• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN EFEKTIVITAS KEGIATAN SMD

Perumusan alternatif strategi peningkatan efektivitas program SMD kedepannya dilakukan melalui Analitycal Hierarchy Proses (AHP). Rumusan strategi ini digunakan untuk meningkatkan efektivitas program SMD yang telah ada agar dapat mencapai tujuannya. Sebelum perumusan hierarki AHP terlebih dahulu dilakukan analisis faktor

internal dan faktor eksternal dari program SMD. Analisis faktor internal dan faktor eksternal program SMD dilakukan melalui Internal Faktor Evaluation (IFE) dan Ekternal Faktor Evaluation (EFE). Dari hasil questioner IFE dan EFE diperoleh beberapa faktor strategis yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas program SMD. Faktor strategis tersebut terdiri dari (1) faktor internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan, (2) faktor eksternal yang meliputi peluang dan ancaman. 1. Faktor Internal

Beberapa faktor internal yang berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas program SMD terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness). Faktor kekuatan meliputi: 1) Dana Program SMD, 2) Potensi Sumberdaya Peternakan, 3) Sarjana peternakan/kedokteran hewan yang mendampingi kelompok dalam melaksanakan usahanya, 4) Pedum, juklak dan juknis program SMD. Faktor kelemahan meliputi: 1) Tingkat pendidikan peternak, 2) kemampuan wirausaha dan teknis sarjana pendamping, 3) Akses terhadap permodalan, 4) Kelangkaan bibit dan pakan.

Tabel 62 Perhitungan Bobot Faktor Internal

No Faktor Strategis Internal Rating N Jml Bobot Ratin g 1 2 3 4 Kekuatan 1 Dana Program SMD 1 - 4 9 14 49 0,075 4 2 Sarjana Peternakan/kedokteran yang mendampingi kelompok dalam melaksanakan usahanya - 1 4 9 14 50 0,077 4 3 Potensi Sumberdaya Peternakan - 2 3 9 14 49 0,077 4

4 Monitoring oleh Ditjen PKH,

Dinas provinsi dan kab/kota 2 - 7 5 14 43 0,066 3 Kelemahan

1 Kemampuan Wirausaha dan

teknis sarjana pendamping - - 5 9 14 51 0,078 4 2 Dukungan infrastruktur - 1 5 8 14 49 0,075 4 3 Tingkat pendidikan peternak 1 2 - 1

1 14 49 0,075 4 4 Akses terhadap permodalan 1 1 4 8 14 47 0,072 3 5 Pemberdayaan kelompok 1 1 4 8 14 47 0,072 3 6 Ketergantungan SMD 2 9 3 - 14 29 0,044 2

terhadap bantuan pemerintah 7 Koordinasi SMD dan

Kelompok - - 2

1

2 14 54 0,083 4 8 Ketersediaan Bibit dan Pakan 3 - 5 6 14 42 0,064 3

Melalui hasil pembobotan faktor internal pada Tabel 64, hasil elemen kekuatan menunjukkan bahwa dana program SMD, adanya sarjana pendamping di kelompok serta potensi sumberdaya peternakan merupakan faktor kekuatan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program SMD dengan nilai akhir 4. Pada elemen kelemahan koordinasi SMD dan kelompok merupakan kelemahan yang memiliki bobot tertinggi yaitu 0,083, diikuti dengan kemampuan wirausaha dan teknis sarjana pendamping, dukungan infrastruktur dan tingkat pendidikan peternak.

2. Faktor Eksternal

Beberapa faktor eksternal yang berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas program SMD terdiri dari peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Faktor peluang yang berpengaruh meliputi: 1) peningkatan konsumsi produk peternakan, 2) perkembangan teknologi dan informasi, 3) Koordinasi lintas sektoral, 4 Dana pembinaan. Faktor ancaman yang berpengaruh meliputi: 1) Impor produk peternakan, 2) Tuntunan pasar terhadap mutu produk peternakan, 3) Pengeluaran ternak antar pulau.

