• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pemodelan Multi-Kriteria untuk Pengembangan Wilayah Berbasis Komoditas Unggulan di Kabupaten Lampung Timur adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun ke perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2008

Dian Ratna Sari

ABSTRACT

DIAN RATNA SARI. Multi-Criteria Modelling for Regional Development based on Primary Commodities in Lampung Timur Regency. Under the direction of

DWI PUTRO TEJO BASKOROand ISKANDAR LUBIS.

Agricultural sector has become a very dominant sector in Lampung Timur regency. It gives significant contribution to local economic growth. One of several approaches in order to develop agriculture is setting the primary commodities in each district. Primary commodities are set by integrating biophysics, socio- economics, and institutional aspects. Multi-Criteria Evaluation (MCE) is one of many decision support systems that can be used to evaluate multi-criteria for land allocation. The general objective of this research is to set priority directories for regional development based on agriculture in Lampung Timur regency using MCE, and the other objectives are: (1) to evaluate food crops sub sector role in Lampung Timur District; (2) to identify primary commodities in each district in Lampung Timur; (3) to analize socio-economics fasilities hierarchy; and (4) to evaluate land suitability for primary commodities. Results showed that paddy, cassava and maize are food crop primary commodities with each land availabities are 52 714 hectares, 56 441 hectares, and 65 138 hectares. Based on LQ result and its combination with land availability allocation, Raman Utara is the largest district for paddy field followed by Labuhan Maringgai and Pasir Sakti. For cassava, Sukadana is the main district, followed by Labuhan Ratu, and Marga Tiga. The largest potential for maize is Sekampung Udik, then Marga Sekampung and Waway Karya.

Keywords: food crops, MCE, land allocation, Lampung Timur

RINGKASAN

DIAN RATNA SARI. Pemodelan Multi-Kriteria untuk Pengembangan Wilayah Berbasis Komoditas Unggulan di Kabupaten Lampung Timur. Dibawah

bimbingan DWI PUTRO TEJO BASKOROdan ISKANDAR LUBIS.

Sektor pertanian - dengan sub sektor tanaman bahan pangan sebagai sub sektor dominan - merupakan sektor basis di Kabupaten Lampung Timur yang memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan potensi tersebut maka pengembangan sektor pertanian dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu optimalisasi sumberdaya lokal, penetapan komoditas unggulan di setiap kecamatan, dan perwujudan sentra pengembangan komoditas unggulan. Pewilayahan komoditas unggulan ditetapkan dengan memadukan aspek biofisik, sosial ekonomi, maupun kelembagaan. Salah satu pemodelan dengan sistem pendukung keputusan adalah MCE (Multi-Criteria Evaluation) yang dapat digunakan pada evaluasi terhadap banyak kriteria. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menentukan arahan prioritas yang sesuai untuk pengembangan sektor pertanian berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Lampung Timur dengan menggunakan pemodelan MCE. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengevaluasi peran sub sektor pertanian tanaman pangan di Kabupaten Lampung Timur; 2) mengidentifikasi komoditas-komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di setiap kecamatan di Kabupaten Lampung Timur; 3) menganalisis hirarki pusat-pusat pelayanan sosial dan ekonomi di Kabupaten Lampung Timur; dan 4) mengevaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian tanaman pangan unggulan di Kabupaten Lampung Timur.

Sub sektor pertanian tanaman pangan merupakan sub sektor yang paling dominan memberikan kontribusi terhadap PDRB dari sektor pertanian (rata-rata 30.44% tahun 2002-2006, berdasarkan PDRB harga konstan 2000). Penetapan komoditas unggulan dilakukan berdasarkan nilai urutan prioritas hasil analisa dari setiap komoditas dikalikan bobot setiap alat analisa yang digunakan. Dalam hal ini, berdasarkan studi literatur dan wawancara responden yang dilakukan, analisis preferensi masyarakat diberikan persentase bobot terbesar sebesar 40%, diikuti analisis tren permintaan 30%, analisis LQ 20%, dan analisis tren luas panen 10%. Urutan ditentukan berdasarkan jumlah terkecil dari perkalian urutan komoditas dan bobot. Berdasarkan hal tersebut, komoditas padi sawah, jagung dan ubi kayu adalah komoditas yang ditetapkan sebagai komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Lampung Timur.

Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah menunjukkan sebagian besar berada pada kelas yang tidak sesuai (43.67%) dan sesuai marjinal (36.28 %). Sedangkan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jagung dan ubi kayu didominasi sesuai marjinal (92.24% dan 77.29%). Hasil dari proses hirarki analitik yang dijadikan dasar pembobotan dengan multi kriteria (memadukan aspek teknis, ekonomi, dan sosial) untuk menentukan prioritas komoditas unggulan yang akan dikembangkan adalah padi sawah (0.388), diikuti ubi kayu (0.322) dan jagung (0.291).

Berkaitan dengan penggunaan sistem pengambilan keputusan multi-kriteria maka perlu dihitung secara tepat berapa areal yang tersedia dan berapa kebutuhan luasan untuk arahan pengembangan setiap komoditas. Untuk padi sawah, ubi kayu dan jagung, selain untuk kebutuhan swasembada pangan perlu juga dihitung kebutuhan untuk non pangan, seperti pakan ternak, tepung, biofuel/bioetanol, dan sebagainya. Selain itu perlu pula dicadangkan kebutuhan pangan pokok guna penanggulangan resiko bencana alam sebesar 10 persen.

Ketersediaan lahan berdasarkan perhitungan peta untuk padi sawah seluas seluas 52 714 hektar, ubi kayu 56 441 hektar dan jagung 65 138 hektar, sedangkan kebutuhan kecukupan lahan baik untuk kebutuhan pangan maupun lainnya untuk padi sawah seluas 52 713 hektar, ubi kayu 76 753 hektar, dan jagung 91 200 hektar. Arahan pengembangan komoditas unggulan berdasarkan hasil MOLA yang dipadukan dengan kecamatan yang memiliki komoditas basis didapatkan luasan lahan untuk pengembangan padi sawah 52 713 hektar yang tersebar di 12 kecamatan sentra produksi, ubi kayu 54 134 hektar (di 7 kecamatan), dan jagung 62 074 hektar (di 8 kecamatan).

Kecamatan-kecamatan yang menjadi sentra produksi dari padi sawah yaitu Batanghari, Sekampung, Melinting, Gunung Pelindung, Labuhan Maringgai, Pasir Sakti, Way Jepara, Braja Selebah, Pekalongan, Raman Utara, Purbolinggo, dan Way Bungur. Untuk ubi kayu sentra produksinya berada di Marga Tiga, Way Jepara, Labuhan Ratu, Sukadana, Bumi Agung, Batanghari Nuban, dan Raman Utara. Sedangkan Metro Kibang, Sekampung Udik, Jabung, Waway Karya, Marga Sekampung, Mataram Baru, Bandar Sribhawono, dan Gunung Pelindung merupakan kecamatan-kecamatan basis sentra produksi jagung.

Kata kunci: tanaman pangan, evaluasi multi-kriteria, alokasi lahan, Lampung Timur

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Dokumen terkait