• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPEDALDA TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPEDALDA TAHUN 2016"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

AKUNTABILITAS KINERJA

(2)
(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 merupakan wujud akuntabilitas pencapaian kinerja dari pelaksanaan Rencana Strategis Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021 dan Rencana Kinerja Tahunan yang telah ditetapkan melalui Penetapan Kinerja Tahun 2016.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat nomor 92 tahun 2009 tentang Rincian Tugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Barat (selanjutnya disebut Bapedalda) mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah.

Terdapat beberapa isu lingkungan hidup yang menjadi prioritas Bapedalda. Isu pertama terkait masalah perubahan kualitas air terutama pada sungai segmen perkotaan, antara lain Sungai Batang Agam, Batang Anai, Batang Ombilin dan Batang Pangian. Hal ini antara lain disebabkan pencemaran limbah domestik, baik limbah cair maupun limbah padat. Limbah domestik perkotaan merupakan gabungan dari limbah rumah tangga, limbah perhotelan, rumah sakit dan Rumah Potong Hewan (RPH). Parameter pencemar dominan adalah Fecal Coli dan Total Coliform, dengan kategori cemar berat, terutama yang berada pada segmen Kota Bukittinggi dan beberapa titik di Kabupaten Agam. Isu kedua terkait dengan masalah limbah (sampah) yaitu meningkatnya jumlah timbulan sampah yang tidak sebanding dengan cakupan pelayanan serta sarana prasarana pengolahan sampah. Pada umumnya layanan tidak sampai menjangkau pemukiman yang berada pada sempadan sungai, danau dan wilayah pesisir walaupun pemukiman tersebut cukup padat. Di sisi lain sampah juga merupakan sumber pencemaran utama sungai-sungai di perkotaan dan sumber dari emisi gas rumah kaca (GRK).

Isu lainnya adalah belum terkelolanya limbah B3 dan limbah cair rumah sakit serta hotel. Belum terkelolanya secara baik limbah cair dan limbah B3 sebagian rumah sakit pemerintah dan hotel memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap pencemaran di Sumatera Barat, sehingga isu limbah cair dan limbah B3 rumah sakit dan hotel patut menjadi isu prioritas.

Isu ketiga, terkait kebencanaan, baik bencana alam (gempa bumi baik tektonik maupun vulkanik) maupun bencana lingkungan (banjir, longsor, dan kebakaran hutan). Isu kebencanaan yang menjadi prioritas di Sumatera Barat yaitu banjir, longsor dan kebakaran hutan.

Penetapan Kinerja Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 yang dimuat dalam lampiran LAKIP ini telah ditetapkan dan dimuat dalam Dokumen Penetapan Kinerja Provinsi Sumatera Barat, setelah sebelumnya atas dasar arahan Gubernur Sumatera

(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR i RINGKASAN EKSEKUTIF ii DAFTAR ISI iv DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GRAFIK ix

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6

A. Rencana Kinerja Sasaran 6

B. Rencana Kinerja Kegiatan 7

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 11

A. Capaian Kinerja Organisasi 11

I. Terkendalinya beban pencemaran dan kerusakan

lingkungan hidup dari usaha/kegiatan

12

1. Indeks Kualitas Air 13

2. Indeks Kualitas Udara 19

II. Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

23 1. Persentase Komisi Penilai AMDAL (KPA) kab/kota

yang telah mengimplementasikan Standard Operating

Procedure (SOP) sesuai peraturan

perundang-undangan

24

2. Persentase usaha dan/atau kegiatan yang

mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan

37

3. Persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup Strategis

48

III. Meningkatnya efektifitas penanganan kasus lingkungan hidup dan penaatan hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat

56

IV. Meningkatnya peran serta stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup

66 1. Persentase jumlah titik pantau yang memenuhi

passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih

66 2. Persentase peningkatan keikutsertaan dalam kegiatan

penghargaan lingkungan (Adiwiyata dan Kalpataru)

73

3. Usaha/kegiatan peringkat biru PROPER yang

mengalokasikan CSR untuk pengelolaan lingkungan hidup

78

4. Persentase bank sampah yang aktif dari seluruh bank sampah yang terdata tahun 2015

(6)

B. Realisasi Anggaran 86

1. Realisasi APBD 2016 86

2. Realisasi APBN 2016 89

BAB IV PENUTUP 90

LAMPIRAN A. Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2016

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Strategi dan Kebijakan Bapedalda Prov. Sumbar 4

Tabel 2 Rencana Kinerja Sasaran 6

Tabel 3 Rencana Kinerja Keluaran Kegiatan Bapedalda 7

Tabel 4 Klasifikasi Penilaian Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Sasaran Strategis dan Capaian Indikator Kinerja Tahun 2016

10

Tabel 5 Hasil Pengukuran Kinerja Perjanjian Kinerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Tahun 2016

5

Tabel 6 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis SS1 13

Tabel 7 Kisaran dan kategori IKLH/IKA/IKU 17

Tabel 8 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis SS2 24

Tabel 9 Persentase Pembobotan dan Item-Item Penilaian untuk 3 (Tiga)

Kriteria Pengimplementasian Implementasi SOP dalam

Penyelenggaraan Amdal KPA Kabupaten/Kota

26

Tabel 10 Hasil Perhitungan Tingkat Kesesuaian/Ketaatan KPA

Kabupaten/Kota dalam Mengimplementasikan SOP Sesuai

Peraturan Tahun 2016

29

Tabel 11 Perbandingan Realisasi Kinerja untuk Indikator Kinerja Jumlah KPA Kabupaten/Kota yang Telah Mengimplementasikan SOP Sesuai Peraturan Tahun 2014 – 2016

32

Tabel 12 Jenis kegiatan dan/atau usaha yang telah dilakukan Pembinaan dan pengawasan Implementasi Perizinan Lingkungan Tahun 2016

40

Tabel 13 Jumlah Sektor kegiatan dan/atau usaha yang ada di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 Berdasarkan Data dari 19 Kabupaten/Kota 2016

41

Tabel 14 Perbandingan ketaatan pemilik kegiatan yang dilakukan pembinaan dan pengawasan (PROPER/PROPER DAERAH, pembinaan hukum

dan perizinan, dan pengawasan pengendalian terhadap

Pengelolaan Usaha/Kegiatan) 4 (empat) tahun terakhir

45

Tabel 15 Perbandingan Realisasi Kinerja untuk Indikator Kinerja Jumlah Dokumen Perencanaan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota yang Sudah di-KLHS Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2016

52

Tabel 16 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis 3 (SS3) 56

Tabel 17 Hasil Inventarisasi Kasus/Pengaduan yang Ditangani oleh Kab/Kota Tahun 2016

(9)

Tabel 18 Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja Penyelesaian Kasus Tahun 2016 dengan 4 (empat) tahun terakhir

61

Tabel 19 Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2016 dengan 4 (empat) tahun terakhir

62

Tabel 20 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis SS4 66

Tabel 21 Daftar perusahaan berperingkat Biru PROPER yang dibina pelaksanaan CSR-nya dan jumlah indikator CSR Bidang LH yang dilaksanakan tahun 2016

80

Tabel 22 Realisasi Dana APBD per Program/Kegiatan Tahun 2016 87

(10)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 1 Perbandingan nilai IKA Sungai di Sumatera Barat dengan target

kinerja

16

Grafik 2 Perbandingan IKA Sungai Batang Agam dari tahun 2011-2015 17

Grafik 3 Perbandingan nilai IKA Provinsi Sumatera Barat dengan IKA Nasional

18

Grafik 4 Jumlah kabupaten/Kota jaringan Passive SamplerSumatera Barat 21

Grafik 5 Perbandingan IKU Tahun 2015 dan 2016 21

Grafik 6 Perbandingan antara Jumlah KPA Kabupaten/Kota yang

Mengimplementasikan SOP Sesuai Peraturan dengan Jumlah Seluruh KPA Kabupaten/Kota Periode 2014 – 2016

32

Grafik 7 Perbandingan antara Jumlah Dokumen Perencanaan yang Sudah KLHS dengan Jumlah Dokumen Perencanaan yang Wajib di-KLHS 2014 – 2016

53

Grafik 8 Perbandingan Jumlah Kasus yang Masuk dan Kasus yang

Diselesaikan se-Sumatera Barat Selama 5 (lima) tahun terakhir

62

Grafik 9 Perbandingan Persentase Target Kasus yang Diselesaikan dengan Realisasi Bapedalda Prov Sumbar 5 (lima) tahun terakhi

63

Grafik 10 Peningkatan jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih tahun 2015-2016

69

Grafik 11 Perbandingan Usulan & Capaian Peraih Penghargaan Kalpataru Tingkat Nasional Tahun 2014-2016

75

Grafik 12 Perkembangan jumlah keikutsertaan sekolah dalam program Adiwiyata di Sumatera Barat tahun 2013 – 2016

76

(11)

BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat nomor 92 tahun 2009 tentang Rincian Tugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Barat (selanjutnya disebut Bapedalda) mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah, dengan beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan teknis bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah; 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan bidang Pengendalian

Dampak Lingkungan Daerah;

3. Pembinaan, fasilitasi dan koordinasi bidang pengendalian dampak lingkungan daerah lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota;

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tupoksi Bapedalda.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kepala Bapedalda dibantu oleh 5 orang pejabat eselon III, 11 orang pejabat eselon IV dan sejumlah staf dengan spesifikasi dan tingkat pendidikan yang berbeda. Bagan struktur organisasi Bapedalda dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Bapedalda Provinsi Sumatera Barat

Dalam rangka menghadapi kondisi dan permasalahan lingkungan nasional dan lokal, Kepala Bapedalda telah menetapkan Visi Bapedalda, yaitu:

“Menjadi lembaga pengendali dampak lingkungan hidup yang proaktif untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan”

(12)

Dalam rangka pencapaian visi, Bapedalda menetapkan 3 (tiga) misi, yaitu:

1. Mewujudkan penataan lingkungan dan penaatan izin lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan;

2. Mewujudkan penurunan beban pencemaran dan pengendalian kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup;

3. Mewujudkan peran aktif masyarakat dan stakeholder dalam konservasi lingkungan hidup.

Dalam rangka implementasi atau penjabaran dari misi, ditetapkan tujuan yang merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu yaitu satu hingga lima tahun ke depan dalam tahun 2016 – 2021, serta menggambarkan arah strategik organisasi, perbaikan-perbaikan yang ingin diciptakan sesuai dengan tugas dan fungsi serta meletakkan kerangka prioritas untuk memfokuskan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Tujuan Bapedalda untuk periode 2016 - 2021 adalah: 1. Terwujudnya media lingkungan yang bersih dan layak;

2. Terwujudnya tertib hukum lingkungan dan pemanfaatan media lingkungan yang sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan;

3. Terwujudnya para pemangku kepentingan yang pro dan peduli lingkungan.

Untuk menjabarkan tujuan agar terukur dan dapat dicapai secara nyata, Bapedalda menyusun sasaran strategis 2016 – 2021 sebagai berikut:

1. Terkendalinya beban pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dari usaha/kegiatan;

2. Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;

3. Meningkatnya efektifitas penanganan kasus lingkungan hidup dan pentaatan hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat;

4. Meningkatnya peran serta stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Masing-masing dari keempat sasaran strategis tersebut dilengkapi dengan indikator kinerja yang terukur sebagai upaya untuk merespon permasalahan utama (isu strategis) lingkungan hidup khususnya di Provinsi Sumatera Barat. Sasaran strategis dan indikator kinerja ini telah disempurnakan, disupervisi dan disetujui langsung oleh Kementerian PAN&RB melalui serangkaian proses Penyempurnaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Provinsi Sumatera Barat yang diinisiasi oleh Gubernur Sumatera Barat di triwulan terakhir tahun 2014 yang lalu.

Berikut ini adalah isu lingkungan yang menjadi prioritas berdasarkan tugas pokok dan fungsi pelayanan Bapedalda Provinsi Sumatera Barat:

(13)

Isu pertama, terkait masalah perubahan kualitas air. Menurunnya kualitas air sungai segmen perkotaan terutama Sungai Batang Agam, Batang Anai, Batang Ombilin dan Batang Pangian. Penurunan kualitas dapat dilihat dari nilai Indeks Kualitas Air (IKA) 4 (empat) sungai yang dilakukan pemantauan oleh Bapedalda yakni: Sungai Batang Agam, Sungai Batang Anai, Sungai Batang Pangian dan Sungai Batang Ombilin. Kondisi terakhir pada tahun 2015 memperlihatkan bahwa IKA terendah adalah Sungai Batang Agam yakni sebesar 61,40, dan IKA tertinggi adalah Sungai Batang Ombilin yakni 72,44. Hal ini disebabkan pencemaran limbah domestik, baik limbah cair maupun limbah padat. Limbah domestik perkotaan merupakan gabungan dari limbah rumah tangga, limbah perhotelan, rumah sakit dan Rumah Potong Hewan (RPH). Parameter pencemar dominan adalah Fecal Coli dan Total Coliform, dengan kategori cemar berat, terutama yang berada pada segmen Kota Bukittinggi dan beberapa titik di Kabupaten Agam. Isu menurunnya kualitas Sungai Batang Hari yang disebabkan karena adanya limbah kegiatan PETI skala besar dan kegiatan domestik. Selanjutnya adalah kecenderungan penurunan kualitas air Danau Maninjau (danau strategis dan tujuan wisata) yang ditandai dengan kematian ikan pada waktu-waktu tertentu. Hal ini disebabkan banyaknya jumlah Keramba Jaring Apung (KJA) yang sudah melebihi daya tampung dan daya dukung Danau Maninjau.

Isu kedua, terkait masalah limbah. Limbah padat (sampah) yaitu meningkatnya jumlah timbulan sampah yang tidak sebanding dengan cakupan pelayanan serta sarana prasarana pengolahan sampah. Pada umumnya layanan tidak sampai menjangkau pemukiman yang berada pada sempadan sungai, danau dan wilayah pesisir walaupun pemukiman tersebut cukup padat. Di sisi lain sampah juga merupakan sumber pencemaran utama sungai-sungai di perkotaan dan sumber dari emisi gas rumah kaca (GRK).

Isu lainnya adalah belum terkelolanya limbah B3 dan limbah cair rumah sakit serta hotel. Belum terkelolanya secara baik limbah cair dan limbah B3 sebagian rumah sakit pemerintah dan hotel memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap pencemaran di Sumatera Barat, sehingga isu limbah cair dan limbah B3 rumah sakit dan hotel patut menjadi isu prioritas.

Isu ketiga, terkait kebencanaan, baik bencana alam (gempa bumi baik tektonik maupun vulkanik) maupun bencana lingkungan (banjir, longsor, dan kebakaran hutan). Isu kebencanaan yang menjadi prioritas di Sumatera Barat yaitu banjir, longsor dan kebakaran hutan. Untuk bencana banjir, walaupun tidak separah tahun 2012, kejadian banjir pada lokasi tertentu menimbulkan kerugian yang cukup besar. Sedangkan bencana longsor terjadi dengan intensitas kecil. Adapun bencana kebakaran hutan dan lahan terluas terjadi di Kabupaten Pasaman Barat yakni seluas 70 ha, selanjutnya Kabupaten Agam dan Dharmasraya masing-masing seluas 40 ha.

(14)

Memperhatikan arah kebijakan dan strategi Provinsi pada RPJPD dan RPJMD tahun 2016 – 2021, serta kondisi umum lingkungan hidup saat ini, maka arah kebijakan Bapedalda Provinsi Sumatera Barat adalah sebagaimana tabel 1 berikut:

Tabel 1. Strategi dan Kebijakan Bapedalda Prov. Sumbar

VISI : “Menjadi lembaga pengendali dampak lingkungan hidup yang proaktif untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan”

MISI I : Mewujudkan penurunan beban pencemaran dan pengendalian kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup;

Tujuan Sasaran Strategis Strategi Kebijakan Terwujudnya media lingkungan yang bersih dan layak 1. Terkendalinya beban pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dari usaha/kegiatan; 1. Mewujudkan usaha dan/atau kegiatan yang pro lingkungan;

2. Perbaikan kualitas media lingkungan dan

keanekaragaman hayati;

3. Mewujudkan tata kelola wilayah pesisir dan laut;

4. Pengawasan berkala terhadap kondisi dan kualitas media lingkungan

1. Pembinaan dan pengawasan dampak lingkungan dari usaha dan/atau kegiatan; 2. Pengawasan pelaksanaan/implemen tasi dokumen perencanaan lingkungan hidup (AMDAL, UKL-UPL, KLHS dan lain sebagainya); 3. Peningkatan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan pada air, lahan, udara dan keanekaragaman hayati;

MISI II : Mewujudkan penataan lingkungan dan pentaatan izin lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan;

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

Terwujudnya tertib hukum lingkungan dan pemanfaatan media lingkungan yang sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan 1. Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis; 2. Meningkatnya efektifitas penanganan kasus lingkungan hidup dan pentaatan hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat; 1. Peningkatan penanganan kasus lingkungan hidup;

2. Penegakan hukum lingkungan hidup;

3. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan personil instansi LH Kab/Kota serta dan pemrakarsa kegiatan;

4. Pemantapan penyelenggaraan Amdal dan KLHS serta pengawasan terhadap implementasi berbagai dokumen perencanaan lingkungan.