Tabel 63 Perhitungan Bobot Faktor Eksternal No Faktor Strategis Ekternal Rating N Jml Bobot Ratin g 1 2 3 4 Peluang 1 Peningkatan konsumsi masyarakat - - 5 9 14 51 0,138 4 2 Perkembangan teknologi dan informasi - 2 5 7 14 47 0,127 3 3 Koordinasi lintas sektoral - 1 9 4 14 45 0,122 3 4 Dana pembinaan - 4 5 5 14 43 0,117 3

5 Kredit bunga rendah

dari pemerintah - 3 3 8 14 47 0,128 3 Ancaman 1 Impor produk peternakan - - 3 11 14 53 0,144 4 2 Tuntutan pasar terhadap mutu produk peternakan

- 3 7 4 14 43 0,117 3

3 Pengeluaran ternak

antara pulau - 7 4 3 14 38 0,103 3

Melalui hasil pembobotan faktor internal pada Tabel 65, hasil elemen peluang menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi masyarakat merupakan peluang yang paling

berpengaruh terhadap program SMD dengan bobot 0,138.Sedangkan untuk elemen ancaman impor produk peternakan merupakan ancaman dengan nilai bobot tertinggi yaitu 0,144.

Dari hasil evaluasi faktor internal dan eksternal program SMD maka dirumuskan hierarki AHP untuk strategi pengembangan efektivitas program SMD sebagai berikut:

Terdapat lima aktor dalam pelaksanaan strategi peningkatan efektivitas program SMD yaitu:

1) SMD dan kelompok ternak

SMD dan kelompok ternak merupakan pelaku utama program SMD. Keberhasilan program SMD sangat tergantung kepada kesiapan SMD dan kelompok ternaknya dalam melaksanakan program SMD.

2) Pemerintah pusat

Pemerintah Pusat merupakan pelaksana program SMD. Pemerintah pusat bertugas mulai dari menyiapkan dokumen petunjuk pelaksanaan, pelaksanaan seleksi, menetapkan penerima program SMD, hingga melakukan evaluasi program SMD.

3) Pemerintah daerah

Pemerintah daerah terdiri dari pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah daerah merupakan ujung tombak pemerintah dalam melakukan pembinaan terhadap kelompok penerima program SMD.

4) Perguruan tinggi

Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki tanggung jawab yang sangat tinggi dalam menyukseskan program SMD. Tugas perguruan tinggi dimulai dari menyiapkan sarjana yang siap melaksanakan usaha peternakan dan transfer teknologi terhadap kelompok penerima program SMD.

5) Tokoh Masyarakat.

Program SMD dilaksanakan di kawasan perdesaan dengan memanfaatkan sumberdaya di daerahnya.Program SMD merupakan salah satu bentuk pengelolaan sumberdaya secara kolektif atau bersama oleh kelompok ternak dan sarjana pendampingnya. Oleh karenanya keberadaan tokoh masyarakat sangat penting terutama dalam meminimalisis permasalahan dan pertentangan antara kelompok dengan sarjana pendamping, ataupun antar anggota kelompok. Kelompok ternak pada saat ini belum tumbuh dengan baik menurut Pranadji (2008) salah satunya disebabkan oleh belum dintransmisikannya kecerdasan budaya setempat menjadi kecerdasan kolektif masyarakat dalam keorganisasian ekonomi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan efektivitas program SMD adalah: 1) Potensi sumberdaya manusia peternakan

Kualitas sumberdaya manusia sangat mempengaruhi keberhasilan suatu program pemberdayaan. Jika sumberdaya manusia belum siap dalam menerapkan suatu program maka program tersebut tidak akan efektif, artinya tujuan dari program tidak akan tercapai. Sumberdaya manusia yang mampu mandiri dan

“merdeka” dari keterbelakangan sangat diperlukan dalam pembangunan.

