• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakim yang mengadili perkara ini dalam putusan perkara ini mempertimbangkan yang pokoknya menerangkan sebagai berikut :86

Dari fakta-fakta hukum dengan demikian perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur- unsur sebagaimana yang didakwakan kepadanya, yaitu KESATU melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang RI No.21 Tahun 2007, atau KEDUA melanggar Pasal 82 Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002. Bahwa karena dakwaan Jaksa Penuntut Umum bersifat alternatif maka kepada Majelis Hakim diberikan kewenangan untuk memilih salah satu dari Dakwaan itu Pertama atau Kedua sesuai dengan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, dan apabila salah satu dari dakwaan itu telah terbukti dan terpenuhi maka untuk dakwaan yang lainnya tidak perlu dipertimbangkan lagi.

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan Majelis Hakim akan mempertimbangkan Dakwaan Pertama, melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2007, yang unsur-unsurnya sebagai berikut :

1. Unsur Setiap Orang ;

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Pengertian Setiap Orang adalah Orang perseorangan atau koorporasi yang melakukan tindak pidana perdagangan orang. Orang perseorangan dalam hal ini dimaksudkan adalah orang sebagai subjek hukum yang dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum. yang dalam perkara telah di hadapkan di di persidangan terdakwa ANDREAS GINTING alias UCOK, yang

identitasnya sesuai dengan identitas terdakwa dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum dan dibenarkan oleh terdakwa dipersidangan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka unsur “Setiap Orang” telah terpenuhi.

2. Unsur Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau

86 Berdasarkan Perimbangan Hakim dalam menjatuhkan Putusan Nomor

manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain :

Bahwa dari fakta-fakta yang terungkap dipersidangan benar terdakwa Andreas Ginting alias Ucok ada mengelola sebuah Cafe milik orangtuanya yaitu Cafe Pesona yang terletak di Jalan Sei Indah No. 30 Desa Sunggal Kanan, Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, dimana Cafe tersebut dibuka mulai dari pukul 20.00 Wib sampai pukul 03.00 Wib dengan mempekerjakan karyawan laki-laki dan perempuan, diantaranya Ela Julaeha, Nyai alias Ai, Deden Wahyu, Minar dan Diana (yang berasal dari Sukabumi Jawa Barat) dan Marlan (berasal dari Medan). Pada bulan Nopember 2011 terdakwa ada menyampaikan kepada para karyawan termasuk kepada Ela Julaeha agar dicarikan orang untuk bekerja di Restoran/Cafe Pesona, dan juga sebagai supir dan pembantu untuk mengurus ibu terdakwa, dan atas permintaan terdakwa tersebut Ela Julaeha telah menghubungi saksi Titin Sumartini alias Entin yang berada di Sukabumi Jawa Barat melalui Telepon Seluler ( Hand Phone) dan meminta tolong agar dicarikan orang yang mau bekerja di Restoran di Medan, dan juga sebagai supir dan pembantu sesuai dengan permintaan terdakwa, dan atas permintaan tersebut saksi Titin Sumartini alias Entin menyanggupinya, kemudian hal tersebut diberitahukan oleh Ela Julaeha kepada terdakwa.

Selanjutnya terdakwa berhubungan dengan saksi Titin Sumartini alias Entin untuk meminta tolong kepada saksi agar dicarikan orang yang mau bekerja di Restoran di Medan dan juga yang mau dipekerjakan sebagai supir dan pembantu. Terdakwa juga ada

menjanjikan akan memberi bonus sebesar Rp. 1.000.000 (Satu juta rupiah) per orang kepada saksi Titin Sumartini. Terdakwa telah mentransfer uang ke rekening saksi sebanyak dua kali, yaitu yang pertama sebesar Rp.350.000 (Tiga ratus lima puluh ribu rupiah) dan yang kedua sebesar Rp. 200.000,- (Dua ratus ribu rupiah). Untuk memenuhi permintaan terdakwa tersebut, saksi Titin Sumartini telah menawarkan kepada saksi korban Lisna Widiyanti (tetangga saksi Titin Sumartini di Sukabumi) kalau mau bekerja di Medan sebagai kasir di Restoran dengan gaji sebesar Rp.1.000.000 (Satu juta rupiah) perbulan, serta kepada Iqbal Salehudin sebagai cleaning service dan tawaran tersebut disanggupi oleh saksi korban dan Iqbal Salehudin, selanjutnya saksi Titin Sumartini menyampaikan hal tersebut kepada Enong Sulyani (Ibu kandung Lisna Widiyanti) namun saksi Enong Sulyani merasa keberatan dengan mengatakan bahwa Lisna Widiyanti masih anak-anak dan baru berumur 15 (lima belas) tahun, akan tetapi karena saksi Lisna Widiyanti terus menangis dan tetap ingin bekerja di Medan, akhirnya orangtuanya mengizinkan Lisna Widiyanti untuk bekerja di Medan

