• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Potensi, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

5.1.1 Potensi

a. Profil vegetasi di kawasan CAPD dan Kelurahan Sawah Luhur

Sebagian besar tipologi pesisir Kelurahan Sawah Luhur merupakan pantai lumpur, lumpur berpasir dan pantai berpasir. Berdasarkan sisa-sisa vegetasi yang dijumpai di lokasi kajian dan informasi masyarakat setempat diketahui bahwa mulai dari Kelurahan Sawah Luhur ke arah barat sampai dengan Pelabuhan Karang Hantu merupakan ekosistem mangrove yang bervegetasi cukup rapat dari jenis Api-api Avicennia marina, Aviceniaa spp, Bakau Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, tengal Ceriops decandra, Bruguiera spp, dan berembang Sonneratia spp.

Total jenis tumbuhan yang ditemui di CAPD dan areal tambak sekitarnya adalah 85 jenis dengan jenis yang dominan adalah api-api (Avicennia marina), bakau (Rhizopora apiculata), dan kayu hitam Diospyros maritime (Noor 2001) Sebaran jenis vegetasi dominan di CAPD disajikan pada Gambar 15.

Sejarah kerusakan hutan mangrove di Kelurahan Sawah Luhur diawali konversi lahan secara besar-besaran menjadi tambak udang pada awal tahun 1990- an. Hal ini merupakan bagian dari euphoria pembangunan tambak udang yang terjadi hampir di seluruh pesisir utara Jawa. Di Kelurahan Sawah Luhur sendiri sampai dengan tahun 2001 masih beroperasi tiga perusahaan budidaya udang windu secara intensif. Serangan virus white spot secara besar-besaran serta faktor keamanan saat panen menjadi penyebab utama terhentinya industri budidaya udang windu tersebut. Saat ini sebagian besar tambak udang yang ada di Kelurahan Sawah Luhur dimanfaatkan untuk budidaya bandeng, karena bandeng lebih toleran terhadap kondisi perubahan kualitas air dan modal yang dibutuhkan lebih kecil dibandingkan usaha budidaya udang.

Konversi ekosistem mangrove manjadi tambak telah merubah profil serta kondisi vegetasi pesisir Kelurahan Sawah Luhur. Pada umumnya mangrove yang tersisa hanya di CAPD dan beberapa koloni kecil di zona depan areal pertambakan yang berbatasan dengan jalan raya. Berdasarkan informasi penduduk setempat beberapa tahun setelah konversi hutan mangrove menjadi tambak terjadi suksesi alami, yaitu tumbuhnya bibit mangrove baru di dalam petakan tambak, khususnya jenis Api-api. Namun demikian petambak merasa terganggu dengan kehadiran permudaan alami mangrove tersebut karena dianggap dapat mengurangi luasan area budidaya dan menyulitkan saat pemanenan ikan.

Pengamatan vegetasi di bagian barat CAPD yang dilakukan pada bulan Oktober 2009 dan teridentifikasi bahwa pada pesisir Kelurahan Sawah Luhur setidaknya terdapat empat (4) tipe/formasi vegetasi yaitu 1) Mangrove alami; 2) Mangrove kagiatan rehabiltasi, 3) Vegetasi areal pertambakan (mangrove dan tanaman pantai); dan 4) Vegetasi di sekitar desa. Ilustrasi kondisi vegetasi di Kelurahan Sawah Luhur sebelum dan sesudah konversi menjadi pertambakan berdasarkan hasil pengamatan langsung dilapangan, analisis substart dan wawancara penduduk disajikan pada Gambar 16.

Formasi vegetasi di pesisir Kelurahan Sawah Luhur bagian terdepan dalam gambar bawah diberikan notasi B (berbatasan langsung dengan CAPD) atau dibagian utara yang sebagian besar jenis substratnya merupakan pantai lumpur berpasir adalah formasi mangrove yang didominasi oleh jenis api-api Avicennia

marina. Jenis mangrove ini tumbuh subur dengan kerapatan tinggi, dalam plot 10m x 10m dijumpai 53 tegakan jenis Api-api. Jenis mangrove lainnya sangat jarang dijumpai di zona depan, hanya beberapa batang Ceriops decandra dan Rhizophora stylosa yang dijumpai di tengah-tengah dominasi api-api.