2) Tingkat konsumsi produk peternakan

Tingkat konsumsi produk peternakan sangat mempengaruhi usaha peternakan termasuk usaha kelompok SMD. Jika tingkat konsumsi produk peternakan tinggi

maka akan meningkatkan gairah kelompok SMD untuk berusaha, karena tingginya tingkat konsumsi akan meningkatkan permintaan terhadap produk peternakan. Apalagi saat ini sudah berkembang era supermarket yang menyebabkan tuntutan terhadap kualitas produk peternakan semakin tinggi.

3) Potensi sumberdaya peternakan

Sumberdaya peternakan merupakan salah satu modal utama dalam melakukan usaha peternakan. Ketersediaan pakan, bibit, dan potensi sumberdaya lainnya akan mendukung usaha peternakan kelompok SMD

4) Impor produk peternakan

Kebijakan impor cukup berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha peternakan termasuk usaha kelompok SMD. Tingginya impor produk peternakan akan berpengaruh terhadap harga produk peternakan di dalam negeri

5) Institusi pembiayaan.

Menurut Adam (2012) upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani (peternak-red) bisa dilakukan dengan meningkatkan penggunaan faktor produksi petani.Komponen dalam faktor produksi mencakup modal, sarana produksi, tenaga kerja, dan teknologi.Untuk meningkatkan komponen ini salah satunya diperlukan pembiayaan.Oleh sebab itu keberadaan institusi pembiayaan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang keberhasilan usaha kelompok SMD.

Kelembagaan modal finansial untuk pengembangan agribisnis pertanian (termasuk peternakan) di perdesaan belum ditangani secara professional, sesuai dengan karakter usaha di sektor pertanian.Lembaga perbankan belum secara intensif dapat memberikan pelayanan penyediaan modal usahatani bagi petani di perdesaan.

Alternatif strategi peningkatan efektivitas program SMD yaitu: 1) Penguatan sumberdaya manusia SMD dan kelompok ternak

SMD dan kelompok ternak merupakan pelaku utama program SMD. Oleh sebab itu penguatan sumberdaya manusia SMD dan kelompok ternak merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan efektivitas program SMD. Fakta menunjukkan bahwa kemajuan suatu Negara atau daerah maju disebabkan oleh sumberdaya manusianya.Sumber daya manusia peternakan yang rendah akan menghambat pembangunan usaha peternakan (Yusdja dan Ilham, 2006). Strategi penguatan sumberdaya manusia SMD dan kelompok ternak dilaksanakan melalui penguatan penyuluhan peternakan.Sistem penyuluhan pertanian saat ini belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan pertanian perdesaan. Oleh sebab itu keberadaan sarjana pendamping dapat dimanfaatkan untuk memberikan penyuluhan terhadap anggota kelompok. Namun sebelum sarjana pendamping memberikan penyuluhan kepada anggota kelompok , terlebih dahulu kemampuan sarjana pendamping harus ditingkatkan melalui pelatihan baik di bidang kewirausahaan, teknologi, dan pemasaran.

Meskipun sarjana pendamping merupakan lulusan perguruan tinggi yang sudah dibekali ilmu pengetahuan, tetapi fakta di lapangan sarjana yang baru lulus belum memiliki kemampuan untuk langsung menerapkan ilmunya di lapangan. Hal ini juga menjadi tantangan bagi perguruan tinggi untuk memperbaiki kurikulumnya, sehingga perguruan tinggi dapat menghasilkan sarjana yang langsung bisa mengaplikasikan ilmunya di lapangan.Tetapi hal ini butuh waktu

yang cukup lama untuk dapat direalisasikan. Sehingga untuk strategi penguatan sumberdaya manusia SMD dan kelompok ternaknya dapat dilakukan melalui:

a. Pelatihan dalam rangka peningkatan kapasitas sarjana pendamping. Pelatihan-pelatihan yang diperlukan antara lain dibidang keorganisasian/kelembagaan, financial, pemasaran hasil, dan kewirausahaan.

b. Sarjana pendamping mentransfer informasi yang didapat dari pelatihan kepada anggota kelompok agar anggota kelompok tidak ketinggalan informasi. Salah satu contohnya adalah banyak kelompok ternak yang tidak mau mengakses kredit disebabkan oleh ketidaktahuan mereka tentang proses administrasi.

c. Penyuluhan melalui pendekatan sosial-budaya yang dapat merangsang perubahan sikap, perilaku dan pola kerja sarjana pendamping dan kelompok ternaknya.

