIDS) model. The results of this studies showed that the higher the students income, the lower the total expenditure of FEM students allocated to consumption of food from livestock. The largest proportion of total expenditure of FEM students is used for the consumption of chicken meat, followed by cow’s milk, eggs of chicken, and beef.

The own price variable, cross-price, total expenditure, gender, residence status tends to be dominant significantly affect the proportion of food from livestock expenditure on the real level (α) of 0,10. The own price elasticity of beef, chicken

meat, and eggs is inelastic while the own price elasticity of cow’s milk is elastic.

Most of cross-price elasticity have negative sign, its mean that the livestock has the complementary relationship with other food from livestock. The income elasticity for chicken meat, and eggs of chicken shown the value less than one, its mean that commodities are a staple goods. The income elasticity for beef and

cow’s milk shown the value more than one, its mean that commodity is considered luxury good.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ANALISIS POLA KONSUMSI MAHASISWA

TERHADAP PANGAN ASAL TERNAK

(Studi Kasus: Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Tahun Masuk 2011)

AGUSTIN NEORIMA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 mengambil topik tentang pola konsumsi dengan judul Analisis Pola Konsumsi Mahasiswa Terhadap Pangan Asal Ternak (Studi Kasus: Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Tahun Masuk 2011).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Ujang Sehabudin, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Bapak Adi Hadianto, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Hastuti SP, M.Si selaku dosen perwakilan departemen yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta, yaitu H. Imam Subikhi, SE dan Hj. Nurbaini, kedua adik tersayang Esar dan Shafa, serta seluruh keluarga besar atas doa, kasih sayang, dan dukungannya. Terima kasih kepada ketua angkatan 48 (Faisal, Vozu, Yogo, Rayyan, dan Amin) dan seluruh mahasiswa FEM angkatan 48 atas kerjasamanya dalam membantu pengisian kuesioner penelitian; Angga Priandhika yang selalu menemani saat jenuh, memberikan doa, bantuan serta dukungan; sahabat-sahabat (Nurul Puspita, Amalia Dwi Marseva, Nana Winnit, Suci Angraini, Puti, Bintang, Summayah), Marlina, Nindya Shinta IE 47, teman sebimbingan (Adilla, Sri, Jaza, Rendy R, Rendy M, Andry, Firmansyah), serta keluarga besar ESL 47 yang selalu memberikan bantuan dan motivasi; sahabat-sahabat terbaik Tria, Riri, Irma, Vionita, Riza, Uci, Anggi, Maya, Vindy, Ica, Wati, Ayi, Anes, Putri, yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungan. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xv

I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 5

II TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Pangan Asal Ternak... 7

2.1.1 Daging... 7

2.1.2 Telur... 8

2.1.3 Susu... 8

2.2 Perilaku Konsumen... 9

2.3 Teori Permintaan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya... 10

2.3.1 Teori Permintaan... 10

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan... 11

2.4 Konsep Elastisitas... 14

2.5 Model Almost Ideal Demand System (AIDS)... 17

2.6 Penelitian Terdahulu... 20

III KERANGKA PEMIKIRAN... 23

IV METODE PENELITIAN... 25

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

4.2 Jenis dan Sumber Data... 25

4.3 Metode Pengambilan Sampel... 25

4.4 Metode Pengelompokan Data... 26

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 27

4.5.1 Analisis Deskriptif... 27

4.5.2 Analisis Almost Ideal Demand System (AIDS)... 27

(14)

V GAMBARAN UMUM... 33

5.1 Karakteristik Responden... 33

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 33

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal.. 33

5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah... 34

5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan... 34

5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan... 35

5.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pangan Hewani yang Paling Sering Dikonsumsi... 36

5.2 Pola Konsumsi Pangan Asal Ternak... 37

5.2.1 Pola Konsumsi Daging Sapi... 37

5.2.2 Pola Konsumsi Daging Ayam Ras... 40

5.2.3 Pola Konsumsi Telur Ayam Ras... 43

5.2.4 Pola Konsumsi Susu Sapi... 46

VI HASIL DAN PEMBAHASAN... 50

6.1 Analisis Pola Konsumsi Pangan Asal Ternak... 50

6.1.1 Pola Pengeluaran Pangan Asal Ternak... 50

6.1.2 Proporsi Pengeluaran Pangan Asal Ternak Terhadap Pengeluaran Pangan Asal Ternak Total... 51

6.2 Analisis Permintaan Pangan Asal Ternak... 53

6.3 Elastisitas Permintaan... 57

6.3.1 Permintaan Daging Sapi... 57

6.3.2 Permintaan Daging Ayam Ras... 62

6.3.3 Permintaan Telur Ayam Ras... 66

6.3.4 Permintaan Susu Sapi... 71

VII SIMPULAN DAN SARAN... 76

7.1 Simpulan... 76

7.2 Saran... 77

DAFTAR PUSTAKA... 78

LAMPIRAN... 83

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Sasaran skor Pola Pangan Harapan (PPH)... 2

2 Distribusi jumlah mahasiswa program sarjana Institut Pertanian Bogor berdasarkan fakultas dan tahun masuk... 3

3 Distribusi jumlah responden berdasarkan mayor... 26

4 Matriks analisis data... 27

5 Distribusi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin... 33

6 Distribusi jumlah responden berdasarkan status tempat tinggal .... 34

7 Distribusi jumlah responden berdasarkan asal daerah ... 34

8 Distribusi jumlah responden berdasarkan tingkat pendapatan ... 35

9 Distribusi jumlah responden berdasarkan pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan... 36

10 Distribusi jumlah responden berdasarkan jenis pangan hewani yang paling sering dikonsumsi... 36

11 Distribusi jumlah responden berdasarkan frekuensi konsumsi daging sapi... 38

12 Rata-rata pengeluaran konsumsi daging sapi berdasarkan kategori sosial ekonomi... 39

13 Alasan mahasiswa FEM mengonsumsi daging sapi... 40

14 Distribusi jumlah responden berdasarkan frekuensi konsumsi daging ayam ras... 41

15 Rata-rata pengeluaran konsumsi daging ayam ras berdasarkan kategori sosial ekonomi... 41

16 Alasan mahasiswa FEM mengonsumsi daging ayam ras... 42

17 Distribusi jumlah responden berdasarkan frekuensi konsumsi telur ayam ras... 43

18 Rata-rata pengeluaran konsumsi telur ayam ras berdasarkan kategori sosial ekonomi... 44

19 Alasan mahasiswa FEM mengonsumsi telur ayam ras... 45

20 Distribusi mahasiswa berdasarkan jenis susu yang dikonsumsi... 46

21 Distribusi jumlah responden berdasarkan frekuensi konsumsi susu sapi... 47

(16)

23 Alasan mahasiswa FEM mengonsumsi susu sapi... 49 24 Rata-rata pengeluaran mahasiswa FEM untuk bahan makanan dan

bukan bahan makanan berdasarkan kelas pendapatan... 50

25 Pengeluaran pangan asal ternak total mahasiswa FEM terhadap pengeluaran bahan makanan dan total pengeluaran mahasiswa

berdasarkan kategori sosial ekonomi... 51 26 Proporsi terhadap pengeluaran pangan asal ternak total

berdasarkan kategori sosial ekonomi... 52 27 Koefisien dugaan variabel model AIDS untuk masing-masing

pangan asal ternak pada mahasiswa tanpa pengelompokan... 55 28 Elastisitas permintaan harga sendiri, elastisitas harga silang, dan

elastisitas pendapatan daging sapi berdasarkan kategori sosial

ekonomi... 58 29 Elastisitas permintaan harga sendiri, elastisitas harga silang, dan

elastisitas pendapatan daging ayam ras berdasarkan kategori sosial ekonomi... 63 30 Elastisitas permintaan harga sendiri, elastisitas harga silang, dan

elastisitas pendapatan telur ayam ras berdasarkan kategori sosial

ekonomi... 67 31 Elastisitas permintaan harga sendiri, elastisitas harga silang, dan

elastisitas pendapatan susu sapi berdasarkan kategori sosial

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Tabel Komposisi Pangan Asal Ternak ... 85 2 Distribusi jumlah sampel dengan perbedaan karakteristik ... 86 3 Kuesioner penelitian... 87 4 Hasil output model Almost Ideal Demand System dengan

(18)
(19)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan mempunyai peran penting bagi kehidupan manusia. Peran utama pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan fisiologis agar bisa hidup sehat, aktif, dan cerdas. Pangan juga mempunyai peran untuk memenuhi kebutuhan psikososial, budaya, ekonomi, sekuriti, dan bahkan juga mempunyai peran politik. Peran pangan secara fisiologis ditinjau dari kandungan gizi pangan dan manfaatnya bagi kerja jaringan dan organ tubuh untuk hidup sehat (Nugraheni 2013).