Keterangan:

A : Formasi mangrove (alami) B : Areal rehabilitasi

Gambar 16 Ilustrasi kondisi vegetasi di Kelurahan Sawah Luhur sebelum (atas) dan sesudah konversi lahan menjadi tambak (bawah)

Zona di belakang zona B memiliki substrat lebih cenderung berlumpur dimana kandungan pasir menurun dratis. Pada zona ini (zona A), keanekaragaman jenis mengrove meningkat, mengikuti penuruan domiasi api-api. Beberapa jenis mangrove yang dijumpai di lapangan antara lain Api-api Avicennia marina, Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera parvifolia, Bruguiera spp, Ceriops decandra, Rhizophora spp. dan lain-lain.

Vegetasi di sekitar tambak

Vegetasi disekitar tambak dinotasikan dengan zona C. Tipe vegetasi ini mengacu pada seluruh jenis tumbuhan yang dijumpai di areal pertambakan baik di dalam maupun di pematang tambak. Beberapa jenis tumbuhan yang umum dijumpai di dalam tambak antara lain Api-api Avicennia marina, Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata. Pada beberapa tambak terdapat tegakan Api-api

1,2 km

900m

C : Vegetasi disekitar tambak D : Vegetasi disekitar desa

Avicennia marina yang telah berukuran tiang dan pohon. Bibit mangrove yang tumbuh di areal pertambakan diduga kuat berasal dari CAPD yang hanyut ke lokasi pertambakan lalu berkecambah dan tumbuh.

Gambar 17 Mangrove yang tumbuh di dalam badan air tambak

Berbeda dengan yang ada di dalam tambak, jenis tumbuhan yang dijumpai di pematang tabak merupakan jenis tumbuhan pantai terrestrial. Beberapa jenis pohon yang sesekali dijumpai di pamatang antara lain Rukem Flacourtia rukam, Waru lot Thespesia populnea, Waru laut Hibiscus tilaceus, dan Lamtoro Leucana leucochepala. Sementara untuk jenis herba dan semak yang umum dijumpai antara lain Beluntas Pluchea spp., Dalbergia spp., Sesuvium portulacum, Krokot kecil Suaeeda maritima, dan beberapa jenis rumput. Hal menarik yaitu dijumpainya koloni tumbuhan kaktus (tumbuhan berduri) di beberapa pematang tambak. Informasi penduduk setempat menyebutkan bahwa kaktus sengaja ditanam pada saat menjamurnya usaha budidaya udang windu. Penanaman kaktus berfungsi sebagai kawat duri alami karena bentuknya yang berduri sehingga dimaksudkan dapat menghindari pencurian udang di malam hari karena besar kemungkinan pencuri akan menginjak duri kaktus dan menimbulkan efek jera sehingga mengurungkan niatnya untuk mencuri.

Vegetasi di sekitar desa

Analisis vegetasi di sekitar perumahan penduduk dalam Gambar 16 dinotasikan dengan zona D. Tipe vegetasi ini mengacu pada semua jenis tumbuhan yang dijumpai di sekitar desa. Secara sederhana, jenis tumbuhan ini dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar (kategor)i yaitu 1) tumbuhan

alami dan 2) ditanam. Beberapa jenis pohon yang tumbuh alami yang paling umum dijumpai di sekitar desa antara lain Kepuh Sterculia spp., dan Beringin Ficus spp.. Sementara untuk jenis semak yang tumbuh secara alami diantaranya adalah Biduri Calatropis gigantea, Putri malu Mimosa pudica, Ki kebo Mimosa pigra. Sementara untuk jenis tanaman budidaya antara lain kalapa Cocos nucifera, Mengkudu Morinda citrifolia, Pisang Musa spp., Nangka Artocarpus heterophyllus, Kemiri Aleurites moluccana, Mangga Mangifera indica, Pepaya Carica papaya, Kedondong Spondias pinnata, dan beberapa jenis tanaman budidaya lainnya.

