• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Persilangan Pekin dengan Itik Lokal sebagai Calon Galur Induk

1.4. Laju Pertumbuhan Galur Induk PM dan PA

Laju pertambahan bobot badan dari kedua galur induk ditampilkan pada Gambar 5 di bawah ini. Pola laju pertumbuhan pada galur induk PA terjadi secara cepat mulai minggu ke-4 hingga minggu ke-7. Puncak laju pertumbuhan PA dicapai pada umur 7 minggu setelah itu laju pertumbuhan tampak menurun secara drastis hingga menggu ke-14.

Pada minggu ke-2 menuju minggu ke-3, galur induk PA menunjukkan laju pertumbuah bobot badan yang cukup pesat, namun demikian dari umur 3 minggu menunju ke 4 minggu dinamika pertumbuhan cenderung bersifat menurun. Penyebab terjadinya penurunan mungkin diakibatkan oleh adanya gangguan, dan besar kemungkinannya disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan pakan dari pakan starter ke pakan grower.

Pada galur induk PM, pola pertumbuhan bobot badan tampak selalu meningkat secara gradual dan cenderung kurang berfluktuatif bila dibandingkan dengan galur induk PA. Puncak pertumbuhan terjadi pada umur 9 minggu (Gambar 5), setelah itu laju pertumbuhan akan menurun. Kondisi ini menggambarkan bahwa potensi yang dimiliki oleh galur induk PM akan mencapai bobot badan yang statis setelah melewati umur 16 minggu.

0 50 100 150 200 250 300 350 400 PBB

Berdasarkan hasil di atas maka perubahan pakan untuk galur induk PM dan PA dari berkadar protein tinggi ke rendah sebaiknya dilakukan pada umur antara 7 hingga 9 minggu. Hal ini disebabkan pertumbuhan maksimal dicapai pada umur tersebut. Sebagaimana diketahui pertumbuhan maksimal sangat dibutuhkan karena adanya kenyataan bahwa untuk bagian tubuh yang mengalami pertumbuhan dini seperti tulang memerlukan pakan yang lebih baik. Apabila pertumbuhan tulang mendapatkan suplai pakan bernutrisi tinggi (kadar proteinnya) terpenuhi maka diharapkan pertumbuhan kerangka tubuh akan dicapai secara maksimal. Bentuk dan besar kerangka yang baik diharapkan dapat memberikan tingkat produksi telur yang baik pula.

Memperhatikan pola pertumbuhan di atas, maka penggantian pakan sebaiknya tidak berdasarkan pada umur ternak tetapi pada kebutuhan fisiologi agar ternak (dari masing-masing galur induk) tersebut dapat mengekspresikan potensinya secara baik.

Meskipun kedua puncak laju pertumbuhan bobot badan harian berbeda umur, namun sebagai galur induk keduanya menampilkan pola pertumbuhan yang baik. Oleh karena itu kedua galur yang dievaluasi layak sebagai galur induk untuk menghasilkan mandalung.

Pertambahan bobot badan (PBB) menurut bobot tetas. Karakteristik pertumbuhan anak bila didasarkan pada selang rataan ± standar deviasi dari bobot tetas sebagaimana yang tersaji pada Gambar 6 dan 7. Anak itik galur induk PM, Gambar 5. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PM (—) dan PA (----)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 Umur (minggu)

kelompok selang bawah menunjukkan pola pertumbuhan bobot badan yang selalu lebih rendah dari dua kelompok lainnya, kecuali pada saat umur 9 minggu. Sedangkan untuk galur induk yang memiliki bobot tetas pada selang tengah, laju pertumbuhan berada diantara kedua selang (atas dan bawah). Secara alami kelompok bobot tetas galur induk PM yang tinggi menunjukkan laju pertumbuhan yang tinggi pula.

Pola pertambahan bobot badan yang ditampilkan oleh galur induk PM cenderung mengikuti kenaikan pertumbuhan secara gardual. Kondisi ini merupakan ekspresi alamiah dari sifat pertumbuhan galur induk PM karena belum adanya seleksi. Perubahan pola pertambahan bobot badan dapat saja terjadi, bila sistem seleksi secara berkelanjutan dan terarah telah dilakukan.