Pangan hewani merupakan salah satu bahan pangan yang mempunyai kandungan gizi tinggi dan mempunyai peranan dalam peningkatan derajat kesehatan dan kecerdasan. Hal ini dikarenakan protein hewani mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dan seimbang dibandingkan dengan protein nabati. Selain itu, protein hewani lebih mudah dicerna dan diabsorpsi, sehingga mempunyai nilai hayati yang lebih baik (Sudono et al. 1989).

Pentingnya mengonsumsi pangan hewani dalam mencapai kebutuhan gizi konsumsi pangan yang baik tercermin dalam Pola Pangan Harapan (PPH) (Budiar 2000). Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 sasaran pencapaian kebutuhan gizi dapat tercermin oleh meningkatnya skor Pola Pangan Harapan (PPH) dari 86,4 pada tahun 2010 menjadi 93,3 pada tahun 2014. Pangan hewani memiliki skor tertinggi setelah padi-padian sebagai sumber karbohidrat diantara beberapa komoditas pangan. Hal ini menunjukkan bahwa pangan hewani memiliki peranan strategis dalam pencapaian kebutuhan gizi konsumsi pangan yang baik.

(20)

2

daging sebesar 2,47 gram protein/ kapita/ hari, telur dan susu sebesar 3,08 gram/ kapita/ hari (Badan Pusat Statistik 2013).

Tabel 1 Sasaran skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Makanan Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Padi-padian 54,90 53,90 52,90 51,90 51,00

Umbi-umbian 5,00 5,20 5,40 5,60 5,80

Pangan hewani 9,60 10,10 10,60 11,10 11,50

Minyak dan lemak 10,10 10,10 10,10 10,00 10,00

Buah/biji berminyak 2,80 2,90 2,90 2,90 3,00

Kacang-kacangan 4,30 4,40 4,60 4,70 4,90

Gula 4,90 4,90 5,00 5,00 5,00

Sayur dan buah 5,20 5,40 5,50 5,70 5,80

Lain-lain 2,90 2,90 2,90 2,90 3,00

SKOR PPH 86,40 88,10 89,80 91,50 93,30

Sumber: Renstra Kementrian Pertanian (2009)

Menurut Hardinsyah et al. (2012), Angka Kecukupan Protein (AKP) tahun 2012 berdasarkan golongan umur 19-29 tahun untuk laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 62 gram/ kapita/ hari dan 56 gram/ kapita/ hari. Dari AKP rata-rata per kapita per hari tersebut direkomendasikan sebanyak 25% dari AKP dipenuhi dari protein sumber hewani untuk memperoleh mutu protein dan mutu gizi yang lebih baik. Porsi ikan akan lebih banyak dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani penduduk Indonesia karena dalam pola pangan penduduk saat ini sekitar 60% kuantitas pangan hewani penduduk berasal dari ikan.

(21)

3 Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) merupakan fakultas di Institut Pertanian Bogor dengan jumlah mahasiswa program sarjana terbanyak setelah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). FEM terdiri dari lima mayor, yaitu Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (IESP), Manajemen (MAN), Agribisnis (AGB), Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), dan Ekonomi Syariah (EKS). Jumlah mahasiswa yang banyak dan perbedaan karakteristik menjadikan mahasiswa FEM memiliki pola konsumsi yang beragam. Distribusi jumlah mahasiswa Institut Pertanian Bogor berdasarkan fakultas dan tahun masuk disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi jumlah mahasiswa program sarjana Institut Pertanian Bogor berdasarkan fakultas dan tahun masuk

Fakultas Tahun Masuk Total

2010 2011 2012

Sumber: TPB dalam Angka (2010, 2011, 2012)

Pola konsumsi pangan asal ternak mahasiswa FEM dicirikan oleh keragaman daerah (letak geografis) seperti lokasi desa-kota. Karakteristik sosial, ekonomi, budaya, dan perbedaan pendapatan juga merupakan penyebab keragaman pola konsumsi pangan asal ternak. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pola konsumsi pangan asal ternak mahasiswa FEM.

1.2 Perumusan Masalah

(22)

4

keputusan dalam konsumsi kebutuhan pangannya, salah satunya yaitu konsumsi pangan asal ternak.

Daging, telur, dan susu merupakan komoditas pangan hewani berprotein tinggi yang harganya relatif mahal dibandingkan pangan lainnya (Budiar 2000). Dengan demikian, konsumsi atau permintaan pangan asal ternak sangat berkaitan erat dengan tingkat pendapatan atau uang saku yang beragam. Pemahaman perilaku konsumsi pangan asal ternak juga diperlukan untuk menyusun total pengeluaran mahasiswa terhadap pangan asal ternak termasuk informasi mengenai besaran pengaruh perubahan harga dan pendapatan terhadap permintaan pangan asal ternak.

Proses pengambilan keputusan untuk mengonsumsi pangan asal ternak ditentukan oleh besarnya pendapatan mahasiswa, harga komoditas tersebut, harga komoditas lain, jenis kelamin, status tempat tinggal, dan asal daerah. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan model Almost Ideal Demand System (AIDS) yang dikembangkan oleh Deaton and Muellbauer pada tahun 1980, sehingga hubungan dua arah antar komoditas dapat dianalisis dengan baik.

Hal lain yang mendasari adalah bahwa model AIDS selama ini digunakan untuk menganalisis pola konsumi di daerah yang mempunyai cakupan wilayah yang luas, sedangkan untuk menganalisis wilayah yang lebih sempit setingkat fakultas belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini mempunyai batasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola konsumsi pangan asal ternak seperti daging, telur, dan susu pada mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan pangan asal ternak seperti daging, telur, dan susu pada mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor? 3. Bagaimana tingkat elastisitas harga dan pendapatan dari komoditas pangan asal

ternak dengan penerapan model Almost Ideal Demand System (AIDS) pada mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor?

1.3 Tujuan Penelitian

(23)

5 1. Menganalisis pola konsumsi pangan asal ternak seperti daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, dan susu sapi pada mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pangan asal ternak seperti daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, dan susu sapi pada mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor.

3. Menganalisis tingkat elastisitas harga dan pendapatan dari komoditas pangan asal ternak dengan penerapan model Almost Ideal Demand System (AIDS) pada mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Akademisi dan peneliti, sebagai referensi untuk melakukan penelitian terkait pola konsumsi pangan asal ternak dengan menggunakan model Almost Ideal Demand System (AIDS).

2. Pemerintah, untuk meningkatkan perhatian terhadap konsumsi pangan asal ternak yang berupa daging sapi, daging ayam, telur ayam ras, dan susu sapi. 3. Produsen, untuk menentukan strategi pemasaran pangan asal ternak yang

berupa daging sapi, daging ayam, telur ayam ras, dan susu sapi.

4. Mahasiswa dan masyarakat luas, untuk menambah pengetahuan mengenai pola konsumsi pangan asal ternak dan mengontrol pengeluaran pangan asal ternak agar lebih baik.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Batasan dalam penelitian ini meliputi beberapa hal, diantaranya adalah:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada mahasiswa program sarjana FEM Institut Pertanian Bogor angkatan 2011.

