• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1.2 Perumusan Masalah

Perkembangan industri tanaman hias tidak lepas dari peran pakar dan pecinta tanaman hias (hobiis) yang membeli dan memelihara tanaman hias untuk tujuan penyaluran hobi semata. Tingginya minat masyarakat baik di dalam negeri maupun permintaan ekspor terhadap tanaman hias dapat terlihat dari meningkatnya perhatian masyarakat terhadap komoditi tersebut. Tanaman yang banyak diminati hobiis umumnya tanaman yang unik, langka dan sedang tren. Semakin unik dan terkenal suatu jenis tanaman hias, maka harga jualnya akan semakin tinggi.

Secara umum, tidak ada harga pasti dalam perdagangan tanaman hias. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan pedagang dan pengusaha tanaman hias dalam menentukan nilai jual adalah frekuensi pembelian, jumlah pembelian dan subjektivitas pedagang terhadap status pembeli. Selain itu, harga dipengaruhi

juga oleh jenis dan varietas, ukuran tanaman, umur tanaman, tingkat laju pertumbuhan, keindahan dan keunikan tanaman/bunga. Selain itu, dasar pertimbangan lain adalah lamanya tanaman beredar di masyarakat, kelangkaan tanaman, kesehatan tanaman, dan lokasi penjualan, pengaruh hari-hari besar seperti Idul Fitri, Natal, Tahun Baru dan upacara adat, potensi pasar domestik dan luar negeri, serta kondisi perekonomian dan pembangunan secara global. Penentuan harga ditentukan oleh tren yang berkembang. Semakin bersifat massal, harga akan semakin turun7. Hal ini berpotensi menyebabkan ketidakmenentuan harga dan pendapatan bagi pengusaha tanaman hias.

Hal lain yang mempengaruhi perkembangan industri tanaman hias adalah tren tanaman hias cukup beragam, baik dalam rentang waktu pergantian tren maupun dalam jenis tanaman. Sekitar tahun 1970, bunga nusa indah yang menjadi primadona. Saat itu, hampir tidak ada halaman rumah di kota-kota besar yang tidak memajang tanaman ini karena dianggap melambangkan kesejahteraan pemiliknya itu. Memasuki periode 1980-an, selera masyarakat beralih pada bunga kertas (bugenvil). Tanaman dengan bunga warna-warni tersebut, saat itu banyak ditanam di pekarangan rumah. Sepuluh tahun kemudian, berkembang jenis tanaman hias untuk lansekap atau taman, terutama jenis palem-paleman, seperti palem botol, palem raja, dan ekor tupai. Tahun 1990 juga diwarnai tren tanaman peneduh, seperti kamboja dan cemara udang dengan bentuk semi bonsai.

Mulai tahun 1999, tren tanaman hias cepat berganti. Pergantian tren dapat berlangsung dalam satu hingga tiga tahun. Berawal dari adenium, kemudian berganti aglaonema, dan anturium. Beberapa jenis tanaman lain yang juga

7

menjadi tren antara lain euforbia, philodendron, pachypodium, dan sanseviera. Tren menyebabkan terjadinya fluktuasi permintaan dan penjualan pada jenis-jenis tanaman tersebut. Para pelaku bisnis tanaman hias menduga hingga 2008 tanaman yang bakal jadi tren adalah tanaman yang mempunyai sifat-sifat mirip anthurium, adenium, dan aglaonema8.

Terkait dengan sifat industri tanaman hias dengan kebutuhan pasar yang berbeda-beda karena tren yang berkembang, terjadinya ketidakmenentuan harga dan fluktuasi penjualan membuat pelaku usaha tanaman hias perlu memiliki strategi dalam menjalankan usahanya. Booming tanaman hias seperti adenium, anthurium, euphorbia, aglonema, dan sansevieria yang diikuti dengan harga jual tinggi untuk setiap pot tanaman-tanaman tersebut, semakin membuka peluang meraih keuntungan pada bisnis tanaman hias. Hal ini menyebabkan munculnya pendatang baru baik perorangan maupun perusahaan yang tentunya mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dalam industri tanaman hias.

Salah satu pelaku usaha tanaman hias di kawasan Sawangan, Depok adalah PT Godongijo Asri, atau biasa disebut sebagai Godongijo. Perusahaan ini berdiri sejak 2003 yang dirintis dari hobi pemiliknya. Godongijo dibangun diatas lahan seluas 2,5 hektar di Cinangka, Kecamatan Sawangan, Depok.