0 100 200 300 400 500 PBB

Bagaimana pun juga untuk mendapatkan pola pertumbuhan galur induk yang cepat, maka seleksi ditingkat tetua lokalnya merupakan keharusan. Namun demikian seleksi satu sifat saja belumlah cukup bila tidak diikuti dengan seleksi terhadap produksi telur. Konsekuensinya membutuhkan waktu yang panjang.

Penampilan pertambahan bobot badan galur induk PA menunjukkan pola yang fluktuatif pada semua kelompok menurut bobot tetas. Hal yang menarik adalah bahwa pada umur 4 minggu hingga 7 minggu, telah terjadi pertumbuhan secara cepat dan setelah itu pola pertumbuhannya menurun (Gambar 7). Fenomena ini menunjukkan bahwa pada umur antara 4-7 minggu, galur induk PA mampu mengekspresikan potensi genetik dengan kondisi manajemen pakan yang Gambar 6. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PM menurut kelompok

bobot tetas : selang atas (—•—) ; tengah (--

--) dan bawah (—•—)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 Umur (minggu)

ada. Laju pertambahan bobot badan ini akan berbeda bila kondisi pakannya berbeda.

Anak itik dari galur induk PA yang berada diselang tengah menunjukkan pola pertambahan bobot badan berada diantara dua selang lainnya. Hal yang merupakan bentuk penyimpangan, tampak pada bobot tetas selang atas. Pada umur 4 minggu ke atas, laju pertumbuhannya yang terjadi berada pada garis kurva paling bawah. Setelah melewati titik balik puncak pertumbuhan, pola kurva bersifat fluktuatif hingga terjadi pertumbuhan negatif pada umur 12 minggu.

-50 0 50 100 150 200 250 300 350 400 PBB

Jadi dapat dijelaskan bahwa seleksi terhadap bobot tetas anak itik calon galur induk akan membawa pengaruh terhadap pertambahan bobot badan mingguan. Secara alamiah, sifat fisiologi masing-masing galur induk memiliki respon lingkungan pakan yang berbeda hal ini menyebabkan puncak pertumbuhan dicapai pada waktu dan bobot badan yang berbeda pula. Namun demikian perbedaan galur induk untuk menghasilkan bobot badan dewasa masih dalam kondisi yang tidak jauh berbeda. Oleh karena itu kedua galur induk yang diuji menunjukkan potensi yang tidak berbeda, meskipun pola pertambahan bobot badan untuk mencapai bobot dewasa berbeda.

Gambar 7. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PA menurut kelompok bobot tetas : selang atas (——) ; tengah (--

--) dan bawah (——)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 Umur (minggu)

Pertambahan bobot badan (PBB) menurut bobot telur. Kenyataan menunjukkan bahwa seleksi terhadap bobot telur yang berada diselang tengah memberi pengaruh yang kuat terhadap karakteristik pertambahan bobot badan yang ditampilkan. Pertambahan bobot badan mingguan dengan mengelompokkan bobot telur tetas dari galur induk PM, yang berada diselang atas dan bawah memperlihatkan pola yang fluktuatif yang tajam. Berbeda halnya dengan bobot telur tetas yang berada diselang tengah, pola pertambahan bobot badan yang terjadi lebih mengikuti pola garis lengkung yang mendekati model sigmoid.

Puncak pertambahan bobot badan dari galur induk PM terjadi pada minggu ke-9. Pola yang agak berbeda telah ditunjukkan pada bobot telur yang berada diselang. Gambar 8 memperlihatkan adanya puncak pertambahan bobot badan yang tidak jelas bagi telur yang memiliki bobot kecil.

