• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pesan Dakwah yang mengandung kategori Aqidah, diantaranya ialah: a.Iman Kepada Allah: a.Iman Kepada Allah:

BAB IV : ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

C. Pesan Dakwah dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban

1. Pesan Dakwah yang mengandung kategori Aqidah, diantaranya ialah: a.Iman Kepada Allah: a.Iman Kepada Allah:

1. Pesan Dakwah yang mengandung kategori Aqidah, diantaranya ialah: a. Iman Kepada Allah:

Yang dimaksud dengan iman kepada Allah SWT ialah meyakini sepenuh hati dengan lisan dan perbuatan bahwa Allah itu ada dengan segala sifat kesempurnaan-Nya sebagai Tuhan. Perbuatan nyata dan rasa iman itu ialah mau menyembah-Nya serta tunduk dan patuh terhadap perintah-Nya. Iman kepada Allah merupakan fondasi dasar dalam ajaran Islam. Karena iman merupakan suatu jembatan semangat dapat meraih ketenangan hidup di dunia menuju kebahagiaan di akhirat. Adapun dialog novel yang mengandung iman kepada Allah dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut:

57

“Melihat matanya yang mirip mata burung hantu spontan mengingatkanku

pada ayat-ayat perlindungan. La haula wala quwwata…terus menggema

dan menggema. Kuhitung dengan jariku yang menyalju hingga jari-jari itu

menghangat kembali”

Kutipan paragraf di atas, diambil dari dialog Nisa dalam dirinya yang sedang merasa ketakutan dalam perjalanan, di sini pengarang ingin menyampaikan bahwa hanya dengan berzikir dan bertawakal kepada Allah SWT, jiwa dan fikiran akan menjadi tenang. Begitu pula pesan akidah (iman kepada Allah) yang digambarkan dalam dialog berikut ini:

“Itulah pak. Makanya jangan suka terburu-buru menyangka pada anak kita, jika anak kita telah benar-benar siap dan menginginkannya, bukankah Allah juga yang membuka jalannya. Tak ada yang mustahil. Lihatlah kenyataanya. Subhanallah. Maha suci engkau dari persangkaan

manusia.”

Kutipan dialog di atas, diambil dari diaog ibu Anisa ketika sedang berbicara kepada ayah Anisa mengenai keadaan Anisa yang baru dianugerahi kehamilan, di sini pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa Allah SWT itu maha kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya, adapun manusia hanya dapat berusaha dan berdo`a, sesuai dengan firman Allah Ta`ala dalam Al-Qur`an :

Artinya :

“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah

berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.” (QS. Yaasiin:82)

Kemudian adapula pesan Akidah mengenai iman kepada Allah sebagai berikut:

“Kita harus menerima cobaan ini dengan tawakal, anakku. Allah Maha Tahu atas semua rencana-Nya.”

Ini adalah dialog ibu Anisa ketika menyemangati Anisa dalam menghadapi cobaan. Dari sini pengarang ingin menyampaikan bahwa berlapang dada dan berpasrah diri lah kepada Allah ketika dalam menghadapi cobaan, sebab dari setiap cobaan yang kita jalani pasti menuai hikmah yang berarti.

b. Iman Kepada Malailat Allah :

Iman Kepada Malaikat yaitu meyakini tanpa ragu di dalam hati dan pikiran bahwa selain menciptakan manusia Allah juga menciptakan malaikat dari cahaya, dan bahwa malaikat itu adalah makhluk yang paling taat dan tidak sekalipun berbuat maksiat. Adapun dialog novel yang mengandung iman kepada malaikat dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut :

“Namun ketika berbicara tentang kesenangan dan keindahan, ia

mengubah diri menjadi malaikat penjaga Firdaus, menyuguhkan bunga warna-warni yang harum semerbak.”

