• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3 Pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis

4.3.11 Pernyataan Informan tentang Pelaksanaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari dua belas orang informan yang diwawancarai, seluruh informan menyatakan bahwa POMP Filariasis dilaksanakan di pos-pos yang ada di setiap desa. Delapan orang informan menyatakan bahwa pos dibuka pada pagi hari dan air minum sudah disediakan sehingga obat sangat dianjurkan untuk diminum di depan petugas. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut :

Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan tentang Pelaksanaan POMP Filariasis di Kabupaten Bengkalis

No. Informan Pernyataan

1. Kepala Puskesmas Kec. Bengkalis

“Yang melaksanakan adalah kader beserta tenaga kesehatan yang di pustu, polindes, poskesdes beserta puskesmas. Kepala desa membuat pos, pos pemberian obat massal. Di masing-masing desa nanti ada pos, ee sistem kita buat kemaren, di hari H nya itu, semua pos buka. Konsep kemaren kita lakukan mereka ambil di tempat kita, langsung minum di tempat. Aquanya kita siapkan, jadi kita lihat langsung dia minum. Ada juga yang mengambil orangtuanya, untuk anaknya, tentu anaknya gak ada kan lagi sekolah, jadi minumnya di rumah, jadi gak ada yang mengawasi minum obat siapa, benar di minum atau tidak, atau dibuang ke tong sampah.”

2. Kepala Puskesmas Kec. Bantan

“Waktu di hari H kemaren, semua pos dibuka sampai siang, di tiap desa ada beberapa pos, kemudian kadernya itu dari pagi sudah siap di pos, air minum disediakan oleh pihak desa, dan memang obat itu harus diminum di depan petugas.. Bagi yang belum makan atau yang tidak mau minum langsung yaudah mereka bawa pulang, tapi tetap diwanti-wanti sama kader harus minum..”

3. Pengelola Program Eliminasi Filariasis Puskesmas Kec. Bengkalis

“Ya waktu itu kami beberapa petugas dari puskesmas ikut memantau pelaksanaan POMP Filariasis ini ya, di hari H semua pos buka, yang pas di tahap kedua kemaren itu bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional, kemaren bupati langsung yang buka kegiatan ini.. Memang obatnya harus diminum langsung di depan petugas ya, kami juga menyiapkan minum dan sarapan waktu itu, jadi tidak ada alasan untuk tidak diminum di depan petugas, waktu itu juga kita data berapa yang tidak minum, kenapa ditunda minum obatnya, jadi seperti itu..”

4. Pengelola Program Eliminasi Filariasis Puskesmas Kec. Bantan

“Kalau kami kemaren tiap desa itu ada beberapa pos, pagi-pagi posnya sudah dibuka, kadernya langsunglah menyiapkan formulir, kartu pengobatan, obat, sama air minumnya.. Ada juga untuk penduduk yang agak tua umur 40 tahun keatas diperiksa dulu tekanan darahnya, tensinya, tanyakan ada penyakit berat atau tidak.. ya kalau bisa memang semua harus minum di depan

petugasnyalah.. tapi ada juga yang tidak mau jadi bawa pulang ke rumah..”

5. Kepala Desa Wonosari

“Kemaren kita melakukannya di setiap daerah, di setiap RW dan dusun, sesuai dengan obat yang datang ke desa kita, kita ee sebarkan ke dusun-dusun di wilayah desa wonosari, ee melalui dari pergerakan polindes-polindes dan pergerakan posyandu. Jadi mereka sekaligus mensosialisasikan ke masyarakat untuk mengambil obat gratisnya itu, dan langsung di makan pada saat itu juga. Kita kemaren ada 5 pos sesuai dengan jumlah dusun di wonosari ada 5 pos kita. Kemaren kita sarankan untuk bisa di antar, kita data nama-nama masyarakat yang datang. Di sini kemaren disiapkan airnya langsung, biar langsung dikonsumsi, tapi ada juga yang tak mau, jadi dibawa pulang. Memang gejala kaki gajah ini lama munculnya, tidak langsung, kadang 10 tahun baru ada gejala, jadi awal-awal inilah kita mengimunisasikan memakan obat itu. Ya, itu memang program dari pemerintah, seluruh desa memang melaksanakan pengobatan massal ini.”