(24)

6

3. Tingkat pendapatan mahasiswa adalah jumlah keseluruhan penghasilan yang diterima oleh mahasiswa baik yang bersumber dari orangtua, beasiswa maupun penghasilan sampingan dari hasil usaha.

4. Frekuensi konsumsi adalah tingkat keseringan mahasiswa mengonsumsi daging sapi/daging ayam/telur ayam ras/susu sapi yang dibeli oleh mahasiswa FEM.

5. Konsumsi atau pengeluaran pangan asal ternak dihitung dengan satuan rupiah per kilogram (kg).

6. Konsumsi pangan asal ternak diasumsikan homogen dengan konversi satuan mengikuti ukuran rumah tangga yaitu satu potong daging sapi = 50 gram, satu potong daging ayam ras = 50 gram, dan satu butir telur ayam ras = 60 gram 7. Susu sapi yang dihitung ada tiga jenis yaitu susu cair, susu kental manis, dan

susu bubuk. Konsumsi susu kental manis dan susu bubuk dihitung berdasarkan susu yang dibeli dalam satu kemasan yang diasumsikan setara dengan susu cair ukuran 200 ml. Konsumsi susu cair dihitung berdasarkan volume sebenarnya per satu kemasan saji dalam satuan milliliter (ml) yang dikonversikan menjadi satuan kilogram.

(25)

7

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pangan Asal Ternak

Pangan hewani asal ternak merupakan salah satu bahan pangan yang mempunyai kandungan gizi tinggi dan mempunyai peranan dalam peningkatan derajat kesehatan dan kecerdasan. Hal ini dikarenakan protein hewani mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dan seimbang dibandingkan dengan protein nabati. Protein hewani lebih mudah dicerna dan diabsorbsi, sehingga mempunyai nilai hayati yang lebih baik (Sudono et al. 1989). Pangan hewani terutama pangan asal ternak seperti daging, telur, dan susu konsentrasi dan imbangan asam amino esensial sesuai bagi kebutuhan tubuh manusia untuk pertumbuhan, reproduksi, dan fungsi-fungsi tubuh lainnya (Kamaruddin 1990).

Menurut Karyadi dan Muhilal dalam Budiar (2000), bahan pangan hewani sebagai salah satu komponen bahan pangan memiliki beberapa keunikan: a) Mempunyai komposisi asam esensial yang lebih lengkap dibandingkan dengan pangan nabati yang kandungan lisin dan methioninnya lebih rendah; b) Mengandung vitamin yang mudah diserap (B-12, preformed vitamin A, D-3), sedangkan pada pangan nabati hanya vitamin D-2; c) Mengandung zat besi (haem) yang mudah diserap (15%-20%), juga Zn, Selenium, Cu, dan Ca, sedangkan kandungan zat besi pangan nabati yang mudah diserap hanya 1%-15%; d) Nilai cerna protein dan zat besi bahan pangan hewani lebih baik dari bahan pangan nabati. Sebanyak 20% nitrogen dikeluarkan dalam tinja dari bahan pangan hewani yang dikonsumsi (nilai cerna (90%), sedangkan dari bahan pangan nabati dikeluarkan sebanyak 35% (nilai cerna 70%-80%). Tabel komposisi gizi pada daging sapi, daging ayam, telur ayam, dan susu sapi berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1992) dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.1.1 Daging

(26)

8

lengkap. Daging dapat diolah dengan cara dimasak, digoreng, dipanggang, disate, diasap atau dapat diolah menjadi produk lain yang menarik (Soeparno 1994).

Daging yang biasa dikonsumsi masyarakat berupa daging sapi, daging kerbau, kambing, babi, kelinci, dan unggas (seperti ayam, itik, burung, dan kalkun) (Tarwotjo 1998). Konsumen dalam mengonsumsi daging dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain nilai gizinya tinggi, mudah diperoleh, kesehatan, variasi, bersifat mengenyangkan dan prestise (Natasasmita et al. dalam Pratiwi 2002).

2.1.2 Telur

Telur merupakan salah satu bahan makanan yang bernilai gizi tinggi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak maupun dewasa. Telur mempunyai arti penting karena mengandung bahan-bahan yang bernilai gizi tinggi, sebagai bahan pangan sumber protein, telur mengandung semua jenis asam amino esensial. Kecuali protein, di dalam telur juga terdapat aneka gizi lain terutama lemak, vitamin, dan mineral (Anjarsari 2010).

Telur-telur yang diperdagangkan diperoleh dari berbagai jenis unggas yang diternakkan. Macam-macam telur yang diperdagangkan di masyarakat antara lain telur ayam kampung (buras), telur ayam negeri (ras), telur burung puyuh, telur itik, telur angsa dan telur kalkun.

2.1.3 Susu

Susu didefinisikan sebagai sekresi normal kelenjar mamari atau ambing mamalia, atau cairan yang diperoleh dari pemerahan ambing sapi sehat, tanpa dikurangi atau ditambah sesuatu. Dari aspek kimia, susu yaitu emulsi lemak di dalam larutan air dari gula dan garam-garam mineral dengan protein dalam keadaan koloid (Anjarsari 2010).

(27)

9 pasaran yaitu susu cair segar, susu kental tidak manis, susu kental manis, susu bubuk, dan sebagainya (Tarwotjo 1998).

Komposisi susu bervariasi dan tergantung pada banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi susu adalah jenis ternak, waktu laktasi, waktu pemerahan, urutan pemerahan, keragaman akibat musim, pengaruh susu, umur sapi, penyakit, pakan ternak, dan faktor-faktor lain. Normalnya rata-rata susu mengandung lemak 3,8%, protein 3,2%, laktosa 4,7%, abu (mineral) 0,885%, air 87,25% serta bahan kering 12,75% (Anjarsari 2010).

2.2 Perilaku Konsumen

Asumsi pokok tentang perilaku konsumen adalah bahwa rumah tangga memaksimumkan apa yang seringkali disebut kepuasan, kesejahteraan, kemakmuran, atau utilitas konsumen. Jika rumah tangga dihadapkan dengan pilihan antara dua kelompok alternatif konsumsi, setiap rumah tangga diasumsikan memilih sekelompok yang disukainya, atau dengan kata lain rumah tangga menentukan pilihannya dalam rangka memaksimumkan kepuasannya atau kesejahteraannya (Lipsey et al. 1995).

Menurut Nicholson (2002), utilitas/kepuasan didefinisikan sebagai kepuasan yang diterima seseorang akibat aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Konsep utilitas ini sendiri sebenarnya memiliki makna yang luas karena tingkat kepuasan seseorang merupakan suatu hal yang bersifat subjektif dan nilainya tidak dapat diukur secara pasti. Namun terdapat beberapa sifat mendasar mengenai preferensi individu ini, yaitu :

1. Complete Preferences (Preferensi yang lengkap)

Sifat dasar ini diasumsikan bahwa para individu mampu menyatakan apa yang diinginkannya dari antara dua pilihan. Individu tersebut diharapkan dapat secara tegas menyatakan kelompok satu akan lebih baik dari kelompok lainnya jika terdapat dua kelompok konsumsi A dan B.

2. Transitivity of Preferences (Preferensi bersifat transitif)

(28)

10

diasumsikan bahwa individu akan bersikap konsisten dalam menentukan pilihannya.

3. ‘More is better than less’

Sifat dasar ketiga ini diasumsikan bahwa individu akan lebih menyukai banyak barang daripada sedikit barang. Sebagai tambahan menurut Pindyck dan Rubinfeld (2009), konsumen tidak akan pernah puas atau kenyang dan menganggap lebih banyak konsumsi selalu lebih menguntungkan, meskipun kelebihan untungnya hanya sedikit.

