• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dualitas dalam Strukturasi

Dalam dokumen RELASI SOSIAL DALAM IMPLEMENTASI PERDA N (Halaman 45-49)

PERSPEKTIF TEORITIS II. 1 Teori Strukturasi – Anthony Giddens

II.1.1 Dualitas dalam Strukturasi

Konsep strukturasi dalam teori sosiologi Anthony Giddens cukup populer dalam kajian sosiologi kontemporer, namun sebagai suatu teori atau metodologi konsep Giddens tersebut terkesan agak sulit dipahami dan seolah abstrak. Tetapi ketika dipahami dan dielaborasi secara lebih luas konsep strukturasi sebenarnya cukup menarik dan dapat dijadikan alat analisis yang tajam terutama mengenai relasi antara agen (aktor) dan struktur (sistem) dalam kehidupan masyarakat sebagai fakta sosial yang objektif.

Strukturasi (Structuration) merupakan konsep sosiologi utama Anthony Giddens sebagai kritik terhadap teori fungsionalisme dan evolusionisme dalam teori strukturalisme. Inti teori strukturasi terletak pada tiga konsep utama yaitu tentang “struktur”, ”sistem”, dan “dualitas struktur”16, lebih khusus lagi dalam hubungannya antara agen (pelaku, aktor) dan struktur. Menurut Giddens, seperti dikutip Ritzer dan Goodman, bahwa “Setiap penelitian ilmu sosial atau sejarah pasti melibatkan pengaitan tindakan (seringkali digunakan secara sinonim dengan

agensi) dengan struktur…tidak mungkin struktur ‘menentukan’ tindakan atau

16

Anthony Giddens. Teori Strkturasi: Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hal 25.

sebaliknya”17. Giddens dengan teori strukturasinya menekankan kajian pada “praktik sosial yang tengah berlangsung” sebagaimana dinyatakannya, bahwa “ranah dasar studi ilmu-ilmu sosial, menurut teori strukturasi, bukanlah pengalaman aktor individu, ataupun eksistensi bentuk totalitas sosial apapun, melainkan praktik yang ditata di sepanjang ruang dan waktu”18.

Strukturasi memandang pentingnya praktik sosial baik dalam aksi maupun struktur kehidupan masyarakat. Strukturasi mengacu pada “suatu cara dimana struktur sosial (social structure) diproduksi, direproduksi, dan diubah di dalam dan melalui praktik”. Pengertian strukturasi dikaitkan dengan konsep dualitas struktur, dimana struktur-struktur diproduksi dan direproduksi baik oleh tindakan-tindakan manusia maupun melalui medium tindakan-tindakan sosial. Teori strukturasi Giddens mencakup tentang kemampuan intelektual aktor-aktor, dimensi spasial dan temporal tindakan, keterbukaan dan kemungkinan tindakan dalam kehidupan sehari-hari, dan kekeliruan pemisahan antara agen dan struktur (agency and

structure) dalam sosiologi. Melalui teori strukturasi Ginddens berusaha untuk

melampaui batas-batas fungsionalisme dan kegigihannya dalam mentransforma-sikan dikotomi antara agen dan struktur telah diterima dalam lingkungan sosiologi mutakhir. Tetapi teori strukturasi masih juga menjadi bahan perdebatan kritis

17

Goerge Ritzer dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir, terjemahan Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2008, hal 568.

18

Ibid, hal 569.

menyangkut kegagalannya untuk menghasilkan program tersendiri dalam riset empirik dari sudut pandang hipotesis yang teruji.19

Menurut teori strukturasi, domain dasar ilmu-ilmu sosial bukanlah pen-galaman masing-masing aktor ataupun keberadaan setiap bentuk totalitas kema-syarakatan, melainkan praktik-praktik sosial yang terjadi sepanjang ruang dan waktu. Aktivitas-aktivitas sosial manusia, seperti halnya benda-benda alam yang berkembang biak sendiri, saling terkait satu sama lain. Maksudnya, aktivitas-aktivitas sosial itu tidak dihadirkan oleh para aktor sosial, melainkan terus menerus diciptakan oleh mereka melalui sarana-sarana pengungkapan diri mereka sebagai aktor. Di dalam dan melalui aktivitas-aktivitas mereka, para agen memproduksi kondisi-kondisi yang memungkinkan keberadaan aktivitas-aktivitas itu.20

Telaah kritis Giddens jauh lebih luas, mencakup kritik terhadap materialisme-historis, fenomenologi, teori pilihan-rasional dalam ekonomi, teori komunikasi Habermas, dan sebagainya. Melalui telaah kritis itu, setidaknya ada dua tema sentral yang menjadi poros pemikiran Giddens sendiri, yaitu hubungan antara struktur (structure) dan pelaku (agen-cy), serta sentralitas ruang (space) dan waktu (time).

