• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Pertanian Berkelanjutan sebagai Konsep Ekonomi dan Pembangunan Pedesaan Pedesaan

Istilah pembangunan berkelanjutan telah memasuki perbendaharaan kata para ahli serta masyarakat setelah diterbitkannya laporan mengenai pembangunan dan lingkungan serta sumberdaya alam. Laporan ini diterbitkan oleh Komisi Dunia untuk Lingkungan Hidup dan Pembangunan PBB (UN World on Environment and Development, WCED), di mana dalam laporan tersebut didefinisikan istilah

pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Adapun defenisi

pembangunan berkelanjutan tersebut adalah: pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya (Conrad, 1999). Pembangunan berkelanjutan yang mengacu pada upaya memelihara/mempertahankan kegiatan membangun (development) secara terus menerus. Pembangunan selalu memiliki implikasi ekonomi serta kenyataannya, pembangunan memiliki dimensi sosial dan politik yang kental. Pembangunan, dapat dikatakan sebagai vektor dari tujuan sosial suatu masyarakat (society), di mana tujuan tersebut merupakan atribut dari apa yang ingin dicapai atau dimaksimalkan oleh masyarakat tersebut. Atribut tersebut dapat mencakup: kenaikan pendapatan perkapita, perbaikan kondisi gizi dan kesehatan, pendidikan, akses kepada sumberdaya, distribusi pendapatan yang lebih merata dan sebagainya. Sehingga konsep berkelanjutan dapat diartikan sebagai persyaratan

umum di mana karakter vektor pembangunan tadi tidak berkurang sejalan dengan waktu (Pearce, 1992 dalam Reijntjes, 1999).

Ekonomi seringkali didefinisikan sebagai ilmu pengalokasian sumberdaya di antara pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan ekonomis dari alokasi sumberdaya (alam) adalah efisiensi, yaitu mendapatkan hasil yang tertinggi dari pemanfaatan dan ekstraksi sumberdaya tersebut. Sumberdaya diasumsikan tidak terbatas kerena kemajuan tehnologi dan preferensi individual dipandang sebagai "given" dan merupakan faktor dominan. Dengan demikian, dalam kerangka ekonomi, pembangunan berkelanjutan merupakan suatu kerangka yang statis dan mengacu pada kosep keseimbangan (steady state) sebagai perangkat optimasi (Daly, 1991).

Seringkali efisiensi ekonomi dan sustainability dianggap memiliki objek yang sama, yaitu menyinambungkan pembangunan dengan memastikan bahwa generasi yang akan datang memiliki kesempatan ekonomi yang sama. Sehingga efisiensi (intertemporal) merupakan isu utama pembangunan berkelanjutan. Meskipun suatu pembangunan dapat bersifat efisien secara ekonomi dan berkelanjutan pada saat yang sama, efisiensi tidak menjamin sustainability. Dalam ukuran ekonomi, pembangunan berkelanjutan memenuhi pada kriteria efisiensi ekonomi dan sustainablility (Prihatin, 2001).

Sistem pertanian berkelanjutan berkaitan erat dengan pembangunan pedesaan (sustainable agriculture and rural development) karena selama aktivitas produksi dan konsumsi pertanian terbesar berada di daerah pedesaan. Sebagai negara agraris, dapat dikatakan 65% lebih penduduk Indonesia mencari penghidupan dari sektor pertanian

yang tersebar di pelosok-pelosok pedesaan. Oleh karena itu, segala program pembangunan di pedesaan seharusnya tidak terlepas dari upaya-upaya mewujudkan sistem pertanian yang berkelanjutan yang mampu memenuhi kebutuhan bahan pangan dan menyediakan mata pencaharian bagi masyarakat untuk meraih taraf sosial ekonomi yang lebih baik (Salikin, 2003).