2) Penguatan kelembagaan kelompok ternak

Peranan kelembagaan peternak sangat penting dan strategis dalam rangka mewujudkan hubungan antara peternak dalam jaringan kerja sama dengan para stakeholders untuk membangun dan memperkuat kelembagaannya, guna mendorong tumbuhnya usaha agribisnis peternakan yang lebih efisien, efektif dan berkelanjutan. Penguatan kelembagaan peternak merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan peternak melalui perbaikan manajerial usaha, pengembangan dan diversifikasi usaha yang dibangun dalam satu kelembagaan usaha.Penguatan kelembagaan peternak diharapkan dapat memperkuat kemandirian masyarakat peternak dalam pembangunan peternakan yang berkelanjutan.

Upaya pemberdayaan peternak dan kelembagaan peternak yang berdaya saing tinggi, dilakukan melalui kebijakan penguatan kapasitas kelembagaan peternak menjadi penguatan kelembagaan ekonomi peternak yang diarahkan menjadi badan usaha milik peternak (BUMP) dalam bentuk koperasi ternak dan atau pembentukan perseroan terbatas dan lain-lain yang dapat meningkatkan daya tawar peternak.

3) Penguatan permodalan dan akses pasar

Modal merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam meningkatkan usaha peternakan. Penguatan modal dapat dilakukan dengan cara:

a. Memberikan kredit bunga ringan dari lembaga keuangan kepada peternak b. Merangsang masyarakat dan dunia usaha untuk berinvestasi di bidang

peternakan.

Penguatan akses pasar bagi peternak kecil perlu dilakukan agar peternak kecil mampu memanfaatkan secara optimal potensi pasar yang ada.Penguatan akses pasar dapat dilakukan melalui pembentukan kelembagaan rantai pasok.Kelembagaan rantai pasok dapat mempersingkat panjangnya rantai pasok yang selama ini sering merugikan peternak.

Penerapan teknologi di bidang peternakan saat ini belum efektif.Rendahnya kualitas sumberdaya peternakan menyebabkan sulitnya mengaplikasikan teknologi di masyarakat.Penerapan teknologi di program SMD dilakukan oleh sarjana pendamping.Selain itu pihak yang dibutuhkan keterlibatannya dalam penerapan teknologi dan peningkatan produktivitas adalah perguruan tinggi sebagai sumber teknologi dan informasi terbaru di bidang peternakan.

Hasil Data untuk Analitical Hierarchy Process (AHP)

Pengolahan AHP dilakukan dengan menggunakan Expert Choice 1.1. Jumlah kuesioner yang diolah sebanyak 23 kuesioner, dengan nilai konsistensi 0,08.

1. Hasil pengolahan pada level actor

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan metode AHP diketahui bahwa aktor yang menempati urutan pertama dalam peningkatan efektivitas program SMD adalah SMD dan kelompok ternaknya, kemudian diikuti oleh pemerintah daerah. SMD dan kelompoknya merupakan aktor yang memiliki peranan paling penting dalam keberhasilan program SMD.SMD dan kelompok ternak yang merupakan pelaku utama dalam program SMD diharapkan dapat memiliki keinginan untuk maju dan sukses dalam melaksanakan kegiatan usaha peternakannya.SMD dan kelompok ternak diharapkan untuk lebih kreatif dalam mencari informasi dan pengetahuan untuk meningkatkan usaha peternakannya. Kualitas SMD dan kelompok ternak sangat mempengaruhi keberhasilan program SMD. Aktor peringkat kedua adalah pemerintah daerah.Pemerintah daerah bertugas sebagai pembina, melakukan koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program SMD yang dilaksanakan di wilayahnya.Aktor peringkat ketiga adalah tokoh masyarakat yang terdiri dari perangkat desa dan asosiasi di bidang peternakan.Program SMD yang dilaksanakan di desa dan bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di pedesaan menyebabkan adanya kewajiban dari aparat desa dan tokoh masyarakat setempat untuk mendampingi pelaksanaan program SMD agar dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.Peran tokoh masyarakat sangat penting terutama dalam memberi contoh, mempengaruhi, dan menggerakkan keterlibatan masyarakat untuk mendukung suatu program pemerintah.

