• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung Yang Disajikan Oleh Marsius Sitohang Dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung Yang Disajikan Oleh Marsius Sitohang Dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

160

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Erwandi Manik.

Usia : 32 tahun.

Pekerjaan : Kepala Seksi Pemerintahan Kantor Camat Sitiotio.

Alamat : Desa Cinta Maju.

2. Nama : Rammes Situmorang.

Usia : 42 tahun.

Pekerjaan : Aparat Desa.

Alamat : Sabulan, Lumban Nahor.

3. Nama : Panal Sinaga.

Usia : 38 tahun.

Pekerjaan : Aparat Desa.

Alamat : Sabulan, Tapian Nauli.

4. Nama : Gomgom Situmorang.

Usia : 43 tahun.

Pekerjaan : Aparat Desa.

Alamat : Sabulan, Sihurung-hurung.

5. Nama : Rajo Sinaga.

Usia : 52 tahun.

Pekerjaan : Sekretaris Desa.

Alamat : Sabulan, Sitatahu.

(2)

6.Nama : Marsius Sitohang.

Umur : 59 tahun.

Pekerjaan :Pemusik tradisional Batak Toba dan Dosen luar biasa di

Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, USU.

Alamat :Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

7. Nama : Berlian Limbong.

Usia : 68 tahun.

Pekerjaan : Pensiunan TNI AD.

(3)

159 Sumber Internet:

Htttps://sinaga17.wordpress.com/2013/09/10/asal-usul-kelahiran-sinaga/.

kbbi.web.id

(4)

BAB III

ANALISIS SEMIOTIK TEKS ENDE TAROMBO SI RAJA LONTUNG

Penulis menggunakan teori semiotika untuk menjelaskan tentang isi

daripada teks Ende Tarombo Si Raja Lontung yang disajikan oleh Marsius

Sitohang dan Trio Lasidos. Sebelum membahas pokok permasalahan, terlebih

dahulu akan diuraikan teori yang digunakan sebagai kerangka berpikir dalam

menganalisis teks Ende Tarombo Si Raja Lontung.Seperti yang telah dijelaskan

dalam BAB IHalaman 12, bahwa teori semiotika menurut Roland Barthes

(1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2

tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat

pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas,

menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat

pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya

beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti (Yusita

Kusumarini,2006).

Sebagaimana halnya memberi makna pada puisi, maka mencari makna

pada teks nyanyian juga merupakan rangkaian bahasa puitis terikat maupun bebas

yang dilagukan. Maksudnya mencari tanda-tanda yang memungkinkan timbulnya

(5)

79

tanda-tanda (pursuit of signs) sebagaimana dikemukakan oleh Jonathan Culler

dalam bukunya The Pursuit of Signs (1981).46

Karena itu, teks nyanyian sebagaimana halnya teks puisi dan sajak dapat

dipandang dari dua sisi, yakni sisi arti (meaning) dan sisi makna (significance).

Berdasarkan sisi arti, teks tersebut dapat dilihat sebagai suatu rangkaian satuan

in-formasi yang berturut-turut, sedangkan berdasarkan sisi makna, teks tersebut

menyajikan satu satuan semantik (makna tanda-tanda). Dengan kata lain,

bersamaan dengan arti yang tersurat ada makna yang tersirat, menyatakan sesuatu

hal dan berarti hal yang lain, atau menyatakan sesuatu hal secara tak langsung.47

6. Isi teks yaitu mencakup hal-hal yang disampaikan melalui teks.

Selain itu juga akan dibahas mengenai analisis tekstual yaitu menyelidiki

teks lagu,yang difokuskan pada masalah isi dan penggarapannya. Menyangkut

aspek tekstual unsur yang diselidiki meliputi:

7. Gaya bahasa.

8. Makna teks.

9. Pemilihan teks.

10.Kaitan teks dengan melodi (teknik silabis atau melismatis).

3.1. Sampel transkripsi Ende Tarombo Si Raja Lontung

Sebagaimana telah disebutkan pada BAB I, ada dua komposisi Ende

Tarombo Si Raja Lontung yang akan ditranskripsi dan di analisis. Alasan

46

Torang Naiborhu, “Ende-ende Merkemenjen: Nyanyian Ratap Penyadap Kemenyan Di Hutan Rimba Pakpak-Dairi, Sumatera Utara’’. (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2004), 98.

47

Ibid. p. 99

(6)

pemilihan keda komposisi ini ialah atas saran dari dosen pembimbing, kemudian

disetujui oleh penulis, terutama setelah dipertimbangkan bahwa dengan

mentranskripsi dan menganalisis dua komposisi Ende Tarombo Si Raja Lontung

akan terlihat berbagai aspek yang dapat dijadikan sebagai dasar bangunan melodi

dan tekstual dari komposisi nyanyian ini, yang memungkinkan para pembaca

dapat lebih mengenali ciri-ciri musikalnya. Alasan yang kedua, bahwa ibaratnya

music is travel. Maksudnya musik itu seperti sebuah perjalanan. Dari waktu ke

waktu musik itu ‘berjalan’ dan berkembang. Baik itu perkembangan teks maupun

melodinya. Hal ini disebabkan karena Ende Tarombo Si Raja Lontung ini

tergolong jenis folk music.48Sebuah nyanyian rakyat haruslah diterima atau nyanyian itu akan dilupakan dan punah. Namun ada alternatif lain. Jika nyanyian

itu tidak diterima oleh audiencenya, nyanyian itu mungkin dirubah untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat yang menggunakan dan

mendengarnya. Karena di sana tidak terdapat versi standard yang tertulis yang

dapat diacu oleh masyarakat, khususnya pada mayoritas kebudayaan musik rakyat

atau musik kota (tribal), maka perubahan yang dilakukan dari tahun ke tahun

cenderung menjadi bagian integral nyanyian tersebut. Adapun dua komposisi

Ende Tarombo Si Raja Lontung yang ditranskripsikan secara berturut adalah

sebagai berikut.

48

(7)

81

1. Ende Tarombo Si Raja Lontung yang disajikan oleh Marsius Sitohang. Beliau merupakan seorang dosen di Departemen Etnomusikologi Fakultas

Ilmu Budaya USU sejak tahun 1987 sampai sekarang. Beliau mengajar

mata kuliah praktik Uning-uningan Toba dan praktek Gondang

Sabangunan. Berbekal pengalamannya pernah aktif dalam kelompok

Opera Serindo pimpinan Tilhang Gultom sehingga pengetahuannya cukup

luas tentang beberapa Ende Tarombo pada masyarakat Batak Toba. Salah

satunya adalah Ende Tarombo Si Raja Lontung. Ende ini kerap disajikan

oleh beliau pada acara Opera Batak49

2. Ende Tarombo Si Raja Lontung yang disajikan oleh Trio Lasidos. kala itu. Pertimbangan tersebutlah

yang menjadi alasan penulis untuk memilih Marsius Sitohang sebagai

salah satu sampel dalam penyajian Ende Tarombo Si Raja Lontung pada

penulisan karya ilmiah ini.

Trio Lasidos merupakan salah satu Trio Batak dengan nama-nama

personilnya yaitu: Hilman Padang, Bunthora Situmorang dan Jack

Marpaung. Ende Tarombo Si Raja Lontung disajikan dalam bentuk

komersil pada Album Si Raja Batak. Di dalam album tersebut terdapat

penyajian ende ini namun dengan judul Raja Lottung.

49

Opera batak adalah satu kelompok seni tradisional Batak Toba yang mempertunjukkan cerita-cerita tradisional Batak Toba, yang menggambarkan kehidupan masyarakat Batak toba dimana penyajiannya digabung dengan nyanyian, instrumental, dan tarian Batak (tortor). Pada mulanya salah satu kelompok seni tersebut bernama Tilhang Parhasapi yang didirikan oleh Tilhang Gultom pada tahun 1925 (Marbun dan Hutapea 1987: 116).

(8)

Judul VCD : Tarombo Marga-Marga

Penyanyi : Trio Lasidos (Hilman Padang, Bunthora

Situmorang, Jack Marpaung).

