• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup Strategis

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

II. Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (SS2)

3. Persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup Strategis

3.1. Realisasi a. Sumber Data

Terdapat 2 (dua) sumber data yang menjadi acuan dalam penentuan realisasi indikator kinerja persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi KLHS pada tahun 2016, yaitu:

1) Hasil pelaksanaan kegiatan pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan kabupaten/kota; dan

2) Hasil koordinasi dengan instansi lingkungan hidup, Bappeda dan Dinas Prasjal Tarkim/Pekerjaan Umum kabupaten/kota terkait perkembangan pelaksanaan KLHS terhadap dokumen perencanaan kabupaten/kota.

Kedua sumber data di atas juga digunakan untuk menentukan realisasi indikator kinerja dimaksud pada tahun sebelumnya (2015).

Kegiatan pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan dimulai pelaksanaannya sejak tahun 2014 dengan alokasi anggaran pelaksanaan kegiatan berada pada APBD/DPA Bapedalda Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini dilakukan oleh Tim Pembinaan KLHS Provinsi dan ditujukan terhadap pemerintah kabupaten/kota yang belum atau sedang/telah melaksanakan KLHS terhadap dokumen perencanaannya (RTRW dan/atau RPJMD/RPJPD). Pada tahun 2015, pembinaan KLHS lebih difokuskan terhadap kabupaten/kota yang akan menyusun KLHS untuk dokumen RPJMD, mengingat masih adanya beberapa kabupaten/kota yang akan menyusun KLHS RPJMD (melaksanakan Pilkada pada tanggal 9 Desember 2015) belum mendapatkan pembinaan KLHS pada tahun 2014. Untuk tahun 2016, pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan ditujukan terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum atau sedang/telah melaksanakan KLHS terhadap dokumen perencanaannya (RTRW dan/atau RPJMD). Pembinaan KLHS pada tahun 2016 dilakukan terhadap 5 (lima) kabupaten/kota, yaitu Kota Sawahlunto, Kota Payakumbuh, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Pasaman Barat.

Melalui pelaksanaan kegiatan pembinaan, dilakukan inventarisasi terhadap dokumen perencanaan kabupaten/kota yang sedang atau akan disusun/dievaluasi (wajib KLHS) dan proses KLHS untuk dokumen-dokumen perencanaan tersebut (apakah telah dilakukan atau belum). Terhadap kabupaten/kota yang tidak termasuk objek pembinaan/evaluasi hasil pembinaan, dilakukan koordinasi dengan instansi terkait Pemerintah Kabupaten/Kota tersebut untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan KLHS terhadap dokumen perencanaan yang ada pada masing-masing kabupaten/kota. Namun tidak menutup kemungkinan terhadap kabupaten/kota yang menjadi objek pembinaan/evaluasi hasil pembinaan dilakukan koordinasi sebagaimana dimaksud guna meng-update/memperbarui informasi terkait pelaksanaan KLHS di kabupaten/kota tersebut. Sementara terkait pelaksanaan KLHS untuk dokumen perencanaan provinsi (KLHS RPJMD), Bapedalda terlibat langsung dalam proses penyusunannya sebagai salah satu anggota tim dan Ka. Bapedalda menjadi Ketua Pokja dalam pelaksanaan KLHS RPJMD dimaksud.

b. Acuan dan Alat

Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan, dan dalam menentukan persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-KLHS, terdapat beberapa aturan/regulasi yang dipedomani, yaitu:

1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum KLHS.

3) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah.

4) Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. SE.04/Menlhk-II/2015 tanggal 13 Mei 2015 tentang Pelaksanaan KLHS.

c. Metodologi Perhitungan

Dalam menghitung persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-KLHS digunakan formula/rumusan sebagai berikut:

Jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-KLHS

× 100 % Jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang wajib di-KLHS

Target untuk indikator kinerja ini pada tahun 2016 adalah 40%. Lingkup dokumen perencanaan yang ditinjau meliputi RPJPD/RPJMD dan RTRW beserta turunannya (RDTR/RTR kawasan). Dalam rangka penyusunan laporan ini, dilakukan perluasan konteks dokumen perencanaan yang sudah di-KLHS dimana untuk dokumen perencanaan yang proses KLHS-nya sedang berjalan (minimal telah selesai proses pelingkupan isu strategis/memasuki tahapan persandingan isu strategis dengan kebijakan, rencana dan/atau program) dapat dikategorikan sebagai dokumen perencanaan yang sudah di-KLHS.