2.3 Teori Permintaan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

2.3.1 Teori Permintaan

Permintaan adalah hubungan menyeluruh antara kuantitas komoditi tertentu yang akan dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu dengan harga komoditi tertentu. Jumlah komoditi total yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta, konsep jumlah yang diminta ini adalah jumlah yang diinginkan, yaitu berapa banyaknya yang ingin dibeli oleh konsumen dengan mempertimbangkan harga barang itu, tingkat harga barang lain, pendapatan konsumen dan selera konsumen tersebut (Lipsey et al. 1995).

Deaton dan Muellbeaur (1980b) telah meringkas beberapa sifat dari fungsi permintaan Hicksian dan Marshallian yaitu sebagai berikut:

a) Adding Up

Nilai total atau penjumlahan dari permintaan (baik fungsi permintaan Hicksician maupun fungsi permintaan Marshallian) merupakan total pengeluaran dari suatu rumah tangga dalam mengonsumsi barang dan jasa.

b) Homogenitas

(29)

11 c) Simetri

Penurunan koefisien harga silang dari permintaan Hicksician adalah simetris. Simetris di sini menunjukkan bahwa koefisien harga silang yang dihasilkan adalah sama. Sifat ini merupakan jaminan dari cara untuk menguji aksioma yang menyatakan bahwa konsumen bersifat konsisten dalam menentukan preferensinya. d) Negativitas

Antara harga suatu komoditi dengan jumlah yang diminta akan terdapat hubungan yang negatif. Hal ini sesuai yang dinyatakan dalam hukum permintaan (the law of demand), sehingga apabila harga suatu barang meningkat dengan utilitas diasumsikan tetap, maka permintaan barang tersebut akan turun.

Dari keempat sifat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sifat adding up dan homogenitas merupakan konsekuensi dari spesifikasi kendala anggaran linier yang ditunjukkan melalui garis anggaran. Sedangkan sifat simetri dan negativitas adalah konsekuensi dari sifat preferensi konsumen yang konsisten. Tanpa kedua sifat ini, berarti konsumen tidak konsisten terhadap pilihannya.

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Lipsey et al. (1995) mengatakan bahwa banyaknya komoditi yang akan dibeli oleh semua rumah tangga pada periode waktu tertentu dipengaruhi oleh enam faktor yaitu: (1) harga komoditi itu sendiri, (2) harga komoditi yang berkaitan, (3) selera, (4) distribusi pendapatan, (5) rata-rata pendapatan rumah tangga, dan (6) besarnya populasi/ jumlah penduduk.

Bilas (1989) menyatakan hubungan-hubungan tersebut secara matematis dapat dirumuskan secara umum dengan fungsi sebagai berikut :

QdA = f (PA, PB*, ..., PZ*, I*, T*, W*)

Keterangan :

QdA = kuantitas barang A yang diminta per unit waktu

PA = harga A

PB, ..., PZ = harga barang-barang lain dari komoditi B sampai Z

I = pendapatan (income) T = selera (taste)

(30)

12

dan tanda *, berarti variabel ini konstan. Jadi Q dA = f (PA) ; ceteris paribus

2.3.2.1 Faktor Harga Komoditi itu Sendiri

Menurut Lipsey et al. (1995), suatu hipotesis dasar adalah bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif, dengan catatan faktor lain tetap dianggap tetap1. Harga didefinisikan sebagai tingkat kemampuan suatu barang untuk ditukarkan dengan barang lain. Semakin tinggi harga maka jumlah permintaan semakin berkurang dan sebaliknya semakin rendah harga maka jumlah permintaan semakin tinggi.

2.3.2.2 Faktor Harga Komoditi yang Berkaitan

Penurunan harga suatu komoditi komplementer akan menyebabkan lebih banyak komoditi yang akan dibeli pada setiap tingkat harga (Lipsey et al. 1995). Sedangkan kenaikan harga barang substitusi komoditi tertentu akan menyebabkan lebih banyak komoditi yang akan dibeli pada setiap tingkat harga. Kaitan diantara suatu barang dengan berbagai jenis barang yang lainnya dapat dibedakan dalam tiga golongan yaitu : 1). Barang substitusi yaitu suatu barang lain yang dapat menggantikan fungsi dari barang tersebut, 2). Barang komplementer yaitu suatu barang yang cenderung digunakan bersama-sama dengan barang lain, dan 3). Barang netral yaitu dua macam barang yang tidak mempunyai kaitan yang erat, perubahan atas permintaan salah satu barang tidak akan mempengaruhi permintaan barang lain.

2.3.2.3 Faktor Selera

Lipsey et al. (1995) mengatakan bahwa selera berpengaruh besar terhadap keinginan orang untuk membeli. Perubahan selera bisa terjadi dalam waktu yang lama dan bisa juga berubah dalam waktu yang cepat, tetapi cepat atau lambatnya perubahan perubahan selera terhadap suatu komoditi akan menyebabkan lebih banyaknya komoditi yang akan dibeli pada setiap tingkat harga. Menurut Soekartawi (2002), selera dan pilihan konsumen bukan saja dipengaruhi oleh

1

Ahli ekonomi terkemuka di Inggris, Alfred Marshall menyebut hubungan fundamental ini

(31)

13 struktur umur konsumen, tapi juga karena faktor adat dan kebiasaan setempat, tingkat pendidikan atau lainnya.

2.3.2.4 Faktor Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga

Soekartawi (2002) berpendapat bahwa perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah akan tetapi juga kualitas barang tersebut. Tinggi rendahnya pendapatan konsumen mempengaruhi besar kecilnya daya beli terhadap barang yang dibutuhkannya. Lipsey et al. (1995) menyatakan bahwa rumah tangga yang menerima rata-rata pendapatan lebih besar maka mereka dapat diperkirakan akan membeli lebih banyak komoditi walaupun harga komoditi-komoditi itu tetap sama2. Dengan melihat keseluruhan rumah tangga, kita memperkirakan bahwa harga berapa pun yang kita ambil, jumlah komoditi yang diminta akan lebih banyak daripada yang diminta sebelumnya pada tingkat harga yang sama.

2.3.2.5 Faktor Distribusi Pendapatan

Perubahan dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan naiknya permintaan untuk komoditi yang dibeli, terutama oleh rumah tangga yang memperoleh tambahan pendapatan tersebut, tetapi perubahan dalam distribusi pendapatan juga akan mengakibatkan berkurangnya permintaan untuk komoditi yang akan dibeli terutama oleh rumah tangga yang berkurang pendapatan (Lipsey et al. 1995).

Jika suatu pendapatan total yang konstan didistribusikan kembali kepada sejumlah penduduk, permintaan akan berubah. Pertumbuhan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan, tetapi biasanya pertumbuhan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan hal ini akan menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan meningkatkan permintaan.

2

(32)

14

2.3.2.6 Faktor Jumlah Penduduk

Soekartawi (2002) mengatakan bahwa semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin besar pula barang yang dikonsumsi. Dalam banyak kejadian penambahan jumlah penduduk berarti adanya perubahan struktur umur. Sebagai tambahan menurut Lipsey et al. (1995), tambahan orang berusia kerja, tentunya akan menciptakan pendapatan baru. Jika ini terjadi, permintaan untuk semua komoditi yang dibeli oleh penghasil pendapatan baru akan meningkat. Jadi biasanya adalah benar bahwa kenaikan jumlah penduduk akan meningkatkan lebih banyak komoditi yang dibeli pada setiap tingkat harga.