Kutipan diatas diambil dari dialog Nisa yang sedang menceritakan tentang keindahan puisi-puisi Kahlil Gibran kepada Aisyah. Namun pesan yang dapat diambil dari dialog tersebut ialah bahwa pengarang ingin mengajak pembaca untuk meyakini ketentuan yang telah Allah tentukan, bahwasannya Allah telah menciptakan para malaikat yang diantaranya ada yang bertugas menjaga pintu surga yakni malaikat Ridwan.

c. Iman Kepada Kitab Allah :

Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitabnya kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan

59

kepada seluruh umat manusia. Adapun dialog novel yang mengandung iman kepada kitab Allah dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut :

“Aku tidak bercanda Nisa. Al-qur`an saja menegaskan untuk mu`asyarah bil ma`ruf dalam pergaulan suami istri, menurut Al-qur`an kedudukan suami dan istri itu setara, sama-sama memiliki hak dan kewajiban.”

Kutipan di atas adalah dialog Khudori yang sedang memberitahukan Nisa bahwa dalam Alqur`an, Allah menerangkan tentang kesetaraan hak dan kewajiban antara suami dan istri atau laki-laki dan perempuan. Dari sini pengarang ingin menyampaikan bahwa segala sesuatunya Allah telah menjelaskan dalam Al-qur`an. Maka meyakini isi yang terkandung dalam al-qur`an merupakan iman kepada Kitab Allah. d. Iman Kepada Rasul Allah :

Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Adapun dialog novel yang mengandung iman kepada rasul Allah dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut :

“Otoritas Nabi kira-kira adalah sebagai penerjemah dari yang memiliki otoritas tertinggi. Dan ia menjamin kemaksuman Nabi Muhammad SAW.tetapi masalahnya, benarkah yang sampai kepada kita melalui kitab kitab itu benar-benar merupakan perkataan nabi? Jika ternyata ia bertentangan dengan Al-Quran, mungkinkah nabi yang keliru, atau pernyataan itu bikinan saingan nabi? Semuanya serba mungkin, Nisa. Tinggal bagaimana cara kita memahami sebuah hadist itu dengan nurani dan pikiran yang jernih ataukah dengan kebodohan, taklid dan hawa nafsu semata.”

Kutipan dialog di atas, merupakan dialog Khudori kepada Nisa yang sedang mendiskusikan tentang penyataan yang dianggap sebagai sabda nabi selama ini. Dari sini pengarang ingin menyampaikan bahwa Hadist merupakan perintah Allah yang disampaikan melalui nabi dan Rasul-Nya, maka meyakini apa yang terdapat dalam hadist merupakan iman kepada Rasul Allah. Namun sebelum mengamalkan apa yang dianjurkan dalam hadist, sebaiknya kita dapat memilah atau memahami makna hadist sesuai dengan nurani dan pikiran yang jernih, agar terhindar dari taklid.

e. Iman Kepada Hari Akhir

Yang dimaksud iman kepada hari akhir ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menetapkan hari akhir sebagai tanda akhir dari kehidupan di dunia dan awal dari kehidupan di akhirat. Dijelaskannya oleh Allah mengenai hari akhir dalam Al-qur`an bertujuan agar manusia beriman kepada Allah dan hari akhir, karena manusia akan bertemu Allah, dan manusia pasti akan mati, karenanya manusia jangan lengah, lupa diri, jangan terpesona dengan kehidupan dunia yang temporal dan menipu, manusia jangan mempertuhankan harta, karena harta tidak dapat menolong pemiliknya dari siksa Allah di hari akhirat. Adapun dialog novel yang mengandung iman kepada hari akhir dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut :

“Allah begitu mencintainya hingga tak sabar memanggilnya kembali.”

Kutipan di atas, diambil dari dialog seseorang ketika mendengar bahwa khudori telah meninggal. Pada dasarnya kematian seseorang pun

61

dapat dikatakan sebagai hari akhir „shugra‟ atau kecil. Maka meyakini adanya hari akhir yang telah ditentukan oleh Allah merupakan kemutlakan setiap muslim sebagai langkah penyempurnaan keimanan kepada Allah dan hari akhirnya.

f. Iman Kepada Qadha dan Qadar

Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan qadar. Adapun dialog novel yang mengandung iman kepada qadha dan qadar dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut :

“Aku yakin, setelah kesulitan pasti kan datang kemudahan. Bahkan lebih dari itu, kesulitan dan kemudahan selalu datang secara bersamaan. Penderitaan ada dalam kebahagiaan, begitupun sebaliknya, kebahagiaan

ada dalam penderitaan.”

