• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Pembentukan Mandalung

2.3. Segregasi Warna Bulu Mandalung

Silang antara galur induk PM yang memiliki bulu putih polos dengan pejantan entog putih maupun galur induk PA yang memiliki pola warna bulu beragam dengan pejantan entog putih menghasilkan mandalung dengan pola warna yang beragam. Hal ini membuktikan bahwa warna bulu putih resesif yang dibawa oleh galur induk PM masih mengandung warna bulu hitam yang dibawa oleh Pekin yang tidak diekspresikan (Campbell et al. 1984). Disamping itu Hoffman dan Canning (1993) menjelaskan bahwa gen warna putih baik dari galur induk PM maupun pejantan entog adalah resesif, akan tetapi keduanya tidak homolog, baik dalam lokasi gen yang seharusnya berpasangan maupun adanya gen pembawa warna yang tersembunyi.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa punggung memiliki warna dasar bulu hitam, putih dan lurik. Warna bulu tersebut dikombinasi dengan warna lain yang menyertai, diantaranya solid (polos) memiliki distribusi yang lebih tinggi dibanding dengan warna belang. Warna belang putih yang menyertai warna punggung hitam cenderung lebih banyak ditemui pada kedua genotipe mandalung yang ada.

Persentase warna bulu punggung menunjukkan bahwa dominasi warna hitam untuk EPA yaitu 71.3% dan EPM 52.7%, sedang mayoritas kedua setelah hitam adalah warna putih yaitu sebesar 13.8% (EPA) dan 40.9% (EPM). Hasil ini menunjukkan bahwa galur induk PM disilang dengan pejantan entog putih mampu mewariskan Mandlung dengan bulu punggung putih yang lebih tinggi dibanding yang diwariskan oleh galur induk PA.

Warna bulu punggung tersebut disamping warna solid sebagian diikuti dengan kombinasi warna belang. Warna solid yang ditampilkan oleh EPM adalah 50% dan EPM adalah 43.8%. Warna kombinasi terbanyak yaitu warna putih pada punggung bulu hitam masing-masing 24.7% (EPM) dan 17.2% (EPA), serta warna hitam untuk punggung bulu putih yaitu 19.4% (EPM) dan 26.5% (EPA).

Sifat pewarisan ini tampaknya masih konsisten bahwa punggung putih yang dikombinasi belang hitam lebih banyak terjadi pada EPM, sementara punggung hitam yang dikombinasi belang putih banyak ditemukan pada EPA.

Warna bulu dada putih lebih dominan dibanding warna lainnya, dengan persentase sebesar EPM (88.2%) dan EPA (73.6%). Bulu dada berwarna lurik banyak dijumpai pada mandalung EPA dibandingkan dengan EPM. Persentase warna bulu dada coklat dari kedua mandalung adalah EPM (3.2%) dan EPA (4.6%), dan ini sebagai kelompok minoritas. Warna solid (polos) banyak dijumpai pada mandalung EPM (69.9%), sedangkan EPA (6.9%). Sifat pewarisan bulu putih pada bagian dada masih tetap konsisten sebagaimana yang terjadi pada bulu punggung. Besarnya persentase warna bulu dada maupun punggung dari galur induk PM terbukti mewariskan bulu putih yang lebih tinggi dibandingkan dengan galur induk PA.

Mandalung EPA memiliki sebaran warna belang pada bagian dada berwarna putih (42.7%) dan lurik coklat (28.8%) lebih tinggi dari warna lainnya. Ini berarti mandalung EPA, bulu bagian dada yang solid memiliki persentase yang rendah. Kombinasi warna bulu bagian dada EPM sebagian besar adalah solid (69.9%). Disamping warna dada yang solid tersebut, ada yang dikombinasi dengan warna belang lurik coklat sebesar 10.8% dan hitam sebesar 8.6%. Mengingat bahwa bulu dada mandalung EPM sebagian besar adalah putih, sementara kombinasi belangnya ternyata lebih banyak solidnya maka dapat diartikan bahwa bulu dada EPM lebih banyak berwarna putih polos.

