• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH DAN ASAL-USUL SI RAJA LONTUNG

8. Nan Tinjo

2.15.1 Pernikahan Saribu Raja dengan Siboru Pareme

27

, harapan orang tuanya kemudian tertumpu pada Saribu Raja. Saribu Raja merupakan putera kedua dari Guru Tatea bulan yang lahir kembar dampit dengan Siboru Pareme. Sebagai anak yang terlahir kembar, dapat dimaklumi hubungan keduanya sangat dekat. Biasanya, untuk menjaga hal-hal yang tidak dikehendaki, anak yang terlahir kembar dampit selalu dipisahkan sejak dini. Akan tetapi, hal tersebut tidak

57

dilakukan pada keduanya. Mereka tumbuh dan besar secara bersama-sama dan hal ini menyebabkan hubungan keduanya terjalin dengan begitu akrab.

Dari segi kedigdayaan dan ketampanan, sebenarnya Saribu Raja memiliki syarat yang mencukupi untuk menggantikan ayahandanya Tatea Bulan. Juga, ketekunannya mempelajari hadatuon (ilmu perdukunan) menyebabkan Saribu Raja diyakini akan dapat memimpin adiknya mengembalikan masa kejayaan nenek moyangnya kelak. Hanya saja, ada sesuatu yang kurang berkenan di hati orang tuanya, yaitu hubungannya yang terlalu dekat dengan adiknya Siboru Pareme. Siboru Pareme menggoda abangnya sendiri sehingga apa yang tidak diharapkan pun terjadi. Menurut Sutan Habiaran28 Siboru Pareme tercium minyak sinyongnyong (dorma) Saribu Raja, yang menyebabkan dirinya jatuh cinta pada abangnya. Hal ini mengakibatkan mereka berdua mengadakan hubungan tercela yaitu perkawinan sedarah (marsumbang, incest) di gubuk ladang milik keluarganya pada saat Siboru Pareme mengantarkan nasi untuk Saribu Raja.29

Namun menurut Marsius Sitohang, hal itu juga disebabkan karena jumlah manusia masih terbatas pada saat itu di dunia.30

28

Sutan Habiaran seorang penulis buku dengan judul Kisah Tuan Saribu Raja dan Si Boru Pareme, yang diterbitkan di Medan pada tahun 1994.

29

Lihat W. M Hutagalung (199:36). 30

Hasil Wawancara dengan Marsius Sitohang pada tanggal 16 Februari 2015. Marsius Sitohang adalah seorang dosen praktik Gondang Sabangunan dan Uning-uningan di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Apapun penyebabnya, hubungan terlarang itu telah terjadi. Jelaslah bahwa hubungan cinta yang dapat menjurus ke perbuatan tercela (kawin sumbang) antara dua anak kembar dampit dapat saja terjadi tanpa minyak sinyongnyong, seperti yang dilansir oleh Sutan Habiaran. Hubungan seperti ini umumnya terjadi karena kedekatan kedua anak yang berbeda

jenis kelamin tersebut. Lama-kelamaan, kedekatan ini berkembang begitu dalam hingga menghapus rasa malu yang timbul karena melanggar aturan-aturan adat yang telah digariskan para leluhur. Kejadian seperti ini terjadi antara Saribu Raja dan Siboru Pareme. Akibat perbuatan tercela tersebut, Siboru Pareme kemudian berbadan dua. Hal ini menyebabkan orangtua beserta ketiga adik laki-laki Saribu Raja lainnya yaitu Limbong, Sagala dan Malauraja sangat marah. Bagi pelaku seperti ini hukumannnya adalah membunuh Saribu Raja dan membuang Siboru pareme ke hutan belantara (tombak longolongo).31

Gambar: Hutan Belantara (tombak longolongo)

Gambar-4: Tombak longolongo (Hutan Belantara) di Desa Sabulan Dokumentasi Blessta Hutagaol 2015.