Kutipan di atas diambil dari dialog Nisa dalam dirinya ketika ia meyakini dirinya bahwa ia akan lebih kuat dan tegar dalam menghadapi cobaan hidup. Pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa beriman kepada qadha dan qadar, serta bertawakal kepada Allah SWT merupakan kunci menghadapi setiap cobaan hidup, sebab Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur`an bahwasannya dari setiap kesulitan yang kita hadapi akan datang kemudahan.

Artinya:

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al- Insyirah : 5)

Berikut ini adalah tabel rincian pesan yang mengandung kategori Aqidah menurut kesepakatan 3 juri.

Tabel 2

Rincian Kategorisasi Aqidah No Bab/Paragraf/

Halaman

Kutipan Keterangan

1. I/47/15 “Anakku, Nisa. Di dunia ini, semua yang diciptakan oleh Allah, apa saja jenis kelaminnya, baik laki-laki atau perempuan, semua sama baiknya, sama bagusnya, sama enaknya. Sebab Allah juga memberikan kenikmatan yang sama pada keduanya. Tinggal bagaimana kita mensyukurinya. Jadi laki-laki enak, jadi perempuan juga enak.”

Iman kepada Allah

2. II/56/65 “Melihat matanya yang mirip mata burung hantu spontan mengingatkanku pada ayat-ayat perlindungan. La haula wala quwwata…terus menggema dan menggema. Kuhitung dengan jariku yang menyalju hingga jari-jari itu menghangat kembali.”

Iman kepada Allah

3. VII/37/315 ”Aku yakin, setelah kesulitan pasti kan datang kemudahan. Bahkan lebih dari itu, kesulitan dan kemudahan selalu datang secara bersamaan. Penderitaan ada dalam kebahagiaan, begitupun sebaliknya, kebahagiaan ada dalam penderitaan.”

Iman kepada Allah

4. VI/143/287 “Itulah pak. Makanya jangan suka terburu-buru menyangka pada anak kita, jika anak kita telah benar-benar siap dan menginginkannya, bukankah Allah juga yang membuka jalannya. Tak ada yang mustahil. Lihatlah kenyataanya. Subhanallah. Maha suci engkau dari persangkaan manusia.”

Iman kepada Allah

63

5. VII/2/308 “Aku tak perlu menyimpan dendam kepadanya atau pada siapapun. Hidup dan mati sepenuhnya di tangan Allah, dan jika kami harus berpisah, sebab Allah memang menghendaki yang demikian. Ia lebih tahu yang lebih baik bagi hamba-Nya. Ia maha adil. Sekalipun keadilannya memerlukan rentang waktu yang panjang untuk dapat dipahami. Subhanallah! Maha Suci Ia dari semua prasangka hamba-Nya.”

Iman kepada Allah

6. VII/22/312 “Kita harus menerima cobaan ini dengan tawakal, anakku. Allah Maha Tahu atas semua rencana-Nya.”

Iman kepada Allah 7. IV/14/171 “Otoritas Nabi kira-kira adalah sebagai

penerjemah dari yang memiliki otoritas tertinggi. Dan ia menjamin kemaksuman Nabi Muhammad SAW.tetapi masalahnya, benarkah yang sampai kepada kita melalui kitab kitab itu benar-benar merupakan perkataan nabi? Jika ternyata ia bertentangan dengan Al-Quran, mungkinkah nabi yang keliru, atau pernyataan itu bikinan saingan nabi? Semuanya serba mungkin, Nisa. Tinggal bagaimana cara kita memahami sebuah hadist itu dengan nurani dan pikiran yang jernih ataukah dengan kebodohan, taklid dan hawa nafsu semata.”

