• Tidak ada hasil yang ditemukan

GURU Faktor Individu:

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Persepsi guru tentang Lingkungan

Persepsi guru tentang lingkungan diinterpretasikan dari gambar dan definisi yang dibuat oleh guru mengenai lingkungan. Gambar digunakan untuk mengidentifikasi model mental yang dimiliki oleh guru mengenai lingkungan, sedangkan definisi lingkungan digunakan untuk mengidentifikasi gagasan/pengetahuan yang dimiliki oleh guru mengenai lingkungan.

Analisis terhadap gambar maupun tulisan dilakukan berdasarkan konsep lingkungan North American Association for Environmental Education (NAAEE).

Guideliness for the Preparation and Professional Development of Environmental Educators - Panduan untuk Persiapan dan Pengembangan Profesional Pendidik

Lingkungan Hidup (NAAEE 2004) menyebutkan bahwa seorang tenaga pendidik lingkungan hidup harus dapat menjelaskan mengenai lingkungan dengan memasukkan konsep-konsep sistem, saling ketergantungan, serta interaksi diantara manusia, organisme hidup lainnya, lingkungan fisik/abiotik, dan lingkungan buatan. Analisis terhadap gambar dan tulisan dilakukan dengan melihat keberadaan keempat komponen lingkungan (manusia, biotik, abiotik dan lingkungan buatan) serta konsep interaksi dan saling ketergantungan diantara komponen tersebut, dalam gambar dan tulisan yang dibuat oleh guru.

Moseley dan Desjean-Perotta (2010) menyatakan bahwa model kognitif atau model mental dibentuk oleh setiap individu berdasarkan pengetahuan, gagasan-gagasan yang dimiliki, dan pengalaman yang dimilikinya dalam upaya menginterpretasikan dan menjelaskan peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Gambar yang dibuat oleh para guru hampir seluruhnya menunjukkan suasana pegunungan, namun ada pula yang menggambarkan hutan, pemukiman dan

sekolah. Suasana pegunungan tersebut merupakan lingkungan di sekitar sekolah tempat guru mengajar maupun lingkungan di sekitar tempat tinggal guru tersebut, suasana yang sudah lekat dalam keseharian guru sehingga membentuk model mental guru mengenai lingkungan.

Hasil analisis terhadap gambar yang dibuat oleh para guru dari sekolah contoh menunjukkan hanya ada dua gambar (6,45%) yang mencerminkan adanya pemahaman guru akan interaksi, dan hanya ada tiga gambar (9,68%) yang menggambarkan manusia (Tabel 10). Berdasarkan jumlah komponen lingkungan yang digambarkan oleh guru, ada dua gambar (6,45%) yang menunjukkan keberadaan keempat komponen lingkungan, sedangkan 70,97% gambar menunjukkan tiga komponen lingkungan.

Tabel 10 Analisis terhadap gambar yang dibuat guru

Hasil Jumlah %

Konsep lingkungan yang digambarkan

Manusia 3 9,68

Biotik 25 80,65

Abiotik 28 90,32

lingkungan buatan 24 77,42

interaksi (skor 5 - 8) 2 6,45

interaksi sistem (skor >8) 0 0,00

gambar tidak jelas 2 6,45

tidak menggambar 1 3,23

Jumlah komponen digambarkan

Satu 0 0,00

Dua 4 12,90

Tiga 22 70,97

Empat 2 6,45

Berdasarkan konsep lingkungan NAAEE, sebagian besar (83,87%) gambar yang dibuat para guru menunjukkan bahwa model mental yang dimiliki oleh guru mengenai lingkungan tidak utuh. Sebagian besar gambar yang dibuat tampak menempatkan manusia pada posisi di luar lingkungan yang digambarkan. Hal ini dikarenakan saat guru diminta untuk menggambarkan lingkungan menurut pemikirannya, maka guru melihat lingkungan sebagai sesuatu yang ada di luar dirinya, menempatkan diri sebagai pengamat yang melihat kondisi di luar.