1. Penegakan hukum dan penyelesaian kasus-kasus lingkungan hidup;

2. Penyelenggaraan Amdal sesuai NSPK; 3. Fasilitasi pelaksanaan KLHS untuk dokumen perencanaan provinsi/kabupaten/kota;

MISI III : Mewujudkan peran aktif masyarakat dan stakeholder dalam konservasi lingkungan hidup;

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

Terwujudnya para pemangku kepentingan yang peduli lingkungan Mewujudkan peran aktif masyarakat dan stakeholder dalam konservasi lingkungan hidup; 1. Memberdayakan dan meningkatkan kapasitas stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup secara mandiri;

2. Peningkatan kualitas data dan akses infomasi lingkungan; 1. Penguatan kapasitas institusi pengelolaan lingkungan hidup dalam pengelolaan persampahan; 2. Melibatkan dan mendorong peran aktif stakeholder dalam berbagai

(15)

3. Pemantapan kualitas dan kuantitas personil dan sarana penunjang pengelolaan lingkungan hidup. program/kegiatan; 3. Penyediaaan data kualitas lingkungan pesisir dan laut sebagai bahan perumusan kebijakan;

4. Penyelenggaran inventarisasi data dan penyebaran informasi lingkungan hidup yang tepat dan akurat

5. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kualitas

penyelenggaraan laboratorium lingkungan

(16)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Penetapan Kinerja Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 yang dimuat dalam lampiran LAKIP ini telah ditetapkan dan dimuat dalam Dokumen Penetapan Kinerja Provinsi Sumatera Barat, setelah sebelumnya atas dasar arahan Gubernur Sumatera Barat telah dilakukan revisi dan penyempurnaan dengan bimbingan dan supervisi langsung oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi. Rencana Kinerja yang akan dicapai Bapedalda pada Tahun 2016 terbagi atas Rencana Kinerja Sasaran dan Rencana Kinerja Kegiatan. Rencana Kinerja Sasaran Bapedalda Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 merupakan Perjanjian Kinerja antara Kepala Bapedalda Provinsi Sumatera Barat dengan Gubernur yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tersebut. Penetapan Kinerja disesuaikan dengan susunan agenda, prioritas, sasaran pembangunan pada RPJMD Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 - 2021. Ringkasan perjanjian kinerja tahun 2016 dapat dijabarkan sebagai berikut:

A. Rencana Kinerja Sasaran

Rencana Kinerja Sasaran Bapedalda Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 adalah rencana pencapaian target sasaran yang menjadi sarana bagi Bapedalda dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan pembangunan lingkungan hidup di Sumatera Barat dalam kurun waktu 5 tahun dan tahun 2016 adalah tahun awal untuk Bapedalda dalam periode 2016 - 2021, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 2. Rencana Kinerja Sasaran

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA 1. Terkendalinya beban

pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dari usaha/kegiatan;

Indeks Kualitas Air (IKA) 58 < IPA < 66 Indeks Kualitas Udara (IKU) 82 < IPU < 90 2. Ditaatinya mekanisme,

implementasi izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Persentase usaha dan/atau kegiatan yang menaati peraturan perundang-undangan lingkungan hidup

50%

Presentase Komisi Penilai AMDAL

(KPA) kab/kota yang telah mengimplementasikan Standard Operating Procedure (SOP) sesuai peraturan perundang-undangan

70%

Persentase dokumen

perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup Strategis

(17)

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA 3. Meningkatnya efektifitas

penanganan kasus lingkungan hidup dan penaatan hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat

Persentase kasus lingkungan hidup yang dapat diselesaikan

85%

4.

Meningkatnya peran serta

stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup

Persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade

Adipura dan Gerakan Sumber Bersih

60%

Persentase peningkatan keikutsertaan dalam kegiatan penghargaan lingkungan (Adiwiyata dan Kalpataru)

10%

Usaha/Kegiatan peringkat biru PROPER yang mengalokasikan CSR untuk pengelolaan LH

20% Persentase bank sampah yang

aktif dari seluruh bank sampah yang terdata tahun 2015

15%

B. Rencana Kinerja Kegiatan

Rencana kerja sasaran di atas akan dapat dicapai dengan melaksanakan program lingkungan hidup maupun kegiatan pendukung lainnya yang terdiri dari kegiatan-kegiatan pembangunan lingkungan hidup maupun kegiatan pendukung sehingga pencapaian kinerja sasaran akan ditentukan oleh keberhasilan pencapaian kinerja kegiatan. Rencana kinerja keluaran Bapedalda secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Rencana Kinerja Keluaran Kegiatan Bapedalda

PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET

Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

IKLH 70,88

Peningkatan kerjasama antar daerah dalam penurunan beban pencemaran sungai

Terbentuknya kerjasama dan MoU antara stakeholder dalam penurunan beban pencemaran (limbah padat) pada sungai batang Agam

MoU Bt. Agam, Pembentukan 2 cluster wasdal, penangan sampah padat pada 2 titik Penilaian Kinerja Lingkungan Usaha

dan/atau Kegiatan (PROPER Daerah)

Jumlah objek kegiatan yang dinilai pengelolaan lingkungan hidupnya

15 objek Peningkatan Pemulihan Kualitas

Lingkungan Hidup Perkotaan (Adipura) dan Implementasi gerakan Sumbar Bersih

Terlaksananya pembinaan dan penilaian Adipura dan Kecamata/Kelurahan Bersih Tingkat Provinsi

13 Kab/Kota, 12 Kecamatan dan 14 kelurahan Pembinaan dan Wasdal Kerusakan

Lingkungan

Jumlah Kab/Kota yang dilakukan pembinaan wasdal kerusakan lingkungan, uji petik ke objek kegiatan serta wasdal kerusakan lingkungan ke objek kegiatan skala provinsi

7 kab/kota

Peningkatan Pembinaan Konservasi Wilayah Pesisir laut

Jumlah Kab/Kota kawasan Pesisir Pantai dan Muara Sungai yang dipantau kualitas air lautnya

6 Kab/Kota Pengawasan pengendalian terhadap

pengelolaan lingkungan usaha/kegiatan

Jumlah objek kegiatanyang dilakukan pembnaan wasdal pengelolaan LB3 dan limbah cair

12 kegiatan / usaha

(18)

PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET Pemantauan Kualitas Sumber Air

Skala Provinsi

Jumlah sungai yang dipantau 6 sungai Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

dan SDM Laboratorium Terakreditasi

Jumlah laboratorium

lingkungan/laboratorium DAK yang dibina operasionalnya memenuhi persyaratan pada Instansi LH Kab/Kota

13 laboratorium

Monitoring dan Evaluasi

Program/Kegiatan Pengelolaan LH

Jumlah Kab/Kota peserta rapat koordinasi pengelolaan lingkungan hidup, jumlah kab/kota yang dilakukan monitoring dan evaluasi

57 peserta rakor, 19 kab/Kota Pembinaan KLHS Terhadap Dokumen

Perencanaan

Jumlah kabupaten/kota yang difasilitasi dan/atau dibina penerapan KLHS terhadap dokumen perencanaan

5 Kab/Kota

Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)

Jumlah Kab/Kota yang dilakukan pembinaan dan evaluasi

19 Kab/Kota Peningkatan Peranserta Masyarakat

Dalam Pengelolaan Persampahan

Jumlah kab/kota yang dibina terkait aplikasi bank sampah dan peningkatan implementasi konsep 3R, jumlah peserta workshop bank sampah

19 kab/kota, 45 orang

Peningkatan Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim.

Jumlah Kab/Kota yang diidentifikasi pemakaian Bahan Perusak Ozon pada Bengkel Servis Peralatan Pendinginnya, Pergub Program Perlindungan Ozon

15 Kab/Kota, 1 Pergub Penyelenggaraan AMDAL di Prov.

Sumbar

Jumlah kabupaten/ kota yang dievaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal atau pemeriksaan UKL-UPL-nya

8 kab/kota Jumlah kab/kota yang dibina/evaluasi

terkait pengajuan lisensi Komisi Penilai Amdal-nya

4 Kab/Kota Pembinaan Sekolah Berwawasan

Lingkungan (Adiwiyata)

Jumlah calon sekolah yang dibina/dinilai dalam program Adiwiyata tahun 2016

50 sekolah Peningkatan Konservasi Kualitas Air

Danau di Provinsi Sumatera Barat

Jumlah danau yang dipantau kualitas airnya

4 Danau Pengkajian Penetapan Status Mutu Air

Sungai Lintas Kabupaten/Kota

Jumlah sungai dikaji dalam rangka penetapan status mutu air sungai lintas kabupaten/kota

2 sungai Pemantauan Kualitas Udara Ambien Jumlah Kab/Kota yang terpantau

kualitas udara ambiennya

19 Kab/Kota, 1 alat pengukur pencemaran udara ambien Program Perlindungan dan Konservasi

SDA

IKLH 70,88

Peningkatan Koordinasi Perlindungan Kawasan Konservasi dan

Keanekaragaman Hayati di Sumatera Barat

Jumlah daerah penyangga kawasan konservasi yang dibina dan jumlah kab/kota yang dibina pengelolaan keanekaragaman hayati-nya 2 daerah penyangga kawasan konservasi, 4 kab/kota, 40 orang Pembinaan Pemulihan Kualitas SDA