Godongijo adalah perusahan berbentuk PT (Perseroan Terbatas), yang bergerak dalam bidang usaha tanaman hias, baik produksi, distribusi maupun pemasaran. Godongijo melakukan budidaya, pemuliaan dan penjualan beragam tanaman hias. Fasilitas dan produk yang ditawarkan Godongijo antara lain

showroom tanaman, salon dan klinik tanaman, cafe, restoran, tempat penjualan

8

Dadang, et al. Setelah Jenuh dengan Anthurium. http://www.agrina-online.com/showarticle.php? rid=10&aid =1035 [diakses 4 Maret 2008]

sarana produksi pertanian, perpustakaan dan toko buku pertanian, tempat parkir, serta tempat mainan anak-anak.

Godongijo menghadapi persaingan yang cukup ketat dalam industri tanaman hias. Selain karena di kawasan ini terdapat banyak perusahaan tanaman hias dengan fasilitas dan produk yang berbeda, secara geografis Depok juga berjarak dekat dengan sentra tanaman hias lainnya yaitu Bogor. Hal ini membuat Godongijo juga menghadapi persaingan dengan perusahaan tanaman hias yang ada di Bogor. Pesaing utama Godongijo antara lain Istana Alam Nursery. Istana Alam Nursery merupakan perusahaan tanaman hias yang belum lama berdiri dengan jarak yang dekat dengan Godongijo dan dengan konsep usaha yang sama. Munculnya pesaing baru dan faktor lain terkait perkembangan industri tanaman hias membuat Godongijo mengalami penurunan pendapatan pada beberapa bulan terakhir pada tahun 2007 hingga tahun 2008. Data perusahaan menyatakan sejak Juli hingga Desember 2007 Godongijo mengalami penurunan penjualan sebesar 50 persen dibandingkan penjualan pada Juli hingga Desember 2006. Sedangkan untuk bulan Januari hingga Februari 2008 penurunan penjualan sebesar 30 persen dibandingkan bulan yang sama tahun 2007. Untuk mengantisipasi hal ini, Godongijo perlu mengembangkan keunggulan bersaing yang dapat memberikan laba tinggi yang cenderung stabil dalam jangka panjang yang menentukan keberlanjutan dan pengembangan usahanya.

Menurut Porter (2007), keunggulan bersaing yang mampu menghasilkan laba yang tinggi secara berkelanjutan (sustainable) sangat ditentukan dari strategi bersaing yang dipilih perusahaan. Pada tingkat perumusan, strategi bersaing harus mempertimbangkan empat faktor utama yang menentukan batas-batas yang dapat

diraih perusahaan dengan berhasil. Kekuatan dan kelemahan perusahaan adalah profil internal dari kekayaannya dan keterampilannya relatif terhadap pesaing. Kekuatan dan kelemahan yang dipadukan dengan nilai-nilai pribadi perusahaan merupakan faktor internal bagi perusahaan. Faktor eksternal ditentukan oleh industri dan lingkungannya yang lebih luas. Peluang dan ancaman industri menentukan lingkungan persaingan, dengan resiko serta imbalan potensial yang melingkunginya.

Keempat faktor tersebut harus dipertimbangkan sebelum suatu usaha mengembangkan tujuan, kebijakan, dan strategi realistis yang akan diterapkan untuk dapat bersaing dalam industri. Dengan mempertimbangkan empat faktor tersebut, strategi bersaing yang baik dan tepat akan sangat membantu Godongijo untuk menciptakan keunggulan bersaing sehingga menghasilkan laba yang tinggi secara berkelanjutan. Faktor lainnya yang juga penting dalam menentukan strategi bersaing yang tepat adalah posisi persaingan Godongijo terhadap pesaingnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pembahasan dari permasalahan yang ada untuk menentukan faktor eksternal dan internal yang dihadapi dan dimiliki Godongijo, menganalisis posisi persaingan Godongijo, serta melakukan penetapan strategi bersaing yang tepat untuk mendukung perkembangan perusahaan. Pembahasan dalam penelitian ini diantaranya:

1. Apa saja faktor eksternal dan internal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan bagi Godongijo?

2. Bagaimana posisi bersaing Godongijo dibandingkan pesaing utamanya? 3. Apa alternatif strategi bersaing Godongijo untuk menjalankan usahanya?

Dokumen terkait