• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pernyataan Informan tentang Monitoring Reaksi

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3 Pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis

4.3.13 Pernyataan Informan tentang Monitoring Reaksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima orang informan yang diwawancarai, seluruh informan menyatakan banyak terjadi reaksi pengobatan dalam

pelaksanaan POMP Filariasis. Satu orang informan menyatakan bahwa pernah terjadi kasus berat karena obat diberikan kepada penderita gagal ginjal sehingga harus dirujuk ke rumah sakit. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut :

Tabel 4.19 Matriks Pernyataan Informan tentang Monitoring Reaksi Pengobatan dalam Pelaksanaan POMP Filariasis di Kabupaten Bengkalis

No. Informan Pernyataan

1. Pengelola Program Filariasis Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis

“Itu pernah terjadi kasus berat karena kader tersebut tidak mengetahui orang tersebut ada penyakit berat yaitu gagal ginjal, kita tahu, pemberian obat massal filariasis itu kan ditunda pemberian obatnya untuk yang punya sakit berat, anak dibawah 2 tahun, ibu hamil, kalau ibu menyusui, tahun 2004 tidak boleh, tapi untuk pengobatan massal terakhir ini boleh. Kemudian gejala lain yang timbul itu mual, muntah, keluar cacing, itulah biasa gejala efek samping yang timbul akibat pemberian obat. Di tahap pertama kemaren banyak yang mengalami reaksi, reaksi ringan, tapi di tahap kedua mengalami kekurangan… Dia memang gitu, semakin lama nanti semakin berkurang reaksinya, tahap pertama banyak, yang mengalami, tahap kedua nanti berkurang, tahap berikutmya semakin berkurang lagi. Makanya harus minimal lima tahun berturut-turut karena dia tak bisa sekali minum obat, langsung habis sekaligus semua cacingnya.” 2. Pengelola Program

Eliminasi Filariasis Puskesmas Kec. Bengkalis

“Di hari H sampai beberapa hari setelah hari H kita banyak ya menerima pasien dengan keluhan ringan pasca pengobatan, tapi keluhan ringan aja, kayak pusing, mual, kalau yang berat gitu tak ada, sama pasiennya kita kasi obat sesuai keluhan. Setelah itu kita jelaskan juga, oo itu gak apa-apa bu, berarti obatnya bekerja mematikan cacing di dalam tubuh” 3. Pengelola Program

Eliminasi Filariasis Puskesmas Kec. Bantan

“Oo banyak juga ya yang kena efek samping setelah minum obat, berarti kan kalau dah gitu berarti dah ada cacing itu dalam tubuh.. jadi kemaren petugas kesehatan yang dari puskesmas juga ikut memantau, sekaligus kami jelaskan, jangan heran kalau ada reaksi setelah minum obat, kalau memang ada reaksi yang sangat mengganggu segera ke puskesmas atau ke

pelayanan kesehatan..” 4. Kader/TPE Desa

Wonosari

“Kemaren pernah memang penyakit ini, tapi kami tidak disosialisasikan secara umum, ya, cuma misalnya dari ee puskesmas memerintahkan kepada kader untuk memberikan obat kaki gajah ini ke masyarakat tapi tidak disosialisasikan, jadi setelah diberikan obat itu kan efek sampingnya banyak kan, ada yang muntah-muntah, ada yang pusing, ada yang mual, jadi masyarakat itu istilahnya tidak terimalah kan, kok apa yang dikasikan obat dari kader ini, katanya kan, jadi waktu pemberian pertama dari program ini diadakan di Bengkalis kami minta sama aparat setempat sebelum pengobatan ini diberikan, kami minta dikumpulkan di kantor lurah untuk disosialisasikan ke masyarakat yang didampingi oleh RT, RW dan lurah setempat, jadi efek sampingnya kami kasi tau, jadi masyarakat itu tidak kaget lagi. Jadi kalau masalah reaksi pengobatan itu, kami minta kepada masyarakat kalau ada yang mengalami reaksi pengobatan misalnya muntah, pusing atau demam, segera melapor ke kader dan kader akan membawa mereka ke polindes terdekat, kan, tapi kalau misalnya reaksinya itu lebih parah nanti akan dirujuk ke rumah sakit. Kalau di daerah Wonosari ini insyaallah nggak, sekedar muntah, langsung nanti di bawa ke polindes aja. Kalau daerah wonosari ya, kalau daerah lain katanya ada kan..”

5. Kader/TPE Desa Pedekik

“Kalau tentang reaksi pengobatan, di tahap pertama banyak yang mengalami reaksi pengobatan, ada yang pening, ada yang muntah, jadi lantaran di tahun pertama banyak yang kayak gitu, yang tahun kedua ini dianjurkan kalau mau minum pas sebelum tidur, harus istirahat jangan berjalan, memang kalau orang yang kondisinya bagus, biasanya tidak ada efek samping.. yang pertama itulah karena kan mungkin kan kaget, ni kan dah kedua, kalau di Pedekik ini udah 3 kali lah, kami sebelum ada program pengobatan massal ini kami dulu dah pernah bagikan obat ini di Desa Pedekik aja.. tapi waktu itu memang tidak ada pakai sosialisasi-sosialisasi dari kecamatan, jadi dulu tu stok obat ada, jadi terserah aja siapa yang mau ngambil.. tahap pertama ada kemaren sampai yang pingsan-pingsan gitu, dan dibawa ke rumah sakit juga kok.. lantaran dia

itu punya penyakit maag, pokoknya kalau yang punya maag, memang tak bisa.. yang anu cuma pening, memang kan keluar cacing, muntah-muntah, biasalah itu.. tapi bagus tu bagi anak-anak kan, bisa keluar cacing sekalian.. ada reaksi itu berarti memang sudah ada bibit filariasis itu.. kalau yang tak ada apa-apa berarti tak adalah.. anak saya minum, saya minum Alhamdulillah tak ada apa-apa kami.. haa itulah jadi orang ni kan banyak yang takut, kita kasi informasi, nanti buk kalau mau bepergian, ibuk jangan minum ini, kadang kan mencret orang tu, jadi kalau mau bepergian ditunda dulu minumnya..”

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa reaksi pasca pengobatan massal filariasis terjadi karena reaksi tubuh akibat matinya cacing filaria dan mikrofilaria. Puskesmas bertanggungjawab terhadap pengawasan pelaksanaan POMP Filariasis. Adapun reaksi yang banyak terjadi yaitu reaksi ringan berupa pusing, mual, muntah, dan sebagainya. Penduduk yang mengalami reaksi pengobatan dapat dibawa ke polindes, puskesmas, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya.

4.3.14 Pernyataan Informan tentang Pemberian Obat Kepada Penduduk yang