0 100 200 300 400 PBB

Pengaruh bobot telur tetas yang besar terhadap pertambahan bobot badan mingguan, cenderung memiliki pola yang fluktuatif. Kondisi ini diakibatkan oleh kurangnya kesiapan anak itik saat menetas. Suatu penjelasan terjadinya fenomena ini secra teori adalah sebagai berikut, telur yang besar cenderung memiliki laju penguapan yang lambat. Padahal penyebaran panas ruang mesin pengeraman dimaksudkan untuk pemanasan embrio yang ada dalam telur tersebut. Akibat terhalang oleh kondisi putih telur yang tebal, derajat pemanasan yang diterima oleh embrio tidak optimal. Hal ini yang menyebabkan saat menetas kondisi anak itik tidak setegar kelompok selang tengah.

Gambar 8. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PM menurut kelompok bobot telur : selang atas (—•—) ; tengah (--

--) dan bawah (—•—)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 Umur (minggu)

Pada galur induk PA, pertambahan bobot badan yang pesat terjadi pada umur 4 hingga 7 minggu. Kondisi ini tidak berbeda sebagaimana yang telah dijelaskan di atas karena data yang digunakan sama. Pertambahan bobot badan negatif justru terjadi pada bobot telur yang berada pada selang atas. Sementara pembahasan terdahulu juga menunjukkan bahwa pola pertambahan negatif juga terjadi pada kelompok dengan bobot tetas yang tinggi.

-50 0 50 100 150 200 250 300 350 400 PBB

Kejadian ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara bobot telur dengan bobot tetas. Hal ini selaras dengan pembahasan sebelumnya, bahwa hubungan bobot telur dengan bobot tetas adalah tinggi (Tabel 6). Oleh karena itu seleksi terhadap bobot telur perlu dilakukan untuk kedua galur induk yang diuji. Aplikasinya telah lama dilakukan oleh peternak kecil bahwa untuk mendapatkan bibit itik yang baik cara yang paling mudah adalah dengan memilih telur sesuai kriteria.

Gambar 9. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PA menurut kelompok bobot telur : selang atas (——) ; tengah (--

--) dan bawah (——)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 Umur (minggu)

Nilai heritabilitas bobot badan galur induk PM dan PA. Secara umum nilai h2 bobot badan menurut umur itik dari dua galur induk yang ditampilkan menunjukkan hasil yang bervariasi dari rendah hingga tinggi. Heritabilitas pada sifat bobot tetas menunjukkan hasil yang cukup tinggi (Tabel 9). Adanya nilai lebih besar dari satu dan juga kurang dari satu, sebagai akibat terbatasnya data yang diperoleh. Oleh karena itu nilai h2 tersebut tidak dapat digunakan sebagai kriteria layak tidaknya bila akan melakukan seleksi.

Tabel 9. Nilai heritabilitas untuk sifat bobot badan pada berbagai umur dan genotipe itik Genotipe PM Genotipe PA Umur itik h2 (n=97) SE h2 (n=100) SE Tetas 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu 8 minggu 10 minggu 12 minggu 14 minggu 16 minggu 0.952 0.022 0.111 -0.003 0.292 0.631 0.964 1.030 0.561 0.369 -0.081 0.011 0.040 0.323 0.051 0.117 - 0.202 0.307 0.389 0.408 0.301 0.249 - 0.043 0.080 0.583 0.191 0.215 0.283 0.022 0.292 0.137 0.214 0.302 0.330 0.456 0.384 0.147 0.258 0.152 0.162 0.186 0.053 0.202 0.143 0.179 0.215 0.224 0.264 0.243 0.151

Sifat bobot tetas memberikan nilai dugaan yang tinggi, akan tetapi mengingat nilai SE yang juga tinggi maka nilai h2 tidak dapat dipertimbangkan dalam melakukan seleksi pada sifat tersebut. Oleh sebab itu pembahasan lebih lanjut tidak didiskusikan, hal ini terjadi kemungkinan diakibatkan jumlah sampel yang kecil.