Menurut Pretty (1994) dalam Salikin (2003), pertanian berkelanjutan dan pembangunan pedesaan (PBPP), yakni sebagai suatu interaksi usaha tani spesifik dengan orientasi pendekatan sistem yang melibatkan interkasi aspek ekologi, sosial dan lingkungan di daerah pedesaan. Program PBPP bermuara pada upaya menegakkan eksistensi dan memenuhi harkat manusia yang bermanfaat bagi sesama maupun bagi diri sendiri.

Secara konsepsional, pendekatan kebijakan pembangunan berkelanjutan dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu: aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Munangshe dan Cruz (1995) dalam Salikin (2003). pendekatan ekonomi berkelanjutan berbasis pada konsep maksimalisasi aliran pendapatan antar generasi, dengan cara merawat dan menjaga cadangan sumberdaya alam atau modal yang mampu menghasilkan suatu keuntungan. Upaya optimalisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya yang langka menjadi keharusan dalam menghadapi berbagai isu ketidakpastian, bencana alam dan sebagainya. Konsep sosial berkelanjutan berorentasi pada manusia dan hubungan pelestarian stabilitas sosial dan sistem budaya, termasuk upaya mereduksi berbagai konflik sosial yang merusak. Dalam perspektif sosial, perhatian utama ditujukan pada pemerataan (equity) atau

keadilan, pelestarian keanekaragaman budaya dan kekayaan budaya lintas wilayah, serta pemanfaatan praktek-praktek pengetahuan lokal yang berorentasi jangka panjang dan berkelanjutan. Tinjauan aspek lingkungan berkelanjutan terfokus pada upaya menjaga stabilitas sistem biologis dan lingkungan fisik, dengan bagian utama menjaga kelangsungan hidup masing-masing subsistem menuju stabilitas yang dinamis dan menyeluruh pada ekosistem.

Selanjutnya menurut Salikin (2003) ketiga aspek ekonomi, sosial dan lingkungan tersebut memiliki peranan dan perhatian yang sama pentingnya. Aspek ekonomi dan sosial memiliki keterkaitan sehingga pertumbuhan ekonomi dapat didistribusikan secara merata pada semua lapisan sosial, sehingga tidak ada lagi kesenjangan sosial ekonomi antargenerasi, intergenerasi atau antarlapisan strata sosial. Keterkaitan aspek ekonomi dan lingkungan dimaksudkan agar aktivitas ekonomi baik produksi, distribusi dan konsumsi tidak membawa dampak ekternalitas negatif pada lingkungan dan sedapat mungkin menginternalisasi aspek lingkungan ke dalam tindakan dan keputusan ekonomi. Akhirnya, keterkaitan sosial dan lingkungan bertujuan memperbaiki kualitas hidup antar generasi secara merata dan partisipasi masyarakat menyeluruh pada lingkungan sosial masing-masing.

Herdaker (1997) dalam Salikin (2003) mengatakan, adapun tujuan kebijakan pembangunan berkelanjutan dan pembangunan pedesaan bermuara pada empat sasaran, yaitu pertumbuhan (growth), pemerataan (eguity), efisiensi (efficiency) dan berkelanjutan (sustainability). Pertumbuhan produksi pertanian sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia, sejalan dengan laju pertambahan jumlah

penduduk atau perubahan pendapatan serta kelangsungan mata pencaharian para petani di pedesaan. Pertumbuhan produksi tanaman, ternak dan ikan paling tidak harus dapat mengimbangi laju pertumbuhan jumlah penduduk. Pemerataan sangat diperlukan agar tidak terjadi kesenjangan sosial. Efisiensi bertujuan untuk menghemat sumber daya dan berlaku adil untuk kepentingan bersama. Berkelanjutan bertujuan agar ketahanan pangan bersifat dinamis, pemanfaatan sumber daya dilakukan secara bertanggung jawab, manajemen lingkungan yang baik, serta sistem produksi responsif terhadap kejutan dan tantangan. Masing-masing tujuan tersebut saling bergantung, tidak berdiri sendiri-sendiri. Pertumbuhan yang tinggi harus disertai dengan pemerataan, efisiensi pemanfaatan sumber daya secara ketat, serta proses berkelanjutan yang mapan.