Tahun : 2011

Musik : Andolyn Sibuea

Penata Vokal : Tigor Marpaung

Penanggung jawab : Bunthora Situmorang

Produser : Muchtar Simanjuntak

Produksi : Wahana Records

Gambar-10: Cover Ende Tarombo Si Raja Lontung dalam bentuk

(9)

83

3.2 Analisis Semiotik Teks Ende Tarombo Si Raja Lontung Yang Disajikan oleh Marsius Sitohang

Sebelum menganalisis bagaimana makna dan struktur dari teks Ende

Tarombo Si Raja Lontung, penulis lebih dahulu akan menuliskan teks dari

nyanyian tersebut. Berikut merupakan isi teks yang disajikan oleh Marsius

Sitohang yang penulis terjemahkan ke dalambahasa Indonesia dan

menyesuaikannya berdasarkan Buku Kamus Bahasa Batak-Indonesia. Dalam teks

Ende Tarombo Si Raja Lontung ini, ditemukan pula kata-kata yang pengertiannya

tergantung atau terikat kepada kata-kata atau kalimat sebelum dan sesudahnya,

dalam artian bahwa kalimat tersebut baru mempunyai arti hanya apabila dikaitkan

dengan kalimat di atasnya atau dengan kalimat berikutnya. Berikut adalah teks

Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Marsius Sitohang beserta terjemahannya:

Hamu amang hamu inang Wahai Bapa dan Ibu sekalian

Begema hupaboa tu hamu Dengarlah kuberitahukan pada kalian

Barita ni sada natua-tua Cerita tentang seorang leluhur

Tangkas bege hamu ma amang Dengarlah cerita ini baik-baik

Na tubu di tonga ni harangan Lahirnya di tengah hutan belantara

Na gabe sada raja Dan menjadi seorang Raja

Namarpinompar Keturunannya

songon bintang di langit Seperti banyaknya bintang di langit

Bege ma hupaboa Dengarlah akan ku beritahu

(10)

Gabe martua ma Si Boru Pareme Berbahagialah Siboru Preme

Di na lao tu Ulu darat i Ketika pergi ke Ulu Darat

Ai tusi do ro mandapothon ibana Disitulah dia bertemu

Babiat sitolu pat disi Dengan harimau pincang berkaki tiga

Mansai tajom do di sude nasa ngingina dengan gigi-giginya yang tajam

Babana dipatalak do Mulutnya dibuka lebar-lebar

Hape na laho patuduhon holi-holi Ternyata ingin menunjukkan tulang- tulang

Na solot di tolonanna i Yang tersangkut di kerongkongannya

Mabiar do anggo Siboru Pareme Siboru Pareme menjadi takut

Ai dirippu ingkon jea do Disangkanya akan terjadi petaka

Hape haroro ni Rupanya kedatangan

babiat si Telpang Harimau pincang tersebut

Mangido Pangurupion do Adalah untuk meminta pertolongan

Manigor ma dienet Boru Pareme Kemudian diambil oleh Siboru Pareme

Holi sian tolonan na i Tulang-tulang dari kerongkongannya

Na gabe ima laos donganna Sehingga mereka jadi berteman

Mangalului ngolu-ngolu di harangan i Mencari kebutuhan hidup di hutan itu

Alai dung gok ma di taon na di bulan na Setelah setahun berselang

Dapot manang di ari na Tibalah waktunya

(11)

85

Namangguruhon sambut monsak hadatuon Yang belajar pencak silat dari seorang pandai

Raja Lontung ma goar na Namanya adalah Si Raja Lontung

Babiat i do mangajari sahat ro di Harimaulah yang mengajarinya

Na magodang pamatang na Hingga ia bertumbuh dewasa

Simbur magodang ma anak hinaholongan Bertumbuhlah si anak tersayang

Na gabe Si Raja Lontung i Yang bernama Si Raja Lontung

Na gabe sada raja na tarbarita Seorang raja yang termasyhur

Jala tung torop pinompar ni Keturunannya pun banyak

Sabulan do diingani rura i Hanya Sebulan mereka di lembah itu

Borhat ma muse nasida lao Kemudian mereka mengembara

Ima tu hariara maranak Yaitu ke sebuah pohon beringin

na gabe ima inganan na rapot bius i Yang menjadi tempat bermusyawarah

Simbur magodang ma anak hinaholongan Bertumbuhlah si anak tersayang

Na gabe Si Raja Lontung i Yang bernama Si Raja Lontung

Na gabe sada raja na tarbarita Menjadi seorang raja yang termasyhur

Jala tung torop pinomparni Dan memiliki banyak keturunan

Dung saut ma Dia menikah dengan

boru ni tulang na i putri pamannya

Marpinompar jala gabe do Mereka memiliki banyak keturunan

Ima si sia sada ina Sembilan bersaudara dari seorang

Ibu

angka on ma sasude ianakkon na i Inilah semua keturunannya

(12)

Ima Sinaga ma rap dohot Situmorang Yaitu Sinaga, Situmorang

Pandiangan Nainggolan i Pandiangan, Nainggolan

Nang Simatupang rap dohot Aritonang Simatupang dan Aritonang

Nang dohot marga Siregar i Juga marga Siregar

Na pasiahon ma i anggo boruna Yang kesembilan adalah seorang puteri

Sihombing Simamora i Bersuamikan Sihombing dan

Simamora

Turunan Si Raja Lontung Keturunan Si Raja Lontung

angka i ma sasude ianakkon na i Itulah semua anak-anaknya

Adong muse do ompu i Ada juga seorang leluhur

Na tarbarita anak ni Toga Sinaga Yang termasyhur anak Toga Sinaga

Ai tung sude do da umbegesa baritana Semua orang mengetahui beritanya

Ima Ompu Palti Raja Yaitu Palti Raja

Marparik sinomba ni gaja na so boi Memiliki benteng yang tinggi

Habangan ni manuk sabungan Yang tak terlewati ayam jago

Pasu-pasu na marpinompar Berkat mengalir pada keturunannya

Mangarerak asa sahat tu bariba Bahkan hingga ke anak cucunya

Tinggal disi ma amanta Tinggallah seorang leluhur

Guru Paulus Yang bernama Guru Paulus

(13)

87

Mangingani huta Gorat i Tinggalnya di kampung Gorat

Anakna ma namanean goar ni ompu ni Anaknyalah yang menjaga kehormatan leluhurnya

ompu i namarsahala i Leluhur yang berkharisma

Ima si Tumpal Palti Raja Namanya adalah Tumpal Palti Raja

Anak buha buja Anak pertama

Pahompu ni raja i Cucunya raja tersebut

Lontung si sia sada ina Lontung sembilan bersaudara

Pasia boruna Yang kesembilan adalah puteri

Sihombing Simamora Bersuamikan Sihombing dan

Simamora

Amana ma i Saribu Raja Nama ayahnya adalah Saribu Raja

Siboru Pareme ma Inana tahe Nama isterinya yaitu SiboruPareme

Ai bulung motung do parpadananna Daun Motung adalah sumpa janjinya

Si Raja Lontung rap dohot boruna Antara Si Raja Lontung degan gadis itu

Babiat do i parmuduhonsa Harimaulah yang mengasuhnya

Da babiat Si Telpang Harimau pincang berkaki tiga

Sibolang na uli Berbulu belang yang indah

Baliga ma on Amang binaligahon Baligalah yang dibaligakan

barita ma on amang binaritahon Berita yang diberitakan

Barita ni Si Raja Lontung tahe Konon katanya berita Si Raja Lontung

(14)

Tulpang ma i da golang-golang Congklang dibuat menjadi gelang

Simatupang ma i da Aritonang Simatupang dengan Aritonang

Siregar ma i sirittis dalan Siregar lah si pembuk a jalan

Siregar ma i siampudanna Siregarlah anak bungsu

Ai bulung motung do i parpadananna Daun Motung adalah Sumpa janjinya

Si Raja Lontung rap dohot boruna Si Raja Lontung dengan puterinya

O babiat do i parmuduhonsa Harimaulah yang mengasuhnya

Da babiat Si telpang si Bolang nauli Harimau pincang berkaki tiga

3.2.1 Isi teks

Jika dilihat dari makna dan struktur teks di atas, penulis mendeskripsikan

bahwa teksnya menceritakan beberapa hal yaitu:

1. Struktur marga dari turunan Si Raja Lontung yaitu: Situmorang, Sinaga,

Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Siregar, Aritonang, dan seorang

anak perempuannya yang menikah dengan Sihombing dan Simamora.

2. Ayah dari Si Raja Lontung yaitu Saribu Raja dan Ibunya bernama Siboru

Pareme.

3. Ayah dan Ibunya melakukan tindak sumbang sehingga mereka diusir dari

kampungnya dan melahirkan Si Raja Lontung ditempat pembuangannya di

hutan belantara.

4. Pertemuannya dengan Babiat Si Telpang merupakan suatu kebahagiaan

(15)

89

mengambilkan sebuah tulang yang tersangkut di kerongkongannya. Sejak

itu Babiat Si Telpanglahyang menjadi temannya selama di hutan tersebut.

Selain berteman, Babiat Si Telpang juga memberikan kebutuhan hidup Si

Boru Pareme. Bahkan saat Siboru Pareme akhirnya melahirkan Si Raja

Lontung di hutan tersebut, Babiat Si Telpang juga turut berperan dalam

mengasuh dan mengajari anak tersebut ilmu pencak silat hingga ia

bertumbuh dewasa.

5. Raja Lontung pun bertumbuh dewasa dan menjadi Raja yang termasyhur.

Ia menikah dengan yang disebut anak pamannya. Namun sesungguhnya

yang dinikahinya adalah Ibunya sendiri. Meski melakukan tindakan

sumbang, keturunanya tetap diberkati oleh Tuhan. Banyaknya

keturunannya diibaratkan seperti banyaknya jumlah bintang di langit.

Keturunan ada delapan orang putera dan satu puteri. Yaitu Sinaga,

Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang, Siregar.

Suami dari puterinya adalah Sihombing, Simamora.