2.4 Konsep Elastisitas

Lipsey et al. (1995) merumuskan bahwa untuk melihat seberapa jauh reaksi perubahan kuantitas terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan. Menurut Nicholson (2002) elastisitas merupakan ukuran persentase perubahan suatu variabel yang disebabkan oleh satu persen perubahan variabel lainnya. Konsep elastisitas permintaan ini memiliki beberapa macam variasi, yaitu :

1. Elastisitas Harga dari Permintaan

Salah satu aplikasi elastisitas yang paling penting ialah elastisitas harga dari permintaan (price elastisity of demand). Perubahan P (harga barang) akan menyebabkan perubahan Q (kuantitas yang dibeli/dikonsumsi), dan elastisitas harga dari permintaan mengukur hubungan ini. Secara khusus, elastisitas harga dari permintaan (eQ,P) didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas

sebagai respon atas satu persen perubahan harga. Bentuk matematisnya ialah sebagai berikut :

, = er enta e er enta e eru ahan eru ahan …………..………...………...(1)

Elastisitas ini menunjukkan bagaimana perubahan Q (dalam bentuk persentase) sebagai respon terhadap perubahan persentase P. P dan Q bergerak dalam arah yang berlawanan, maka eQ,P biasanya bernilai negatif3. Misalnya nilai

3

(33)

15 EQ,P sebesar -1 berarti bahwa kenaikan 1 persen dalam harga mengarah pada

penurunan 1 persen dalam jumlah, sementara nilai EQ,P sebesar -2 mencatat fakta

bahwa kenaikan 1 persen dalam harga menyebabkan jumlah menurun 2 persen. Perbedaan seringkali dibuat di antara nilai-nilai EQ,P yang kurang dari, sama

dengan, atau lebih besar dari -1. Elastisitas harga (EQ,P > 1) dikatakan elastis jika

kenaikan harga diikuti dengan penurunan jumlah dalam proporsi yang lebih besar. Elastisitas harga (EQ,P = 1) dikatakan unik jika kenaikan harga dan penurunan

jumlah memiliki besar proporsi yang identik. Elastisitas harga (EQ,P < 1)

dikatakan inelastis jika kenaikan harga secara proporsional lebih besar daripada penurunan jumlah (Nicholson 2002).

Lipsey et al. (1995) meringkas secara umum hubungan antara elastisitas dengan perubahan harga sebagai berikut:

a. Jika permintaan bersifat elastis, harga dan total pengeluaran berhubungan secara negatif. Penurunan harga meningkatkan total pengeluaran dan kenaikan harga akan menurunkan total pengeluaran.

b. Jika permintaan bersifat inelastis, harga dan total pengeluaran berhubungan secara positif. Penurunan harga menurunkan total pengeluaran dan kenaikan harga akan meningkatkan total pengeluaran.

c. Jika elastisitas permintaan adalah satu, peningkatkan ataupun penurunan harga tidak mempengaruhi total pengeluaran.

2. Elastisitas Pendapatan dari Permintaan

Tipe elastisitas lainnya adalah elastisitas pendapatan dari permintaan (income elastisity of demand) (eQ,I). Konsepnya, elastisitas jenis ini merupakan

persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta sebagai respon atas perubahan pendapatan sebesar satu persen. Secara matematis, elastisitas pendapatan dirumuskan sebagai berikut :

, = er enta e er enta e eru ahan eru ahan ……...………....……...(2)

Konsep elastisitas pendapatan ini dapat digunakan untuk mengkategorikan suatu barang, apakah barang tersebut tergolong sebagai komoditi normal, inferior, atau barang mewah (luxury). Untuk suatu barang normal, eQ,I adalah positif karena

(34)

16

berarti peningkatan pendapatan justru menurunkan kuantitas barang yang dibeli. Barang-barang dengan elastisitas pendapatan eQ,I > 1 dapat dikategorikan sebagai

barang- barang mewah (luxury).

Barang-barang yang oleh konsumen dianggap sebagai kebutuhan pokok akan mempunyai elastisitas pendapatan yang tinggi pada tingkat pendapatan rendah, tetapi pada batas pendapatan tertentu elastisitas pendapatannya rendah. Hal ini dikarenakan bahwa dengan semakin tingginya pendapatan, maka bagi rumah tangga semakin memungkinkan untuk menyediakan proporsi yang lebih kecil dari pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dan proporsi yang lebih besar untuk barang yang selalu mereka ingin beli tetapi tidak mampu membelinya. Beberapa dari kebutuhan pokok ini bahkan bisa menjadi barang inferior. Barang-barang yang tergolong mewah cenderung tidak dibeli pada tingkat pendapatan rendah, tetapi akan memiliki elastisitas yang tinggi, segera seketika pendapatan meningkat yang memungkinkan rumah tangga memilih barang-barang yang tersedia untuk kehidupan yang lebih baik (Lipsey et al. (1995).

3. Elastisitas Harga Silang dari Permintaan

Salah satu faktor yang akan mempengaruhi kuantitas permintaan suatu jenis barang ialah perubahan harga barang-barang lainnya. Untuk mengukur efek perubahan tersebut, terdapat suatu konsep elastisitas harga silang dari permintaan (cross price elastisity of demand). Elastisitas ini didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta (Q) sebagai respon atas satu per en peru ahan harga arang lain ( ’). Maka :

, = er enta e eru ahan er enta e eru ahan ………..……….……...(3)

(35)

17

2.5 Model Almost Ideal Demand System (AIDS)

Model Permintaan Almost Ideal Demand System (AIDS) ini pertama kali diperkenalkan oleh Deaton dan Muellbauer pada tahun 1980. Berbeda dengan model permintaan lainnya, model ini dapat menjawab tuntutan preferensi konsumen, dan bentuk fungsinya lebih fleksibel. Hal tersebut disebabkan restriksi-restriksi dari model ini seperti additivitas, homogenitas, dan simetri dapat diuji secara statistik (Deaton dan Muellbauer 1980).

Selain itu, model permintaan ini juga mempertimbangkan keputusan konsumen dalam menentukan seperangkat komoditi secara bersama-sama. Hal tersebut tidak ditemukan dalam model permintaan lainnya, sehingga hubungan silang dua arah antara dua komoditi dapat ditentukan. Hal itu sesuai dengan fakta yang ada bahwa pemilihan suatu komoditi dilakukan oleh konsumen secara bersama-sama.

Menurut Deaton dan Muellbauer (1980) beberapa karakteristik penting dari model permintaan AIDS ini ialah (1) model ini merupakan pendekatan orde pertama terhadap sembarang fungsi sistem permintaan, (2) dapat memenuhi aksioma perilaku pemilihan komoditi dengan tepat, (3) dapat digunakan untuk menguji restriksi homogenitas dan simetrik (4) bentuk fungsinya konsisten dengan pengeluaran rumah tangga, (5) dapat mengagregasi perilaku rumah tangga tanpa menerapkan kurva Engel yang linier dan yang terpenting parameternya mudah diduga tanpa harus menggunakan metode non linier.

Model ini merupakan pendekatan orde pertama dari suatu fungsi permintaan dengan titik awalnya adalah sebuah kelas preferensi yang spesifik. Kelas tersebut menurut teori Muellbeaur (1980) memungkinkan pengagresasian yang tepat dari konsumen, sebagai gambaran dari permintaan pasar yang merupakan hasil pengambilan keputusan konsumen secara rasional. Kelas preferensi tersebut dikenal sebagai PIGLOG Class ditunjukkan melalui fungsi biaya atau pengeluaran, yang menentukan pengeluaran minimum yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat utilitas khusus pada tingkat harga tertentu. Kita dapat menotasikan fungsi tersebut c(u,p) untuk u adalah utilitas dan p adalah vektor harga, dan mendefinisikan PIGLOG Class sebagai :

(36)

18

Dengan syarat bahwa u berada diantara 0 (subsisten) dan 1 (kemewahan) sehingga fungsi linier positif homogen dari a(p) dan b(p) dapat dikatakan sebagai biaya subsisten dan kemewahan. Selanjutnya digunakan fungsi yang khusus dari fungsi log a(p) dan log b(p). Agar fungsi biaya yang dihasilkan menjadi bentuk yang fleksibel, fungsi tersebut harus memiliki sejumlah parameter yang mencukupi, ehingga pada em arang titik, turunan δc/δp, δc/δu, δ2c/δp

ipj, δ2δuδpi,

dan δ2c/δu2

dapat dianggap sama dengan fungsi-fungsi biaya yang berubah. Untuk itu digunakan :

Sehingga fungsi biaya AIDS dapat ditulis sebagai berikut : log c(u,p) = α0+∑αklog k (sebagai gambaran preferensi), yang dipenuhi oleh :

∑αi Suatu fungsi biaya memiliki sifat fundamental yang apabila fungsi tersebut diturunkan terhadap harganya maka akan dihasilkan jumlah komoditi yang diminta.