Pada tahun 2016, terdapat 27 (dua puluh tujuh) dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang terkategori wajib di-KLHS, yaitu:

1) Penyusunan RPMJD Provinsi Sumatera Barat 2) Penyusunan RPJMD Kabupaten Limapuluh Kota 3) Penyusunan RPJMD Kabupaten Pasaman Barat 4) Penyusunan RPJMD Kabupaten Agam

5) Penyusunan RPJMD Kabupaten Padang Pariaman 6) Penyusunan RPJMD Kabupaten Dharmasraya 7) Penyusunan RPJMD Kabupaten Sijunjung 8) Penyusunan RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan 9) Penyusunan RPJMD Kabupaten Solok Selatan 10) Penyusunan RPJMD Kabupaten Pasaman 11) Penyusunan RPJMD Kabupaten Tanah Datar 12) Penyusunan PJMD Kabupaten Solok

13) Penyusunan RPJMD Kota Bukittinggi 14) Penyusunan RPJMD Kota Solok 15) Revisi RTRW Kota Bukittinggi

16) Penyusunan RDTR Sarilamak – Kabupaten Limapuluh Kota

17) Penyusunan RDTR Kawasan Kota Lubuk Basung – Kabupaten Agam 18) Penyusunan RDTR Ibukota Kecamatan Tanjung Mutiara – Kabupaten Agam

19) Penyusunan RDTR Kawasan Koto Baru – Kabupaten Dharmasraya 20) Penyusunan RDTR Kecamatan Koto VII – Kabupaten Sijunjung 21) Penyusunan RDTR Kawasan Abai – Kabupaten Solok Selatan

22) Penyusunan RDTR Kawasan Muaro Labuh – Kabupaten Solok Selatan

23) Penyusunan RDTR Kawasan Seribu Rumah Gadang – Kabupaten Solok Selatan 24) Penyusunan RDTR Kota Batusangkar – Kabupaten Tanah Tanah

25) Penyusunan RDTR Kota Pariaman

26) Penyusunan RDTR Kawasan Mandeh – Kabupaten Pesisir Selatan 27) Penyusunan RDTR Kawasan Sungai Bangek – Kota Padang.

Berdasarkan informasi yang diperoleh pada saat pembinaan KLHS dan hasil koordinasi dengan instansi terkait provinsi dan kabupaten/kota diketahui bahwa dari 27 (dua puluh tujuh) dokumen perencanaan yang wajib KLHS sebagaimana tersebut di atas, sampai pada akhir tahun 2016, terhadap 19 (sembilan belas) diantaranya telah dilakukan KLHS yaitu penyusunan RPJMD Provinsi Sumatera Barat, penyusunan RPJMD Kabupaten Limapuluh Kota, penyusunan RPJMD Kabupaten Pasaman Barat, penyusunan RPJMD Kabupaten Agam, penyusunan RPJMD Kabupaten Padang Pariaman, penyusunan RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan, penyusunan RPJMD Kabupaten Dharmasraya, penyusunan RPJMD Kabupaten Sijunjung, penyusunan RPJMD Kabupaten Solok, penyusunan RPJMD Kabupaten Solok Selatan, penyusunan RPJMD Kabupaten Pasaman, penyusunan RPJMD Kabupaten Tanah Datar, penyusunan RPJMD Kota Bukittinggi, penyusunan RPJMD Kota Solok, revisi RTRW Kota Bukittinggi, penyusunan RDTR Kawasan Sarilamak, RDTR Kawasan Kota Lubuk Basung, penyusunan RDTR Ibukota Kecamatan Tanjung Mutiara serta penyusunan RDTR Kawasan Mandeh. Untuk 8 (delapan) dokumen perencanaan lainnya yakni penyusunan RDTR Kawasan Koto Baru, penyusunan RDTR Kecamatan Koto VII, penyusunan RDTR Kawasan Abai, penyusunan RDTR Kawasan Muaro Labuh, penyusunan RDTR Kawasan Seribu Rumah Gadang, penyusunan RDTR Kota Batusangkar, penyusunan RDTR Kota Pariaman dan penyusunan RDTR Kawasan Sungai Bangek diketahui belum dilengkapi KLHS.

