BAB II KAJIAN PUSTAKA
G. Persepsi Mahasiswa
1. Pengertian Persepsi Mahasiswa
Walgito (2010) menjelaskan, “Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris”. Jadi sebelum timbul respon atau tanggapan dari suatu individu, persepsi diawali oleh proses penginderaan yaitu berupa penerimaan stimulus melalui alat indera yang kemudian terintegrated dan diteruskan dalam bentuk tanggapan ataupun respon dalam bertindak. Menurut Moskowitz dan Orgel dalam Walgito (2010) menjelaskan “Persepsi merupakan proses yang integrasi dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya”. Karena persepsi merupakan aktivitas yang integrasi dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam penentuan persepsi dari masing-masing individu.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang terintegrasi dalam diri individu. Karena itu dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengaitkan dengan objek.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa
Menurut Walgito (2010), adapun faktor-faktor yang berperan agar persepsi terjadi adalah :
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.
b. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa adanya beberapa faktor yang berperan agar terjadinya proses persepsi yaitu, objek atau stimulus yang dipersepsi, alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf dan perhatian.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, seorang pendidik dapat mengetahui apa saja yang berperan dalam proses mengajar, sehingga timbul persepsi yang baik dari peserta didik yang diajarkan.
3. Proses Persepsi
Menurut Walgito (2010), persepsi terjadi dalam tahap-tahap berikut : a. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses fisik,
merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
b. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses yang diteruskannya, stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui syaraf-syaraf sensoris.
c. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.
d. Tahap keempat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa hasil akhir yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan ataupun perubahan perilaku, dikarenakan setiap individu berbeda satu dan lainnya, maka tidak menutup kemungkinan bahwa tiap-tiap mahasiswa mempunyai pandangan yang berbeda mengenai laboratorium virtual yang sudah dibuat, ada mahasiswa yang melihat laboratorium virtual hanya dari segi isinya, ada mahasiswa yang melihat laboratorium virtual hanya dari segi manfaatnya dan ada mahasiswa yang melihat laboratorium virtual hanya dari segi kesesuaian terhadap apa yang dipelajari. Oleh karena itu untuk memperjelas mengenai batas-batas penilaian persepsi mahasiswa maka penulis membaginya dalam tiga aspek penilaian sesuai dengan proses pembelajaran dengan laboratorium virtual yaitu aspek isi, tampilan dan aspek aktivitas pembelajaran menggunakan laboratorium virtual.
4. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan peran penting penggunaan media laboratorium virtual, yaitu penelitian yang berjudul :
a. Penelitian yang berjudul “Effect of a Virtual Chemistry Laboratory on Students’ Achievement” yang mengungkapkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Tatli dan Ayas (2013) yaitu efektivitas praktikum menggunakan laboratorium virtual hampir sama dengan efektivitas praktikum di laboratorium nyata dan menyimpulkan peran penting media laboratorium virtual dalam mengembangkan prestasi akademik, memberikan pemahaman konsep ilmiah dan memodifikasi kesalahpahaman konsep.
b. Penelitian yang berjudul “Persepsi Mahasiswa Terhadap Manfaat dan Kemudahan Penggunaan V-Lab Riset Operasional” oleh Yusriyah K.
(2008) bahwa mahasiswa FTI maupun FE mempunyai persepsi yang sama dalam intensi penggunaan actual, yaitu bahwa V-Lab Riset Operasional
hanya dapat digunakan sebagai pelengkap praktikum secara face to face, terhadap korelasi yang kuat antara persepsi manfaat dengan persepsi kemudahan penggunaan V-Lab Riset Operasional, serta persepsi manfaat dan kemudahan mempunyai korelasi yang kuat terhadap intensi penggunaan aktual.
c. Penelitian yang berjudul “Pembelajaran Berbasis Virtual Laboratory untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Pada Materi Listrik Dinamis” oleh Salam, H., dkk (2010) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis virtuan lab dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dengan rata-rata perolehan N-Gain yang menggambarkan peningkatan hasil belajar sebesar 0.23, metode pembelajaran virtual lab dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi keterbatasan peralatan praktikum dan mahasiswa memberikan respon yang baik terhadap pembelajaran berbasis virtual lab.
d. Penelitian yang berjudul “Penerapan Model Inkuiri Terstruktur Dengan Media Virtual-Lab Pada Pembelajaran Fisika Di SMP” oleh Haisyah S., Nur., dkk (2012) bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa SMP menggunakan model inkuiri terstruktur dengan media virtual-lab sebasar 82.14%.
e. Penelitian selanjutnya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Praktikum Virtual Berbasis Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa” oleh Sutarno (2013) bahwa terdapat pengaruh peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa kelompok kemampuan sedang sebesar 5.8% dan kelas rendah sebesar 12.7%.
f. Penelitian lain yang berjudul “Hubungan Motivasi dengan Kerja Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran Fisika Menggunakan Virtual Laboratory di Kelas X SMAAN Kota Padang” oleh Razi, P. (2013) bahwa rata-rata nilai motivasi belajar siswa SMAN Kota Padang yang menngunakan virtual laboratory yang dikembangkannya mempengaruhi kerja ilmiah sebesar 17.8% dan pada sekolah SMAN 1 (24.25%), SMAN 2 (25.67%) serta SMAN 10 (19.49%).
g. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran (Berbantuan Laboratorium Virtual) dan Minat Belajar Taerhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Kimia” oleh Pujiati, A. Dan Nurhayati mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran berbantuan laboratorium media virtual terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif kimia, terdapat pengaruh peningkatan minat belajar terhadap kemampuan berpikir kreatif kimia dan terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran berbantuan laboratorium virtual dan minat belajar. Pada penelitian ini juga diungkapkan bahwa laboratorium virtual dapat membantu mahasiswa memahami konsep dan teori. Laboratorium virtual sangat potensial untuk meningkatkan pembelajaran dan memberikan pengalaman belajar yang lebih efektif.
h. Penelitian yang berjudul “Pengembangan Media Praktikum Berbasis Laboratorium Virtual (Virtual Laboratory) Pada Materi Pembelahan Sel di SMA” oleh Laurenni Nainggolan, mengungkapkan media pendukung praktikum yang telah dikembangkan dapat meningkatkan keaktifan siswa, belajar lebih menyenangkan dan tidak merasa bosan. Pada penelitian ini juga diungkapkan bahwa penyajian materi pada media ini lebih mudah dipahami serta mampu membuat siswa belajar secara mandiri. Hal ini dibuktikan dengam persentase tingkat kelayakan media sebesar 80.5%
dengan kategori sangat baik.
i. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Laboratorium Virtual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Peredaran Darah di SMA Negeri 9 Bogor” oleh Lita Sulistia, mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh media laboratorium virtual terhadap hasil belajar siswa dan terdapat pengaruh antara media laboratorium virtual terhadap hasil belajar siswa.