δ c(u,p) δ i

i

c (u,p)= i……….…..………(8)

Apabila kedua sisi dikalikan dengan Pi / c(u,p) didapat :

………...(9)

Wi adalah proporsi pengeluaran komoditi i sehingga penurunan logaritmik

dari persamaan (4) dengan proporsi pengeluaran sebagai fungsi dari harga dan utilitas adalah :

i u,p = αi + ∑ ij j

(37)

19 eterangan: ij = 12 ( *ij+ *ji)………..………(11)

Untuk maksimisasi utilitas konsumen, pengeluaran total X harus sama dengan c (u,p) dan dari persamaan tersebut dapat kita balikkan untuk mendapatkan u sebagai fungsi dari P dan X merupakan fungsi utilitas tidak langsung. Apabila kita melakukan hal tersebut pada persamaan (7) dan mensubstitusi hasilnya ke persamaan (9), kita akan mendapatkan fungsi permintaan AIDS dalam bentuk proporsi pengeluaran.

i (p, ) = αi + ∑ ij

j

log j + i log / ………..…………...(12)

Keterangan : X/P adalah pendapatan dibagi oleh indeks harga P. Indeks harga P didefinisikan sebagai berikut :

log = α0 + ∑αk

Sehingga secara umum model permintaan AIDS adalah :

∑ ∑ ∑ ∑ ….(14) Persamaan (14) menyajikan fungsi permintaan yang konsisten jika memenuhi restriksi-restriksi berikut : diestimasi secara linier maka perlu dilakukan pendekatan terhadap nilai indeks P dengan mengeksploitasi hubungan kolinieritas antar harga, salah satunya adalah melalui penggunaan Indeks Stone (log *= Σi Wi log Pi), sehingga model AIDS menjadi :

i (p, ) = αi + ∑ ij

j

(38)

20

Dengan catatan : αi* = αi - ilog σ , apa ila = σ *

Fungsi diatas dikenal dengan aproksimasi linier dari AIDS.

2.6 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan studi pustaka diperoleh beberapa penelitian yang terkait dengan pola konsumsi, permintaan dan penggunaan model Almost Ideal Demand System (AIDS). Penelitian tersebut dijadikan bahan rujukan pada penelitian ini.

Budiar (2000) melakukan penelitian tentang permintaan dan konsumsi sumber protein hewani rumah tangga di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan model AIDS, perhitungan nilai elastisitas, pembentukan harga agregat dan indeks stone. Variabel yang digunakan untuk mengetahui pola konsumsi berupa harga ikan, daging, telur, susu, dan pengeluaran. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu rata-rata pengeluaran total per kapita untuk sumber protein hewani rumah tangga di Pulau Jawa tahun 1999 adalah sebesar Rp 2.389,72 setiap bulannya. Kelompok daging dan ikan termasuk dalam komoditas superior dan bersifat elastis sedangkan kelompok telur dan susu bersifat inelastis dan memiliki hubungan komplementer satu dengan lainnya.

(39)

21 Ramdhiani (2008) melakukan penelitian tentang permintaan telur ayam ras dan ayam buras di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, analisis AIDS, analisis penduga/ proyeksi konsumsi sebagai alat analisisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran untuk konsumsi telur tertinggi oleh kelas pendapatan rendah, diikuti pendapatan sedang, dan pendapatan tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras dan ayam buras di DKI Jakarta dan erpengaruh nyata pada taraf α=10% (p<0,1) yaitu harga telur ayam ras, harga telur ayam buras dan jumlah anggota rumah tangga.

Budiwinarto (2011) melakukan penelitian tentang pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas dengan menggunakan model AIDS melalui metode Seemingly Unrelated Regression (SUR). Komoditas pangan yang disurvei adalah komoditi daging (sapi, kerbau, dan kambing), ikan laut, ayam broiler dan ayam kampong, telur (ayam ras dan buras, dan itik), dan makanan lainnya. Permintaan kelima komoditas tersebut semuanya bersifat inelastis yang menunjukkan bahwa komoditas-komoditas tersebut merupakan kebutuhan pokok. Semua elastisitas pendapatan bernilai positif dan kurang dari satu sehingga dapat dikatakan bahwa komoditas-komoditas tersebut merupakan barang normal. Pada umumnya, hubungan kedua komoditas adalah bersifat komplementer kecuali hubungan komoditas daging dan ayam, ikan laut dan ayam serta ikan laut dan telur yang bersifat substitusi.

(40)

22

termasuk barang superior yang merupakan barang kebutuhan pokok. Elastisitas harga daging broiler sendiri bersifat inelastis yang menunjukkan daging broiler merupakan barang kebutuhan pokok. Daging broiler merupakan barang substitusi bagi daging sapi dan ikan bandeng, sedangkan minyak goreng dan beras termasuk barang komplementer.

(41)

23

III KERANGKA PEMIKIRAN

Pangan asal ternak berperan dalam meningkatkan konsentrasi belajar dan memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Harga pangan asal ternak yang relatif tinggi dibandingkan pangan lainnya sangat berkaitan dengan tingkat pendapatan atau karakteristik mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor yang beragam. Oleh karena itu perlu diteliti bagaimana pola konsumsi pangan asal ternak mahasiswa FEM.

Pola konsumsi pangan asal ternak mahasiswa FEM dihadapkan pada proses membuat keputusan untuk konsumsi pangan asal ternak. Pola konsumsi dapat dilihat dari frekuensi konsumsi, proporsi konsumsi berdasarkan jenis kelamin, status tempat tinggal, asal daerah, kelas pendapatan, dan rata-rata pengeluaran untuk konsumsi suatu pangan asal ternak. Keputusan untuk konsumsi pangan asal ternak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi harga daging sapi (Rp/kg), harga daging ayam ras (Rp/kg), harga telur ayam ras (Rp/kg), harga susu sapi (Rp/kg), jenis kelamin, status tempat tinggal, asal daerah, dan pendapatan mahasiswa (Rp/ bulan).

(42)

24

Analisis Deskriptif Analisis Model Ideal Demand System Almost (AIDS) pengeluaran untuk konsumsi pangan asal ternak

pada mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor

(43)

25

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Fakultas Ekonomi dan Manajemen merupakan fakultas dengan jumlah mahasiswa terbanyak kedua di Institut Pertanian Bogor yang memiliki karakteristik asal daerah yang beragam (TPB dalam Angka 2011, 2012, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap utama yaitu pra penelitian, penelitian, dan hasil penelitian. Dari ketiga tahap tersebut dilakukan dalam jangka waktu selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Juni 2014.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dengan pengisian kuesioner oleh responden yang berisi daftar pertanyaan, terdiri dari pertanyaan tertutup (closed ended question) dan pertanyaan terbuka (open ended question). Kuesioner penelitian disajikan pada Lampiran 2. Pencatatan data dilakukan dengan teknik recall yaitu mencatat pengeluaran untuk daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, dan susu sapi dengan mengingat kembali penyajian menu makanan selama satu bulan. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran karya-karya ilmiah, data-data yang dikeluarkan oleh TPB dalam Angka, Administrasi FEM IPB, Susenas Badan Pusat Statistik (BPS), dan Kementerian Pertanian.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor angkatan 2011. Hal ini dikarenakan mahasiswa angkatan 2011 memiliki aktivitas yang lebih padat di kampus dibandingkan mahasiswa angkatan lainnya. Distribusi jumlah responden berdasarkan mayor disajikan pada Tabel 3.

(44)

26

FEM yang terbagi menjadi lima mayor digunakan sebagai kriteria dasar untuk membagi populasi menjadi lima strata. Penentuan jumlah sampel yang diambil pada setiap strata dilakukan dengan alokasi yang berimbang dengan besarnya strata. Setiap strata memenuhi kriteria karakteristik pengelompokan jenis kelamin, status tempat tinggal, dan asal daerah sehingga terpilih jumlah responden sebanyak 122 responden.