Dari data di atas, maka dapat dihitung realisasi kinerja untuk indikator persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-KLHS menggunakan formula/rumusan di atas. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Realisasi Kinerja =

Jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-KLHS

× 100% Jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang

wajib di-KLHS = 19 × 100% = 70,37%

3.2. Analisis Capaian Kinerja

a. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2016

Hasil perhitungan realisasi kinerja untuk indikator persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-KLHS sebagaimana uraian di atas menunjukkan angka 70,37%. Persentase realisasi ini melebihi dari target kinerja indikator, yakni sebesar 40%. Tingkat capaian kinerja untuk tahun 2016 diperoleh dengan membandingkan realisasi dan target kinerja pada tahun tersebut, dengan hasil perhitungan sebagai berikut:

Capaian Kinerja =

Realisasi kinerja

× 100% Target kinerja yang telah ditetapkan

= 70,37 × 100% = 175,92% 40

Dengan nilai pencapaian realisasi kinerja yang melebihi target indikator kinerja, berikut dengan capaian kinerja > 100%, secara tidak langsung menunjukkan bahwa tingkat pemahaman aparat di daerah dalam pelaksanaan KLHS sudah cukup baik dan kesadaran akan pentingnya KLHS terhadap dokumen perencanaan sehingga sebagian daerah telah menganggarkan biaya penyusunan KLHS. Disamping itu Dinas Prasjal Tarkim Provinsi Sumatera Barat juga sangat membantu untuk terealisasinya KLHS RTRW/RDTR di daerah dengan menjadikan dokumen KLHS sebagai salah satu syarat pengajuan persetujuan substansi dokumen RTRW dan RDTR.

b. Perbandingan realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2016 dengan tahun

2015 dan beberapa tahun terakhir

Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dilakukan terhadap kondisi pencapaian realisasi pada 2 (dua) tahun sebelumnya, yakni 2015 dan 2014. Berdasarkan hasil perhitungan realisasi kinerja untuk indikator kinerja persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-KLHS di kedua tahun tersebut, serta perbandingannya dengan kondisi pada tahun 2016, didapatkan data/informasi sebagaimana Tabel 15 dan Grafik 7.

Tabel 15. Perbandingan Realisasi Kinerja untuk Indikator Kinerja Jumlah Dokumen Perencanaan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota yang Sudah di-KLHS Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2016

No. Uraian/ Item yang Ditinjau Tahun

2014 2015 2016 1. Jumlah dokumen perencanaan yang sudah di-KLHS 12 8 19 2. Jumlah dokumen perencanaan yang wajib di-KLHS 12 17 27 3. Persentase realisasi kinerja (%) 100 47,05 70,37 Terkait dengan hasil perhitungan dan perbandingan realisasi kinerja untuk indikator kinerja jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-KLHS dari tahun 2014 – 2016 sebagaimana disajikan dalam Tabel 15, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut:

1) Untuk tahun 2016, sebuah dokumen perencanaan dapat dikategorikan sudah di-KLHS jika yang proses di-KLHS-nya minimal telah sampai pada pelingkupan isu strategis/memasuki tahapan persandingan isu strategis dengan kebijakan, rencana dan/atau program.

2) Teridentifikasi adanya kenaikan realisasi kinerja pada tahun 2016 dari tahun 2015 karena tingkat pemahaman aparat di daerah dalam pelaksanaan KLHS sudah cukup baik dan kesadaran akan pentingnya KLHS terhadap dokumen perencanaan di daerah.

Grafik 7. Perbandingan antara Jumlah Dokumen Perencanaan yang Sudah di-KLHS dengan Jumlah Dokumen Perencanaan yang Wajib di-KLHS 2014 – 2016

Merujuk pada penjelasan sebelumnya, capaian kinerja untuk indikator ini adalah 175,92%, yang didapat dari perbandingan nilai realisasi kinerja sebesar 70,37% dan target kinerja sebesar 40%. Jika dibandingkan dengan capaian kinerja pada tahun 2015 yang mencapai 47,05% (perhitungan LAKIP 2015), maka capaian untuk tahun 2016 telah mengalami peningkatan.