31

59

Akan tetapi, membunuh Saribu Raja bukanlah urusan mudah. Selain karena mereka masih terikat oleh hubungan darah, kedigdayaan Saribu Raja juga perlu diperhitungkan. Saribu Raja sadar akan kesalahannya. Melakukan perlawanan tentu saja bukanlah tindakan yang bijaksana. Satu-satunya jalan ialah melarikan diri dan menjauh dari amarah saudara-saudaranya. Sebelum melarikan diri, Saribu Raja membenahi barang-barang pusaka yang menjadi milik keluarganya yaitu: emas, gong dan cincin.32 Kemudian semuanya dimasukkan kedalam sebuah liang batu yang disebut dengan Batu Hobon.

32

Lihat W. M Hutagalung (1991:37).

Gambar-5: Batu Hobon

Dokumentasi Blessta C. Hutagaol 2015.

Akibatnya Saribu Raja dan Siboru Pareme mulai ketakutan sehingga merencanakan sebuah misi untuk keselamatan mereka. Saribu Raja sembunyi ke dolok Pusuk Buhit yang sekarang bernama Pariksabungan. Disana Saribu Raja mengajari Siboru pareme agar membawa sekam untuk menjatuhkan sedikit demi sedikit di jalan tempat pembuangannya agar Saribu Raja dapat menemukan tempat dimana Siboru Pareme dibuang.33

Jadi berangkatlah saudara-saudaranya mengantarkan Siboru Pareme ke hutn belantara dengan berjalan kaki. Mereka berangkat pada waktu malam agar tak seorangpun melihat keberangkatan mereka. Dan juga supaya Siboru Pareme Sebetulnya, hilangnya barang pusaka Tatea Bulan inilah yang mendorong ketiga bersaudara itu mengucilkan Siboru Pareme ke hutan belantara. Mereka mengharapkan bahwa suatu saat Saribu Raja akan datang untuk menjenguknya. Mereka sepakat menangkap Saribu Raja untuk ditanyakan tentang keberadaan barang-barang pusaka keluarga tersebut. Akan tetapi, Saribu Raja telah lebih dulu raib bagaikan ditelan bumi. Menghilangnya Saribu Raja mendorong saudara-saudaranya untuk mengucilkan Siboru Pareme untuk dibuang ke hutan belantara. Motif pengucilan ini sebenarnya adalah untuk menangkap Saribu Raja. Tidak sedikit pun terlintas dalam benak mereka untuk membuang Siboru Pareme karena bagaimanapun Siboru Pareme adalah saudara mereka juga. Itulah sebabnya mengapa Siboru Pareme hanya dimodali sedikit makanan dan sebilah pisau kecil. Juga, sebuah gubuk telah didirikan sebelumnya sebagai tempat tinggalnya.

61

tidak mengetahui jalan untuk pulang kembali ke kampungnya. Namun ternyata Siboru Pareme melakukan rencana yang telah diajarkan Saribu Raja kepadanya. Yaitu menjatuhkan beberapa sekam (sobuon) sedikit demi sedikit dalam perjalanannya menuju hutan belantara supaya Saribu Raja dapat menemukan tempat pembuangan Siboru Pareme tersebut.

Setelah sampai di hutan belantara, saudara-saudaranya menempatkan Siboru Pareme pada sebuah gubuk tempat peristirahatan Siboru Pareme nantinya. Setelah itu saudara-saudaranya pun meninggalkan Siboru Pareme disitu. Dalam perjalanan pulang, saudara-saudaranya bersumpah (marbulan) disitu. Bahwa mereka tidak akan memberitahu kepada siapapun dimana tempat Siboru pareme dibuang. Bulanlah yang menjadi saksi dalam sumpah mereka pada saat itu. Itulah alasannya sehingga tempat itu disebut dengan Sabulan.34

Gambar-6: Desa Sabulan

Dokumentasi Blessta C. Hutagaol 2015.

Dari kisah inilah lahir pemeo: Dengke ni Sabulan, tu tonggi na, tu tabo na; si ose padan tu ripur na, tu mago na. Artinya, orang yang mengingkari janji akan hancur-lebur.

