• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

2.4.2 Perubahan Iklim di Indonesia

Sebagaimana definisi dari perubahan iklim, berikut ini akan dijelaskan kondisi dari beberapa unsur iklim di Indonesia yang dapat dijadikan indikasi telah terjadi perubahan iklim.

a. Perubahan Suhu

Hasil studi UNESCO (1992) in Diposaptono et al. (2009) di beberapa kota pesisir di Indonesia, mendapatkan bahwa Indonesia tidak luput dari perubahan iklim. Hasil studi menunjukkan bahwa suhu udara di Jakarta dan Semarang terus mengalami kenaikan tajam sejak tahun 1865. Pada tahun 1865 rata-rata suhu udara bulanan di dua kota tersebut adalah 25,7oC. Namun pada tahun 2000 suhu rata-rata udara bulanan mencapai 27,5o C. Dalam waktu sekitar 135 tahun terdapat kenaikan suhu rata-rata bulanan sebesar 2oC. Hasil kajian tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian dari NOAA (2008) yang mengkaji data kenaikan suhu permukaan air laut di berbagai wilayah Indonesia sejak tahun 1950 sampai dengan tahun 2005.

Gambar 7 Kecenderungan kenaikan suhu udara di Jakarta dan Semarang Sumber : UNESCO (1992) in Diposaptono et al. (2009)

b. Perubahan Curah Hujan

Selain kenaikan suhu permukaan bumi, indikator lainnya dalam perubahan iklim adalah perubahan pola curah hujan. Namun demikian secara global data curah hujan tidak terdokumentasi dengan baik sehingga publikasi ilmiah mengenai tren perubahan curah hujan dunia tidak dapat ditampilkan pada Bab ini.

Naylor et al. (2006) in Diposaptono et al. (2009) mengemukakan bahwa perubahan iklim mengakibatkan perubahan pola curah hujan. Perubahan tersebut ditandai dengan terlambatnya awal musim hujan. Sedangkan akhir musim hujan terjadi lebih cepat. Di sisi lain, walaupun musim hujan itu berlangsung singkat namun memiliki intensitas curah hujan yang tinggi. Dengan demikian pendeknya periode musim hujan membuat periode musim kemarau lebih panjang. Hal ini terutama terjadi di kawasan selatan khatulistiwa.

Gambar 8 Perubahan pola curah hujan sebagai indikator perubahan iklim Sumber : Naylor et al.(2006) in Diposaptono et al. (2009)

Informasi dari BMG Serang (2010) menyebutkan bahwa pada tahun 2010 terdapat anomali curah hujan di daerah Pantai Utara Banten. Curah hujan semakin tinggi namun lamanya musim penghujan semakin pendek dan lama musim kemarau semakin panjang.

c. Kenaikan Muka Laut dan Pemunduran Garis Pantai

Indikator perubahan iklim lainnya adalah kenaikan muka laut. Walaupun masih menjadi perdebatan antara ilmuwan mengenai penyebab kenaikan muka laut, namun demikian disepakati bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan kenaikan paras muka laut secara eustasis melalui pemuaian massa air karena suhu permukaan laut yang meningkat serta mencairnya es di kutub. Kenaikan paras muka laut yang bersifat lokal dapat disebabkan oleh lima faktor berikut.

1. Penurunan kerak bumi (crustal subsidence) atau naiknya permukaan tanah akibat aktivitas tektonik (neotectonic). Contoh gempa dasar laut yang terjadi di Pulau Simeulue, Pulau Nias dan Mentawai mengakibatkan dasar laut menjadi naik, sehingga seolah-olah air laut menjadi dangkal (penurunan muka laut).

2. Penurunan seismik permukaan tanah akibat adanya gempa bumi. Contoh terjadi di Pantai Barat NAD, yang mengalami pemurunan permukaan tanah akibat gempa bumi 26 Desember 2004. Tanah yang turun menyebabkan seolah-olah muka air laut naik.