Dalam Rangka Peningkatan Tutupan Vegetasi

Jumlah Kabupaten yang dibina dan dievaluasi dalam peningkatan pengelolaan tutupan vegetasi

12 Kabupaten Sosialisasi Pembangunan yang

berwawasan Lingkungan bagi Nagari/Kelurahan

Jumlah Nagari/Kelurahan lokasi pelaksanaan sosialisasi, jumlah peserta sosialisasi

3 Nagari / Kelurahan di 3 Kab/Kota, 120 orang

Pembinaan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (Penerapan CSR Bidang LH)

Jumlah kegiatan CSR bidang lingkungan hidup yang dilakansakana oleh

perusahaan

(19)

PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Rencana Aksi Daerah (RAD) GRK Sektor Pengelolaan Limbah

Jumlah Kab/Kota yang diinventarisasi GRK bidang pengelolaan limbah

19 Kab/Kota Program Tata Lingkungan dan

Penaatan Hukum Lingkungan Hidup

Persentase usaha dan atau kegiatan yang mentaati peraturan perundang-undangan

55% Pembinaan Hukum Lingkungan dan

Perizinan

Jumlah instansi LH Kab/Kota yang dievaluasi dalam pembinaan dan perizinan di bidang lingkungan hidup serta penerapan sanksi hukum lingkungan

5 Kab/Kota

Jumlah pemilik usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan pembinaan dalam penerapan peraturan bidang lingkungan hidup dan perizinan

5 usaha dan/atau kegiatan Jumlah perizinan yang diterbitkan

kab/kota

19 kab/kota Penaatan Hukum Lingkungan Jumlah kasus lingkungan hidup yang

terfalitasi penyelesaiannya

4 kasus Jumlah pemilik kegiatan dan/atau usaha

yang dijadikan objek penegakan hukum

2 objek Penyusunan UKL-UPL Pembangunan

Gedung Kantor Lt. 2 (Labor)

Tersedianya dokumen UKL-UPL pembangunan gedung

1 dokumen Program Peningkatan Kualitas dan

Akses Informasi SDA dan LH

Persentase capaian pelayanan informasi lingkungan hidup (rata-rata capaian SPM Provinsi dan kab/kota)

96,50% Peningkatan Edukasi dan Komunikasi

Masyarakat di Bidang Lingkungan

Terlaksananya edukasi dan kampanye lingkungan hidup

Pelaksanaan upacara bendera & lap. hasil survey Pengembangan Sistim Informasi

Lingkungan

Jumlah paket pembuatan sistem informasi lingkungan

1 paket aplikasi WebGis Penyusunan Buku Status Lingkungan

Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Sumatera Barat

Jumlah buku SLHD tahun 2015, draft Buku Data SLHD Provinsi Sumatera Barat tahun 2016, jumlah buku SLHD kab/kota yang dinilai

80 set buku SLHD 2015, 1 draft SLHD 2016 Pembinaan dan Penilaian Peranserta

Masyarakat dan kelompok Peduli Lingkungan Hidup

Jumlah calon yang dibina untuk diusulkan sebagai calon penerima Kalpataru

8 orang dan/atau kelompok Pembinaan Penerapan SPM Jumlah kab/kota yang dibina

pelaksanaan pencapaian SPM-nya

9 kab/kota

C. Metodologi Pengukuran Capaian Target Kinerja

Pengukuran kinerja yang dilakukan adalah pengukuran capaian target kinerja kelompok indikator kinerja sasaran strategis yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016. Metode pengukuran kinerja yang digunakan adalah metode pengukuran sederhana dengan membandingkan target kinerja dengan realisasi kinerja kelompok indikator kinerja sasaran strategis. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran strategis diukur dengan capaian kelompok indikator kinerja sasaran strategis yang berkenaan. Untuk penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian sasaran strategis dan keberhasilan/kegagalan capaian indikator kinerja, ditetapkan kategori penilaian keberhasilan/kegagalan sebagaimana tercantum pada tabel 4 berikut:

(20)

Tabel 4. Klasifikasi Penilaian Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Sasaran Strategis dan Capaian Indikator Kinerja Tahun 2016

NO KLASIFIKASI PREDIKAT

1 > 84% Sangat Baik

2 69% - 84% Baik

3 53% - 68% Cukup

4 < 53% Gagal

Lebih detail, pengukuran kinerja capaian indikator kinerja Bapedalda tahun 2016 dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Semua indikator ditetapkan mempunyai bobot yang sama dalam pengukuran kinerja. Terdapat 10 indikator kinerja sasaran, maka masing-masing dari capaian indikator tersebut berkontribusi sebanyak 10% dari total 100% nilai kinerja organisasi.

2. Terdapat 2 indikator dengan target kinerja berupa nilai yang harus dipenuhi dalam kisaran/range tertentu. Pengukuran kinerja untuk target yang seperti ini dilakukan dengan ketentuan:

a. Jika hasil pengukuran kinerja (realisasi) masuk dalam kisaran/range target, maka capaian untuk indikator yang bersangkutan adalah 100%;

b. Jika hasil pengukuran kinerja (realisasi) berada di atas kisaran/range target, maka capaiannya adalah:

Realisasi

X 100%

nilai batas atas kisaran/range

c. Jika hasil pengukuran kinerja (realisasi) berada di bawah kisaran/range target, maka capaiannya adalah:

Realisasi

X 100%

nilai batas bawah kisaran/range

3. Realisasi seluruh indikator diupayakan pencapaiannya sesuai dengan target, atau melebihi apabila memungkinkan (polarisasi maximize).

4. Rumus yang digunakan untuk menentukan indeks capaian kinerja dari masing-masing indikator adalah:

Realisasi

X 100%

(21)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 diukur dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 dengan realisasinya.

Hasil pengukuran terhadap indikator indikator kinerja utama per sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Bapedalda Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 adalah sebagaimana terangkum dalam tabel 5 berikut:

Tabel 5. Hasil Pengukuran Kinerja Perjanjian Kinerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Tahun 2016

Sasaran Strategis 1 (SS1)

Terkendalinya beban pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dari usaha/kegiatan

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

KINERJA KINERJA CAPAIAN Indeks Kualitas Air (IKA) 58 < IKA < 66 65,40 100 Indeks Kualitas Udara (IKU) 82 < IKU < 90 82,90 100

Sasaran Strategis 2 (SS2)

Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

KINERJA KINERJA CAPAIAN Persentase Komisi Penilai AMDAL

(KPA) kab/kota yang telah mengimplementasikan Standar Operating Procedure (SOP) sesuai peraturan perundang-undangan

70% 100% 142,86

Persentase usaha dan/atau kegiatan yang menaati peraturan perundang-undangan lingkungan hidup

50% 48,31% 96,62

Persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup Strategis

40% 70,37% 175,92

Sasaran Strategis 3 (SS3)

Meningkatnya efektifitas penanganan kasus lingkungan hidup dan penaatan hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

KINERJA KINERJA CAPAIAN Persentase kasus lingkungan hidup

yang dapat diselesaikan

(22)

Sasaran Strategis 4 (SS4)

Meningkatnya peran serta stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI PERSENTASE KINERJA KINERJA CAPAIAN Persentase jumlah titik pantau yang

memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih Persentase peningkatan keikutsertaan dalam kegiatan penghargaan lingkungan (Adiwiyata dan Kalpataru)

Usaha/kegiatan peringkat biru PROPER yang mengalokasikan CSR untuk pengelolaan lingkungan hidup Persentase bank sampah yang aktif dari seluruh bank sampah yang terdata tahun 2015 60% 10% 20% 15% 65,11% 21,61% 21,43% 20,83% 108,51 216,10 107,14 138,87

Persentase capaian rata-rata 130,25%

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa capaian kinerja rata-rata untuk 10 indikator kinerja yang mengukur keberhasilan 4 sasaran strategis (SS) tahun 2016 adalah 130,19%. Rata-rata capaian indikator kinerja sebesar 130,25% tersebut termasuk dalam klasifikasi berhasil dengan kategori sangat baik.

Dari tabel di atas juga dapat terlihat bahwa keseluruhan atau 100% indikator kinerja termasuk kategori berhasil dengan tingkat capaian >84%, dengan kata lain tidak ada indikator kinerja yang tergolong gagal.