Sebulan kemudian datanglah Saribu Raja ke hutan belantara tempat pembuangan dengan mengikuti sekam yang dijatuhkan oleh Siboru Pareme dalam

34

Lihat W. M Hutagalung (1991:38).

keadaan menangis tersedu-sedu karena persediaan makanan mereka telah habis. Sehingga mereka memutuskan untuk pindah dari tempat tersebut dan mendirikan sebuah gubuk di tempat mereka yang baru. Namun dalam perjalanan, mereka bertemu dengan Harimau (babiat sitelpang) yang meminta bantuan kepada mereka untuk mengeluarkan sebuah tulang yang tersangkut di kerongkongannya. Sehingga membuat hubungan mereka dengan harimau tersebut menjadi akrab dan sangat baik terhadap mereka. Bukti balas budi harimu tersebut adalah dengan membawa daging hasil buruannya untuk menjadi persediaan makanan Saribu raja dan Siboru Pareme selama di hutan itu. Diantara Saribu Raja dan harimau tersebut disepakatilah sebuah janji. Mereka bersumpah (sabulan) untuk tidak saling menyakiti antara keturunan Saribu Raja dengan harimau tersebut.35

Setelah sebulan kemudian lahirlah anak Siboru Pareme yang diberi nama Si Raja Lontung di sebuah tempat yang bernama Banua Raja.

2. 15. 2 Lahirnya Si Raja Lontung dengan Si Raja Borbor

36

Gambar-7: Banuaraja

Dokumentasi Blessta Hutagaol 2015.

Keterangan: Banua Raja terdapat di balik gunung tersebut.

Harimau itu juga turut serta dalam membantu Siboru Pareme dalam membesarkan anak tersebut. Di hutan belantara itulah, dari kecil hingga dewasa, Si Raja Lontung dibesarkan alam, dilatih menaklukkan hutan oleh Ibundanya Siboru Pareme dan Harimau itulah yang menjadi sahabatnya. Saribu Raja

63

memiliki sifat yang suka mengembara dan tak ingin hanya berdiam lama-lama pada satu tempat. Melihat keadaan itu Saribu Raja yakin untuk meninggalkan Siboru Pareme bersama harimau tersebut untuk membesarkan anaknya yaitu Si Raja Lontung. Sebelum pergi, Saribu Raja juga sempat memberikan sebuah cincin kepada Siboru Pareme agar diberikan kelak setelah Si Raja Lontung tumbuh dewasa.37

Saribu Raja pergi mengembara ke sebuah tempat yang dikelilingi oleh hutan belantara. Disana dia bertemu dengan Nai Mangiring laut yang kemudian dijadikannya sebagai isterinya. Saribu Raja dan Nai Mangiring Laut memiliki keturunan yaitu seorang anak yang bernama Raja Borbor.

Menurut W.M Hutagalung (1991:44) anak Saribu Raja ada tiga orang. Yang ketiga lahir dari Babiat (Harimau). Namun tidak dijelaskan ibunya dari mana. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini:

Mangihuthon baritana adong do tolu anak ni Saribu Raja. Ia na patoluhon digoari do tubu ni Babiat.

Artinya: Berdasarkan cerita ada tiga orang anak Saribu Raja. Yang ketiga tersebut lahir dari Babiat (Harimau)

Bagan-4: Isteri dan Anak Saribu Raja

Sumber: W.M Hutagalung (1991:44)

37

Lihat W. M Hutagalung (1991:39) SARIBU RAJA

INA I (SIBORU PAREME) RAJA LONTUNG

INA II (NAI MANGIRING LAUT) RAJA BORBOR

INA III (?) BABIAT

2. 15. 3 Pernikahan Si Raja Lontung dengan Siboru Pareme

Si Raja Lontung menjalani kehidupan yang bahagia bersama ibunya yaitu Siboru Pareme. Setelah dewasa, Si Raja Lontung ingin mencari pasangan hidup. Dia ingin mencari paribannya, putri dari Pamannya (putri dari Saudara laki-laki ibunya), untuk dijadikan istri, atau parsinonduk bolon. Siboru Pareme takut menunjukkan keberadaan dari keluarga yang sebenarnya yang pernah diusir oleh Ibotonya (saudaranya). Akhirnya Siboru Pareme mencari akal, dia menyuruh anaknya Si Raja Lottung ke sebuah permandian, yang sekarang dikenal dengan Aek sipitu dai (tujuh rasa), (dulu tempat pemandian boru pareme).