Pada tanggal 14 Desember 2011 saksi Titin Sumartini, saksi Lisna Widiyanti dan Iqbal Salehudin berangkat dari sukabumi menuju Jakarta dengan menaiki bis dan setelah tiba dirumah terdakwa di Rawamangun Jakarta bertemu dengan isteri terdakwa Asrat Nitawati karena sebelumnya terdakwa telah memberitahukan hal tersebut kepada isterinya melalui pembantunya, dan keesokan harinya saksi Titin Sumartini kembali ke Sukabumi sedangkan saksi Lisna Widiyanti dan Iqbal Salehudin masih tinggal beberapa hari di Rumah terdakwa di

Jakarta menunggu diberangkatkan ke Medan. Pekerjaan saksi korban Lisna Widiyanti di Cafen Pesona adalah melayani tamu-tamu yang datang minum ke Cafe tersebut, mulai dari pukul 20.00 Wib sampai dengan pukul 03.00 Wib dengan berpenampilan sexi yaitu pakaian dengan baju tanpa lengan dan celana pendek, dan dari pekerjaan tersebut saksi korban dijanjikan oleh terdakwa dengan gaji Rp.300.000,- (Tiga ratus ribu rupiah) perbulan,

ditambah adanya bonus botol yaitu bonus sebesar Rp. 2000,- (Dua ribu rupiah) perbotol dari jumlah minimal yang terjual, serta uang tip dari tamu yang minum yang jumlahnya

bervariasi.

Sekira tanggal 8 Januari 2012 sekira pukul 15.00 Wib terdakwa telah membawa Lisna Widiyanti keluar dari Cafe Pesona dengan alasan untuk melihat rumah baru terdakwa, dan setelah dari rumah baru milik terdakwa ternyata Lisna Widiyanti telah dibawa oleh terdakwa ke Hotel Pardede International Cottage dan didalam kamar Hotel tersebut Lisna Widiyanti telah disetubuhi oleh terdakwa seperti layaknya sebagai suami isteri, dengan janji bahwa terdakwa akan bertanggungjawab atas perbuatannya ;

Selama saksi korban bekerja sebagai pelayan di Cafe Pesona belum pernah menerima gaji dari terdakwa, dan malah untuk membeli makanan setiap hari saksi korban terpaksa menggunakan uangnya sendiri yang diperoleh dari bonus botol dan uang tip yang diberikan tamu, sehingga dengan keadaan tersebut makan pada tanggal 16 Janurai 2012 sekira pukul 18.00 Wib saksi korban telah melarikan diri meninggalkan Cafe Pesona yang dibantu oleh saksi Marlan, dan kemudian dengan ditemani oleh Marlan saksi korban Lisna Widiyanti telah melaporkan kejadian tersebut ke Polda Sumatera Utara ;

Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka unsur “Unsur Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain”, telah terpenuhi

3. Unsur untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di Wilayah Negara Republik Indonesia

Yang dimaksud dengan Eksploitasi menurut ketentuan Pasal 1 angka 7 Undang- Undang No. 21 Tahun 2007 adalah Tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi atau secara melawan hukum memindahkan atau mentranplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immaterial.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas karena unsur-unsur dari Dakwaan Kesatu melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 telah terbukti dan terpenuhi, maka menurut pendapat Majelis Hakim terdakwa telah terbukti secara syah dan meyakinkah bersalah melakukan “Tindak pidana perdagangan orang” oleh karenanya Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penasehat Hukum terdakwa, yang menyatakan bahwa terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum, dan meminta terdakwa dibebaskan dari segala dakwaan (Vrijspraak) atau setidak-tidaknya melepaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum

Setelah mempertimbangkan segala sesuatunya ternyata tidak dapat menghilangkan pertanggungjawaban pidana atas diri terdakwa, karenanya terdakwa haruslah dinyatakan bersalah dan dihukum ;

Hal-hal yang memberatkan :

- Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat ;

- Perbuatan terdakwa tidak mendukung Program Pemerintah Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang ;

- Perbuatan terdakwa telah membuat penderitaan dan rasa malu bagi korban dan keluarganya ;

Hal-hal yang meringankan :

- Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya sehinggal tidakmempersulit pemeriksaan dipersidangan ;

- Terdakwa belum pernah dihukum, mengaku bersalah dan menyesali perbuatannya ; - Terdakwa sudah berkeluarga dan mempunyai tanggungan isteri dan seorang anak ;

TENTANG TUNTUTAN HAK RESTITUSI/PEMBAYARAN GANTI KERUGIAN : Ibu kandung saksi korban Lisna Widiyanti yaitu Saksi Enong Suliyani atas dasar Surat Kuasa yang diberikan kepada : 1. Muslim Harahap, SH,MH, 2. Azmiati Zuliah, SH,MH, 3. Rina Melati Sitompul, SH dan 4. Elisabeth,SH.