Berdasarkan hasil pengukuran indikator kinerja SKPD Bapedalda Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 sebagaimana tercantum pada tabel 5, selanjutnya pada sub bab ini disajikan juga evaluasi dan analisis realisasi dan capaian indikator kinerja per sasaran. Adapun analisa dari pencapaian keempat sasaran strategis dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat seperti yang terlihat pada tabel 5 di atas akan diuraikan sebagai berikut:

I. Terkendalinya beban pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dari usaha/kegiatan (SS1)

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis SS1 terdiri dari 2 indikator kinerja utama, dengan capaian kinerja sebagaimana tercantum pada tabel 6:

(23)

Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis SS1

No INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI PERSENTASE KINERJA KINERJA CAPAIAN 1 Indeks Kualitas Air (IKA) 58 < IKA < 66 65,40 100 2 Indeks Kualitas Udara (IKU) 82 < IKU < 90 82,90 100

RATA-RATA CAPAIAN KINERJA 100

(sangat baik)

Dari tabel 6 dapat dilihat, rata-rata capaian 2 indikator kinerja sasaran strategis SS1 adalah sebesar 100%. Keberhasilan pencapaian sasaran ini termasuk kategori keberhasilan sangat baik. Begitu juga untuk masing-masing indikator dimana persentase keduanya mempunyai tingkat capaian 100% sehingga masuk dalam kategori keberhasilan sangat baik.

Adapun pencapaian target kinerja atas SS1 serta analisa dari kedua Indikator Kinerja Utamanya, akan diuraikan sebagai berikut:

1. Indeks Kualitas Air (IKA) 1.1. Realisasi

a. Sumber data

Data bersumber dari data primer hasil pemantauan yang dilakukan terhadap 6 (enam) sungai dalam dua periode, dimana periode I dilaksanakan pada bulan Februari yang mewakili musim hujan dan periode II dilaksanakan pada bulan Oktober yang mewakili musim kemarau. Pemantauan dilakukan pada 10 (sepuluh) titik pantau dari hulu sampai hilir.

Sungai yang dipantau pada tahun 2016 ini merupakan sungai target SPM (Standar Pelayanan Minimal) yaitu Batang Agam, Batang Ombilin, Batang Pangian, Batang Anai, Batang Lembang dan Batang Lampasi. Dari enam sungai tersebut, Batang Agam ditetapkan sebagai baseline dan dasar perhitungan pencapaian target indikator Indeks Kualitas Air (IKA), mengingat bahwa sungai ini termasuk sungai yang dari hasil pemantauan setiap tahunnya kualitas airnya cenderung menurun dan melintasi kabupaten/kota dengan tingkat kepadatan usaha/kegiatan dan pemukiman penduduk yang relatif lebih besar daripada sungai target SPM lainnya. Namun demikian, perhitungan IKA tetap dilaksanakan dengan mengambil nilai rata-rata IKA pada setiap sungai.

b. Acuan dan alat

Untuk dapat menentukan nilai Indeks Kualitas Air (IKA) maka terlebih dahulu harus dihitung nilai Indeks Pencemaran Air (IPA). Acuan yang digunakan dalam menetapkan IKA adalah:

- Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

(24)

- Keputusan Menteri LH No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air (dengan tujuh parameter kunci: TSS, BOD-5, COD, DO, Total Phosphat, Fecal Coli dan Total Coliform).

- Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang Penetapan Kriteria Mutu Air Sungai di Provinsi Sumatera Barat;

- Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penetapan Klasifikasi Mutu Air Sungai Batang Agam, Batang Pangian dan Batang Lembang. - Petunjuk Teknis yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2011

tentang Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). c. Metodologi perhitungan

Penentuan nilai capaian IPA didasarkan atas hasil pengukuran kualitas air Sungai Batang Agam pada seluruh titik pantau (hulu, rentang, hilir) untuk 7 parameter kunci yaitu DO, COD, TSS, BOD, E. Coli, total coliform dan total phosphat. Cara perhitungannya dengan penentuan bench mark, min, rerata dan dilakukan perhitungan statistik dengan rumusan:

Keterangan:

- PIj : Indeks pencemaran air (IPA) sungai

- Ci/Lij : perbandingan kadar maksimum hasil uji per

parameter dengan baku mutu

- M : Maksimum

- R : rata-rata

Konversi IPA ke IKA dengan rumusan persentase, dimana jumlah titik sampel yang memenuhi baku mutu dijumlahkan dan dibuat dalam persentase dengan membaginya terhadap seluruh jumlah sampel. Masing-masing persentase pemenuhan mutu air kemudian dikalikan bobot indeks yaitu 100 untuk memenuhi, 75 untuk tercemar ringan, 50 untuk tercemar sedang dan 25 untuk tercemar berat. Selanjutnya akan didapatkan masing-masing nilai indeks per mutu dan kemudian dijumlahkan menjadi indeks kualitas air untuk Provinsi.

Dari hasil perhitungan didapatkan realisasi angka Indeks Kualitas Air (IKA) adalah 65,40 dari indeks yang ditargetkan berada dalam kisaran 58 < IKA < 66.

Dengan demikian, maka tingkat capaian kinerja untuk indikator ini adalah:

(25)

1.2. Analisis Capaian Kinerja

a. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2016

Pengawasan dan pengendalian pencemaran yang dilakukan selama tahun 2016 masih bersifat mempertahankan mutu kualitas air sungai sesuai dengan target tahun 2016 yaitu berada pada kisaran/range 58 < IKA < 66. Dengan menggunakan metodologi perhitungan sebagaimana disebutkan di atas, didapatkan nilai capaian dari IKA sebesar 65,40 atau dengan tingkat capaian 100% dari IKA yang ditargetkan (masuk dalam kisaran target). Nilai ini diperoleh dari hasil pengujian laboratorium dan pengolahan data kualitas air sungai skala provinsi. Pemilihan Sungai Batang Agam sebagai baseline dan untuk mewakili kondisi sungai secara keseluruhan di Provinsi Sumatera Barat dalam perhitungan indeks pencemaran air (IPA) didasarkan atas pertimbangan bahwa:

- Melintasi areal Kabupaten/Kota yang padat aktifitas - Kondisinya cenderung menurun

- Dilakukan pemantauan berkala setiap tahunnya

Nilai IKA Batang Agam tahun 2016 berdasarkan kriteria IKLH termasuk dalam kategori kurang. Parameter yang sangat mempengaruhi kondisi/kualitas sungai ini adalah parameter fecal coli dan total coli dengan kategori cemar berat terutama yang berada pada segmen Kota Bukittinggi dan beberapa titik di Kabupaten Agam. Parameter ini mengindikasikan bahwa pengelolaan limbah domestik perkotaan sudah sangat mendesak untuk segera dilakukan. Limbah domestik perkotaan merupakan gabungan dari limbah rumah tangga, limbah perhotelan, rumah sakit dan rumah potong hewan (RPH).

Grafik dibawah ini menunjukkan bahwa kondisi sungai di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2016 secara umum dengan nilai IKA 65,40 (kategori kurang) menurun dari tahun 2015. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai IKA rata-rata 6 sungai yang dipantau pada tahun 2016. Bila dibandingkan dengan semua sungai target SPM ini, sungai Batang Ombilin adalah sungai dengan nilai IKA yang paling rendah.

(26)

Grafik 1. Perbandingan nilai IKA Sungai di Sumatera Barat dengan target kinerja Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai IKA rata-rata dan nilai IKA masing-masing sungai sudah memenuhi target yang ditetapkan, kecuali sungai Batang Ombilin dengan nilai IKA dibawah target minimal.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa untuk tahun 2016, realisasi Indeks Kualitas Air (IKA) (65,40) sudah masuk ke dalam kisaran target nilai IKA yang ditargetkan (58 < IKA < 66), dengan kata lain target sudah tercapai. Dengan demikian, capaian kinerja untuk indikator Indeks Kualitas Air adalah 100%.

b. Perbandingan realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2016 dengan tahun 2015 dan beberapa tahun terakhir

Jika dibandingkan antara tahun 2015 dengan tahun 2016, maka terjadi sedikit penurunan nilai IKA, dimana pada tahun 2015 nilai IKA (rata-rata) adalah sebesar 66,34, sementara pada tahun 2016 nilai IKA adalah 65,40.

Berdasarkan Grafik 2 (yang diwakili oleh Sungai Batang Agam) di bawah ini, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai IKA Batang Agam dari tahun 2011 sampai 2014, namun pada tahun 2015 terjadi peningkatan nilai IKA dan turun lagi pada tahun 2016. Penurunan ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran masyarakat sekitar daerah aliran sungai untuk tidak membuang sampah ke sungai dan belum adanya upaya pemerintah Kabupaten/Kota untuk melakukan pengendalian pencemaran dan kerusakan terhadap daerah aliran sungai tersebut.