6. Selanjutnya diceritakan tentang seorang leluhur yang terkenal yaitu anak

dari Toga Sinaga yang bernama Ompu Palti Raja yang memiliki banyak

keturunan. Diceritakan juga Ompu Palti Raja memiliki kesaktian. Dia

memiliki kesaktian mengendalikan binatang liar termasuk gajah. Dia juga

memiliki benteng yang tinggi. Bahkan tingginya tersebut tak dapat

dilompati oleh ayam jago.

7. Pada Ende Tarombo ini juga diceritakan tentang Guru Paulus, yang tinggal

di sebuah kampung bernama Gorat. Beliau merupakan keturunan ketiga

(16)

belas dari Ompu Palti Raja tersebut, atau disebut juga dengan Si Tumpal

Palti Raja. Guru Paulus merupakan anak sulung dan merupakan cucu dari

Ompu Palti Raja.

3.2.2 Gaya bahasa

Dalam teks Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Marsius Sitohang ini,si

penyaji lebih dominan menggunakan bahasa Batak pada umumnya. Ada juga

istilah lain atau berupa ungkapan-ungkapan yang berbentuk sampiran. Seperti

berikut ini:

1. Gaya bahasa berbentuk sampiran

Baliga ma on amang binaligahon Baligalah yang dibaligakan

(sampiran)

Barita ma on amang binaritahon Berita yang diberitakan (isi)

Tulpang mai da golang-golang Congklang dibuat menjadi gelang

(sampiran)

Simatupang mai da Aritonang Simatupanglah Aritonang (isi)

Bentuk teks diatas merupakan sampiran yang berbentuk sajak50 1. Gaya bahasa berbentuk Majas

A-A

Gaya bahasa berbentuk majas digunakan untuk menyampaikan

bahasa dengan kaidah-kaidah tertentu untuk menghias bahasa tersebut

(17)

91

dengan tujuan mempunyai dampak yang dalam bagi pendengarnya.

Sehingga terkadang menggunakan perlambangan-perlambangan,

dilebih-lebihkan, dikecil-kecilkan, dihaluskan, dikasarkan, dan lain sebagaimana.

Contoh penggunaan gaya bahasa berbentuk majas pada Ende Tarombo ini

adalah:

Namarpinompar Keturunannya

songon bintang di langit Seperti banyaknya bintang di langit

Teks tersebut menggunakan gaya bahasa berbentuk majas Hiperbola51

51

Majas Hiperbola adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa, hal atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yang lebih hebat pengertiannya (berlebihan).

.

Pemakaian gaya bahasa majas hiperbola pada teks songon bintang di langit

maksudnya adalah seperti itulah keberadaan keturunan Si Raja Lontung yang

sungguh banyak seperti banyaknya bintang di langit.

3.2.3 Makna teks

Makna keseluruhan dari teks Ende Tarombo Si Raja Lontung adalah

nyanyian berkisah (narrative song) tentang Si Raja Lontung beserta turunannya

yang mengandung aspek kesejarahan setiap marga turunannya. Juga ada

pemilihan kata yang digunakan untuk menceritakan sejarah dari Si Raja lontung.

Ada juga penggunaan teks pada Ende Tarombo Si Raja Lontung, yang mana

bersamaan dengan arti yang tersurat namun dibalik itu ada makna yang tersirat,

menyatakan sesuatu hal namun maksudnya hal yang lain, atau menyatakan

sesuatu hal secara tak langsung. Contohnya adalah sebagai berikut:

1. Teks yang mengandung makna tersirat tentang Ompu Palti Raja

(18)

Adong muse do ompu i Ada juga seorang leluhur

Na tarbarita anak ni Toga Sinaga Yang termasyhur anak Toga Sinaga

Ai tung sude do da umbegesa baritana Semua orang mengetahui beritanya

Ima Ompu Palti Raja Yaitu Palti Raja

Marparik sinomba ni gaja na so boi Memiliki benteng yang tinggi

Habangan ni manuk sabungan Yang tak terlewati ayam jago

Pasu-pasu na marpinompar Berkat mengalir pada keturunannya

Mangarerak asa sahat tu bariba Bahkan hingga ke anak cucunya

Tinggal disi ma amanta Tinggallah seorang leluhur

Guru Paulus Yang bernama Guru Paulus

di huta bona pasogit i Di kampung kelahirannya

Anakna ma Keturunannya adalah

anak si sampulu tolu sada ina Tiga belas bersaudara dari satu ibu

Mangingani huta Gorat i Tinggalnya di kampung Gorat

Anakna ma namanean goar ni ompu ni Anaknyalah yang menjaga kehormatan leluhurnya

ompu i namarsahala i Leluhur yang berkharisma

Ima si Tumpal Palti Raja Namanya adalah Tumpal Palti Raja

Anak buha buja Anak pertama

Pahompu ni raja i Cucunya raja tersebut

Terdapat makna tersirat pada teks tersebut yang menceritakan tentang

(19)

93

suku Batak Toba percaya dengan adanya sahala harajaon (talenta menjadi

pemimpin/ spirit power of government) yang diperoleh dari Tuhan. Talenta

tersebut dipercayakan agar seseorang yang mewarisinya menjadi imam tinggi

(high priest) dan cucu Toga Sinaga mewarisi talenta tersebut sehingga dia digelari

Ompu Palti Raja. Dia bertempat tinggal Urat, Samosir Selatan. (Sitor Situmorang

2009:95-96).

Disamping talentanya tersebut, Ompu Palti Raja juga memiliki kesaktian

yaitu dapat memanggil binatang liar dan menyuruhnya. Hal ini berkaitan dengan

awal pertemanan Saribu Raja (ayahnya Sinaga) yang menolong Babiat Sitelpang

(Harimau pincang berkaki tiga). Pertolongan Saribu Raja membuat keakraban

diantara mereka mulai terjalin. Tak hanya dengan Harimau tersebut namun juga

dengan binatang lainnya di hutan tersebut. Kemudian mereka mengikat perjanjian

bahwa masing-masing keturunannya tidak akan saling menyerang dan saling

membantu.52

3. Teks yang mengandung makna tersirat cerita lahirnya Sinaga

Sinaga Sendiri sebagai anak tertua dari Raja Lontung mewarisi

tradisi ini. Sehingga Sinaga bisa memanggil binatang liar, termasuk Gajah

tentunya dan menyuruhnya karena keakraban yang dimulai oleh leluhurnya,

Saribu Raja kepada Babiat Si Telpang.

2. Teks yang mengandung makna tersirat sifat Ompu Palti Raja.

Maksud teks “Marparik sinomba ni gaja na so boi habangan ni manuk

sabungan” selain karena kesaktiannya dapat mengendalikan binatang liar adalah

mencerminkan semangat yang kuat dan tangguh dari Ompu Palti Raja.

52

Lihat kisah Saribu Raja pada bab II.

(20)

Sabulan do diingani rura i Hanya Sebulan mereka di hutan itu

Borhat ma muse nasida lao Kemudian mereka mengembara

Ima tu hariara maranak Yaitu ke sebuah pohon beringin

Dibalik teks tersebut tersirat cerita tentang sejarah kelahiran Sinaga yaitu

anak pertama dari hasil pernikahan Si Raja Lontung dengan Siboru Pareme.

Pemberian nama Sinaga tentulah mempunyai makna dan sejarah tertentu seperti

dijelaskan oleh berikut ini.

Setelah sebulan berselang, akhirnya Si Boru Pareme dan Si Raja Lontung

meninggalkan hutan tempat pembuangan mereka tersebut menuju Ulu Darat. Di

dekat Sianjur Mula-Mula, ada sebuah tempat bernama Ulu Darat. Dimana

dipercaya saat itu sebagai hutan keramat. Mitos Pusuk Buhit menyebutkan bahwa

dibawah tempat itulah posisi kepala dari seekor Naga Padoha, yang dalam

legenda dianggap sebagai penjaga Banua Tonga (bumi). Ekornya ada di laut,

setelah dibenamkan oleh Si Boru Deak Parujar (baca legenda Boru Deak Parujar

dlm buku Sitor Situmorang: Toba Na Sae, 2004:23).

Di hutan keramat ini, tepatnya dekat sebuah pohon beringin (hariara

maranak) seorang bayi lahir, tempat yang dianggap sebagai kepala tempat

peristirahatan Naga Padoha. Dan kelahiran bayi itu dianggap sebagai anugerah

luar biasa mengingat keramatnya tempat itu, sehingga Raja Lontung nemberi

nama anak yang baru lahir itu dengan nama Sinaga. Karena lahirnya tepat diatas

(21)

95

3. Makna teks berikutnya adalah mengandung dua nilai sosial. Yang pertama,

Bahwa aib yang dilakukan oleh moyang kita bukan lagi hal yang harus kita tutupi

atau bahkan kita ulangi. Perjuangan dari Moyang kita sehingga klen Lontung

tegak berdiri di Toba yang tidak tunduk pada siapapun buku Sitor Situmorang:

Toba Na Sae, 2004:77)adalah jerih payah perjuangan nenek moyang kita dalam

kebersamaan dengan semua pomparan Lontung dalam kesatuan yang kuat dan

kokoh. Dimana sejak dulu mereka menghadapi tekanan dan ancaman ditengah aib

itu yang bisa jadi sangat sulit untuk menceritakannya lagi. Tetapi ingatlah bahwa

moyang kita telah melakukan sesuatu yang luar biasa sehingga kita ada dan bisa

berjalan tegak dalam artian selalu yakin dan percaya diri hingga sampai saat ini.