51

Faktor penyebab lainnya karena guru kurang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan pemikiran, gagasan ataupun persepsi yang dimilikinya mengenai lingkungan dalam bentuk gambar. Hal tersebut tampak pada saat pengambilan data, ada guru yang secara terus terang menyatakan ketidakmampuannya untuk membuat gambar dan bahkan ada guru yang tidak membuat gambar apapun. Konsekuensi dari hal tersebut adalah skor untuk gambar guru sebagian besar rendah, rata-rata skor gambar guru sebesar 3 dari total kemungkinan skor tertinggi sebesar 12. Hanya ada dua gambar yang mendapatkan skor antara 5 – 8, yang menunjukkan pemahaman guru akan adanya interaksi dalam lingkungan.

Hal berbeda terlihat pada definisi lingkungan yang dibuat oleh para guru dari keempat sekolah contoh. Jika pada gambar hanya ada tiga gambar manusia, definisi yang dibuat oleh guru menunjukkan hal sebaliknya. Manusia disebutkan pada 14 (45,16%) definisi lingkungan yang dituliskan oleh guru, dengan 6 definisi (19,35%) diantaranya menyebutkan manusia dan saling ketergantungan dengan lingkungan sekitarnya tanpa penyebutan faktor lingkungan secara spesifik (Tabel 11). Marten (2001) menyebutkan mengenai persepsi umum mengenai alam pada masyarakat tradisional yang menekankan fakta bahwa segala sesuatu di alam saling berhubungan, segala kegiatan manusia ada konsekuensinya, namun pandangan tersebut tidak menekankan pada hubungan tersebut secara rinci.

Tabel 11 Analisis terhadap definisi lingkungan yang dibuat guru

Hasil Jumlah %

Konsep lingkungan yang disebutkan:

Manusia 14 45,16

Biotik 7 22,58

Abiotik 4 12,90

lingkungan buatan 2 6,45

interaksi dan saling ketergantungan 12 38,71

jawaban tidak jelas 15 48,39

Tidak memberi jawaban 1 3,23

Jumlah komponen lingkungan yang disebutkan:

Satu 8 25,81

Dua 3 9,68

Tiga 3 9,68

Definisi yang dituliskan oleh guru 48,39% tidak jelas, sehingga keberadaan faktor/komponen lingkungan tidak dapat diidentifikasi, dan satu guru (3,23%) bahkan tidak menuliskan jawaban apapun (Tabel 11). Banyaknya jawaban guru yang tidak jelas saat diminta untuk menuliskan definisi mengenai lingkungan berdasarkan pemikirannya mengarah pada kesimpulan bahwa guru tidak memiliki pemahaman yang baik tentang lingkungan. Guru tidak menguasai konsep lingkungan secara utuh. Jika dibandingkan antara gambar dan tulisan yang dibuat oleh guru, terlihat bahwa sebagian besar guru kurang memiliki kemampuan untuk mengungkapkan gagasan, pemikiran ataupun persepsinya tentang lingkungan dalam bentuk gambar maupun tulisan. Diskusi dengan guru juga menunjukkan bahwa guru memang tidak terbiasa dan kurang mampu mengungkapkan pemikirannya dalam bentuk gambar dan tulisan.

Instrumen DAET yang digunakan untuk mengukur persepsi guru tentang lingkungan dikembangkan di negara maju yang masyarakatnya telah terbiasa mengungkapkan pemikiran, gagasan ataupun persepsi yang dimiliki dalam bentuk gambar ataupun tulisan. Penggunaan gambar dan tulisan sebagai bentuk pengungkapan gagasan, pemikiran atau persepsi belum membudaya sebagai suatu perilaku yang penting dalam dunia pendidikan di Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih terbiasa mengungkapkan pemikirannya secara lisan. Pendidikan di Indonesia belum mendorong penggunaan bentuk ekspresi gambar dan tulisan tersebut. Hal tersebut telah membuat guru tidak dapat mengekspresikan/mengungkapkan pemahamannya mengenai konsep lingkungan dengan baik dalam DAET. Kemampuan guru untuk dapat mengungkapkan pemikiran, ide/gagasan dan persepsi dengan berbagai cara sesungguhnya akan membuka pilihan yang lebih luas bagi guru untuk menggunakan cara yang dapat lebih dipahami oleh siswanya.