Gambar 18 Kondisi umum vegetasi di pematang tambak

b. Keanekaragaman Jenis Fauna (Burung)

Noor (2004) mencatat bahwa dari tahun 1996 hingga 2004 di kawasan CAPD dan sekitarnya ditemukan sekitar 108 jenis burung dari 39 famili di CPAD merupakan 7% dari jumlah jenis burung di seluruh Indonesia atau sekitar 20% dari jumlah jenis burung di Jawa. Sekitar 57 jenis burung tersebut merupakan burung air, 30% dari jumlah jenis burung air di seluruh Indonesia atau 50% dari jumlah jenis burung air di Jawa. Dari segi perlindungan, 38 jenis burung di CAPD dan kawasan penyangga sekitarnya merupakan burung yang dilindungi, satu jenis diantaranya masuk dalam kategori endangered (langka dan terancan kepunahan) IUCN, satu jenis masuk dalam ketegori vulnerable (rentan) dan tiga jenis masuk dalam CITES Appendix II.

c. Eksistensi Para Pemangku Kepentingan Utama (potential stake holders)

Hasil kajian sosial ekonomi di lokasi penelitian menunjukkan bahwa para pemangku kepentingan (stakeholder) yang berperan dalam kehidupan sosial ekonomi, pembuatan kesepakatan dan pengambilan keputusan, serta diduga kuat akan berperan pening dalam upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim baik yang berada dalam pengelolaan kawasan CAPD dalam hal ini Departemen Kehutanan maupun di luar kawasan CAPD yang masuk dalam wilayah pemerintahan Desa Sawah Luhur disajikan pada Gambar 19.

Gambar 19 Stakeholder pemanfaatan ekosistem mangrove di CAPD dan kawasan penyangga

Hasil identifikasi stakeholder juga memperlihatkan bahwa di sekeliling kawasan konservasi (CAPD) terdapat berbagai pemangku kepentingan lain yang juga melakukan kegiatan pengelolaan misalnya: masyarakat lokal yang memungut hasil hutan mangrove mengkonversi mangrove menjadi tambak, pemerintah daerah yang mengatur perizinan dan jual beli lahan dan departemen atau dinas

Departemen Kehutanan, dengan pelaksana Seksi Wilayah II Serang

Kawasan Cagar Alam Pulau Dua Pemerintah (Dinas Teknis) Masyarakat Adat/Lokal Akademisi dan Peneliti Sektor Swasta Pemerintah Desa Kawasan Penyangga: areal

pertambakan, persawahan, pemukiman penduduk

teknis maupun swasta yang membangun di daerah pesisir Kelurahan Sawah Luhur Keseluruhan kegiatan tersebut akan berpengaruh baik langsung maupun tidak ke dalam kawasan konservasi, oleh sebab itu, pengelolaan terpadu menjadi hal yang mutlak untuk mencapai keseimbangan antara kegiatan konservasi dan pemanfaatan oleh semua pemangku kepentingan

Secara khusus peran dari masing-masing stakeholder yang diilustrasikan pada Gambar 19 akan berpengaruh terhadap upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil analisis stakeholder Kelurahan Sawah Luhur

No Stakeholder Peran Stakeholder

1. Pemerintah Kelurahan Sawahluhur

 Menjalankan Pemerintahan dalam bentuk pelayanan, pembinaan dan pengawasan terhadap masyarakat.

 Menjadi perpanjangan Pemerintah yang lebih tinggi dalam menjalankan program pembangunan Kelurahan Sawahluhur

 Koordinasi dalam pelayanan, pembinaan dan pengawasan

2. LSM Padepokan Macan Kikik

 Berperan seperti LSM dalam pemenuhan dan kerjasama pembangunan sarana-prasarana atau infrastruktur desa

 Koordinasi pengadaan sarana-prasarana atau infrastruktur

3. Kelompok Penghijauan Pesisir

 Menerima pendanaan dan impelemntasi upaya- upaya rehabilitasi pesisir sebagai bagian dari mitigasi perubahan iklim

 Dapat dilibatkan lebih lanjut dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

4. Pengelola Cagar Alam Pulau Dua

 Menjalankan pengelolaan Cagar Alam Pulau Dua dalam bentuk pelayanan, pembinaan dan pengawasan terhadap kelestarian Cagar Alam Pulau Dua

 Menjadi perpanjangan Pemerintah yang lebih tinggi dalam menjalankan program pengelolaan Cagar Alam Pulau Dua

5. Masyarakat Kelurahan Sawahluhur

 Berperan dalam kegiatan pembangunan untuk keluarga pada khususnya dan Kelurahan Sawahluhur pada umumnya

Dokumen terkait