Gambar -8: Aek Sipitu Dai Dokumentasi Blessta C. Hutagaol 2015

65

seperti ibumu ini, tegurlah dia, sampaikanlah pesanku ini lalu pasangkanlah cincin ini ke jarinya (sambil memberikan cincinnya). Bila cincin ini cocok di jarinya, itulah paribanmu atau anak dari pamanmu, lalu ajak dan bawa lah dia ke sini”. Begitulah pesan dari Siboru Pareme.38

Maka berangkatlah Si Raja Lontung menuju ke Aek Sipitudai tersebut. Namun tanpa sepengetahuan Si Raja Lontung, ibunya pun langsung pergi mendahului Si Raja Lotung ke Aek Sipitudai dengan melintasi jalan lain. Dengan waktu yang sudah diatur, sampailah ibunya terlebih dahulu ke Aek Sipitudai tersebut dan mandi sembil menunggu datangnya Si Raja Lontung yang kini sudah menjadi pria dewasa. Sampai di pancuran Aek Sipitudai, Si Raja Lontung sontak heran melihat gadis persis seperti ibunya. Si Raja Lontung mendekati perempuan yang sedang mandi itu. Ditemuinyalah perempuan tersebut dan ditegurnya, seperti pesan ibunya Siborupareme, Perempuan yang sedang mandi itu (tidak lain adalah ibu kandung si Raja Lottung sendiri), Siboru Pareme memang terlihat cantik dan tidak terlihat seperti ibu-ibu pada saat mereka berjumpa disitu. Dia melakukan semua yang disampaikan oleh ibunya sebelumnya dan semuanya cocok dengan yang diisyaratkan oleh ibunya sebelumnya. Lalu, dipasangkanlah cincin yang dibawanya pada tangan perempuan itu. Perempuan itu lantas dibawa oleh Si Raja Lontung dan dijadikannya menjadi istri.39

Kalau pun akhirnya Siboru Pareme mengambil keputusan yang bertolak belakang dengan adat-kebiasaan manusia dengan menikahi anaknya sendiri, hal

38

Berdasarkan tulisan dalam Muara Nauli blog

yaitu Diakses tanggal 29 April 2015.

39

Berdasarkan hasil Wawancara dengan Marsius Sitohang pada tanggal 19 Maret2015.

itu merupakan pemikiran yang dilatarbelakangi oleh keadaan mereka pada saat itu yang amat sulit yaitu diasingkan oleh saudara-saudaranya di sebuah hutan belantara karena melakukan tindak sumbang hingga mengandung Si Raja Lontung. Pertimbangannya ialah karena anak tunggalnya tersebut telah dipelihara dengan taruhan nyawa. Siboru Pareme tak ingin anaknya itu dibiarkan dalam kesendirian hingga mate punu (mati tanpa keturunan) Siboru Pareme mengadu kepada Mulajadi Nabolon. Dia bertekad bahwa dirinya tidak akan membiarkan anaknya hidup sebatang kara dan mati tanpa meninggalkan keturunan, sekalipun untuk itu harus dia bayar dengan harga yang sangat mahal. Jalan pemikiran inilah yang mendorong Siboru Pareme untuk memperdaya anaknya dengan menyuruhnya pergi untuk menemui pariban-nya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Desa yaitu Bapak Rajo Sinaga40, setelah berumahtangga dengan Si Raja Lontung, akhirnya Siboru Pareme pun mengungkapkan rahasia yang selama ini disimpannya. Bahwa yang dinikahi oleh Si Raja Lontung adalah ibu kandungnya sendiri yaitu Siboru Pareme. Sehingga merekapun bersumpah (marsabulan) untuk tidak mengungkit lagi rahasia tentang Si Raja Lontung yang mendapat pesan ibunya untuk menikahi paribannya namun ternyata jadi menikahi ibu kandungnya sendiri yaitu Si Boru Pareme. Tempat mereka ketika melakukan sumpah itu adalah tepatnya dihadapan sebuah batu di Desa Sabulan Kecamatan Sititotio Kabupaten Samosir yang kini disebut sebagai Batu Parpadanan (Perjanjian) Siboru Pareme dengan Si Raja Lontung.