(27)

Grafik 2. Perbandingan IKA Sungai Batang Agam dari tahun 2011-2015

c. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun 2016 dengan target jangka menengah pada dokumen Renstra

Realisasi nilai IKA tahun 2016 yang merupakan tahun pertama dari periode Renstra 2016 – 2021 adalah sebesar 65,40, yang mana angka ini sudah berhasil mencapai target yang ditetapkan untuk tahun pertama (2016) dalam dokumen Renstra Bapedalda periode 2016 – 2021, yaitu masuk dalam kisaran 58 < IKA < 66. Jika kecenderungan keberhasilan ini dapat dipertahankan maka target pada akhir periode Renstra untuk indikator dimaksud akan dapat dicapai.

d. Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dengan standar nasional

Tidak ada standar nasional yang ditetapkan untuk suatu daerah. Standar yang ditetapkan adalah secara umum, sebagai acuan dalam penentuan kriteria atau tingkat pencemaran air sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini, dimana semakin tinggi angka indeksnya maka akan semakin baik kualitas airnya.

Tabel 7. Kisaran dan kategori IKLH/IKA/IKU

Kategori Kisaran nilai IKLH/IKA/IKU Unggul IKLH/IKA/IKU > 90 Sangat baik 82 < IKLH/IKA/IKU ≤ 90 Baik 74 < IKLH/IKA/IKU ≤ 82 Cukup 66 ≤ IKLH/IKA/IKU ≤ 74 Kurang 58 ≤ IKLH/IKA/IKU < 66 Sangat Kurang 50 ≤ IKLH/IKA/IKU < 58 Waspada IKLH/IKA/IKU < 50

Pada tahun 2015, Pemerintah Pusat menetapkan secara nasional ukuran kinerja pengelolaan air di Indonesia, dimana nilai target IKA untuk tahun 2016 sebesar 52,5. Berdasarkan target tersebut maka Provinsi Sumatera Barat telah melampaui target yang ditetapkan tersebut walaupun masih dalam kategori kurang. Grafik 3 berikut ini menunjukkan perbandingan nilai IKA Provinsi Sumatera Barat dengan target nasional.

(28)

Grafik 3. Perbandingan nilai IKA Provinsi Sumatera Barat dengan IKA Nasional e. Analisis penyebab keberhasilan serta alternatif solusi yang telah dilakukan Tingkat capaian indikator Indeks Kualitas Air sebesar 100% termasuk berhasil dengan kategori sangat baik. Keberhasilan ini dicapai melalui upaya:

1) Pemantauan yang dilakukan secara rutin dan pembinaan serta pengawasan yang lebih ketat terhadap usaha/kegiatan yang terindikasi sebagai sumber pencemar yang berpotensi memberikan dampak kepada sungai.

2) Meningkatkan kerjasama antar daerah dalam penurunan beban pencemaran sungai dengan melibatkan masyarakat sekitar dan stakeholder terkait.

Adapun upaya untuk peningkatan kualitas air sungai dari kondisi sekarang menjadi lebih baik, masih terkendala oleh beberapa hal sebagai berikut:

1) Sumber pencemaran utama berasal dari limbah domestik dan kegiatan skala kecil seperti hotel/penginapan, klinik, restauran dan industri rumah tangga yang umumnya tidak mempunyai pengelolaan limbah cair.

2) Pemanfaatan sungai sebagai tempat pembuangan sampah masih dilakukan oleh masyarakat yang berada disekitar sempadan sungai.

3) Dana pemantauan terhadap sumber pencemar yang merupakan kewenangan kabupaten/kota tidak memadai.

f. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pada tahun 2016, dalam rangka pencapaian target indikator IKA telah dialokasikan anggaran di beberapa kegiatan pendukung pada DPA Bapedalda sebesar Rp. 815.000.000, terealisasi sebesar Rp. 755.470.473,- atau 92,7%.

g. Analisis program/kegiatan yang menunjang

Program/kegiatan yang dilaksanakan untuk menunjang pencapaian indikator IKA sebanyak 1 program (Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan)

(29)

dengan 1 kegiatan utama dan 4 kegiatan pendukung untuk mengendalikan sumber pencemar, yaitu:

1) Pemantauan Kualitas Air Sungai Skala Provinsi (kegiatan utama)

2) Pengawasan Pengendalian Terhadap Pengelolaan Lingkungan usaha/kegiatan 3) PROPERDA (Program Penilaian Peringkat Kinerja Lingkungan Daerah)

4) Pengkajian Penetapan Status Mutu Air dan Daya Tampung Air Sungai Lintas Kabupaten/Kota

5) Peningkatan Kerjasama Antar Daerah Dalam Penurunan Beban Pencemaran Sungai.

Kegiatan utama tersebut masih membutuhkan tambahan anggaran di tahun-tahun berikutnya agar dapat juga mengukur nilai IKA sehingga dapat ditindaklanjuti hasilnya pada sungai-sungai lain skala provinsi yang saat ini belum dapat dijangkau oleh Bapedalda disebabkan berbagai keterbatasan, termasuk anggaran. Sungai skala provinsi

yang menjadi kewenangan provinsi dalam pengawasan dan pengendalian

pencemarannya adalah lebih kurang 47 sungai, smentara saat ini baru dapat dilakukan pengawasan untuk 6 sungai saja.

2. Indeks Kualitas Udara (IKU) 2.1. Realisasi

a. Sumber Data

Data primer bersumber dari pemantauan langsung kualitas udara ambien dengan metode passive sampler yang dilakukan melalui kegiatan dekosentrasi Kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan terhadap 15 (lima belas) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat yang telah masuk ke dalam Jaringan Nasional Passive Sampler, yaitu Kota Padang, Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang, Kota Pariaman, Kabupaten Solok, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat.

Lokasi titik pantau tersebut mewakili 4 (empat) kondisi di masing-masing Kabupaten/kota, yaitu kawasan pemukiman, kawasan perkantoran, kawasan industri dan kawasan padat lalu lintas.

b. Acuan dan alat

Acuan/alat yang digunakan dalam menetapkan IKU adalah:

- Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara - Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup, tahun

(30)

c. Metodologi perhitungan

Untuk pemantauan kualitas udara dengan passive sampler, perhitungan indeks kualitas udara mengadopsi EU Directives, yaitu membandingkan nilai rata-rata tahunan terhadap standar EU Directives, dengan formula :

Indeks Udara IKLH = 100 – 50/0.9 *( (leu – 0,1))

Leu = rata-rata SO2 hasil pemantauan dibagi SO2 Ref EU dan NO2 hasil pemantauan dibagi NO2 Ref EU

Referensi EU untuk kualitas udara adalah sebagai berikut: Pollutan Nilai Limit (µg/m3)

NO2 Rata –rata 40

SO2 Rata-rata 20

Langkah - langkah menghitung IKU adalah sebagai berikut:

1. Menghitung rerata parameter NO2 dan SO2 dari tiap periode pamantauan untuk masing-masing lokasi (titik) sehingga didapat data rerata untuk area transportasi (A), Industri (B), pemukiman/perumahan (C1) dan komersial/perkantoran/perdagangan (C2).

2. Menghitung rerata parameter NO2 dan SO2 untuk masing-masing Kota/kabupaten yang merupakan perhitungan rerata dari ke empat titik pemantauan.

3. Menghitung rerata parameter NO2 dan SO2 untuk provinsi yang merupakan perhitungan rerata dari kota/kabupaten.

4. Angka rerata NO2 dan SO2 provinsi dibandingkan dengan Referensi EU akan didapatkan Indeks Udara Model EU (IEU) atau indeks antara sebelum dinormalisasikan pada indeks IKLH.

5. Indeks Udara Model EU (IEU) dikonversikan menjadi indeks IKLH melalui persamaan: Indeks Udara IKLH = 100 – 50/0.9 *( (leu – 0,1))

6. Kriteria Indeks Udara untuk IKLH ditentukan dalam skala unggul sampai dengan waspada dengan nilai sebagaimana tabel 7 di atas.

7. Selanjutnya tingkat capaian indikator IKU dihitung dengan rumus: Realisasi X 100 %

Target kinerja

2.2. Analisis Capaian Kinerja

a. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2016

Menggunakan prosedur sebagaimana tersebut di atas, didapatkan nilai IKU Sumatera Barat adalah sebesar 82,90, yang mana nilai ini sudah masuk ke dalam range/kisaran yang ditargetkan (82 < IPU 90) atau 100% dari target. Dengan nilai IKU tersebut kualitas udara di Sumatera Barat termasuk kategori sangat baik.

