• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. HASIL PENELITIAN

5.6 Pengembangan Perikanan Bubu

5.6.2 Perumusan strategi pengembangan

Berdasarkan hasil analisis SWOT pada faktor-faktor internal dan eksternal, perikanan bubu masih memiliki potensi yang cukup besar dikembangkan di Sumatera. Hasil perhitungan bobot faktor internal menunjukkan nilai 2,96 sedangkan faktor eksternal menunjukkan nilai 2,79. Hal ini menggambarkan bahwa perikanan demersal di pantai Barat Sumatera memiliki kekuatan dan peluang yang besar. Tabel 30 dan Tabel 31, masing-masing menunjukkan faktor internal dan faktor eksternal perikanan demersal menggunakan alat tangkap bubu di pantai Barat Sumatera.

Nilai IFAS memiliki banyak kekuatan yang mendukung perikanan demersal di pantai Barat Sumatera. Kekuatan tersebut disebabkan potensi sumberdaya ikan demersal yang tersedia cukup banyak, lokasi yang sangat

strategis sebagai contoh adanya PPN, selain itu tersedianya pendukung perikanan tangkap seperti es, air dan BBM. Sedangkan kelemahan utama yang mempengaruhi perikanan bubu pada perikanan demersal di pantai Barat Sumatera adalah rendahnya tingkat pendidikan nelayan, tidak efisiennya pengoperasian bubu dan pemanfaatan sumberdaya ikan demersal yang sering merusak habitat. Kelemahan yang terjadi di pantai Barat Sumatera dapat ditutupi dengan banyaknya kekuatan yang mendukung perikanan bubu di pantai Barat Sumatera.

Tabel 30 Matriks IFAS

No Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor

KEKUATAN

1 Potensi sumberdaya perikanan demersal di pantai Barat Sumatera cukup besar

0,10 3 0,30

2 Lokasi pesisir Sibolga terhadap daerah perikanan lainnya sangat strategis

0,09 4 0,36

3 Tenaga kerja yang melimpah 0,08 2 0,16

4 Kualitas hasil tangkapan bubu sangat baik 0,09 4 0,36

5 Tersedianya instalasi BBM 0,08 3 0,24

6 Tersedianya pabrik es di sekitar daerah pendaratan ikan

0,09 4 0,36

7 Adanya Pelabuhan Perikanan Nusantara 0,06 4 0,24

KELEMAHAN

1 Rendahnya tingkat pendidikan nelayan 0,05 3 0,15

2 Tidak efisiennya pengoperasian bubu 0,07 4 0,28

3 Pemborosan penggunaan bahan bakar minyak 0,07 1 0,07

4 Penggunaan es dan air tawar yang tidak efisien 0,08 2 0,16

5 Jumlah hari operasi yang belum konsisten 0,08 2 0,16

6 Pemanfaatan sumberdaya demersal yang merusak habitat karang

0,06 2 0,12

TOTAL 1,00 2,96

Hasil perhitungan IFAS pada analisis SWOT menunjukkan nilai yang cukup tinggi seperti yang terlihat pada Tabel 30. Berdasarkan semua faktor yang teridentifikasi pada analisis SWOT, faktor potensi sumberdaya ikan demersal memiliki bobot yang paling tinggi. Faktor daerah pesisir Sibolga yang strategis juga merupakan variabel yang mendukung kekuatan perikanan bubu disana.

Untuk faktor kelemahan, system pengoperasian bubu yang belum efisien memiliki bobot yang paling tinggi dibandingkan dengan faktor lain.

Hasil analisis EFAS juga memiliki nilai yang cukup tinggi, namun sedikit lebih rendah dari nilai IFAS. Tingginya nilai EFAS disebabkan banyaknya peluang yang mendukung perikanan bubu. Peluang tersebut antara lain kemajuan teknologi yang mendukung kebaruan dalam teknologi perikanan tangkap, masih besar dan peluang pasar yang menjanjikan diantaranya minat investor yang tinggi terhadap produk perikanan demersal yang tinggi. Perkembangan teknologi perikanan tangkap yang dilakukan nelayan bubu Sibolga, seharusnya dapat dijadikan peluang dalam mengurangi resiko kerusakan ekosistem. Faktor ancaman yang mengkhawatirkan adalah pengoperasian unti penangkapan bubu yang merusak lingkungan terumbu karang, pencurian ikan oleh kapal asing (IUU Fishing) serta konflik kepentingan antar sektor.