Kedua, lahirnya Sinaga telah memecahkan mitos keramatnya Ulu darat,

tempat kepala Naga Padoha yang dianggap sebagai penjaga bumi termasuk

penyebab gempa bumi. Maka kita sebagai keturunnnya juga mestinya menjadi

pendobrak dari kebuntuan dan ketidakpastian yang ada dalam lingkungan sekitar.

3.2.4 Pemilihan teks

Dalam teks tersebut, ada beberapa istilah yang digunakan oleh penyaji

dalam menyampaikan teks dalam lagunya. Dengan kata lain, istilah tersebut

gunakan untuk menyebut atau memanggil seseorang sesuai dengan sebutan

seseorang dalam Bahasa Batak Toba seperti contoh berikut ini:

1. Amang/ Ama : Sebutan untuk Ayah/ Bapak

2. Inang/ Ina : Sebutan untuk Ibu/ Isteri

3. Boru : Sebutan untuk anak perempuan

(22)

4. Tulang : Paman

5. Ompu : Sebutan untuk kakek/nenek atau leluhur

6. Pahompu : Sebutan untuk cucu

7. Siampudan : Anak Bungsu

Istilah tersebut merupakan beberapa istilah yang digunakan sebagai sapaan dalam

menyebut seseorang dalam Bahasa Batak Toba.

3.2.5 Kaitan teks dengan melodi (teknik silabis atau melismatis).

Berdasarkan hubungan melodi dengan teks, Malm (1977:9)

mengemukakan penyajian musik vokal memiliki dua gaya yaitu:

1. Melismatis merupakan suatu penyajian musik vokal yang menyanyikan

satu suku kata dalam beberapa nada

2. Silabis merupakan suatu penyajian musik vokal yang menyanyikan satu

suku kata dalam satu nada.

Dengan mengacu pada teori tersebut maka Ende Tarombo Si Raja Lontung

oleh Marsius Sitohang tergolong dalam gaya melismatis pendek dan Silabis.

Contoh gaya melismatis pendek adalah sebagai berikut:

(23)

97

3.3. Analisis Semiotik Teks Ende Tarombo Si Raja Lontung Yang Disajikan oleh Trio Lasidos

Berikut adalah teks Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Trio Lasidos

beserta terjemahannya:

Baliga ma binaligahon Baligalah yang dibaligakan

Barita ma binaritahon Berita yang diberitakan

Barita ni sijolo tubu tahe Berita tentang leluhur yang dahulu

Barita natutu nasintong Berita yang tepat dan benar

Barita ni Si Raja Lontung Berita tentang Si Raja Lontung

Bege ma bege hupaboa tahe Dengarlah dengar ceritanya

Dibuang mai Saribu Raja Dibuanglah Saribu Raja

Rap dohot Siboru Pareme Bersama Siboru Pareme isterinya

Tu tobbak harangan na bolak tahe Ke sebuah hutan belantara yang luas

Dung sun ma muse di bulanna Setelah satu bulan berselang

Dung gok ma muse di arina Pada hari yang ditentukan

Da sorang ma Lontung disi tahe Lahirlah Lontung ditempat itu

Lontung sisia marina Lontung sembilan bersaudara

Pasia boruna Yang kesembilan adalah puteri

Sihombing Simamora Bersuamikan Sihombing &Simamora

(24)

Amana mai Saribu Raja Nama ayahnya adalah Saribu Raja

Siboru Pareme mai inanai Siboru Pareme adalah nama isterinya

Bulung motung do parpadananna Daun Motung adalh sumpah janjinya

Di Si Raja Lontung tahe Antara Si Raja Lontung

dohot oppuna dengan leluhurnya

Babiat do marbuduhonsa Harimaulah yang mengasuhnya

Babiat sitelpang si tolu pat i Harimau pincang dengan tiga kaki

Metmet dope Si Raja Lontung na di sopo i Lontung masih kecil di gubuk itu

Dina ro ma babiat tu si Ketika harimau mendatanginya

Alana apporotan Sendawa tersangkut sesuatu

Dienet ma i lalu diambilnya

Holi-holi na di tolonannai Tulang-tulang dari tenggorokannya

Gabe tubu ma hinorhonni Itulah awalnya

Roha marsihaholongon Tumbuh rasa sayang dan perhatian

Olat ni i sai ro, ro ma Sejak itu selalu datanglah

Babiat sitelpang tu si bodarina Harimau tersebut pada malam hari

Diboan mai da balanjona Membawa kebutuhan sehari-hari

(25)

99

Situmorang mai da Sihahaan Situmoranglah anak tertua

Na tardok raja ni harajaon Yang disebut Raja yang Agung

Sinaga ma parjolo tubu tahe Sinagalah yang pertama lahir

Paitolu mai da parhutalan Anak ketiga adalah Pandiangan

Paiopat mai da Nainggolan Keempat adalah Nainggolan

Na bonggal na bolon sude tahe Semuanya termashur

Tulpang mai da golang-golang Congklang dibuat menjadi gelang

Simatupang mai da Aritonang Simatupanglah Aritonang

Sian i ma parjolo da Jenderal i Marga itulah Jenderal pertama

Siregar mai da siappudan Siregarlah anak bungsu

Siregar mai sirintis dalan Siregarlah yang mengawali

Lao maju sude Lontung i tahe Agar Lontung berpacu untuk maju

Lontung sisia marina Lontung sembilan bersaudara

Pasia boruna Yang kesembilan adalah puteri

Sihombing Simamora Bersuamikan Sihombing & Simamora

Amana mai Saribu Raja Nama ayahnya adalah Saribu raja

Siboru Pareme mai inanai Siboru Pareme adalah isterinya

Bulung motung do parpadananna Daun Motung adalh sumpah janjinya

Disi Raja Lontung tahe Antara Si Raja Lontung

(26)

dohot oppuna Dengan leluhurnya

Babiat do marbuduhonsa Harimaulah yang mengasuhnya

Babiat sitelpang si tolu pat i Harimau pincang dengan tiga kaki

Torop do tahe nang dakkana Dahannya banyak

Torop do muse nang rattingna Rantingnya juga banyak

Rugun do bulungna rubun do sude Daunnya lebat, sangat lebat

Da gabe doi nang hahana Abangnya mendapat banyak turunan

Da gabe muse nang anggina Begitu juga adiknya

Ihut do boruna Dan saudara perempuannya

ihut do sude Semuanya mendapat berkat

Boruna mai sitolu jai Anak perempuannyalah sitiga jai

Goarna ma Siboru menak Namanya adalah Siboru menak

Na lambok malilu nauli tahe Yang lemah lembut cantik jelita

Sihombing dohot Simamora Sihombing dan Simamora

Luhutna mai pinopparna Dan seluruh keturunannya

Paradat paruhum sude tahe Menjunjung adat dan hukum

Lontung sisia marina Lontung sembilan bersaudara

Pasia boruna Yang kesembilan adalah puterinya

(27)

101

Siboru Pareme mai inanai Siboru Pareme adalah nama isterinya

Bulung motung do parpadananna Daun Motung adalah sumpah janjinya

Disi Raja Lontung tahe Antara Si Raja Lontung

dohot oppuna Dengan leluhurnya

Babiat do marbuduhonsa Harimaulah yang mengasuhnya

Babiat sitelpang si tolu pat i Harimau pincang dengan tiga kaki

Lontung...Lontung...Lontung...Lontung Lontung...Lontung...Lontung...Lontung

Demikianlah isi teks Ende Tarombo Si Raja Lontung yang disampaikan oleh Trio

Lasidos

3.3.1 Isi teks

Jika dilihat dari makna dan struktur teks yang tertera di atas, penulis

mendeskripsikan bahwa teksnya menceritakan beberapa hal yaitu:

1. Struktur marga dari turunan Si Raja Lontung yaitu: Situmorang, Sinaga,

Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Siregar, Aritonang, dan seorang

anak perempuannya yang menikah dengan Sihombing dan Simamora.

2. Riwayat dari Si Raja Lontung yaitu Saribu Raja dan bernama Siboru

Pareme.

3. Sejarah dari setiap marganya dengan kisah dan ciri khas masing-masing.

4. Riwayat Ayah dan Ibunya yang diusir dari kampungnya dan melahirkan Si

Raja Lontung ditempat pemnbuangannya di hutan belantara.

(28)

5. Teksnya juga mengandung nilai sosial yaitu tentang tindakan pelanggaran

adat yang dilakukan oleh Saribu Raja dengan Siboru Pareme. Hal ini

memberikan pesan kepada kita generasinya agar tidak mengulangi

kesalahan tersebut.