Perubahan ukuran morfologi galur induk PM dan PA. Kegunaan dari sifat morfologi adalah untuk mengetahui seberapa besar sistem pertulangan dari dua galur induk PA dan PM. Belajar dari sistem seleksi ayam pedaging, setelah mendapatkan PBB dan efisiensi pakan yang baik, maka sistem pertulangan merupakan bagian seleksi yang cukup penting. Bagian-bagian penting tubuh yang

berguna untuk membangun bobot badan seperti bagian punggung, dada, sayap, dan paha merupakan anggota tubuh utama yang tampak jelas perubahannya.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa galur induk PA memiliki ukuran morfologi yang nyata (p<0.05) lebih besar dibandingkan dengan galur induk PM. Pola perkembangan ukuran morfologi dari bulan ke bulan menunjukkan adanya kenaikan satuan ukuran yang cukup cepat, khususnya untk peubah lebar dan dalam dada. Sifat pertumbuhan yang lamban terjadi pada panjang paha bagian bawah (drum stick), dengan pola pertumbuhan yang terbatas.

Berdasarkan Tabel 10, galur induk PA maupun PM pada umur 60 hari (8 minggu) tampak terdapat ukuran morfologi yang sifat pertumbuhannya sudah mencapai titik optimal, seperti panjang sayap dan panjang paha (atas dan bawah). Hal ini menunjukkan bahwa kedua peubah yang bersangkutan pada umur 60 hari telah mencapai ukuran dewasa tubuh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peubah panjang sayap dan paha bawah mengalami pertumbuhan yang masak dini, dibanding peubah lainnya yang diamati.

Tabel 10. Rataan parameter morfologi itik hasil silang (PM dan PA) pada masing- masing kelompok umur (hari)

Umur (hari) Itik PM

Parameter 1 30 60 90 Galur induk PM: Panj. punggung (cm) Lingkar dada (cm) Lebar dada (mm) Dalam dada (mm) Panjang sayap (cm) Panjang paha bawah (cm)

7.6±0.11a 6.5±0.47a 17.5±0.19a 19.8±0.30a 3.4±0.07a 3.4±0.04a 15.6±0.41a 17.1±0.17a 47.3±0.93a 43.6±0.83a 9.0±0.68a 7.2±0.12a 21.0±0.31a 19.9±0.88a 78.8±0.35a 65.37±1.4a 25.7±1.41a 9.6±0.17a 26.9±0.24a 26.7±0.23a 89.1±0.32a 86.5±1.34a 27.3±0.29a 10.0±0.07a Galur induk PA:

Panj. punggung (cm) Lingkar dada (cm) Lebar dada (mm) Dalam dada (mm) Panjang sayap (cm) Panjang paha bawah (cm)

7.7±0.15a 10.4±0.16b 17.6±0.41a 21.1±0.33b 3.1±0.08b 3.7±0.05a 12.7±0.21b 15.9±0.24b 57.1±0.80b 52.6±0.97b 10.5±0.32b 9.3±0.10b 19.9±0.18a 17.1±0.17a 95.5±0.90b 85.5±1.49b 23.2±0.49a 12.0±0.08b 26.6±0.39a 23.9±0.30b 97.1±0.47b 78.3±0.82b 27.4±0.24a 10.9±0.14b

Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom dan parameter yang sama berbeda nyata (p<0.05). Panjang punggung merupakan peubah yang memiliki ukuran sama pada setiap waktu pengamatan dari kedua galur induk yang diuji, kecuali untuk umur 30 hari (4 minggu). Kondisi ini diakibatkan oleh pengaruh masuknya darah Pekin

yang mewariskan sifat panjang punggung. Dengan demikian ukuran panjang punggung dari kedua galur secara statistik tidak berbeda nyata (p<0.05).

Ukuran morfologi galur induk PA nyata (p<0.05) lebih besar dibandingkan dengan galur induk PM. Dipihak lain bobot badan diakhir pengamatan kedua galur induk tidak berbeda nyata. Dengan demikian PM memiliki kelebihan dari sistem morfologi. Hal ini dapat dinyatakan bahwa galur induk PM memiliki sistem pertulangan yang lebih kecil. Evaluasi morfologi berdampak terhadap performa keturunannya. Galur induk PM diharapkan akan menghasilkan Mandalung dengan sistem pertulangan yang lebih kecil.