Masing-masing Tim Advokasi Trafiking Anak P2TP2A Provinsi Sumatera Utara, tertanggal 6 September 2012, telah mengajukan dan menyerahkan Gugatan Hak Restitusi

dipersidangan tertanggal 16 Oktober 2012.

Adapun Tuntutan Hak Restitusi yang diajukan oleh Ibu kandung saksi korban atas dasar Pasal 1 angka 13, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50 Undang- Undang No.21 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2008 dan Aturan-aturan lain yang berkaitan dengan Undang-Undang tersebut adalah menyangkut Kerugian Materil sebesar Rp. 49.700.00,- (Empat puluh Sembilan juta tiga ratus ribu rupiah) dengan perincian sebagaimana diuraikan dalam Gugatan Hak Restitusi tertanggal 15 Oktober 2012, serta Kerugian Immateril yaitu Penderitaan Psikis yang dialami korban sebesar Rp.30.000.000,- (Tiga puluh juta rupiah), jadi jumlah seluruhnya menjadi Rp. 79.700.000,- (Tujuh puluh Sembilan juta tujuh ratus ribu rupiah)

Untuk membuktikan Gugatan Hak Restituai tersebut, oleh Pemohon telah mengajukan dan menyerahkan bukti-bukti surat persidangan, bertanda P-1s/dP-5

sebagaimana terlampir dalam berkas perkara ini. Bahwa terhadap Tuntutan Hak Restitusi tersebut, Kuasa/Penasehat Hukum terdakwa Andreas Ginting alias Ucok telah mengajukan dan menyerahkan Jawabannya dipersidangan tertanggal 23 Oktober 2012 dan juga telah mengajukan dan menyerahkan bukti-bukti surat dipersidangan bertanda T-1 s/d T-7.

Setelah mempelajari Tuntuan/Gugatan Hak Restitusi yang diajukan oleh Kuasa Ibu kandung korban Lisna Widiyanti, serta Jawaban yang diajukan oleh kedua belah pihak, Majelis Hakim memberikan pertimbangan sebagai berikut :

- Bahwa sesuai dengan ketentusn pasal 48 ayat (1) Undang- Undang No. 21 Tahun 2007, Setiap korban tindak pidana perdagangan orang atau ahli warisnya berhak memperoleh Restitusi. Restitusi yang dimaksud disini adalah pembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materil dan/atau immaterial yang diderita korban atau ahli warisnya (pasal 1 angka 13 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007). Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut diatas adalah berupa ganti kerugian atas : a. kehilangan kekayaan atau penghasilan, b. pendertiaan, c. biaya untuk tindakan perawatan medis dan/atau psikologis, dan/atau d. kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan orang (pasal 48 ayat 2) ;

- Bahwa atas dasar ketentuan hukum tersebut diatas karena korban masih dibawah umur, maka Ibu kandung korban yaitu saksi Enong Sulyani telah mengajukan Tuntutan/Gugatan Hak Restitusi melalui Kuasanya yaitu Tim Advokasi Trafiking Anak P2TP2A Provinsi Sumatera Utara ;

Berpedoman kepada ketentuan pasal 48 ayat (2) Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 dihubungkan dengan bukti-bukti surat yang diajukan oleh Kuasa Ibu kandung korban, Majelis Hakim berpendapat besarnya ganti kerugian yang dimohonkan oleh Kuasa Ibu kandung korban tersebut, baik kerugian materil maupun kerugian immaterial cukup beralasan dan patut dikabulkan, kecuali mengenai Biaya untuk Advokat/pendamping kepentingan hukum korban di Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan sebesar Rp. 15.000.000,- (Lima belas juta rupiah) tidak dapat dikabulkan, karena menurut pendapat Majelis Hakim hal tersebut tidak merupakan kewajiban hukum bagi setiap korban tindak pidana perdagangan orang untuk didampingi oleh Advokat atau Penasehat Hukum, dan sebagai Tim Advokasi Trafiking Anak P2TP2 Provinsi Sumatera Utara mempunyai rasa tanggung jawab secara moral untuk melindungi dan mendampingi korban tindak pidana perdagangan orang

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas Majelis Hakim berpendapat, Tuntuan/Gugatan Restitusi yang diajukan oleh Ibu kandung saksi korban Lisna Widiyanti, patut untuk dikabulkan sebahagian yaitu berupa ganti kerugian materil dan immaterial sebesar (Rp. 49.700.00,- dikurangi Rp. 15.000.000,- ) ditambah Rp.30.000.000,- sama dengan Rp. 64.700.000,- (Enam puluh empat juta tujuh ratus ribu rupiah).

Dokumen terkait