Pada prinsipnya capaian kinerja untuk tahun 2016 dan 2015 telah mencapai > 100%, dengan arti kata realisasi yang diperoleh telah sesuai/memenuhi target yang direncanakan. Poin permasalahan hanya terkait kepada masih adanya beberapa dokumen perencanaan kabupaten/kota yang wajib di-KLHS pada tahun 2016, namun terhadap dokumen tersebut belum dilaksanakan KLHS karena belum adanya penganggaran dana untuk penyusunan KLHS tersebut.

c. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun 2016 dengan target jangka

menengah pada dokumen Renstra

Dengan realisasi kinerja tahun 2016 yang merupakan tahun awal periode Renstra 2016 – 2021 telah melewati target yang ditetapkan, maka apabila kecenderungan kinerja seperti ini dapat dipertahankan ke depan, maka target pada akhir periode Renstra akan dapat

dicapai. Peningkatan target kinerja pada akhir periode Renstra didasarkan atas kecenderungan kesesuaian jumlah dokumen perencanaan yang sudah di-KLHS dengan jumlah dokumen perencanaan yang wajib di-KLHS selama periode 2012 – 2016, yang menyiratkan adanya peningkatan pemahaman dari aparat pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota dalam pelaksanaan KLHS terhadap kebijakan, rencana dan/atau program.

d. Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dengan standar nasional

Perbandingan realisasi kinerja untuk indikator jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-KLHS pada tahun 2016 dengan standar nasional belum dapat dilakukan. Sampai saat ini belum didapatkan informasi (gambaran atau pun estimasi) mengenai seberapa besar persentase dokumen perencanaan di seluruh Indonesia yang sudah dilakukan KLHS, sehingga untuk sementara perbandingan hanya dapat dilakukan dengan tingkat ketaatan pemerintah provinsi dan/atau kabupaten/kota dalam mengimplementasikan aturan/regulasi yang mengamanatkan kewajiban pelaksanaan KLHS, seperti Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 (pasal 15), Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2011, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 67 Tahun 2012, dan lain-lain. Berdasarkan realisasi kinerja tahun 2016, maka pemerintah daerah, khususnya pemerintah kabupaten/kota, belum sepenuhnya dapat memenuhi amanat peraturan-peraturan tersebut, terbukti dari masih adanya dokumen perencanaan kabupaten/kota yang belum di-KLHS.

e. Analisis penyebab keberhasilan serta alternatif solusi yang telah dilakukan Berdasarkan realisasi kinerja untuk indikator persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota pada tahun 2016, serta kecenderungan pencapaian realisasi tersebut selama periode 2013 - 2016, maka dapat diidentifikasi beberapa poin keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan yang menjadi acuan dalam menentukan capaian kinerja (mendukung upaya peningkatan capaian kinerja) untuk indikator dimaksud. Untuk poin keberhasilan teridentifikasi dari pencapaian realisasi kinerja tahun 2016 yang melebihi target kinerja yang telah ditetapkan (realisasi 70,37%, target kinerja yang ditetapkan 40%), dengan capaian kinerja yang melebihi > 100%. Diperkirakan ada beberapa faktor/upaya yang dilakukan yang mempengaruhi hal tersebut, yaitu:

1) Telah adanya pemahaman aparat instansi/SKPD terkait provinsi dan beberapa kabupaten/kota terkait urgensi dari kewajiban pelaksanaan KLHS terhadap kebijakan, rencana dan/atau program, serta pemahaman akan peranan KLHS dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dari hasil pelaksanaan kegiatan Pembinaan KLHS Terhadap Dokumen Perencanaan.

2) Adanya beberapa aturan sektor yang mewajibkan pelaksanaan KLHS untuk dokumen perencanaan, seperti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam

Penetapan Rancangan Perda Tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota (dan lebih lanjut telah dikeluarkan Juknisnya dalam bentuk Surat Edaran Dirjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum No. 02/SE/Dr/2013) yang mempersyaratkan pelaksanaan KLHS terhadap dokumen RDTR. Gubernur kemudian juga menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur tentang Prosedur Pemberian Substansi Rancangan Perda Tentang Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Kabupaten/Kota.

3) Untuk dokumen perencanaan lainnya, seperti RPJPD/RPJMD, juga terdapat ketentuan yang mempersyaratkan dokumen KLHS sebagai salah satu item yang harus dipenuhi dalam pengajuan draft Perda RPJPD/RPJMD guna proses penetapannya.