Hasil di atas dapat dibuktikan dari penelusuran warna kombinasi bulu dada dengan punggung sebagaimana yang ditampilkan pada Gambar 15. Persentase yang didapat menunjukkan bahwa mandalung EPM mayoritas bulu dada putih dengan bulu punggung putih polos adalah 17%. Kondisi ini lebih tinggi dibanding bulu dada hitam dengan punggung berbulu putih (14%). Disini terdapat fenomena bahwa warna bulu dada yang putih polos hanya akan dikombinasi dengan warna bulu punggung yang putih pula. Sementara jika warna bulu dada tersebut belang maka warna bulu punggung yang menyertai akan bervariasi dari putih polos, hitam polos maupun bermacam-macam belang.

DPS-PgPS 17% DHS-PgPBH 2% DHS-PgPBL 11% DHS-PgHBP 2% DHBP-PgPS 18% DHBP-PgHS 2% KOMBINASI LAINNYA 11% DPBL-PgPBL 3% DPBH-PgPS 20% DHS-PgPS 14% Keterangan : D=dada; H=hitam; B=belang; L=lurik; S=solid; Pg=punggung; dan P=putih

Mandalung EPA memiliki sebaran kombinasi warna bulu dada dengan punggung sebagaimana yang tersaji pada Gambar 16. Warna bulu dada hitam solid yang dikombinasi dengan warna bulu punggung putih solid memiliki mayoritas yang tertinggi yaitu 22%. Sedangkan sebaran warna lainnya memiliki distribusi penyebaran yang lebih kecil dan menyebar variasi bulu kombinasinya. Kondisi ini menggambarkan bahwa mandalung EPA memiliki sebaran warna bulu dada yang dikombinasi warna punggung sangat variatif dengan tingkat kesamaan pola warna yang rendah. Hal ini diduga pengaruh dari tingginya variasi warna bulu pada galur induk PA.

DHBP-PgPBL 5% DHBP-PgPS 10% DHS-PgLBP 2% DHS-PgLBC 2% DHS-PgPBL 11% KOMBINASI 22% DHBL-PgPBL 2% DHBL-PgHBL 5% DHBP-PgCBP 2% DHBC-PgPBL 2% DPS-PgPS 5% DLBH-PgPS 2% DLBP-PgPBL 2% DHS-PgPS 22% DPBL-PgPS 4% DPBL-PgPBL 2%

Keterangan : D=dada; H=hitam; B=belang; L=lurik; S=solid; Pg=punggung; dan P=putih Gambar 15. Kombinasi warna dada dan punggung itik Mandalung EPM

Bulu sayap berwarna putih mendominasi dalam populasi (79.6%) untuk mandalung genotipe EPM dibanding dengan warna dasar lainnya. Sementara untuk EPA warna dasar hitam lebih mendominasi (58.6%), kemudian diikuti dengan warna bulu putih (29.9%). Warna belang yang menyertai warna dasar untuk mandalung EPA didistribusikan ke beberapa warna seperti putih (39.2%), solid (23.0%) dan hitam (18.4%) maupun warna lainnya yang bersifat minoritas. Untuk genotipe EPM pola warna solid lebih banyak persentasenya (79.5%).

Warna bulu paha putih dan lurik merupakan warna dasar yang cenderung penyebarannya lebih banyak ditemukan pada populasi mandalung yang ada. mandalung EPM, warna bulu paha putih sebesar 78.4% dan warna hitam sebanyak 15.1%. Untuk EPA warna bulu paha putih lebih rendah dari EPM yaitu 37.9%, kemudian diikuti oleh warna bulu lurik (34.6%), dan warna hitam maupun abu- abu masing-masing sebesar 10.3%.

Galur induk PM terbukti menghasilkan anak dengan persentase warna bulu putih lebih tinggi pada turunannya. Sementara untuk galur induk PA mewariskan sifat pola warna bulu yang lebih beragam. Oleh karena itu seleksi terhadap sifat kualitatif yang menitik beratkan pada pola warna bulu, maka galur induk PM lebih banyak menghasilkan mandalung yang penyebaran warna putihnya lebih tinggi.