67

Gambar-9: Batu Parpadanan Siboru Pareme dengan Si Raja Lontung. Dokumentasi Blessta C. Hutagaol 2015.

Begitulah silsilah Siboru Pareme yang telah menikah dengan saudaranya sendiri (ibotonya) dan selanjutnya dengan terpaksa harus dinikahi oleh anaknya sendiri Si Raja Lottung.

2. 15.4 Keturunan Si Raja Lontung

Hasil dari perkawinan mereka lahirlah anak-anak dari Si Raja Lottung yang dikenal dengan “Lontung Si Sia Sada Ina”. Lontung Si Sia Sada Ina, memiliki pengertian yang sangat mendalam, yaitu sembilan (sia) orang bersaudara yang memiliki satu ibu (marinahon) bernama Si Boru Pareme. Kesembilan orang yang dimaksud adalah: terdiri dari delapan orang (7 putra dan 1 putri = 8 orang) anak dari Siboru Pareme dari suaminya Si Raja Lontung, ditambah Si Raja Lontung itu sendiri yang juga anaknya dari suaminya Saribu Raja (ibotonya), semuanya menjadi sembilan orang dari seorang ibu yang bernama Siboru pareme.

Ketujuh putra dari Si Raja Lottung tersebut adalah: Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang dan Siregar.

Putri dari Si Raja Lottung, pernah kawin 2 (dua) kali, yang pertama dengan marga Sihombing dan disebut dengan Si Boru Anak Pandan, dan kemudian kawin lagi dengan marga Simamora karena suami pertamanya meninggal dunia, dan disebutlah dia dengan nama atau gelar baru yaitu Si Boru Panggabean (dia gabe atau terberkati setelah menikah lagi).41

1. Sinaga

Demikian juga tertulis dalam buku Peraturan Kepala Desa Sabulan Nomor 01 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa) Desa Sabulan 2012 pada bab II bagian sejarah desa. Putri Si Raja Lontung dijelaskan seperti berikut ini:

Desa Sabulan adalah desa yang sangat bersejarah bagi seluruh orang Batak secara khusus bagi keturunan (pomparan) Op. Siboru Pareme dan Op. Siraja Lontung yaitu: 7 orang putera dan 1 putri. Keturunannya terdiri dari: 2. Situmorang 3. Pandiangan 4. Nainggolan 5. Simatupang 6. Aritonang 7. Siregar

8. Siboru Anak Pandan

Jadi keturunan dari Si Raja Lontung dapat dijelaskan menurut tabel dibawah ini.

69

Bagan-5: Keturunan Si Raja Lontung

Sumber: W. M. Hutagalung (1991:63)

2. 15. 5 Sekilas tentang marga keturunan Lontung

Ketujuh putra dari Si Raja Lottung tersebut adalah: Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang dan Siregar dan seorang Puterinya yang bernama Siboru Anak Pandan dan setelah menikah kedua kalinya namanya menjadi Siboru Panggabean.