Selain itu, dengan dikeluarkannya Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. SE.04/Menlhk-II/2015 tanggal 13 Mei 2015 tentang Pelaksanaan KLHS, yang semakin menegaskan kewajiban pelaksanaan KLHS dan penjaminan kualitas/mutu KLHS yang telah dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih bagi aparat pemerintah daerah dalam melaksanakan KLHS sesuai aturan sehingga dapat mendukung pencapaian realisasi kinerja pada tahun-tahun mendatang.

f. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pada tahun 2016, dalam rangka pencapaian target indikator ini telah dialokasikan anggaran pada DPA Bapedalda sebesar Rp. 64.000.000,-, terealisasi sebesar Rp. 56.920.825,- atau 88,94%.

Dalam upaya pemenuhan target kinerja untuk indikator persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-KLHS pada tahun 2016, secara tidak langsung telah dilakukan efisiensi penggunaan sumber daya yang tercermin dari hal-hal berikut:

1) Pada dasarnya dalam upaya pencapaian target indikator tidak hanya bersandar pada pelaksanaan program/kegiatan yang ada (dalam hal ini pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan), tetapi juga mengandalkan koordinasi dan komunikasi yang intensif dengan instansi/SKPD terkait provinsi maupun kabupaten/kota. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan sumber daya berupa anggaran APBD atau pun sumber lainnya lebih bersifat sebagai pendukung saja.

2) Besaran/nominal anggaran untuk pelaksanaan kegiatan pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan untuk tahun 2015 dan 2016 tidaklah begitu besar, sehingga jumlah kabupaten/kota yang ditargetkan sebagai objek pelaksanaan kegiatan tidak begitu banyak. Dalam pelaksanaannya, jumlah kabupaten/kota yang dapat dibina pelaksanaan KLHS-nya pada kedua tahun tersebut telah mencapai target yang direncanakan, sehingga dalam hal ini terlihat adanya efektivitas penggunaan anggaran.

g. Analisis program/kegiatan yang menunjang

Kegiatan pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan yang menjadi acuan dalam menentukan realisasi/capaian kinerja untuk indikator persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-KLHS tentunya dapat dikategorikan sebagai salah satu kegiatan yang dapat mendukung/menunjang keberhasilan ataupun kegagalan dari pencapaian realisasi/capaian kinerja untuk indikator tersebut. Adapun beberapa program/kegiatan lainnya yang diperkirakan dapat mendukung upaya-upaya dalam pencapaian realisasi/capaian kinerja ini, baik yang telah ada/berjalan maupun yang perlu dipertimbangkan untuk direncanakan ke depan adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan evaluasi hasil pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan. Kegiatan ini sebetulnya telah dimulai pelaksanaannya pada triwulan III dan IV tahun 2015 yang menjadi bagian dari pelaksanaan kegiatan pembinaan KLHS dokumen perencanaan. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman kabupaten/kota mengenai pelaksanaan KLHS dan tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan hasil pembinaan sebelumnya.

2) Sosialisasi mengenai peraturan perundang-undangan terbaru terkait KLHS.

3) Kegiatan evaluasi muatan KLHS dokumen perencanaan (RPJMD/RTRW) yang telah disusun oleh kabupaten/kota. Kegiatan ini telah dimulai pelaksanaannya pada triwulan IV tahun 2016 namun belum menjadi bagian dari pelaksanaan kegiatan pembinaan KLHS dokumen perencanaan. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian muatan dokumen KLHS dengan mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis dan Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 04/Menlhk-II/2015 tentang Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). III. Meningkatnya efektivitas penanganan kasus lingkungan hidup dan penaatan

hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat (SS3)

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis SS3 terdiri dari 1 indikator kinerja utama, dengan capaian kinerja sebagaimana tercantum pada tabel 16:

Tabel 16. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis 3 (SS3)

No INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

KINERJA KINERJA CAPAIAN 1 Persentase kasus lingkungan hidup

yang dapat diselesaikan

85% 98,21 115,54

RATA-RATA CAPAIAN KINERJA 115,54

(sangat baik) Dari tabel di atas dapat dilihat, rata-rata capaian indikator kinerja sasaran strategis SS3 adalah sebesar 115,54%. Keberhasilan pencapaian sasaran ini termasuk kategori keberhasilan sangat baik.

Adapun pencapaian target kinerja atas SS3 serta analisa dari Indikator Kinerja Utamanya, yaitu “Persentase kasus lingkungan hidup yang dapat diselesaikan”, akan diuraikan sebagai berikut:

1. Realisasi