Aktor peringkat keempat adalah pemerintah pusat. Pemerintah pusat yang merupakan penanggungjawab program SMD, namun karena pelaksanaan program SMD di seluruh Indonesia menyebabkan tanggungjawab pemerintah pusat harus dilimpahkan kepada pemerintah daerah yang berada lebih dekat dengan SMD dan kelompok ternak. Perguruan tinggi merupakan aktor peringkat kelima dalam peningkatan efektivitas program SMD. Perguruan tinggi berperan dalam mengembangkan teknologi dan informasi untuk meningkatan sumberdaya manusia peternakan dan meningkatkan usaha peternakan. Hasil pengolahan pada level aktor selengkapnya pada Tabel 64

Tabel 64 Pengolahan Level Aktor

No Aktor Nilai

ternak

2 Pemerintah pusat 0,138

3 Pemerintah daerah 0,202

4 Perguruan tinggi 0,132

5 Tokoh masyarakat 0,139

2. Hasil pengolahan terhadap faktor yang berpengaruh

Berdasarkan pengolahan terhadap faktor yang berpengaruh dalam peningkatan efektivitas program SMD diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam peningkatan efektivitas program SMD adalah potensi sumberdaya manusia peternakan. Peningkatan potensi sumberdaya manusia dapat meningkatan efektivitas program SMD. Faktor kedua yang berpengaruh dalam peningkatan efektivitas program SMD adalah institusi pembiayaan. Institusi pembiayaan berperan sebagai pembuka akses modal terhadap kelompok ternak.Modal merupakan salah satu faktor utama dalam usaha peternakan.Saat ini peternak masih sulit mengakses sumber-sumber modal, salah satu penyebabnya adalah masih kurang percayanya intitusi pembiayaan memberikan modal terhadap usaha peternakan karena usaha peternakan dinilai merupakan usaha yang memiliki resiko tinggi.Selain itu peternak juga kesulitan dalam menyediakan kolateral atau jaminan.Oleh sebab itu pemerintah harus lebih mendorong institusi pembiayaan agar dapat membuka akses modal terhadap peternak.

Faktor ketiga yang berpengaruh adalah potensi sumberdaya peternakan.Potensi sumberdaya peternakan merupakan modal awal dalam melaksanakan usaha peternakan. Pentingnya potensi sumberdaya peternakan menyebabkan bahwa program SMD akan efektif jika dilaksanakan di daerah yang memiliki potensi sumberdaya peternakan yang baik.

Faktor berikutnya yang mempengaruhi efektivitas program SMD adalah tingkat konsumsi produk peternakan. Jika tingkat konsumsi produk peternakan semakin tinggi akan meningkatkan gairah peternak untuk berusaha. Faktor terakhir yang berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas program SMD adalah impor produk peternakan. Kebijakan impor produk peternakan oleh pemerintah menyebabkan terjadinya fluktuasi harga, sehingga peternak sering mengalami kerugian. Hasil pengolahan aktor yang berpengaruh selengkapnya pada Tabel 64

Tabel 65 Pengolahan Faktor yang berpengaruh

No Faktor Nilai

1 Potensi SDM peternakan 0,289 2 Tingkat konsumsi produk

peternakan

0,207 3 Potensi sumberdaya

peternakan

0,216 4 Impor produk peternakan 0,052 5 Institusi pembiayaan 0,237 3. Hasil pengolahan pada level alternatif strategi