Tabel 31 Matriks EFAS

No Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor

PELUANG

1 Kemajuan teknologi perikanan tangkap berkembang

cukup baik 0,10 1 0,10

2 Pasar ekspor masih sangat terbuka untuk ikan

demersal 0,14 4 0,57

3 Minat investor pada perikanan tangkap cukup tinggi 0.09 2 0,18

4 Peningkatan jumlah permintaan ikan demersal 0.14 2 0,27

ANCAMAN

1 Supplai bahan bakar minyak sering dimonopoli 0,13 2 0,26

2 Pencurian ikan oleh kapal asing 0,11 4 0,43

3 Masih beroperasinya trawl di sekitar pantai Barat

Sumatera 0,10 4 0,41

4 Konflik kepentingan antar sektor 0,10 3 0,29

5 Perubahan iklim terhadap jumlah hasil tangkapan

nelayan 0,09 3 0,26

TOTAL 1,00 2,79

Berdasarkan perhitungan IFAS dan EFAS maka perikanan bubu di perairan pantai Barat Sibolga berada pada kuadran 1 SWOT (Gambar 54). Perumusan

strategi yang cocok untuk diimplementasikan pada kondisi perikanan bubu di pantai Barat Sumatera adalah ekspansi usaha yang gencar dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang tersedia. Namun hal lain yang perlu diperhatikan adalah kerusakan terumbu karang akibat pengoperasian bubu nelayan, sehingga perlu adanya perbaikan unit penangkapan bubu kawat untuk dioperasikan di pantai Barat Sumatera.

Perbaikan metode pengoperasian bubu diharapkan mampu meningkatkan pendapatan nelayan, terutama dari sisi jumlah hari operasi. Analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa usaha bubu masih cukup berpotensi untuk dikembangkan. Perumusan strategi dengan melibatkan aparat pemerintah akan mempermudah elayan dalam mencapai tujuan pengembangan usaha. Harga ikan demersal yang selama ini sangat fluktuatif dan dapat dimonopoli oleh tengkulak akan dicegah dengan partisipasi pemerintah. Pembentukan kelompok usaha bersama (KUB) dan koperasi nelayan dapat dijadikan salah satu solusi menunjang keberlangsungan usaha nelayan bubu.

Gambar 54 Posisi faktor internal dan eksternal perikanan bubu di pantai Barat Sumatera BERBAGAI PELUANG KEKUATAN INTERNAL BERBAGAI ANCAMAN KELEMAHAN INTERNAL Kuadran I Kuadran III Kuadran IV Kuadran II 0,56 0,12

Tabel 32 Analisis perumusan strategi SWOT pada perikanan bubu di pantai Barat Sumatera

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Internal

Eksternal

1) Potensi SDI yang tinggi 2) Lokasi Sibolga yang strategis 3) Tenaga kerja yang melimpah 4) Kualitas hasil tangkapan baik 5) Tersedianya instalasi BBM 6) Fasilitas pabrik es yang memadai 7) Tersedianya PPN Sibolga

1) Rendahnya tingkat pendidikan nelayan 2) Tingginya pencemaran di pesisir Sibolga 3) Pemborosan penggunaan BBM

4) Pemborosan penggunaan es dan air tawar 5) Pengaturan hari operasi yang belum tertib 6) Pemanfaatan bubu yang merusak karang

Peluang (O) Strategi SO Strategi WO

1) Kemajuan teknologi penangkapan ikan 2) Pasar ekspor yang terbuka untuk ikan demersal 3) Minat investor pada perikanan tangkap tinggi 4) Peningkatan permintaan ikan demersal

1) Pengembangan industri perikanan demersal di Sibolga (S1, S2, S3, S5, S6, O1)

2) Peningkatan regulasi untuk mempermudah pemasaran ikan karang (S7, O2, O3) 3) Membangun laboratorium mutu hasil

perikanan (S4, O4)

1) Penyuluhan pada nelayan seputar

pengetahuan perikanan tangkap khususnya ikan karang (W1, W2, W3, W4, W5, O1) 2) Regulasi perikanan bubu (W6, O2, O3, O4)

Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT

1) Supplai BBM yang sering terlambat

2) IUU fishing

3) Masih beroperasianya trawl 4) Konflik kepentingan antar sektor 5) Pengaruh iklim terhadap hasil tangkapan

1) Pengelolaan SDI karang secara lestari dan berkelanjutan melalui penerapan UPI ramah lingkungan (S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, T3, T5) 2) Penggunaan BBM secara efesien dengan

memperbaiki metode pengoperasian bubu (T1) 3) Penyatuan persepsi antar sektor melalui

pemerintah (T2, T4)

1) Peningkatan pelayanan pelabuhan pada usaha bubu (W1, W3, W4, W5, T1) 2) Integrasi pengawasan pada perairan pantai

Barat Sumatera (W2, W6, T2, T3, T4, T5)