Nilai FCR masa pertumbuhan galur induk PM dan PA. Prestasi produktivitas itik bukanlah dilihat dari besarnya bobot badan saja tetapi harus memiliki pertimbangan nilai FCR yang didapat. Feed conversion ratio (FCR) sebagai tolok ukur untuk menilai seberapa banyak pakan yang dikonsumsi itik untuk mampu menjadi jaringan tubuh, yang dinyatakan dengan besarnya bobot badan adalah cara yang masih dianggap terbaik. Semakin rendah nilai FCR maka ternak tersebut akan semakin efisien dalam merubah pakan menjadi jaringan tubuhnya. Menurut Fairfull et al. (1998) dalam membentuk ayam broiler, selain pertumbuhan, ukuran efisiensi pakan menjadi prioritas dalam sistem pemuliaan.

Pada awal pengamatan menunjukkan bahwa angka FCR pada galur induk PM di atas nilai 3.5 kecuali untuk umur 2 minggu (2.97) dan 3 minggu (3.32). Angka FCR yang lebih rendah diperoleh pada galur induk PA di bawah 3 hingga itik mencapai umur 7 minggu. Kondisi ini menunjukkan adanya gambaran yang lebih efisien pada galur induk PA dalam mengkoversi pakan menjadi jaringan tubuh dibandingkan dengan galur induk PM hingga umur tertentu. Wilson et al.

(1997) melaporkan bahwa seleksi untuk sifat FCR pada itik Pekin hanya didapat perbaikan sebesar 0.4 FCR pada generasi ke-9 untuk parameter bobot badan. Oleh karena itu hingga umur pengamatan 7 minggu, galur induk PA memiliki nilai FCR yang lebih baik dibandingkan dengan galur induk PM.

Karakteristik pertumbuhan yang ditampilkan oleh galur induk PM bahwa diawal pertumbuhan bersifat lambat tetapi mencapai bobot yang tidak berbeda pada akhir pengamatan, mempengaruhi bentuk grafik yang didapat. Gambar 9

memperlihatkan bahwa bentuk grafik nilai FCR dari kedua galur induk hingga umur 7 minggu memiliki pola yang sama. Setelah melewati umur 7 minggu menuju minggu ke-8, galur induk PA tampak kurang efisien. Diakhir pengamatan (umur 16 minggu) merupakan bukti bahwa galur induk itik PM dapat bersaing dengan galur induk PA dalam hal efisiensi pakan.

0 1 2 3 4 5 6 7 Nilai FCR

Hasil di atas tidak berbeda dengan dari hasil laporan Harahap (1993) yang melaporkan bahwa angka konversi pakan itik Mandalung berkisar antara 3.62 hingga 6.30, baik untuk itik jantan maupun betina atau jenis pakan yang digunakan yaitu pakan ayam broiler, campuran pakan ayam broiler + dedak (1:1) maupun hasil gabungan dari keduanya. Dengan ransum terbatas Ketaren dan Prasetyo (2002) melaporkan nilai konversi itik MA dengan kisaran 2.88 hingga 6.38 untuk fase pertama produksi yaitu umur produksi telur 22-42 minggu maupun 3.55 hingga 6.47 bagi fase produksi ke dua yaitu 48-66 minggu.

Mengingat bahwa kedua galur tidak berbeda di dalam mengkonversi pakan (FCR), maka kedua galur induk PM dan PA sama baiknya dikembangkan sebagai galur yang potensial. Untuk ke depan salah satu sifat seleksi yang dianggap baik digunakan agar menghasilkan itik mandalung yang efisien adalah memilih galur induk yang memiliki nilai FCR rendah, dengan pertumbuhan yang baik.

Gambar 10. Nilai konversi pakan galur induk PM () dan PA () terhadap bobot badan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 Minggu ke