Pertama, hubungan pelaku dan struktur. Menjelaskan bahwa pelaku berbeda dengan struktur sama dengan mengatakan sesuatu yang sudah jelas.

19

Nicholas Abercrombie, Stephen Hill, dan Bryan S. Turner. Kamus Sosiologi, terjemahan Desi Noviyanti dkk., Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010, hal, 560.

20

Anthony Giddens, Teori Strkturasi: Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 201,. hal. 3.

Begitu pula mengatakan bahwa struktur terkait dengan pelaku, dan sebaliknya, tidak mengatakan banyak hal. Masalah mendasar terletak dalam pertanyaan berikut. Perbedaan (atau kaitan) pelaku dan struktur berupa dualisme (tegangan atau bertentangan) ataukah dualitas (timbal-balik)? Giddens melihat bahwa ilmu sosial dijajah oleh gagasan dualisme (dualism) pelaku versus struktur. Ia memproklamirkan hubungan keduanya sebagai relasi dualitas (duality): “tindakan dan struktur saling mengandaikan”. Sebagaimana akan kita temui, apa yang terdengar sederhana ini tidak semudah yang kita bayangkan.

Yang disebut pelaku adalah orang-orang yang konkret dalam “arus kontinu tindakan dan peristiwa di dunia”. Adapun struktur bukanlah nama bagi totalitas gejala, bukan kode tersembunyi seperti dalam strukturalisme, bukan pula kerangka keterkaitan bagian-bagian dari suatu totalitas dalam fungsionalisme. Struktur adalah “aturan (rules) dan sumber daya (resources) yang terbentuk dari dan membentuk perulangan praktik sosial”. Dualitas struktur dan pelaku terletak dalam proses dimana “struktur sosial merupakan hasil (outcome) dan sekaligus sarana (medium) praktik sosial”. Struktur sejajar dengan langue (yang mengatasi ruang dan waktu), sedangkan praktik sosial analog dengan parole (dalam waktu dan ruang). Berdasar pronsip dualitas antara struktur dan pelaku ini, Giddens kemudian membangun suatu Teori Strukturasi.

Kedua, waktu dan ruang. Sebagai poros yang menggerakkan teori strukturasi, sentralitas waktu dan ruang juga menjadi kritik terhadap dualisme statik versus dinamik, sinkroni versus diakroni, stabilitas versus perubahan. Waktu dan ruang biasanya dipahami sebagai arena atau panggung tindakan

(stage), kemana kita masuk, dari mana kita keluar. Diilhami oleh filsafat Martin

Heidegger, Giddens menyatakan bahwa waktu dan ruang bukanlah arena atau panggung tindakan, melainkan unsur kontitutif tindakan dan pengorganisasian masyarakat. Artinya, tanpa waktu dan ruang, tidak ada tindakan. Kerana itu waktu dan ruang harus menjadi unsur integral dalam teori ilmu-ilmu sosial.

Pokok ini juga yang membuat Giddens menamakan teorinya sebagai ‘struktur-asi’, sebagaimana setiap akhiran ‘is(asi)’ menunjuk pada kelangsungan proses. Artinya, waktu dan ruang merupakan unsur yang tidak-bisa tidak bagi terjadinya peristiwa atau gejala sosial. Konstitusi waktu-ruang ini sedemikian sentral dalam gagasan Giddens. Bagi Giddens, misalnya, perbedaan bentuk-bentuk masyarakat bukan terletak pada perbedaan cara produksi sebagaimana yang diajukan Karl Marx, melainkan pada cara masing-masing masyarakat mengorganisir hubungan antara waktu dan ruang. Negara (state) merupakan “bejana pemuat kekuasaan” (power container) yang didasarkan pada kontrol atas pengaturan waktu dan ruang. Modernitas merupakan gejala pemisahan waktu dari aksi ruang. Globalisasi sebagai perentangan sekaligus pemadatan waktu dan ruang

(time space distinciaton), atau “aksi dari kejauhan”.

Dalam dokumen RELASI SOSIAL DALAM IMPLEMENTASI PERDA N (Halaman 45-49)

Dokumen terkait