Analisis statistik dengan menggunakan Spearman correlation dilakukan terhadap hasil skor persepsi dari gambar yang dibuat guru dengan menggunakan

Draw-An-Environment-Test Rubric (DAET-R) untuk mengetahui keberadaan

asosiasi atau hubungan antara persepsi lingkungan guru dengan peubah usia, pendidikan, masa kerja dan lama mengajar. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa tidak ada satupun nilai dari keempat peubah tersebut yang secara statistik berbeda nyata, artinya keempat peubah tersebut tidak memiliki asosiasi/hubungan

53

dengan persepsi lingkungan. Persepsi mengenai lingkungan pada guru-guru dari sekolah contoh tidak dipengaruhi oleh usia guru tersebut, pendidikan yang pernah diikuti, masa kerja maupun lama mengajar.

Uji statistik dengan Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis dilakukan untuk melihat apakah peubah seperti tingkat pendidikan, sekolah tempat mengajar, jenis kelamin, kelas yang pernah diasuh, kelas yang saat ini diasuh, mata ajaran khusus yang pernah diasuh, mata ajaran khusus yang saat ini diasuh, tugas lainnya, pengalaman mengajar PLH, PLH formal yang pernah diikuti, PLH non formal yang pernah diikuti, pengalaman mengikuti organisasi yang kegiatannya berfokus pada alam, serta pengalaman berinteraksi dengan alam dan waktu mendapatkannya membentuk perbedaan persepsi lingkungan diantara guru. Hasil analisis menunjukkan tidak ada satupun nilai yang secara statistik berbeda nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa kesemua peubah tersebut tidak memberikan perbedaan persepsi lingkungan pada guru.

Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di sekolah dilaksanakan oleh guru, sehingga semestinya guru menguasai konsep lingkungan karena konsepsi lingkungan atau persepsi lingkungan tersebutlah yang akan ditransfer kepada anak didiknya. Guru juga perlu memiliki kemampuan untuk mengungkapkan pemikirannya dengan berbagai bentuk ekspresi, yaitu lisan, tulisan, dan gambar, sehingga guru memiliki pilihan yang lebih terbuka untuk menggunakan berbagai kemampuannya bereskpresi yang dapat disesuaikannya dengan kondisi kelas dan anak didiknya. Jika yang disampaikan oleh guru adalah persepsi yang tidak utuh/terbatas, baik karena persepsi yang memang terbatas ataupun kemampuan untuk mengungkapkannya yang terbatas, maka akan membentuk persepsi yang juga tidak utuh/terbatas pada anak didik yang kemudian akan mempengaruhi perilakunya terhadap lingkungan.

Persepsi lingkungan yang kurang lengkap atau terbatas, ataupun kemampuan guru yang terbatas dalam mengungkapkan persepsinya tersebut membutuhkan perhatian dari para pihak yang berkepentingan dengan pendidikan. Tenaga pendidik lingkungan hidup harus memiliki pemahaman, keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan literasi lingkungan (NAAEE 2004). Para guru dari sekolah contoh membutuhkan berbagai kegiatan untuk peningkatan kapasitasnya,

sehingga guru dapat memiliki pemahaman dan sikap yang baik mengenai lingkungan, serta keterampilan yang dibutuhkan untuk dapat menyampaikan pemahaman tersebut kepada para siswa/anak didiknya dengan efektif.