Iman kepada Rasullullah

Tabel 3

Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Aqidah

Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

1 dan 2 58 7 51 0.12

1 dan 3 58 9 49 0.15

2 dan 3 58 9 49 0.15

Komposit Reliabilitas =

 

n 1



XAntar Juri

1 Juri Antar X N   Nilai Rata-rata = 0.42 : 3 = 0.14 Komposit Reliabilitas =

 

0.32 28 . 1 42 . 0 14 . 0 2 1 14 . 0 x 3   

Dengan demikian, pesan Aqidah yang terkandung dalam novel Perempuan Berkalung Sorban berjumlah 0.32 berdasarkan kesepakatan juri. 2. Pesan dakwah yang mengandung kategori Akhlak, di antaranya ialah:

a. Akhlak Kepada Allah :

Akhlak kepada Allah yaitu beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya, serta memurnikan keimanan dengan tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun. Adapun dialog novel yang mengandung akhlak kepada Allah dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut :

“Masya Allah …jadi ini yang namanya Putri Budur”

Kutipan di atas diambil dari dialog Nisa yang sedang mengagumi seorang Putri Budur dalam kisah bangsa Arab terdahulu. Dari sini pengarang ingin menggambarkan bahwa Nisa adalah anak perempuan yang berakhlak terhadap Allah dengan memuji dan mengagumi segala ciptaan-Nya.

b. Akhlak Kepada Sesama Manusia :

Akhlak terhadap sesama manusia, yaitu selalu berbuat baik (ihsan) tanpa memiliki batasan, dan merupakan nilai yang universal terhadap

65

sesama manusia, agama bahkan terhadap musuh sekali-pun. Adapun dialog novel yang mengandung akhlak kepada sesama manusia dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut :

”sst..jangan keras keras kalau ketawa. Kau ini anak perempuan tahu,!!”

Dialog di atas diambil dari perkataan Mba May yang sedang mengingatkan Nisa bahwa tertawa terbahak-bahak itu tidak baik.

Begitu pula pesan akhlak kepada sesama manusia seperti dialog di bawah ini :

“Hari ini ku tunaikan janjiku”

Dioalog ini diambil dari perkataan Khudori yang sedang menunaikan janjinya terhadap Anisa. Dari sini pengarang ingin menyampaikan bahwa menepati janji merupakan akhlak yang baik terhadap sesama manusia.

c. Akhlak Kepada Lingkungan Sekitar :

Akhlak kepada lingkungan sekitar yaitu selalu berprilaku baik terhadap lingkungan sekitar, diantaranya yakni berbuat baik terhadap binatang, tumbuh-tumbuhan ataupun benda-benda yang tidak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur'an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Adapun dialog novel yang mengandung akhlak kepada lingkungan sekitar dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut :

Maaf ya Mba, Nisa terlambat ya? soalnya aku harus cuci piring dulu,

Dialog Nisa kepada Mbak May di atas ini, menggambarkan bahwa sosok Nisa yang sedikit tomboy ini ternyata juga perduli terhadap lingkungan sekitar, yakni kebersihan. Selain berbakti kepada orang tua, ia juga memperhatikan akhlak terhadap lingkungan sekitar.

Berikut ini adalah tabel rincian pesan yang mengandung kategori Akhlak menurut kesepakatan 3 juri.

Tabel 4

Rincian Kategorisasi Akhlak No Bab/Paragraf/

Halaman

Kutipan Keterangan

1. I/158/41 “Masya Allah…jadi ini yang

namanya putri Budur “ Akhlak kepada Allah SWT 2. I/67/20 ”Tapi suka nggak dengan suara

merdu yang sering bergema sehabis pengajian subuh itu? lebih suka mana, yang sehabis subuh atau menjelang maghrib?”

Nisa: aku merenung sejenak dan menatap wajah mbak May. Sebenarnya aku bingung juga untuk menjawab, sebab kedua suara itu belum pernah kuperhatikan dengan sungguh-sungguh, baik merdunya apalagi perbedaanya. Tetapi jika tidak menjawab, pasti mbak May akan kecewa karena menyangkaku tidak serius untuk belajar tilawah. Akhirnya dengan mantap ku katakan. “Nisa lebih suka yang sehabis shubuh mbak May.soalnya suara itu mampu

Akhlak kepada sesama manusia

67

mengahapus amarah, Nisa.” 3. I/71/21 Eh, Nisa. Orang pemalas

tidak perlu dicemburui.

Lagipula Nisa kan

perempuan.”

Akhlak kepada sesama manusia 4. I/129/34 ”Ssst, jangan keras keras kalau

ketawa. Kau ini anak perempuan tahu!.”