6. Teksnya juga menceritakan tentang Babiat sitelpang (sejenis harimau

berkaki tiga) yang turut berperan penting dalam kisah Si Raja Lontung,

mengasuhnya, juga memberikan hasil buruannya untuk kebutuhan makan

Siboru Pareme selama dalam pembuangan di hutan belantara. Dimana

Babiat Sitelpanglah (Harimau pincang berkaki tiga) yang mengasuh Si

Raja Lontung mulai sejak kecil hingga bertumbuh dewasa. Babiat

Sitelpang juga yang selalu memberikan hasil buruannya di hutan untuk

kebutuhan makan Siboru Pareme selama diasingkan hidup sendiri di hutan

belantara. Namun dibalik kesalahan yang dilakukan oleh orang tuanya,

keturunan Lontung masih diberikan berkat oleh sang penguasa. Itu terbukti

dengan banyaknya keturunan dari Lontung dan mereka berhasil dalam

kehidupannya masing-masing. Berhasil disini maksudnya sukses dalam

berkeluarga, karir dan lainnya.

3.3.2 Gaya bahasa

Dalam teks Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Trio Lasidos inisi penyaji

tersebut sebenarnya menggunakan bahasa Batak pada umumnya, namun pada

bagian-bagian tertentu penyaji harus menggunakan pemilihan-pemilihan kata

(29)

103 1. Gaya bahasa berbentuk sampiran

Baliga ma binaligahon Baligalah yang dibaligakan

Barita ma binaritahon Berita yang diberitakan

Tulpang mai da golang-golang Congklang dibuat menjadi gelang

Simatupang mai da Aritonang Simatupanglah Aritonang

Bentuk teks diatas merupakan sampiran yang berbentuk sajak A-A

2. Gaya bahasa berbentuk majas metafora

Torop do tahe nang dakkana Dahannya banyak

Torop do muse nang rattingna Rantingnya juga banyak

Rugun do bulungna rubun do sude Daunnya lebat, sangat lebat

Da gabe doi nang hahana Abangnya mendapat banyak turunan

Dilihat dari gaya bahasa yang digunakan, teks tersebut menggunakan gaya bahasa

majas metafora yakni mempergunakan kata-kata bukan arti yang sebenarnya

melainkan suatu lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan (Tarigan

1986:15). Jadi banyaknya keturunan abangnya diumpamakan seperti sebuah

pohon yang memiliki banyak dahan, ranting, dan daunnya.

3.3.3 Makna teks

Makna keseluruhan dari teks Ende Tarombo Si Raja Lontung adalah

nyanyian berkisah (narrative song) tentang Si Raja Lontung beserta turunannya

yang mengandung aspek kesejarahan setiap marga turunannya. Juga ada

pemilihan kata yang digunakan untuk menceritakan sejarah dari Si Raja lontung.

Ada juga penggunaan teks pada Ende Tarombo Si Raja Lontung, yang mana

(30)

bersamaan dengan arti yang tersurat namun dibalik itu ada makna yang tersirat,

menyatakan sesuatu hal namun maksudnya hal yang lain, atau menyatakan

sesuatu hal secara tak langsung.

1. Teks yang berisi makna tersirat

Situmorang mai da Sihahaan Situmorang lah abang yang tertua

Na tardok raja ni harajaon Yang disebut Raja kerajaan

Sinaga ma parjolo tubu tahe Sinagalah yang pertama lahir

Teks tersebut menjelaskan bahwa Situmorang adalah abang tertua namun

yang pertama lahir adalah Sinaga. Apabila didalami makna teks tersebut, hal itu

disebabkan karena dari turunan Si Raja Lontung, yang pertama kali menikah

adalah Situmorang. Kala itu Sinaga tak kunjung menemukan jodohnya. Padahal

dia adalah anak sulung, namun malah adiknya yaitu Situmorang yang duluan

menikah darinya. Alhasil Situmorang menawarkan kepada Sinaga untuk

menjodohkan adik isterinya kepada Sinaga. Namun dengan syarat Sinaga haruslah

memanggil abang kepadanya. Karena Situmorang duluan menikah dan isterinya

lebih tua daripada isteri Sinaga. Akhirnya Sinaga menyanggupi hal tersebut.

Sehingga disebutlah yang tertua atau si sulung dalam adat adalah Situmorang.

Namun berdasarkan silsilah, urutan yang pertama lahir adalah Sinaga.

Lontung sisia marina Lontung sembilan bersaudara

Turunan Si Raja Lontung kerap disebut dengan Lontung Sisia Marina Pasia

(31)

105

dengan penggunaan kata dan maksud teks. Lontung merupakan salah satu dari

sembilan bersaudara yang berasal dari seorang ibu. Sisia dalam hal ini merupakan

makna konotatif. Jadi menterjemahkan kata Sisia dalam hal ini bukanlah secara

eksplisit artinya Si Sembilan. Namun perlu disesuaikan dengan kata sebelum dan

sesudahnya. Jadi menterjemahkannya mestilah satu kalimat bukan per kata.

Lontung Sisia Marina maksudnya adalah Lontung sembilan bersaudara. Sembilan

apabila dijumlahkan secara keseluruhan jumlah anak yang dilahirkan inanya

(isterinya) yang bernama Siboru Pareme.

Pasia boruna Yang kesembilan adalah puteri

Sihombing Simamora Bersuamikan Sihombing & Simamora

Teks tersebut mengandung makna tersirat. Dimana maksud teks puterinya

bersuamikan Sihombing dan Simamora adalah dikarenakan berdasarkan

penjelasan sejarah pada bab II bahwa puterinya tersebut (Si boru Anak Pandan)

pertama kali menikah dengan marga Sihombing. Namun suatu ketika

meninggallah Sihombing. Akhirnya Siboru Anak Pandan memutuskan untuk

menikah kedua kalinya dengan marga Simamora. Sehingga nama atau gelarnya

pun berubah menjadi Siboru Panggabean yang artinya gabe (diberkati untuk

memiliki keturunan) setelah menikah kembali.

2. Teks yang menceritakan tentang sejarah Si Raja Lontung

Baliga ma binaligahon Baligalah yang dibaligakan

Barita ma binaritahon Berita yang diberitakan

Barita ni sijolo tubu tahe Berita tentang leluhur yang dahulu

(32)

Barita natutu nasintong Berita yang tepat dan benar

Barita ni Si Raja Lontung Berita tentang Si Raja Lontung

Bege ma bege hupaboa tahe Dengarlah dengar ceritanya

Dibuang mai Saribu Raja Dibuanglah Saribu Raja

Rap dohot Siboru Pareme Bersama Siboru Pareme isterinya

Tu tobbak harangan na bolak tahe Ke sebuah hutan belantara yang luas

Dung sun ma muse di bulanna Setelah satu bulan berselang

Dung gok ma muse di arina Pada hari yang ditentukan

Da sorang ma Lontung disi tahe Lahirlah Lontung ditempat itu

Lontung sisia marina Lontung sembilan bersaudara

Pasia boruna Yang kesembilan adalah puteri

Sihombing Simamora Bersuamikan Sihombing &Simamora

Amana mai Saribu Raja Nama ayahnya adalah Saribu Raja

Siboru Pareme mai inanai Siboru Pareme adalah nama isterinya

Bulung motung do parpadananna Daun Motung adalh sumpah janjinya

Di Si Raja Lontung tahe Antara Si Raja Lontung

dohot oppuna dengan leluhurnya

Babiat do marbuduhonsa Harimaulah yang mengasuhnya

Babiat sitelpang si tolu pat i Harimau pincang dengan tiga kaki

(33)

107

Alana apporotan Sendawa tersangkut sesuatu

Dienet ma i lalu diambilnya

Holi-holi na di tolonannai Tulang-tulang dari tenggorokannya

Gabe hinorhonni Itulah awalnya

Roha marsihaholongon Tumbuh rasa sayang dan perhatian

Olat ni i sai ro, ro ma Sejak itu selalu datanglah

Babiat sitelpang tu si bodarina Harimau tersebut pada malam hari

Diboan mai da balanjona Membawa kebutuhan sehari-hari

Sude ni buruna di harangan i Hasil buruan dari hutan itu

Situmorang mai da Sihahaan Situmoranglah anak tertua

Na tardok raja ni harajaon Yang disebut Raja yang Agung

Sinaga ma parjolo tubu tahe Sinagalah yang pertama lahir

Paitolu mai da parhutalan Anak ketiga adalah Pandiangan

Paiopat mai da Nainggolan Keempat adalah Nainggolan

Na bonggal na bolon sude tahe Semuanya termashur

Tulpang mai da golang-golang Congklang dibuat menjadi gelang

Simatupang mai da Aritonang Simatupanglah Aritonang

Sian i ma parjolo da Jenderal i Marga itula yg pertama jadi Jenderal

Siregar mai da siappudan Siregarlah anak bungsu

Siregar mai sirintis dalan Siregarlah yang mengawali

Pasia boruna Yang kesembilan adalah puteri

(34)

Sihombing Simamora Bersuamikan Sihombing & Simamora

Berdasarkan teks tersebut dapat diketahui bagaimana kisah dari Si Raja

Lontung yang dilahirkan di hutan karena ayah dan ibunya melakukan tindak

sumbang. Si Raja Lontung bertumbuh besar dan diasuh oleh harimau pincang

berkaki tiga. Pada akhirnya Si Raja Lontung kembali melakukan tindak sumbang

dengan menikahi ibunya sendiri. Dari pernikahannya tersebut lahirlah tujuh putera

dan satu puteri yang mana semuanya sukses dalam kehidupannya masing-masing.