1. Toga Sinaga.Sampai sekarang masih ada perbedaan pendapat tentang anak tertua Si Raja Lontung, apakah Toga Sinaga atau Tuan Situmorang. Sebagian orang mengatakan bahwa Toga Sinagalah yang tertua, tetapi Tuan Situmorang lebih dahulu menikah, sedangkan Toga Sinaga belum juga. Karena belum mendapat wanita untuk isterinya, Sinaga berkata kepada Situmorang supaya dijodohkan (dipadomu-domu) dengan adik LONTUNG TUAN SITUMORANG TOGA SINAGA TOGA PANDIANGAN TOGA NAINGGOLAN SIMATUPANG ARITONANG SIREGAR

SI BORU ANAK PANDAN/ SIBORU PANGGABEAN

isterinya. Situmorang menyetujui permintaan Sinaga namun dengan syarat Sinaga harus memanggil abang kepada Situmorang. Jadilah Sinaga kawin dengan adik isteri (adik ipar) Situmorang, dan oleh karena itulah antara Sinaga dan Situmorang saling memanggil abang pada acara-acara tertentu.42

Sinaga memiliki tiga orang anak yaitu Ompu (sapaan untuk leluhur) Raja Bonar, Ompu Ratus dan Sagiulubalang. Ompu Raja Bonar mempunyai tiga orang anak, salh satunya bernama Raja Pande, Selanjutnya, Raja Pande mempunyai anak yang bernama Palti Raja. Kerap kali Toga Sinaga disebut juga dengan Ompu Palti Raja. Dari Sinaga lahir marga-marga cabang yaitu Simanjorang, Simandalahi dan Barutu.

2. Tuan Situmorang.Tuan Situmorang keturunannya bermarga Situmorang. Tuan Situmorang adalah anak yang pintar, cerdas, pemberani, disayangi ayahandanya Si Raja Lontung karena kelahiran Situmorang memberi pencerahan bagi kehidupan di keluarga Si Raja Lontung pada saat itu. Atas dasar itulah maka Si Raja Lontung memberi nama anaknya Tumorang artinya terang (Ompu Tuan Situmorang). Ia memiliki dua orang anak yang bernama Panopa Raja dan Ompu Pangaribuan. Dari keturunan Situmorang lahir marga-marga cabang Lumbanpande, Lumban Nahor, Suhutnihuta, Siringoringo, Sitohang, Rumapea, Padang, dan Solin.

3. Toga Pandiangan.Toga Pandiangan merupakan anak ketiga dari Si Raja Lontung. Sesuai dengan tulisan W.M Hutagalung (1991:86) Pandiangan

71

bermukim di kampung Pandiangan, Palipi, Pulau Samosir. Anaknya hanya satu yaitu bernama Guru Mombangpilian atau disebut juga Datu Ronggur. Dari keturunan Pandiangan lahir marga-marga cabang yaitu Samosir, Gultom, Pakpahan, Sidari, Sitinjak dan Harianja.

4. Toga Nainggolan.Anak dari Toga Nainggolan ada dua yaitu Rumahombar dan Si Batu. Tempat pemukimannya di Nainggolan Pulau samosir.43

5. Simatupang.Simatupang memiliki tiga orang anak yaitu bernama Togatorop, Sianturi dan Siburian. Mereka bermukim di Pulau Sibandang. 6. Aritonang.Aritonang memiliki tiga orang anak yang bernama Ompu

Sunggu, Raja Gukguk dan Simaremare.

7. Siregar. Mulanya Siregar bertempat tinggal di Aeknalas, Sigaol. Kemudian berpencar dan bermukim di Muara. Ditempat ini dia memiliki keturnan yaitu empat orang anak yang bernama Silo, Dongoran, Silali, dan Siagian.

8. Siboru Anak Pandan. Putri satu-satunya Si Raja Lontung ini pertama kali menikah dengan marga Sihombing. Namun Sihombing meninggal dunia. Sehingga Siboru Anak Pandan melakukan pernikahan kedua kalinya dengan marga Simamora. Sehingga mulai sejak itu namanya pun berubah menjadi Siboru Panggabean. Artinya dia gabe (mendapat berkat) setelah menikah lagi. Sihombing dan Simamora dilahirkan dari Toga Sumba atau dari keturunan Raja Isumbaon.44

43

Lihat W.M hutagalung (1991:99). 44

Lihat Vergouwen (1986:17).