6. Ketua RT 04 Desa Kelapapati

“Kegiatan pemberian obat filariasis ini udah dua kali dilaksanakan di tahun 2013 kemaren, kan lima tahun berturut-turut, kalau kemaren tu ada beberapa pos di desa kelapapati. Rata-rata yang mengambil obatnya itu kepala keluarga ya, langsung sekalian dikasi kartu pengobatannya itu. Pos dibuka pada pagi hari, dan obat memang dianjurkan untuk langsung diminum pada saat itu juga, tapi ada juga yang bawa pulang ke rumah, minumnya di rumah.”

7. Kader/TPE Desa Wonosari

“Iya, air nya disiapkan oleh desa, aquanya, sebagian ada yang makan obat di tempat, tapi sebagian lagi ada yang tidak, karena kalau dia tidak sarapan kami tak berani memberikan obat itu untuk makan di tempat, jadi kami suruh bawa pulang. Kadang dah kita umumkan kan, sebelum makan obat buk harus sarapan, pas kita memberikan obat, kan kita tanya dulu, dah sarapan buk, beluuum, jadikan tak mungkin kita suruh makan kan, tapi kalau yang sudah makan suruh makan di tempat.”

8. Kader/TPE Desa Pedekik

“Kalau disini kemaren rata-rata semua minum di depan petugas ya, tapi ada juga yang tidak, bawa pulang

kerumah.. Kemaren kalau minumnya desa yang menyiapkan.. Di desa kami awalnya ada beberapa pos, cuma kemaren yang tahap kedua kami bikin satu pos aja di kantor kepala desa, biar semuanya kumpulnya disitu.. Pos nya kami buka sampai siang sekitar jam 12 gitulah..”

9. Penduduk Desa Kelapapati

“Saya karena tak tahu ada pos nya, kapan bukanya, saya tahu pas udah tutup pulak, jadi kan saya ambil obat di kantor kepala desa, dan setahu saya dari cerita kawan-kawan ni tak banyak yang minum depan petugas, orang banyak bawa pulang aja, pos tutupnya siang dah tutup, waktu tu pos nya itu dipasang tenda di mesjid..”

10. Penduduk Desa Senggoro

“Ada memang beberapa pos katanya disini, tapi karena saya pun kurang informasi dan tak datang kesana jadi saya tak tahu bagaimana pelaksanaannya kemaren tu” 11. Penduduk Kel.

Damon

“Pos pengobatannya itu ada yang di mesjid, ada yang di lapangan gitu dipasangi tenda, banyak juga waktu tu yang datang ke pos, rame jugalah, saya waktu itu datang ke pos pagi sebelum berangkat kerja, obatnya tidak saya minum di depan petugas, saya bawa pulang aja..”

12. Penduduk Kel. Kota

“Waktu itu kebetulan pos nya di mesjid dekat rumah saya, di mesjid itu dibuat dipasangi tenda.. waktu yang pertama kali saya minum langsung di tempat, disediakan air minum disana, tapi yang pas pembagian yang kedua kali saya bawa pulang ke rumah obatnya.” Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan POMP Filariasis dilaksanakan di pos-pos yang telah disediakan di setiap desa. Pada tanggal yang telah ditetapkan, semua pos serentak dibuka dimulai pada pagi hari sampai siang hari. Pelaksana kegiatan POMP Filariasis adalah kader-kader posyandu dan dipantau oleh petugas puskesmas. Obat yang diberikan seharusnya diminum langsung di depan petugas dan sudah disiapkan air minum, namun masih ada penduduk yang tidak minum obat di depan petugas.

4.3.12 Pernyataan Informan tentang Kepatuhan Minum Obat dalam