5. Teks yang mengandung berkat untuk keturunannya

Da gabe doi nang hahana Diberkatilah abangnya

Da gabe muse nang anggina Diberkati juga adik perempuannya

Ihut do boruna Ikut juga anak perempuannya

ihut do sude Ikutnya semua

Teks tersebut bermakna bahwa bagaimanapun turunan Si Raja Lontung

tetap mendapat berkat yaitu dengan berketurunan banyak dan seluruh turunannya

diberkati dalam kehidupannya masing-masing.

3.3.4 Pemilihan teks

Dalam teks tersebut, ada beberapa istilah yang digunakan oleh penyaji

dalam menyampaikan teks dalam lagunya. Dengan kata lain, istilah tersebut

gunakan untuk menyebut atau memanggil seseorang sesuai dengan sebutan

seseorang dalam Bahasa Batak Toba seperti contoh berikut ini:

(35)

109

3. Boru : Sebutan untuk anak perempuan

4. Ama : Sebutan untuk Ayah

5. Ina : Sebutan untuk Ibu

6. Oppu : Sebutan untuk kakek/nenek atau leluhur

7. Siampudan : Anak bungsu

Istilah tersebut merupakan beberapa istilah yang digunakan sebagai sapaan dalam

menyebut seseorang dalam Bahasa Batak Toba.

3.2.5 Kaitan teks dengan melodi (teknik silabis atau melismatis).

Berdasarkan hubungan melodi dengan teks, Malm (1977:9)

mengemukakan penyajian musik vokal memiliki dua gaya yaitu:

1. Melismatis merupakan suatu penyajian musik vokal yang menyanyikan satu

suku kata dalam beberapa nada

2. Silabis merupakan suatu penyajian musik vokal yang menyanyikan satu suku

kata dalam satu nada.

Dengan mengacu pada teori tersebut maka Ende Tarombo Si Raja Lontung

tergolong dalam gaya Silabis.

Adapun contoh-contohnya adalah sebagai berikut:

(36)

3.6 Perbedaan dan persamaan kedua penyaji terhadap Ende Tarombo Si Raja Lontung

Setelah menganalisis teks Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh kedua

penyaji diatas, penulis menemukan beberapa perbedaan dan persamaan terhadap

ende tersebut. Hal itu dapat dijelaskan dalam tabel dibawah ini:

Tabel -13 Perbedaan Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh dua penyaji

Tabel -14 PersamaanEnde Tarombo Si Raja Lontung oleh dua penyaji

Pembeda Penyaji

Marsius Sitohang Trio Lasidos

Isi teks Terdapat teks yang menceritakan tentang riwayat anak Si Raja Lontung yaitu Sinaga yang bergelar Ompu Palti Raja

Tidak ada teks yang menceritakan tentang riwayat anak Si Raja Lontung yaitu Sinaga yang bergelar Ompu Palti Raja

Pemilihan teks Menggunakan sapaan sebagai berikut:

1. Tulang (Sebutan untuk Paman). 2. Pahompu (Sebutan untuk cucu). Tidak Menggunakan sapaan: 1. Haha (Sebutan untuk abang). 2.Anggi (Sebutan untuk adik perempuan).

2.Anggi (Sebutan untuk adik perempuan).

Majas Hiperbola Personifikasi

Kaitan teks dengan melodi

Menggunakan gaya melismatis Tidak menggunakan gaya melismatis

Jumlah 13 Bait 10 Bait

Persamaan Penyaji

Marsius Sitohang Trio Lasidos

Isi teks 1.Menceritakan tentang susunan marga

2.Riwayat Sejarah Si Raja

1.Menceritakan tentang susunan marga

(37)

111

Setelah dianalisis persamaan dan perbedaan Ende Tarombo Si Raja

Lontung oleh kedua penyaji seperti yang dijelaskan oleh tabel diatas, maka penulis

menyimpulkan bahwa terjadinya perbedaan garapan disebabkan oleh beberapa hal

sebagai berikut:

1. Ende Tarombo Si Raja Lontung ini patut diduga memiliki versi standart

dalam bentuk partitur oleh penciptanya. Namun masyarakat Batak Toba

pada umumnya tidak mempedomani tulisan tentang nyanyian tersebut.

Masyarakat hanya mendengar lalu meniru atau melakukan imitasi langsung

terhadap nyanyian itu. Sehingga muncullah berbagai macam variasi garapan

Ende Tarombo Si Raja Lontung yang membedakan antara yang satu dengan

yang lain.

2. Terjadinya perbedaan garapan Ende Tarombo Si Raja Lontung juga

disebabkan karena topiknya memang sama, dan disajikan oleh dua orang Pemilihan teks Menggunakan sapaan sebagai

berikut:

5.Siampudan (Sebutan untuk anak bungsu)

3.Boru (Sebutan untuk anak perempuan).

4.Ompu (Sebutan untuk kakek/nenek atau leluhur).

5. Siampudan (Sebutan untuk anak bungsu).

Pola Pantun Menggunakan sajak A-A- Menggunakan sajak

A-A-

Kaitan teks dengan melodi

Menggunakan gaya silabis Menggunakan gaya

silabis

(38)

yang berbeda. Apalagi proses belajar atau transmisi musikal kedua orang itu

juga berbeda. Patut diduga proses belajarnya tidak lewat tertulis atau oral

tradition. Berkenaan dengan oral tradition, penulis memperhatikan teori

yang dikemukakan oleh Bruno Nettl (1990:103) dalam bukunya Theory and

Method in Ethnomusicology yaitu:

“…oral tradition means simply that music (like stories, proverbs, riddles, methods of arts and crafts, and, in deed all folklore) is passed on by word of mouth. Songs are learned by hearing; instrument making and playing are learned by watching. In a sophisticated culture, music is usually written down, and a piece conceived by a composer need never be performed at all during his lifetime; it can be discovered centuries later by a scholar and resurrected. But in a folk or a nonliterate culture, a song must be sung, remembered, and taught by one generation to the next. If this does not happen, it dies and is lost forever. Surely, then, a piece of folk music must in some way be representative of the musical taste and the aesthetic judgment of all those who know it and use it, rather than being simply the product of an individual, perhaps isolated creator”. (Nettl 1990:103)

Dengan terjemahan bebas: “… tradisi lisan berarti musik yang sederhana

(seperti cerita, peribahasa, teka-teki, metode seni dan kerajinan, dan semua

cerita rakyat dalam akta) yang disampaikan dari mulut ke mulut. Lagu-lagu

yang dipelajari dari pendengaran; membuat instrumen dan bermain

dipelajari dengan menonton. Dalam kebudayaan yang canggih, musik

biasanya dituliskan, dan tidak pernah sama sekali seorang komposer selama

hidupnya mempertunjukkan setiap sepotong karya yang dibuatnya; bisa

ditemukan diabad kemudian oleh sarjana dan dihidupkan kembali. Tetapi

dalam budaya rakyat atau budaya yang tidak mengenal tulisan, lagu harus

(39)

113

selamanya. Tentu, kemudian sebuah musik rakyat harus dalam beberapa

cara mewakili rasa musik dan estetika penilaian semua orang yang tahu dan

yang menggunakannya, lebih baik dari hanya sekedar produk individu, yang

mungkin penciptanya terisolasi”.

Berdasarkan teori diatas dan hasil pengamatan terhadap Ende

Tarombo Si Raja Lontung, penulis menyimpulkan bahwa proses transmisi

musikal pada masyarakat Batak Toba adalah tradisi lisan, di mana semua hal

yang berhubungan dengan pewarisan, pengajaran dan pembuatan alat musik

dilakukan secara oral/ lisan atau dalam arti lain tiap individu bebas berkreasi.

Musik tradisional Batak Toba dalam masyarakatnya diajarkan secara

tradisional, dimana teknik pembelajarannya dilakukan hanya melalui proses

melihat, mendengar, mengingat , dan menirukan suatu bentuk pola melodi yang

didapat bisa dari mana saja dan kapan saja. Sebahagian besar teknik

pembelajaran secara oral tradisi dalam musik Batak toba biasanya didapat

dengan mengamati pemusik Batak Toba memainkan instrumennya dalam

berbagai acara adat maupun dalam suatu pesta tertentu. Dalam kesempatan

itulah terjadi proses transmisi musikal. Dimana si pendengar akan mendengar

dan meniru serra mempelajari musik yang disajikan pada saat itu. Jadi hanya

karena mendengar, lalu ia menganalisa sendiri lagu tersebut, menggarap

sendiri, sehingga muncullah variasi-variasi nada yang baru dan

perkembangan teks yang berbeda satu sama lain. Walaupun sesungguhnya

masih terkait sama.