Akhlak kepada sesama manusia 5. I/154/40 “Hari ini ku tunaikan janjiku” Akhlak kepada

sesama manusia 6. I/155/40 “Janji itu memang harus

ditepati, kalau tidak, itu namanya khianat. Begitu kata bapak.”

Akhlak kepada sesama manusia 7. II/1/51 “Meskipun dalam prakteknya,

pondok kami selalu menekankan pendidikan akhlak bagi perempuan, khususnya akhlak perempuan dalam bermasyarakat dan berumah tangga.”

Akhlak kepada sesama manusia

8. II/2/55 Memang, lek mu itu sangat halus perasaanya, Nisa. Perangainya baik dan membaca kitabnya juga lancar. Pengetahuannya luas, tetapi ia tak pernah menyombongkan diri. Ibu lihat, ia juga sayang sekali sama kamu. Tidak seperti lek Mahmud mu itu.”

Akhlak kepada sesama manusia

9. II/58/66 “Aku merasa, inikah akibatnya jika membohongi orangtua dan tak berkata jujur. Mimpi apa semalam hingga aku bertemu dengan monster mengerikan.”

Akhlak kepada sesama manusia 10. III/86/123 “Kujelaskan juga padanya

bahwa Samsuddin sama sekali tak Islami. Ia membangun keluarga atas dasar hawa nafsu dan bukan atas dasar akhlakul

Akhlak kepada sesama manusia

karimah. Apalagi untuk

membangun keluarga

sakinah.”

11. I/65/20 “Maaf mbak. Nisa terlambat, ya? Soalnya harus cuci piring dulu, Bantu ibu.”

Akhlak kepada lingkungan sekitar

Tabel 5

Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Akhlak Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

1 dan 2 58 12 46 0.21

1 dan 3 58 19 39 0.32

2 dan 3 58 13 45 0.22

Total 0.75

Komposit Reliabilitas = __N ( X Antar Juri )__ 1+(n-1) (X Antar Juri) Nilai Rata-rata = 0.75 : 3 = 0.25

Komposit Reliabilitas = _3 x 0.25_ = 0.75 = 0.50 1+2 (0.25) 1.50

Dengan demikian, pesan akhlak yang terkandung dalam novel Perempuan Berkalung Sorban berjumlah 0.50 berdasarkan kesepakatan juri. 3. Pesan dakwah yang mengandung kategori Syariah, diantaranya ialah:

a. Syariah Ibadah :

Syariah Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Ibadah terbagi menjadi

69

ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja‟

(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan. Adapun dialog novel yang mengandung syariah ibadah dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut :

“Dan selama setahun itu, aku hampir menamatkan tigapuluh juz dibawah asuhan lek Khudhori.”

Kutipan di atas diambil dari dialog Nisa dalam dirinya, bahwa ia telah mencapai prestasi yang juga bernilai ibadah. Pengarang ingin menggambarkan bahwa sosok Khudori memiliki pengaruh yang besar terhadap Nisa terutama dalam nilai ibadah, dan pengetahuan agama. b. Syariah Muamalah :

Muamalah adalah istilah yang digunakan untuk permasalahan selain ibadah. Jika Ibadah ini antara lain meliputi shalat, zakat, puasa, dan haji. Maka mu‟amalah ialah masalah hubungan kita dengan sesama manusia, lingkungan serta masalah-masalah dunia, yakni meliputi Al-Qaunul Khas (hukum perdata), Muamalah (hukum niaga), Munakahat (hukum nikah), Waratsah (hukum waris), dan sebagainya. Kemudian Al-Qaunul`am (hukum publik), Hinayah (hukum pidana), Khilafah (hukum

negara), Jihad (hukum perang dan damai), dan sebagainya. Adapun dialog novel yang mengandung syariah muamalah dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut :

“Memang kita mengenal ada hak ijbar atas bapak terhadap anak

gadisnya. Tetapi hak seperti ini sangat bertentangan dengan semangat kemerdekaan dalam Islam. Selain tidak relevan lagi untuk masa sekarang, pernikahan di bawah umur, ketika perempuan belum siap dari segi fisik dan biologisnya maupun mental kejiwaannya, pastilah akan memiliki dampak yang jauh kurang baik bagi sebuah pernikahan. Menurutku

begitu.”