Tabel 3 Distribusi jumlah responden berdasarkan mayor

Mayor / Program studi Jumlah responden (mahasiswa) Persentase (%)

Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan 24 19,67

Manajemen 31 25,41

Agribisnis 28 22,95

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 24 1967

Ekonomi Syariah 15 12,30

Total 122 100,00

Sumber: Data primer, diolah (2014)

4.4 Metode Pengelompokan Data

Pengelompokan mahasiswa FEM berdasarkan pendapatan per bulan terbagi menjadi tiga kelas. Pertama, mahasiswa kelas pendapatan I dengan jumlah pendapatan lebih kecil dari Rp 1.094.000 per bulan. Kedua, mahasiswa kelas pendapatan II dengan jumlah pendapatan sebesar Rp 1.094.000 – Rp 1.688.000 per bulan. Ketiga, mahasiswa kelas pendapatan III dengan jumlah pendapatan lebih besar dari Rp 1.688.000 per bulan.

(45)

27

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menerapkan model Almost Ideal Demand System (AIDS) dengan metode Seemingly Unrelated Regression (SUR) untuk mengetahui parameter yang mempengaruhi permintaan pangan asal ternak dan elastisitas permintaannya. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan software Microsoft Office Excel 2013, SAS (Statistical Analitical System) versi 9.3. Metode analisis data dijabarkan pada Tabel 4 berdasarkan tujuan penelitian.

Tabel 4 Matriks analisis data

No. Tujuan penelitian Analisis data

1 Menganalisis pola konsumsi pangan asal ternak pada konsumen mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor;

Analisis deskriptif dengan bantuan

Microsoft Office Excel 2013 dan SAS (Statistical Analitical System) versi 9.3.

2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pangan asal ternak pada mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor;

Analisis Almost Ideal Demand System

(AIDS) dengan bantuan SAS (Statistical Analitical System) versi 9.3.

3 Menganalisis tingkat elastisitas harga dan pengeluaran dari komoditas pangan asal ternak mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor.

Analisis Almost Ideal Demand System

(AIDS) dengan bantuan SAS (Statistical Analitical System) versi 9.3

4.5.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan proporsi pengeluaran berdasarkan data kualitatif, seperti data karakteristik responden (pendapatan per bulan, jenis kelamin, status tempat tinggal, dan asal daerah). Data kualitatif yang telah dikumpulkan kemudian ditabulasikan untuk mempermudah melakukan analisis tingkat konsumsi dan proporsi pengeluaran pangan asal ternak pada mahasiswa FEM. Pada analisis ini peneliti menggunakan bantuan komputer dengan software Microsoft Office Excel 2013 dan SAS (Statistical Analitical System) versi 9.3.

4.5.2 Analisis Almost Ideal Demand System (AIDS)

(46)

28

ini perilaku permintaan untuk suatu jenis komoditi dinyatakan dalam share atau proporsi pengeluaran untuk komoditi yang bersangkutan terhadap pendapatannya.

Secara spesifik fungsi proporsi pengeluaran model AIDS untuk daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, dan susu sapi pada penelitian ini adalah :

1. Fungsi proporsi pengeluaran untuk komoditas 1 (daging sapi)

2. Fungsi proporsi pengeluaran untuk komoditas 2 (daging ayam ras)

3. Fungsi proporsi pengeluaran untuk komoditas 3 (telur ayam ras)

4. Fungsi proporsi pengeluaran untuk komoditas 4 (susu sapi)

Keterangan :

Wi = share/proporsi pengeluaran komoditas ke-i terhadap total

pengeluaran untuk komoditas pangan asal ternak, dimana i=1,2,3,4. α, , dan = parameter regresi berturut-turut untuk intersep, total pengeluaran,

dan harga agregat dari masing-masing komoditas P1 = harga daging sapi (Rp/ kg)

P2 = harga daging ayam ras (Rp/ kg)

P3 = harga telur ayam ras (Rp/ kg)

P4 = harga susu sapi (Rp/ kg)

x/p = pengeluaran pangan asal ternak (Rp) dibagi oleh harga yang diperoleh dari indeks stone

d1 = dummy jenis kelamin (0= perempuan dan 1= laki-laki)

d2 = dummy status tempat tinggal (0 = kos/kontrak dan 1= rumah

orangtua/wali)

(47)

29 d4 = dummy kelas pendapatan (0= kelas pendapatan lainnya dan 1=

kelas pendapatan II)

d5 = dummy kelas pendapatan (0=kelas pendapatan lainnya dan 1=

kelas pendapatan III)

Indeks stone dicari dengan rumus : Log p* = Σ i log pi dimana p* adalah

Indeks Stone, Wi adalah proporsi pengeluaran komoditas pangan asal ternak ke-i

terhadap total pengeluaran untuk pangan asal ternak dan harga pi adalah harga

agregat dari kelompok komoditas i. Harga agregat dari masing-masing kelompok komoditas diperoleh sebagai rata-rata tertimbang dari harga masing-masing komoditas dalam kelompok yang bersangkutan.

Proporsi pengeluaran pangan asal ternak (ke-i) terhadap total pengeluaran per kapita per bulan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

i= p i...…...…... (19)

Keterangan:

Wi = proporsi pengeluaran per kapita per bulan untuk konsumsi pangan asal

ternak ke-i (%)

Vpxi = pengeluaran per kapita per bulan untuk konsumsi pangan asal ternak

ke-i (Rp)

V = total pengeluaran per kapita per bulan untuk konsumsi pangan asal ternak (Rp)

i = 1,2,3,4 (1=daging sapi, 2=daging ayam ras, 3=telur ayam ras, 4= susu sapi)

(48)

30

Pengujian parameter secara statistik menguji apakah persamaan matematis yang akan dipergunakan untuk meramalkan sudah cocok atau belum (goodness of fit test) atau menguji apakah setiap koefisien dari suatu variabel bebas dapat menunjukkan bahwa pengaruh variabel tersebut terhadap variabel tak bebas cukup nyata (significant) (Firdaus 2004). Pengujian statistik terhadap model AIDS dapat dilakukan dengan empat cara yaitu standard error estimated, koefisien determinan, uji statistik t, dan uji statistik F.

(1) Standard error estimated

Standard error of the estimate bertujuan untuk mengukur ketepatan model persamaan regresi yang dihasilkan dalam mengestimasi nilai variabel dependent dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square) (Sitepu dan Sinaga 2006). Parameter ini mengindikasikan pengaruh signifikan yang cukup tinggi dalam prediksi. Batasan dalam parameter statistik ini adalah 0 ampai dengan ∞. erforma model dikatakan ter aik jika mendekati nilai 0. Untuk mencari nilai Standard error of the estimate dapat digunakan formula berikut ini:

k=jumlah variabel bebas (independent) di dalam model regresi

(2) Koefisien Determinan

Menurut Sitepu dan Sinaga (2006), ukuran yang biasa digunakan untuk memeriksa seberapa dekat garis regresi yang terestimasi dengan data aktualnya adalah koefisien determinasi (coefficient of determination). Formula koefisien determinan, (R2) ditentukan dengan formula:

2=SS SS =

∑(̂- ̅)2

∑( - ̂ )2...……...…... (24)

(49)

31 variasi di dalam respon dijelaskan oleh model regresi. Jika nilai R2 = 0 yang berarti bahwa tidak ada variasi yang dijelaskan dalam model persamaan regresi. Pada kenyataannya nilai 0 < R2 < 1, dan nilai R2 harus diinterpretasi relatif terhadap nilai ekstrim 0 dan 1.