Walaupun terdapat berbagai perbedaan oleh kedua penyaji namun

secara konseptual keseluruhan teksnya mengandung visi, misi, dan isinya

(40)

yang sama, yaitu riwayat Si Raja Lontung yang merupakan sebagai marga

induk untuk menurunkan marga-marga pada masyarakat Batak Toba seperti:

Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang,

Siregar, Sihombing dan Simamora. Sehingga turunannya kerap disebut

Lontung Si Sia Marina Pasia Boruna Sihombing Simamora. Juga terdapat

teks yang mengandung legenda tentang marga, dan kepercayaan terhadap

(41)

115 BAB IV

TRANSKRIPSI DAN ANALISIS MUSIKAL ENDE TAROMBO SI RAJA LONTUNG OLEH DUA PENYAJI

4.1 Teknik transkripsi

Dalam ilmu Etnomusikologi, transkripsi merupakan proses penulisan

bunyi-bunyian sebagai hasil dari pengamatan dan pendengaran suatu musik ke

dalam bentuk simbol-simbol yang disebut dengan notasi. Pandora Hopkins

mengatakan bahwa kita menggunakan notasi karena adanya keinginan untuk

menunjukkan bahwa notasi itu adalah sebagai fenomena yang telah memiliki arti

bagi pemakainya, dan dengan notasi dapat memberikan materi yang bernilai untuk

perbandingan.54

Dalam bab ini, penulis akan mentranskripsi dan menganalisis melodi Ende

Tarombo Si Raja Lontung. Hasil transkripsi dan analisis dikerjakan dengan

menggunakan notasi Barat. Penulis memilih notasi Barat agar dapat

menggambarkan pergerakan melodi tarombo Si Raja Lontung secara grafis. Untuk melakukan transkripsi melodi Ende Tarombo Si Raja

Lontung oleh kedua penyaji dan melakukan komparasi musikalnya, penulis

memilih notasi preskriptif yang dikemukakan oleh Charles Seeger. Transkripsi

preskriptif ialah pencatatan bunyi musikal ke dalam lambang notasi dengan hanya

menuliskan nada-nada pokoknya saja. Notasi seperti ini umumnya dipakai

hanyalah sebagai petunjuk bagi para pemusik atau sebagai alat pembantu untuk si

penyaji supaya ia dapat mengingat (apa yang telah dipelajarinya secara lisan).

54

Pandora Hopkins, “The Purpose of Transcription”, dalam Journalforthe Society of Ethnomusicology (Ann Arbor Michigan, 1966), 316.

(42)

Selain itu juga karena notasi ini dapat dibaca oleh para pembaca dengan lingkup

internasional. Hasil transkripsi yang dibuat oleh penulis merupakan hasil

penelitian dari penyajian Ende Tarombo Si Raja Lontung terhadap kedua penyaji

di lokasi penelitian.

4.2 Model Notasi

Notasi yang digunakan untuk mentranskripsi Ende Tarombo Si raja Lontung

oleh dua penyaji adalah notasi Barat. Notasi ini merupakan notasi yang sudah

baku dan sudah umum. Di dalamnya terdapat beberapa simbol-simbol yang

digunakan dalam partitur notasi balok dari lagu di atas. Berikut ini beberapa

simbol yang digunakan dalam hasil transkripsi melodi Ende Tarombo Si Raja

Lontung.

1. Menunjukkan garis paranada dimana

terdapat lima buah garis paranada dan empat

buah spasi.

2. Menunjukkan tanda kunci (key signature) G,

dimana pada garis paranada kedua dari

bawah merupakan nada G.

3. Merupakan birama 4/4 dalam kunci

(43)

117

4. Merupakan tanda satu mol yang berarti nada

dasarnya adalah F.

5. Merupakan satu buah not 1/4 yang bernilai 1

ketuk.

6. Gambar tersebut menandakan not setengah

(half note), artinya nada tersebut memiliki

nilai sebanyak dua ketuk.

7. Merupakan satu buah not 1/2 dengan satu

buah titik di depannya yang bernilai 3 ketuk.

8. Merupakan satu buah not penuh yang

bernilai 4 ketuk.

9. Merupakan satu buah not 1/8 yang bernilai

1/2 ketuk.

10. Merupakan dua buah not 1/8 yang bernilai 1

ketuk.

(44)

11. Merupakan dua buah not 1/16 menjadi 1 not

yang bernilai 1/2 ketuk.

12. Merupakan tanda diam yang bernilai 4

ketuk.

13. Merupakan tanda diam yang bernilai 2

ketuk.

14. Merupakan tanda diam yang bernilai 1

ketuk.

15. Merupakan tanda diam yang bernilai 1/2

ketuk.

(45)

119

(46)
(47)

121

(48)
(49)

123 .

(50)

2. Situmorang mai da Sihahaan

Na tardok raja ni harajaon

Sinaga ma parjolo tubu tahe

(51)

125 Na bonggal na bolon sude tahe

Tulpang mai da golang-golang

Simatupang mai da Aritonang

Sian i ma parjolo da Jenderal i

Siregar mai da siappudan

Siregar mai sirintis dalan

Lao maju sude Lontung i tahe

Chorus dst.

3. Torop do tahe nang dakkana

Torop do muse nang rattingna

Rugun do bulungna rubun do sude

Da gabe doi nang hahana

Da gabe muse nang anggina

Luhutna mai pinopparna

Paradat paruhum sude tahe

Chorusdst.

Lontung...Lontung...Lontung...Lontung....

(52)

4.3. Analisis Melodi

Membincangkan analisis musikal sama halnya dengan membincangkan

setiap unsur-unsur bermakna yang tertuang di dalam sebuah musik. Dilakukannya

analisis terhadap masing-masing unsur musikal itu ialah karena ada tujuan untuk

menjelaskan unsur bermakna tersebut. Namun sebagaimana dikatakan oleh

Nicolas Cook berikut, bahwa hingga saat ini belum ada metode analisis

oralmaupun formal tunggal yang sudah baku dan berlaku secara umum yang dapat

dipakai untuk menganalisis musik secara menyeluruh.

There is not any one fixed way of starting an analysis. It depends of the music, as wel as on the analyst and the reason the analysis is being done. But there is a presequisite to any sensible analysis, an this is familiarity with the music.55

Selanjutnya dapat dikatakan bahwa analisis adalah suatu pekerjaan

lanjutan setelah selesai melakukan transkripsi komposisi musik. Melalui proses

analisis tersebut akan diperoleh gambaran tentang gaya atau prinsip-prinsip dasar

struktur musikal yang tersembunyi dibalik komposisi musik itu.56

Dalam pendekatan analisis melodi, penulis menggunakan notasi

preskriptif. Dalam analisa melodi, Malm (1977:3) mengemukakan bahwa di

dalam mendeskripsikan melodi ada beberapa aspek yang harus diperhatikan,

yaitu: Tangga nada (scale), nada dasar (pitch center), wilayah nada (range),

jumlah nada (frequency of note), jumlah interval, pola kadensa, formula melodi

55

(53)

127

(melody formula), dan kontur (contour). Pengertian dari yang dijelaskan Malm

dalam mendeskripsikan atau menganalisis struktur musik adalah sebagai berikut:

4.3.1.Tangga nada (Scale)

Sebagaimana dikemukakan oleh Nettl bahwa cara-cara untuk

mendeskripsikan tangga nada adalah dengan menuliskan semua nada yang dipakai

dalam membangun sebuah komposisi musik tanpa melihat fungsi masing-masing

nada tersebut dalam lagu. Selanjutnya, tangga nada tersebut digolongkan menurut

beberapa klasifikasi, menurut jumlah nada yang dipakai. Tangga nada

diatonic(dua nada), tritonic (tiga nada), tetratonic (empat nada), pentatonic(lima

nada), hexatonic(enam nada), heptatonic (tujuh nada). Dua nada dengan jarak satu

oktaf biasanya dianggap satu nada saja.57

Jumlah nada yang dipakai untuk membangun komposisi Ende Tarombo Si

Raja Lontung oleh Marsius Sitohang adalah delapan buah nada Dengan demikian

tangga nada ini disebut diatonis.

Dengan berpedoman pada pendapat di atas maka tangga nada untuk

masing-masing komposisi Ende Tarombo Si Raja Lontung adalah sebagai berikut.

4.3.1.1Tangga nada Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Marsius Sitohang

C D E F G A AisB

57

Bruno Nettl, Theory and Method in Ethnomusicology (London: The Free Press of Glencoe Collier Mcmillan Limited, 1964), 145.

(54)

4.3.1.2 Tangga nada Ende Tarombo Si Raja Lontungoleh Trio Lasidos

Jika dilihat dari jumlah nada yang dipakai oleh Trio Lasidos untuk

membangun kompsosisi Ende Tarombo Si Raja Lontungyang disajikannya, yaitu

sebanyak tujuh nada maka tangga nadanya ialahdiatonis.