Dialog di atas diambil dari perkataan Khudori yang sedang memberi pengertian tentang hak seorang anak perempuan dalam memilih pasangan hidupnya. Di sini pengarang ingin menyampaikan bahwa pada dasarnya Islam begitu menjunjung tinggi atas kemerdekaan perempuan.

Berikut ini adalah tabel rincian pesan yang mengandung kategori Syariah menurut kesepakatan 3 juri.

Tabel 6

Rincian Kategorisasi Syariah No Bab/Paragraf/

Halaman

Kutipan Keterangan

1. I/78/23 “Sehabis shubuh, begitu aku mendengar alunan ustadz Abdullah al Matrud, imam besar masjidil haram itu menggema dan menembus tebalnya kabut kemalasan, kubuka kembali pedoman tajwid yang telah diajarkan mbak May.”

Ibadah

2. I/87/25 “Dan selama setahun itu, aku hampir menamatkan tigapuluh juz dibawah asuhan lek Khudhori.”

Ibadah 3. I/59/18 Begini. Setiap pagi sehabis tidur,

Nisa minum segelas air putih sebelum berkumur, kemudian melafalkan huruf hijaiyah, alif, ba, ta dan

71

seterusnya dengan jelas dan tegas. Jangan ditekan atau takut didengar orang. Jangan lupa juga, lafalkan perbedaan huruf shad dengan shin, dzot dengan dzok, kaf dengan kof, dzal dengan zak dan huruf-huruf lain yang hampir sama ucapannya, sampai kamu tau perbedaannya, paham?” Mbak May : “Itu syarat. Jika dilanggar Madharat”

4. I/76/22 Selain latihan vocal dan dan melafalkan huruf hijaiyah dengan jelas dan tegas, aku harus juga menguasai ilmu tajwid, agar aku dapat membaca ayat-ayat suci dengan benar. Jadi huruf hijaiyah yang berjumlah duapuluh delapan abjad itu, jika bertemu dengan nun mati atau tanwin, akan mempengaruhi bunyi yang berlainan. Huruf alif misalnya, jika bertemu nun mati atau tanwin, akan dibaca dengan jelas. Tidak seperti huruf ra atau ta atau ba. Masing-masing punya kategori idzhar,idzghom, iqlab, dan ikhfa`. Akhirnya ku ketahui pula, dalam Al-Quran ada huruf-huruf yang harus dibaca dengan idzghom mimi, ikhfa` syafawi, idzghom mutamasilain, mutajanisain, dan mutaqaribain. Mbak May juga mengajariku tentang ahkamul mad, huruf-huruf mad. Ada mad thabi`I, mad jaiz dan mad wajib. Dari tiga mad yang asli ini, keluar beberapa cabangnya meliputi mad aridllissukun, mad “iwadl, mad lazim mukhaffaf, mad silah dan mad tamkin. Dengan teliti ku praktekkan satu per satu mana ikhfa, mana iqlab.”

Muamalah

5. I/87/26 “Kau mesti belajar dan mencari ilmu sampai jasadmu berbaring diantara dua batu nisan, tapi jangan juga tergantung pada saya. Kau bisa belajar dimana saja dan kapan saja. Kau mesti terus sekolah, sampai jadi sarjana.”

6. II/1/51 “Memang, di pondok kami, pondok pesantren putri yang didirikan oleh bapakku, Kiai Haji Abdul Malik, memiliki cita-cita dan harapan untuk mendidik dan menjadikan para remaja putri agar menjadi kaum muslimah yang berguna bagi Negara dan bangsa”

Muamalah

7. II/2/52 “Sepertinya aku lebih suka bersekolah dan mencari ilmu yang lebih luas dari kompleks pondok kami, juga lebih tinggi dari ilmu yang diperoleh para santri yang paling tua sekalipun.”

Muamalah

8. II/78/70 “Kemudian bapak mulai membuat peraturan-paraturan baru untukku. Sekalipun aku masih anak-anak, baru menjelang baligh dan belum memiliki