Berdasarkan hasil pengolahan pada level alternatif strategi, strategi Penguatan sumber daya manusia SMD dan kelompok ternak memiliki nilai bobot 0,300, Penguatan

kelembagaan kelompok ternak 0,251, Penguatan Permintaan dan Akses Pasar 0,192, dan Penerapan teknologi dan peningkatan produktivitas 0,257. Dengan demikian urutan strategi peningkatan efektivitas program SMD adalah melalui peningkatan sumber daya manusia SMD dan kelompok ternak, kemudian penerapan teknologi dan peningkatan produktivitas, berikutnya penguatan kelembagaan kelompok ternak, dan terakhir penguatan permintaan dan akses pasar. Hasil pengolahan alternatif strategi selengkapnya pada Tabel 65

Tabel 66 Pengolahan Alternatif Strategi

1. Strategi Penguatan Sumber Daya Manusia SMD dan Kelompok Ternak

Salah satu karakteristik SDM pertanian di Indonesia adalah tingkat pendidikan yang masih relatif rendah.Rendahnya kualitas tenaga kerja menurut Solahuddin (2008) menyebabkan rendahnya efisiensi usaha tani di pedesaan.Tantangannya adalah bagaimana mempersiapkan SDM pertanian agar mampu menerapkan teknologi pertanian dalam kegiatan usaha taninya. Selanjutnya menurut Poerwanto (2008) pengembangan SDM pertanian tidak hanya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan teknologi, tetapi juga meningkatkan motivasi dan persepsi tentang pertanian modern, perbaikan moral, serta transformasi tradisi dan kultur menjadi pertanian berbudaya industri. Dalam strategi penguatan sumber daya manusia SMD dan kelompok ternak, faktor yang paling berpengaruh adalah potensi sumber daya manusia peternakan, sedangkan aktor utama dalam penerapan strategi ini adalah SMD dan kelompok ternak.

2. Strategi Penguatan Kelembagaan Kelompok Ternak

Setiap upaya dan strategi pemberdayaan kelembagaan petani memiliki keterkaitan kuat dengan kondisi sosio-teknis komunitas petani (Suradisastra, 2008). Penerapan kebijakan pemberdayaan memerlukan strategi pendekatan yang mampu memfasilitasi aspirasi sosial-budaya dan aspirasi teknis petani dan kelembagaan petani serta lembaga pembangunan pertanian setempat.Data AHP menunjukkan bahwa aktor utama dalam strategi penguatan kelembagaan kelompok ternak adalah pemerintah daerah. Permasalahan mendasar yang melatarbelakangi pentingnya transformasi kelembagaan meliputi struktur kelembagaan tidak lengkap, status badan hukum masih bersifat informal, pembagian tugas (job discreption) yang belum jelas, sistem koordinasi belum

No Strategi Nilai

1 Penguatan Sumberdaya manusia SMD dan kelompok ternak

0,300 2 Penguatan kelembagaan kelompok

ternak

0,251 3 Penguatan permintaan dan akses

pasar

0,192 4 Penerapan teknologi dan peningkatan

produktivitas

efektif, serta jenis kegiatan usaha belum mengikuti sistem dan usaha agribisnis (Saptana. et al, 2013). Pemerintah daerah sebagai tim teknis yang mendampingi kelompok diharapkan mampu mengatasi permasalahan dalam transformasi kelembagaan kelompok ternak, melalui pendampingan dan penyuluhan yang berkelanjutan.Faktor yang paling berpengaruh dalam penerapan strategi penguatan kelembagaan kelompok ternak adalah potensi sumber daya manusia peternakan.

3. Strategi Penguatan Permintaan Pasar

Faktor yang berpengaruh dalam strategi penguatan permintaan pasar adalah impor produk peternakan, sedangkan aktor utama dalam penerapan strategi ini adalah pemerintah pusat.Pemerintah pusat diharapkan mampu mengendalikan dan mengatur impor produk peternakan agar produk lokal dapat bersaing di pasar.