(31)

b. Perbandingan realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2016 dengan tahun 2015 dan beberapa tahun terakhir

Apabila dibandingkan dengan pemantauan kualitas udara ambien passive sampler tahun 2015, terjadi penurunan pada tahun 2016. Indeks Kualitas Udara Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 adalah 88,48 sedangkan tahun 2016, IKU-nya 82,9 atau menurun 6,03%. Hal ini disebabkan antara lain oleh pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2015 dan adanya peningkatan aktifitas kendaraan bermotor di lokasi titik sampel passive sampler. Namun bila ditinjau dari jumlah keikutsertaan Kabupaten/kota dalam Jaringan Passive Sampler Nasional, maka jumlah tahun 2016 lebih banyak daripada tahun 2015. Jumlah kabupaten/kota peserta Jaringan passive sampler tahun 2016 adalah 15 Kabupaten/kota sedangkan tahun 2015 adalah 10 kabupaten/kota atau meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Berikut dapat dilihat pertambahan jumlah Kabupaten/Kota Passive Sampler dan nilai IKU tahun 2015 dan 2016

Grafik 4. Jumlah kabupaten/Kota jaringan Passive Sampler Sumatera Barat

(32)

c. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun 2016 dengan target jangka menengah pada dokumen Renstra

Realisasi nilai IKU tahun 2016 yang merupakan tahun pertama dari periode Renstra 2016 – 2021 adalah sebesar 82,90, yang mana angka ini sudah berhasil mencapai target ditetapkan untuk tahun pertama (2016) dalam dokumen Renstra Bapedalda periode 2016 – 2021, yaitu masuk dalam kisaran 82 < IKU < 90. Apabila kecenderungan keberhasilan ini dapat dipertahankan, maka target nilai IKA pada akhir periode Renstra akan dapat dicapai.

d. Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dengan standar nasional

Perbandingan dilakukan dengan nilai target IKU nasional tahun 2016, dimana target IKU nasional tahun 2016 adalah 81,5 artinya bila dibandingkan dengan standar nasional, kondisi kualitas udara Sumatera Barat masih lebih baik 0,49% dibandingkan dengan target rata-rata nasional.

e. Analisis penyebab keberhasilan serta alternatif solusi yang telah dilakukan Capaian indikator Indeks Kualitas Udara sebesar 100% termasuk berhasil dengan kategori sangat baik. Keberhasilan ini dicapai melalui upaya:

- Pelaksanaan pemantauan yang dilakukan secara rutin tiap tahun, dalam bentuk pembinaan oleh Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota.

- Melakukan pemantauan rutin dengan frekuensi 2 kali dalam setahun agar data lebih akurat oleh kabupaten/kota

- Menciptakan program-program yang dapat mengurangi pencemaran udara seperti memberlakukan Car Free Day, penggunaan moda angkutan umum yang lebih terarah, dan penanaman pohon-pohon yang lebih banyak.

- Pengawasan terhadap sumber-sumber pencemar.

- Upaya pengendalian pencemaran udara melalui pembinaan monitoring kepada masing-masing kabupaten/kota.

Disamping upaya-upaya tersebut, terdapat 2 (dua) faktor penyebab kualitas udara Sumatera Barat masih terkategori sangat baik yaitu:

- Sumber pencemar masih sedikit dibandingkan daya serap lingkungan

- Ruang terbuka hijau dan hutan masih baik untuk menyerap sumber pencemaran. f. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pada tahun 2016, dalam rangka pencapaian target indikator IKU telah dialokasikan anggaran sebesar Rp. 69.572.000, terealisasi 69.119.100 (APBN) atau 99,35% dan di APBD sebesar Rp. 953.080.000,-, terealisasi sebesar 937.385.445,- atau 98,35%. g. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan

Terdapat beberapa kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian kinerja pemantauan kualitas udara ambien antara lain:

(33)

1. Kegiatan Utama

 Pemantauan Kualitas udara Passive Sampler (APBN)

 Pemantauan Kualitas Udara Ambien 2. Kegiatan Pendukung

 Monev dan Pelaporan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi GRK

 Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan

 Program Penilaian Kinerja Perusahaan

 Program Penilaian Peringkat Kinerja Lingkungan Kegiatan

 Adipura

 Gerakan Sumatera Barat Bersih

 Peningkatan Koordinasi Keanekaragaman Hayati

Dengan tercapainya target indikator kualitas udara yang ditetapkan pada tahun 2016, maka kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai untuk memenuhi target/sasaran. hanya saja salah satu kegiatan penunjang utama masih bersumber dari APBN, karena metode pemantauan kualitas udara untuk menghasilkan data nilai IKU hanya ada di kegiatan

passive sampler (APBN). Adapun data hasil kegiatan pemantauan kualitas udara ambien

yang bersumber dari APBD hanya sebagai pembanding.

Namun perlu ditambahkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan Pemantauan Kualitas Udara Ambien disamping pengambilan sampel udara dan analisa laboratorium serta pengiriman hasil dan saran pengendalian pencemaran udara melalui surat tindak lanjut (follow up) juga perlu didukung oleh aksi kabupaten/kota dan OPD terkait untuk melakukan upaya pengendalian pencemaran udara seperti menambah tutupan vegetasi dan ruang terbuka hijau, penertiban kendaraan bermotor yang tidak laik (dari segi emisi gas buang), sosialisasi pengendalian pencemaran udara, himbauan tidak melakukan pembakaran sampah dan lain sebagainya.

Selain program-program yang ada di Bapedalda Provinsi Sumatera Barat, diperlukan juga sinergi program-program terkait lainnya yang ada di Satuan Kerja Perangkat Daerah (OPD) yang lain, seperti Dinas Kehutanan, Dinas Perhubungan, Bappeda dan lain sebagainya untuk mendukung perbaikan atau minimal mempertahankan kualitas udara Provinsi Sumatera Barat.

II. Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (SS2)

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis SS2 terdiri dari 3 indikator kinerja utama, dengan capaian kinerja sebagaimana tercantum pada tabel 8:

(34)

Tabel 8. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis SS2

No INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI PERSENTASE KINERJA KINERJA CAPAIAN 1. Persentase Komisi Penilai AMDAL

(KPA) kab/kota yang telah mengimplementasikan Standar Operating Procedure (SOP) sesuai peraturan perundang-undangan

70% 100% 142,86

2. Persentase usaha dan/atau kegiatan yang menaati peraturan perundang-undangan lingkungan hidup

50% 48,31% 96,62

3. Persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup Strategis

40% 70,37% 175,92

RATA-RATA CAPAIAN KINERJA 138,46

(sangat baik)

Dari tabel 8 dapat dilihat, rata-rata capaian 3 indikator kinerja sasaran strategis SS2 adalah sebesar 138,46%. Keberhasilan pencapaian sasaran ini termasuk kategori keberhasilan sangat baik. Begitu juga untuk masing-masing indikator dimana tingkat capaiannya >84% dan bahkan 2 diantaranya >100% sehingga masuk dalam kategori keberhasilan sangat baik.

Adapun pencapaian target kinerja atas SS2 serta analisa dari ketiga Indikator Kinerja Utamanya, akan diuraikan sebagai berikut:

1. Persentase Komisi Penilai AMDAL (KPA) kab/kota yang telah

mengimplementasikan Standar Operating Procedure (SOP) sesuai peraturan perundang-undangan

1.1. Realisasi a. Sumber Data

Data bersumber dari hasil pelaksanaan sub kegiatan evaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal yang berada pada kegiatan Penyelenggaraan Amdal di Provinsi Sumatera Barat. Hasil dari pelaksanaan kegiatan evaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal menjadi indikator kinerja persentase KPA kabupaten/Kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

KPA kabupaten/kota yang ditinjau/dinilai ketaataannya dalam mengimplementasikan SOP sesuai peraturan perundang-undangan pada suatu tahun tertentu adalah KPA kabupaten/kota yang masih berlaku lisensinya (aktif melakukan penilaian Amdal) pada tahun tersebut. Untuk KPA kabupaten/kota yang belum pernah melakukan penilaian Amdal yang selama periode tahun tertentu (sejak diterbitkan lisensi) atau KPA kabupaten/kota yang baru mendapatkan lisensi pada akhir tahun tertentu tidak dapat dijadikan objek sasaran/target karena kinerja KPA kabupaten/kota tersebut tentunya baru

(35)

dapat dievaluasi/dinilai setelah tugas dan fungsinya dijalankan (telah melakukan penilaian dokumen Amdal).

Pada tahun 2016 terdapat 5 (lima) KPA kabupaten/kota berlisensi, yaitu KPA Kabupaten Agam, KPA Kabupaten Pasaman Barat, KPA Kabupaten Lima Puluh Kota, KPA Kabupaten Pasaman dan KPA Kota Padang. Dari kelima KPA kabupaten/kota yang memenuhi kriteria sebagai objek sasaran/target penilaian sebagaimana tersebut di atas, 4 (empat) diantaranya menjadi objek kegiatan evaluasi kinerja pada tahun 2016, yakni Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Padang. Untuk 1 (satu) kabupaten lainnya (Kabupaten Pasaman) yang tidak menjadi objek kegiatan evaluasi kinerja, dikarenakan lisensi KPA Kabupaten Pasaman baru terbit pada Januari 2016 dan belum melakukan proses penilaian dokumen Amdal.

b. Acuan dan alat

Dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal, dan dalam menentukan realisasi kinerja untuk indikator kinerja persentase jumlah KPA kabupaten/kota yang mengimplementasikan SOP sesuai peraturan, terdapat beberapa aturan/regulasi dan alat yang dipedomani/digunakan, yaitu:

1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 25 Tahun 2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Terhadap KPA Daerah.

4) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 2010 tentang Persyaratan dan Tata Cara Lisensi KPA.

5) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

6) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan.

7) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin Lingkungan.

8) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 14 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

c. Metodologi perhitungan

Dalam menghitung persentase jumlah KPA kabupaten/kota yang telah

mengimplementasikan SOP sesuai peraturan perundang-undangan, dilakukan

perbandingan antara jumlah KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan dan jumlah seluruh KPA kabupaten/kota (yang masih berlaku

(36)

lisensinya/aktif melakukan penilaian Amdal), dengan target kinerja untuk tahun 2016 adalah 70%. Formula/rumusannya adalah sebagai berikut:

Jumlah KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai

peraturan × 100 %

Jumlah seluruh KPA kabupaten/kota

Untuk menentukan apakah suatu KPA kabupaten/kota telah atau belum

mengimplementasikan SOP sesuai peraturan, langkah awal yang dilakukan adalah melalui penilaian/analisis terhadap pemenuhan/kesesuaian/ketaatan atas 3 (tiga) kriteria, yaitu persyaratan lisensi KPA, penatalaksanaan/administrasi proses penilaian Amdal dan mutu dokumen Amdal. Ketiga kriteria di atas masing-masingnya memiliki item-item penilaian yang mendasari besarnya pembobotan (persentase) penilaian untuk ketiga kriteria dimaksud. Lebih jelasnya dapat dilihat uraian pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Persentase Pembobotan dan Item-Item Penilaian untuk 3 (Tiga) Kriteria

Pengimplementasian SOP dalam Penyelenggaraan Amdal KPA

Kabupaten/Kota

No. Item-Item Penilaian untuk Ketiga Kriteria Bobot (%) 1. Persyaratan Lisensi KPA

a. Ketua KPA dipimpin oleh pejabat minimal setingkat eselon II.

b. Memiliki sekretariat KPA yang berkedudukan di instansi lingkungan hidup kabupaten/kota.

c. Memiliki tim teknis dengan sumber daya manusia yang telah lulus pelatihan penyusunan Amdal paling sedikit 2 (dua) orang, dan pelatihan penilaian Amdal paling sedikit 3 (tiga) orang.

d. Keanggotaan tim teknis minimal mencakup tenaga ahli di bidang biogeofisik-kimia, ekonomi, sosial, budaya, kesehatan dan perencanaan pembangunan wilayah.

e. Keanggotaan KPA minimal mencakup instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penataan ruang, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, penanaman modal, pertanahan, kesehatan, wakil dari instansi pusat/provinsi/kabupaten/kota terkait dengan dampak usaha dan/atau kegiatan, ahli di bidang yang berkaitan dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, ahli di bidang yang berkaitan dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan, wakil dari organisasi lingkungan hidup yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan, masyarakat terkena dampak dan unsur lain sesuai kebutuhan. f. Adanya organisasi lingkungan hidup atau LSM sebagai salah satu

anggota KPA (AD/ART bergerak di bidang lingkungan hidup).

g. Adanya kerja sama dengan laboratorium yang terakreditasi, atau yang mempunyai kemampuan menguji contoh uji kualitas lingkungan hidup, paling sedikit untuk parameter air dan udara.

30%

2. Penatalaksanaan/Administrasi Penilaian Amdal

a. Pengumuman dilakukan 10 (sepuluh) hari kerja sebelum penilaian Kerangka Acuan.

b. Format penyusunan dokumen Amdal sesuai pedoman penyusunan. c. Persyaratan kompetensi penyusun Amdal.

d. Undangan dan dokumen Amdal disampaikan dan diterima oleh peserta rapat minimal 10 (sepuluh) hari kerja sebelum rapat.

e. Perbaikan dokumen setelah dilaksanakan rapat.

(37)

No. Item-Item Penilaian untuk Ketiga Kriteria Bobot (%) f. Telah diterbitkan keputusan persetujuan Kerangka Acuan sebelum

dilakukan rapat penilaian Andal dan RKL-RPL.

g. Proses penilaian dokumen 30 (tiga puluh) hari kerja untuk Kerangka Acuan dan 75 (tujuh puluh lima) hari kerja untuk melakukan Andal dan RKL-RPL.

h. Penetapan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup sesuai kewenangan.

i. Mengundang masyarakat terkena dampak dan yang berkepentingan/terkait.

j. Pengumuman permohonan Izin Lingkungan paling lama 5 (lima) hari setelah dokumen Andal dan RKL-RPL dinyatakan lengkap secara administrasi.

k. Pengumuman penerbitan Izin Lingkungan paling lama 5 (lima) hari setelah diterbitkannya Izin Lingkungan.

3. Mutu Dokumen Amdal

a. Kesesuaian muatan dokumen dengan peraturan perundang-undangan terkait penyusunan Amdal (uji keharusan).

b. Konsistensi antar muatan-muatan terkait dalam dokumen dan antar dokumen (uji konsistensi).

c. Relevansi antar muatan terkait arahan pengelolaan dan pemantauan LH dalam Andal dengan item-item RKL-RPL, serta muatan RKL-RPL lainnya (uji relevansi).

d. Ketepatan/kesahihan data/metode yang digunakan dan kedalaman kajian Amdal (uji kedalaman).

30%

T o t a l 100%

Komponen yang paling penting dan berkaitan langsung dalam menentukan/menilai kesesuaian/tingkat ketaatan KPA terhadap SOP/NSPK penyelenggaraan Amdal yang berlaku adalah kriteria penatalaksanaan/administrasi penilai Amdal yang bobot penilaiannya mencapai 40%. Sementara untuk kriteria persyaratan lisensi KPA dan mutu dokumen Amdal bobot penilaiannya diberikan dengan persentase yang sama (30%) dengan pertimbangan sebagai berikut:

1) Persyaratan lisensi KPA seyogianya dapat dipenuhi oleh seluruh KPA kabupaten/kota yang berlisensi (nilai kesesuaian/ketaatan 100%), karena hal ini merupakan syarat dalam mengajukan permohonan untuk mendapatkan rekomendasi lisensi KPA. 2) Meski tidak berkaitan langsung dengan indikator capaian kinerja, mutu/kualitas

dokumen Amdal yang dinilai oleh KPA suatu kabupaten/kota sebenarnya dapat mencerminkan tingkat kesesuaian/ketaatan KPA kabupaten/kota yang bersangkutan dalam mengimplementasikan SOP penyelenggaraan Amdal sesuai ketentuan yang berlaku. Melalui implementasi SOP penyelenggaraan Amdal yang optimal tentunya diharapkan dapat melahirkan dokumen-dokumen Amdal yang bermutu dan berkualitas.

Khusus untuk kriteria mutu dokumen Amdal, penilaiannya dilakukan dengan mempedomani hasil pelaksanaan kegiatan evaluasi mutu dokumen Amdal yang

Gambar

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Bapedalda Provinsi Sumatera Barat  Dalam  rangka  menghadapi  kondisi  dan  permasalahan  lingkungan  nasional  dan  lokal,  Kepala Bapedalda telah menetapkan Visi Bapedalda, yaitu:
Tabel 1.   Strategi dan Kebijakan Bapedalda Prov. Sumbar
Tabel 2.  Rencana Kinerja Sasaran
Tabel 3.  Rencana Kinerja Keluaran Kegiatan Bapedalda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peristiwa pembiasan menyebabkan adanya penyimpangan arah cahaya dan pada prisma akan mengalami dispersi cahaya, karena n bervariasi dengan

Jadi, sel fagosit tidak efisien dalam ruang yang luas, halus dan terbuka seperti pleura, pericardium atau sendi yang lebih efektif dalam memakan mikroorganisme yang

Berdasarkan hasil temuan diatas, dapat diketahui bahwa strategi penghidupan yang dilakukan oleh para pedagang kaki lima di Yogya, Hanoi, Surigao, Kigali dan Johannesburg adalah

elektromagnetik, kondisi kesehatan dan interaksi antara frekuensi gelombang elektromagnetik dengan kondisi kesehatan terhadap nilai kadar gula darah tikus putih.selain itu

Seperti pada larutan gula pasir, hasil sintesis C-dots berbahan dasar air jeruk dari kedua metode untuk selanjutnya dilakukan karakterisasi UV-Vis, PL, dan TRPL. Karakterisasi

(Manumpil, 2015), maka dari itu peran orang tua sangatlah penting dalam kegiatan pembelajaran anak yang menggunakan gadget saat ini. Gadget yang pemakaianya terlalu

Mulai menggeliatnya kembali industri kerajinan lurik dan payung setelah beberapa masa terpuruk, menarik perhatian penata tari untuk menciptakan tarian tentang lurik

Kalau konflik kempaan pada langkah dasar pertama, mereka berusaha memiliki sudut pandang sendiri dan mempertentangkannya dengan sudut pandang penyair dengan sasaran