3. Penurunan yang terjadi secara alami akibat adanya konsolidasi atau pemampatan tanah yang masih labil atau sedimen lunak di bawah permukaan. Contoh di pantai utara Jawa seperti di DKI Jakarta dan Semarang, tanahnya turun (land subsidence) maka seolah-olah air laut naik. 4. Penurunan tanah akibat aktivitas manusia seperti beban bangunan,

pengambilan air tanah berlebihan serta ekstasi minyak dan gas bumi. Contoh terjadi di Jakarta. Karena adanya struktur bangunan dan pengambilan air tanah yang berlebihan mangakibatkan tanah turun tidak kuat menaggung beban bangunan sehingga solah-olah air laut naik.

5. Variasi yang disebabkan fluktuasi iklim sebagai konsekuensi faktor samudera seperti La Nina. Diduga La Nina akan membawa aliran masa air ke wilayah Indonesia. Aliran air hangat menyebabkan pemuaian air laut dan juga dengan barasosiasi dengan tekanan rendah menyebabkan mudahnya proses penguapan atau konveksi. Namun demikian faktor La Nina ini masih membutuhkan kajian lebih lanjut.

Hasil kajian NASA (2001) dapat memprediksikan tren kenaikan muka laut global dari tahunn 2000 hingga tahun 2100. Prediksi ini didasarkan pada hasil pengukuran sejak tahun 1990 hingga 2000. Adapun proyeksi kenaikan muka laut mengikuti skenario yang dikembangkan oleh IPCC (2007) pada Gambar 9. Hasil pengukuran prediksi kenaikan muka laut sangat bervariasi tergantung pada metode simulasi yang digunakan. Skenario yang dianggap paling mungkin terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa kenaikan muka laut rata-rata akan mencapai 60 sentimeter pada tahun 2100 dengan rentang nilai kenaikan muka laut 23cm hingga 96cm (Gambar 10).

Gambar 9 Tren kenaikan permukaan laut global dalam 125 Sumber : http://rst.gsfc.nasa.gov (diunduh 2009)

Gambar 10 Simulasi kenaikan muka laut rata-rata tahun 2000 dan 2100 Sumber : IPCC (2001)

Sebagian besar wilayah pesisir Indonesia akan terpengaruh oleh kenaikan muka air laut (lihat Gambar 11). Hal ini terutama disebabkan karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai yang sangat panjang dan beberapa daerah memiliki topografi wilayah pesisir yang landai. Kenaikan muka laut antara lain akan menyebabkan kerusakan ekologis wilayah pesisir, kehilangan lahan, intrusi air laut, dan kerusakan sektor-sektor produktif seperti konstruksi jalan, jembatan, bangunan, dan lahan pertanian. Publikasi Kelompok Kerja (Working Group) II IPCC tahun 2001 mengungkapkan bahwa kenaikan muka laut hingga 60 sentimeter akan menyebabkan Indonesia kehilangan sekitar 34.000 km2 wilayah dan mengancam kehidupan sekitar 2 juta penduduk. Hal ini menyebabkan isu penaikan muka laut menjadi salah satu isu utama dalam perubahan iklim global karena memiliki dampak ekonomi nasional yang sangat besar.

Gambar 11 Perubahan tinggi muka laut tahun 1870- 2000. Sumber : IPCC (2001) Beberapa penelitian telah membuktikan adanya dampak dari naiknya muka laut terhadap pemunduran garis pantai baik kenaikan muka air laut yang bersifat global maupun lokal kejadiannya. Trident Engineering (1979) in Sutrisno (2005) menjelaskan bahwa hasil penelitian di Ocean City Maryland USA menunjukan

pada wilayah ini telah terjadi pemunduran garis pantai sebesar 0,58m per tahun (pada pengamatan selama 130 tahun) yang disebabkan oleh naiknya muka air laut. Akan tetapi pemunduran garis pantai tidaklah sama pada setiap tahunnya. Pada periode tahun 1850 sampai dengan 1965 terjadi pemunduran garis pantai yang ekstrim dibandingkan dengan laju pemunduran yang terjadi pada tahun-tahun lainnya. Ren (1993) in Sutrisno (2005) dalam penelitiannya di Delta Sungai Kuning Cina juga membuktikan adanya pemunduran garis pantai sejaun 20km dan hilangnya lahan pantai seluas 1400km2 selama 137 tahun (1855-1992) yang disebabkan oleh fenomena kenaikan muka laut.

Dokumen terkait