4. Strategi Penerapan Teknologi dan Peningkatan Produktivitas

Faktor yang berpengaruh dalam strategi penerapan teknologi dan peningkatan produktivitas adalah potensi sumber daya peternakan, dengan aktor utama SMD dan kelompok ternaknya. Menurut Nuryanti dan Swastika (2011) aspek sumberdaya manusia kelompok tani (kelompok ternak) sangat berperan dalam mengoptimalkan peran kelompok sebagai pelaku alih teknologi dan inovasi.SMD sebagai sarjana pendamping kelompok berperan penting dalam merubah mindset anggota kelompok dalam menerima teknologi baru. SMD perlu meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan kelompok ternaknya. Aktor utama kedua adalah Perguruan Tinggi.Perguruan Tinggi sebagai sumber informasi dan teknologi terbaru diharapkan mampu menghasilkan informasi dan teknologi yang mudah diadopsi oleh peternak.Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak introduksi teknologi mengalami kegagalan, dalam arti penerapan teknologi oleh masyarakat belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini antara lain disebabkan teknologi yang dikembangkan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan penggunanya (Padmaningrum, 2008).

Dari hasil pengolahan pada level alternatif strategi diketahui bahwa strategi yang merupakan prioritas utama dalam meningkatan efektivitas program SMD adalah melalui penguatan sumberdaya manusia SMD dan kelompok ternak. Strategi ini dapat dilakukan melalui pelatihan dan penyuluhan dalam upaya peningkatan pengetahuan SMD dan peternak.

Dari hasil pengolahan AHP terhadap stategi peningkatan efektivitas program SMD, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan program SMD tidak dapat diukur dalam waktu satu atau dua tahun saja. Perlu proses yang panjang agar program SMD dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh sebab itu pemerintah sebaiknya melaksanakan peningkatan efektivitas program SMD secara kontiniu. Pemberian modal saja tidak cukup jika dibandingkan dengan tujuan yang harus dicapai oleh SMD.Hal pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menguatkan sumberdaya manusia SMD dan kelompok. Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi serta penyuluhan merupakan serangkaian kegiatan yang dapat dilakukan untuk peningkatan sumberdaya manusia SMD dan kelompok ternak. Jika sumberdaya manusia SMD dan kelompok ternak sudah baik maka peningkatan kelembagaan kelompok ternak akan lebih mudah dicapai

Strategi Aktor Nilai Faktor Nilai Penguatan sumberdaya manusia SMD dan kelompok ternaknya SMD dan kelompok ternak 0,351 Potensi SDM peternakan 0,322 Pemerintah pusat 0,188 Tingkat konsumsi

produk peternakan

0,121 Pemerintah daerah 0,149 Potensi sumberdaya

peternakan

0,238 Perguruan tinggi 0,172 Impor produk

peternakan

0,114 Tokoh masyarakat 0,140 Institusi pembiayaan 0,205 Penguatan kelembagaan kelompok ternak SMD dan kelompok ternak 0,166 Potensi SDM peternakan 0,249 Pemerintah pusat 0,232 Tingkat konsumsi

produk peternakan

0,169 Pemerintah daerah 0,296 Potensi sumberdaya

peternakan

0,242 Perguruan tinggi 0,109 Impor produk

peternakan

0,117 Tokoh masyarakat 0,197 Institusi pembiayaan 0,223 Penguatan permintaan dan akses pasar SMD dan kelompok ternak 0,127 Potensi SDM peternakan 0,159 Pemerintah pusat 0,227 Tingkat konsumsi

produk peternakan

0,149 Pemerintah daerah 0,328 Potensi sumberdaya

peternakan

0,137 Perguruan tinggi 0,158 Impor produk

peternakan

0,351 Tokoh masyarakat 0,160 Institusi pembiayaan 0,204 Penerapan teknologi dan peningkatan produktivitas SMD dan kelompok ternak 0,298 Potensi SDM peternakan 0,399 Pemerintah pusat 0,112 Tingkat konsumsi

produk peternakan

0,195 Pemerintah daerah 0,205 Potensi sumberdaya

peternakan

0,165 Perguruan tinggi 0,283 Impor produk

peternakan

0,101 Tokoh masyarakat 0,102 Institusi pembiayaan 0,140

8

SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN

Dokumen terkait