C D E F G A Bes 4.3.2. Nada dasar (pitch centre)

Karena Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh kedua penyaji ini sudah

dibuat bentuk diatonis, maka nada dasar sudah dapat ditentukan sesuai dengan

kemampuan si penyanyi. Sesuai dengan apa yg penulis ukur (mengukur nada

dasar dengan tuner), maka nada dasar Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh

Marsius dan Trio Lasidos adalah sebagai berikut:

Tabel-15 Nada Dasar Ende Tarombo Si Raja Lontung

NO. PENYAJI NADA DASAR

1. Marsius Sitohang C= Do

2. Trio Lasidos F= Do

4.3.3. Wilayah nada

Berdasarkan teori yang ditawarkan J.A Ellis dalam Malm, (1977:35)

(55)

129 yang berjarak 1 laras58

Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Marsius Sitohang adalah dari nada G

ke C’. Jarak dari nada G ke C’adalah sebanyak delapan setengah laras sehingga

jumlah frekuensi jarak kedua nada tersebut adalah 1700 cent.

sama dengan 200 cent dan nada-nada yang berjarak ½

laras sama dengan 100 cent.

Dengan berpedoman terhadap teori tersebut dan memperhatikan nada-nada

yang telah ditanskripsikan, maka wilayah nada yang terdapat padaEnde Tarombo

Si Raja Lontung oleh dua penyaji adalah sebagai berikut:

4.3.3.1. Wilayah nada Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Marsius Sitohang.

G-C’= 1700 cent

GC’

4.3.3.2. Wilayah nada Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Trio Lasidos.

Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Trio Lasidos adalah dari nada C ke

F’. Jarak dari nada adalahC ke F’ sebanyak delapan setengah laras sehingga

jumlah frekuensi jarak kedua nada tersebut adalah 1700cent.

C-F’ = 1700 cent

C F’

58

Laras adalah padanan kata tone atau step dalam terminologi musik dalam bahasa Inggris, sedangkan sent adalah unsur serapan dari bahasa Inggris cent.

(56)

4.3.4. Jumlah nada

Jumlah nada merupakan banyaknya nada yang dipakai dalam suatu musik

atau nyanyian. Banyaknya nada yang terdapat pada Ende Tarombo Si Raja

Lontung adalah dapat dilihat padatabel berikut ini:

No. Nama Nada Jumlah Nada pemakaian nada pada Ende

Tarombo Si Raja Lontung oleh Marsius Sitohang

TABEL -17. Jumlah pemakaian nada pada Ende

(57)

131

Jumlah nada Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Marsius Sitohang dalam bentuk

garis paranada:

133 131 192 127 114 82 13 8

Jumlah nada Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Trio Lasidos dalam bentuk

garis paranada:

78 77 73 50 43 41 28

4.3.5. Jumlah Interval

Interval ialah jarak antara satu nada ke nada berikutnya, naik maupun

turun berdasarkan jumlah laras yang mengantarai kedua nada tersebut.

Berdasarkan hukum musik, nama-nama interval telah ditentukan menurut jumlah

nada yang dipakai, sedangkan jenisnya ditentukan berdasarkan jarak kedua nada

tersebut dalam laras, seperti pada tabel berikut.

(58)

Tabel-18

Nama dan jenis interval

Simbol interval

Jlh nada

Jlh

laras Nama dan jenis interval

Contoh

Dengan demikian, berdasarkan hukum interval di atas maka interval untuk

(59)

133 Nama Interval Posisi Jumlah

P 276

Nama Interval Posisi Jumlah

P 86

TABEL -19. Jumlah interval pada Ende Tarombo Si Raja Lontung olehMarsius Sitohang

TABEL -20. Jumlah interval pada Ende Tarombo Si Raja Lontung

oleh Trio Lasidos

(60)

4.3.6. Pola Kadensa (Cadence Patterns)

Seperti kalimat bahasa yang diberi tanda baca berupa koma dan titik, maka

demikian juga halnya dengan musik, juga diberi tanda baca melalui

kadens-kadens yang terdapat di dalamnya. Sebuah kadens-kadens adalah satu kerangka atau

formula yang terdiri dari elemen-elemen harmonis, ritmis, dan melodis yang

menghasilkan efek kelengkapan yang bersifat sementara (kadens tak sempurna,

kadens gantung) dan yang permanen (kadens lengkap, sempurna).

Kadens yang berakhir pada nada tonal disebut kadens sempurna (lengkap),

sedangkan yang berakhir pada nada lain (seperti nada dominan atau sub-dominan)

disebut kadens gantung (tak sempurna). Analoginya dengan kalimat, kadens

sempurna itu merupakan titik; kadens gantung merupakan tanda tanya atau

titik-koma. Sebuah frase yang berakhir pada kadens gantung (tak sempurna) disebut

frase anteseden dan biasanya kadens seperti ini akan segera pula diikuti oleh

sebuah frase konsequenyang berakhir dengan sebuah kadens sempurna

(lengkap).59

4.3.6.1. Pola Kadensa Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Marsius Sitohang

Contoh Kadens Sempurna.

59

(61)

135

Sebuah frasa (bar 32) diakhiri dengan nada tonal (nada dasar) Ende

Tarombo Si Raja Lontung, yaitu nada C.

Contoh Kadens Gantung/ Tak sempurna

Sebuah frasa (bar 5) diakhiri dengannada yang bukan nada tonalnya (nada dasar)

Ende Tarombo Si Raja Lontung, yaitu nada D.

4.3.6.2.Pola Kadensa Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Trio Lasidos

Contoh Kadens Sempurna

Sebuah frasa (bar 3) diakhiri dengan nada pembentuk akord “F” Ende Tarombo Si

Raja Lontung, yaitu nada A.

Contoh Gantung/ Tak Sempurna

Sebuah frasa (bar 8) diakhiri dengan nada yang bukan pembentuk akord “F” Ende

Tarombo Si Raja Lontung, yaitu nada Bes.

(62)

4.3.7. Formula melodi (Melody Formula)

Dalam mendeskripsikan fomula melodik, ada tiga hal penting yang akan

dibahas yaitu bentuk, frasa, dan motif. Bentuk adalah suatu aspek yang

menguraikan tentang organisasi musikal. Unit terkecil dari suatu melodi disebut

dengan motif, yaitu tiga nada atau lebih yang menjadi ide sebagai pembentukan

melodi. Gabungan dari motif adalah semi frasa, dan gabungan dari semi frasa

disebut dengan frasa (kalimat).Berikut beberapa istilah untuk menganalisis

bentuk, yang dikemukakanoleh William P. Malm :

1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang.

2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil

dengan kecenderungan pengulang-pengulang di dalam keseluruhan

nyanyian.

3. Strofic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks

nyanyian yang baru atau berbeda.

4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan

pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan penyimpangan melodi.

5. Progressive yaitu bentuk nyanyian yang terus berubah dengan

menggunakan materi melodi yang selalu baru.

Nettl dalam bukunya Theory and Method in Ethnomusicology, mengatakan

bahwa untuk mendeskripsikan bentuk suatu komposisi, ada beberapa patokan

yang dipakai untuk membagina ke dalam berbagai bagian, yaitu:

(63)

137

2. Frasa-frasa istirahat bisa menunjukkan batas akhir suatu unit.

3. Pengulangan dengan perubahan (misal, transposisi lagu atau pengulangan

pola ritmis dengan nada-nada yang lain).

4. Satuan teks dalam musik vokal, seperti kata atau baris.

Dengan demikian, mengacu pada teori Malm di atas dan setelah

dihubungkan dengan perjalanan melodi kedua penyajian Ende Tarombo Si Raja

Lontung yang menjadi sampel dalam tulisan ini maka dapat disimpulkan sebagai

berikut.

Dalam hal ini penulis membagi bentuk Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh

kedua penyaji yang dianalisa berdasarkan teori diatas, yaitu membagi dengan

berdasarkan frasa-frasa istirahat.

(64)

4.3.7.1 Analisis Bentuk, Birama dan Frasa pada Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Trio Lasidos

Birama Frasa

1-3 A1

4-5 A2

6-8 B

9-17 C

18-20 D

21-23 E

24-27 F

28-31 G

32-35 H

36-40 I

41-44 H

45-50 J

51-52 D

53-55 E

56-59 F

60-63 G

(65)

139

Notasi di bawah ini merupakan notasi pada frasa A1

Notasi di bawah ini merupakan notasi pada frasa A2

Notasi dibawah ini merupakan notasi pada frasa B

Notasi di bawah ini merupakan notasi frasa C

Notasi di bawah ini merupakan notasi frasa D

(66)

Notasi di bawah ini merupakan notasi frasa E

Notasi di bawah ini merupakan notasi frasa F

Notasi di bawah ini merupakan notasi frasa G

Gambar

Gambar-10: Cover Ende Tarombo Si Raja Lontung dalam bentuk
Tabel -14 Persamaan13 Bait
Gambar tersebut menandakan not setengah
Tabel-15 Nada Dasar Ende Tarombo Si Raja Lontung
+7

Referensi

Dokumen terkait