(3) Uji Statistik t

Menurut Sitepu dan Sinaga (2006), cara untuk mengetahui apakah secara individu independent variabel berbeda nyata dengan nol pada taraf tertentu tanpa melihat distribusi tabel-t adalah dengan menggunakan langsung nilai r > │t│ yang diha ilkan oleh SAS. Dengan kata lain, tingkat signifikansi masing-masing prediktor variabel dalam suatu model regresi linear berganda e uai dengan nilai yang ditampilkan oleh r > │t│. Signifikansi pada hasil estimasi terjadi jika r > │t│ lebih kecil dari α=10%.

(4) Uji Statistik F

Menurut Sitepu dan Sinaga (2006), uji statistik F digunakan untuk menguji secara keseluruhan koefisien regresi dalam menentukan dependent variabelnya. Penentuan apakah suatu model persamaan regresi secara statistik berbeda nyata dengan nol atau tidak dapat dilakukan dengan melihat langsung nilai probabiliti yang diberi label Pr > F oleh program SAS.

4.5.3 Analisis Elastisitas

Besaran elastisitas permintaan untuk harga dan pengeluaran dihitung dari rumus yang diturunkan dari fungsi permintaan (Deaton dan Muellbeaur 1980). Rumus perhitungan elastisitas adalah sebagai berikut :

a. la ti ita arga : eii= ii- i i i -1...…….….... (25)

. la ti ita Silang : eij= ij- i j i ; (i j)...……... (26)

c. la ti ita endapatan : i = 1 + i i ...……...….…... (27)

Keterangan :

(50)

32

ii = koefisien dugaan variabel harga agregat pangan asal ternak ke-i

terhadap share pengeluaran pangan asal ternak ke-i

i = koefisien dugaan variabel total pengeluaran pangan asal ternak ke-i

Wi = share/proporsi pengeluaran pangan asal ternak ke-i

eij = elastisitas harga silang pangan asal ternak ke-i terhadap pangan

asalternak ke-j

ij = koefisien dugaan variabel harga agregat pangan asal ternak ke-i

terhadap share pengeluaran pangan asal ternak ke-j Wj = share/proporsi pengeluaran pangan asal ternak ke-j

i = elastisitas pendapatan pangan asal ternak ke-i

(51)

33

V GAMBARAN UMUM

5.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor angkatan 48 yang mempunyai karakteristik yang beragam. Hal ini tentu berpengaruh pada pola konsumsi pangan asal ternak. Karakteristik mahasiswa yang diambil pada penelitian ini adalah jenis kelamin, status tempat tinggal, asal daerah, dan tingkat pendapatan.

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin mahasiswa mempengaruhi keputusan untuk mengonsumsi pangan asal ternak. Pada penelitian ini, mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 82 responden (67,21%) dan sebanyak 40 responden (32,79%) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai data jumlah mahasiswa FEM tahun 2014 secara keseluruhan yang menyatakan bahwa proporsi jumlah mahasiswa perempuan lebih besar dibandingkan mahasiswa laki-laki. Tabel 5 menunjukkan distribusi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 5 Distribusi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Jumlah responden (mahasiswa) Persentase (%)

Laki-laki 40 32,79

Perempuan 82 67,21

Total 122 100,00

Sumber: Data primer, diolah (2014)

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal

(52)

34

Tabel 6 Distribusi jumlah responden berdasarkan status tempat tinggal

Status tempat tinggal Jumlah responden (mahasiswa) Persentase (%)

Kos/kontrak 93 76,23

Rumah orangtua/ wali 29 23,77

Total 122 100,00

Sumber: Data primer, diolah (2014)

Tabel 6 menyajikan distribusi jumlah responden berdasarkan status tempat tinggal. Sebanyak 93 responden (76,23%) tinggal di rumah kos atau kontrakan dan sebesar 29 responden (23,77%) tinggal di rumah orangtua atau wali. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas mahasiswa FEM tinggal di rumah kos atau kontrakan.

5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah

Asal daerah mahasiswa mempengaruhi pola konsumsi makanan. Mahasiswa yang berasal dari luar daerah cenderung mengalami perubahan pola makan. Proporsi terbesar mahasiswa dalam penelitian ini berasal dari daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Mahasiswa dalam penelitian ini tidak hanya berasal dari Pulau Jawa, tetapi juga berasal dari daerah lain yang ada di luar Pulau Jawa. Kriteria asal daerah responden ditentukan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia.

Tabel 7 Distribusi jumlah responden berdasarkan asal daerah

Asal daerah Jumlah responden (mahasiswa) Persentase (%)

Perkotaan 106 86,89

Pedesaan 16 13,11

Total 122 100,00

Sumber: Data primer, diolah (2014)

Tabel 7 menyajikan distribusi jumlah responden berdasarkan asal daerah. Sebanyak 106 responden (86,89%) berasal dari perkotaan dan sebanyak 16 responden (13,11%) berasal dari pedesaan. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas mahasiswa FEM berasal dari perkotaan.

5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

(53)

35 responden per bulan cenderung mempengaruhi perbedaan konsumsi pangan atau kebutuhan lainnya. Jumlah pendapatan yang terlalu kecil menyebabkan mahasiswa FEM membatasi konsumsi pangan asal ternak. Rata-rata pendapatan mahasiswa FEM sebesar Rp 1.390.934 per bulan.

Tabel 8 Distribusi jumlah responden berdasarkan tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan per bulan Jumlah responden (mahasiswa) Persentase (%)

≤ Rp 1.094.000 39 31,97

Rp 1.094.000 - Rp 1.688.000 59 48,36

≥ Rp 1.688.000 24 19,67

Total 122 100,00

Sumber: Data primer, diolah (2014)

Tabel 8 menyajikan distribusi jumlah responden berdasarkan tiga kelas pendapatan. Pertama, mahasiswa kelas pendapatan I dengan jumlah pendapatan lebih kecil dari Rp 1.094.000 per bulan yaitu sebanyak 39 responden (31,97%). Kedua, mahasiswa kelas pendapatan II dengan jumlah pendapatan sebesar Rp 1.094.000 – Rp 1.688.000 per bulan yaitu sebanyak 59 responden (48,36%). Ketiga, mahasiswa kelas pendapatan III dengan jumlah pendapatan lebih besar dari Rp 1.688.000 per bulan yaitu sebanyak 24 responden (19,67%). Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas mahasiswa FEM merupakan mahasiswa kelas pendapatan II.

5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan

Pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan adalah jumlah uang yang dialokasikan dari total pendapatan mahasiswa selama satu bulan untuk keperluan konsumsi bahan makanan. Pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan tidak terlalu beragam dikarenakan sebagian besar mahasiswa membeli bahan makanan di wilayah kampus dengan kisaran harga bahan makanan yang tidak terlalu beragam.

(54)

36

1.000.000. Sebanyak 44 responden (36,07%) mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi bahan makanan kurang dari Rp 500.000. Sebanyak lima responden (4,10%) mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi bahan makanan diantara Rp 1.000.000-Rp 1.500.000 dan sisanya satu responden (0,82%) mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi bahan makanan diantara lebih dari Rp 1.500.000.

Tabel 9 Distribusi jumlah responden berdasarkan pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan

Jumlah pengeluaran untuk konsumsi

bahan makanan per bulan Jumlah responden (mahasiswa) Persentase (%)

< Rp 500.000 44 36,07

5.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pangan Hewani yang Paling Sering Dikonsumsi

Data pada Tabel 10 memberikan informasi mengenai jenis pangan hewani yang paling sering dikonsumsi mahasiswa FEM. Informasi ini digunakan sebagai data pendukung untuk mendeskripsikan proporsi pengeluaran pangan asal ternak pada bab pembahasan.

Tabel 10 Distribusi jumlah responden berdasarkan jenis pangan hewani yang paling sering di konsumsi

Jenis pangan hewani Jumlah responden (mahasiswa) Persentase (%)

Daging sapi 1 0,82

Gambar

Tabel 1  Sasaran skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Tabel 2  Distribusi jumlah mahasiswa program sarjana Institut Pertanian Bogor
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir
Tabel 3  Distribusi jumlah responden berdasarkan mayor
+7

Referensi

Dokumen terkait