• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

LANDASAN TEORI

C. Konsep Dakwah 3. Pengertian Dakwah

4. Unsur-Unsur Dakwah

Yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah adalah komponen yang selalu ada dalam kegiatan dakwah diantara unsur-unsur dakwah adalah:

a. Subjek Dakwah

Yang dimaksud dengan subjek dakwah adalah da`i. Da`i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga. Da`i sering disebut kebanyakan orang dengan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam). Akan tetapi sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan dimuka, sebutan tersebut lebih sempit dari sebutan da`i yang sebenarnya. Apabila kita kembali kepada Al-Qur`an dapat disimpulkan pelaku dakwah pertama itu adalah Nabi Muhammad SAW.5

b. Objek Dakwah

Objek dakwah adalah mad`u atau jamaah, yaitu orang yang menjadi sasaran dakwah atau penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.6

c. Materi Dakwah

Unsur lain dalam proses dakwah adalah maddah atau materi dakwah. Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da`i

5

Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cet. Kel. H. 75-77

6

kepada mad`u. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesan mengandung arti perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain.7 Sementara itu Onong Uchana Efendi mengatakan bahwa pesan (message) merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.8 Materi dakwah atau isi pesan dakwah yang utama adalah yang terdapat dalam Al-Qur`an dan Hadist. Adapun pengertian dari materi atau pesan dakwah ialah segala pernyatan yang berupa lambang bermakna yang disampaikan untuk mengajak atau memengaruhi manusia (individu atau kelompok), agar mengikuti ajaran Islam dan mampu merealisasikannya dalam kehidupan dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Lambang yang dimaksud disini adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan, baik berupa informasi atau opini mengenai hal-hal yang konkrit maupun yang abstrak, bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan yang akan datang. 9

Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:

7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1999) h.761

8

Onong Uchana Efendi, Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 1994) h.18

9

Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1993),h.165

23

a) Aqidah, secara etimologi diambil dari kata “aqad” yakni ikatan yang kuat. Dapat berarti juga teguh, permanen, saling mengikat, dan rapat. Dalam Ensiklopedi Islam, aqidah dalam i`tikad bersifat yang mencakup masalah-masalah yang berhubungan dengan rukun iman. 10

Pengertian akidah secara terminologi yaitu, wajib dibenarkan hati dan jiwa menjadi tentram karenanya sehingga menjadi suatu keyakinan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Akidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian akidah dalam agama maksudnya berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan, seperti akidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul.11

Aqidah dalam Islam adalah bersifat itiqad bathiniyah yang mecakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan iman.12

1) Iman kepada Allah SWT 2) Iman kepada Malaikat

3) Iman kepada Kitab Allah SWT 4) Iman kepada Rasul Allah SWT 5) Iman kepada Hari Kiamat 6) Iman kepada Qadha dan Qadar

b) Akhlak, kata ahlak secara etimologi berasal dari bahasa arab. Dalam bentuk jamak dari khula yang berarti budi pekerti, perangai dan tingkah laku atau

10

Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Wijaya,1971)h.1

11

A.A. Hamid Al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlu sunnah wal Jamaah, (Jakarta :Niaga Swadaya, 2004),h.34

12

tabiat.13 Secara linguistik kata akhlak merupakan isim dari jaid. Maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang datang dari pencipta (AllahSWT).

Menurut Al-Ghozali akhlak diartikan sebagai suatu sifat yang tetap pada seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran secara garis besar akhlak terbagi menjadi: 1) Akhlak kepada Allah SWT,

2) Akhlak Kepada sesama manusia, 3) Akhlak terhadap lingkungan sekitar.

c) Syariah, secara etimologi berarti jalan. Syariah adalah segala yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW berbentuk wahyu di dalam Al-Qur`an dan sunnah. Sedangkan secara terminologi syariah ialah ketentuan (norma) illahi yang mengatur dengan sesamanya (muamalah). 14

1) Ibadah (dalam arti sempit) seperti Thaharah, Sholat, Zakat, Shaum (puasa), haji.

2) Muamalah (dalam arti sempit) meliputi :Al-Qaunul Khas (hukum perdata), Muamalah (hukum niaga), Munakahat (hukum nikah), Waratsah (hukum waris), dan sebagainya. Kemudian Al-Qaunul`am (hukum publik), Hinayah (hukum pidana), Khilafah (hukum negara), Jihad (hukum perang dan damai), dan sebagainya.

13

M. Abdul Mujib, Kamus Istilah Fiqih,(Jakarta:PT.Pustaka Firdaus,1994),h. 25

14

25

d. Metode Dakwah

Dalam bahasa yunani metode berasal dari kata “methodos”, artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq.15Adapun pengertian metode dakwah adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Merujuk pada surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:













































Artinya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl: 125)

Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu:

1) Al-Hikmah

Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, lapang dada, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama dan Tuhan.

Ibnu Qoyim berpendapat bahwa pengertian hikmah adalah pengetahuan tentang kebenaran dan pengamalannya, ketepatan dalam perkataan dan pengamalannya. Hal ini tidak bisa dicapai kecuali

15

dengan memahami al-Qur‟an dan mendalami syariat-syariat Islam serta hakikat iman.16

Menurut M. Abduh, hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga dapat diartikan meletakkan sesuatu pada tempat atau semestinya.17

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa al-hikmah adalah kemampuan dan ketepatan da‟i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad‟u. al-hikmah merupakan kemampuan da‟i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan bahasa yang komunikatif dan argumentasi logis. Oleh karena itu al-hikmah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.

2) Al-Mau‟idzatu Al-Hasanah

Menurut Lois Ma`luf dalam bukunya Munjid fi al-Lughah wa

a‟lam, secara bahasa mau‟idzah hasanah terdiri dari dua kata yaitu, mau‟idzah dan hasanah. Kata mau‟idzah dapat diartikan sebagai nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sementara hasanah merupakan kebalikan dari sayyi‟ah yang artinya hasanah adalah kebaikan dan sayyi‟ah adalah keburukan.18

Menurut Abdul Hamid, mau‟idzah hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan

16

Ibnu Qoyim, At-Tafsirul Qoyyim, h.226

17

Abu Hayyan, al-Bahrul Muhith, Jilid I h. 392

27

memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.19

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Mauidzah Hasanah mengandung arti nasihat dengan kata-kata yang masuk ke dalam kalbu yang penuh dengan rasa kasih sayang dan kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.

3) Al-Mujadalah bi-al-Lati Hiya Ahsan

Dalam metode dakwah mujadalah dapat diartikan sebagai debat atau perdebatan. Kata „jadala‟ dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan. 20

Menurut Ali al-Jarisiyah, dalam kitabnya Adab al-Hiwar wa-almunadzaroh, mengartikan bahwa ”al-jidal” secara bahasa dapat bermakna `datang untuk memilih kebenaran`. Dan apabila berbentuk isim ”al-jadlu” maka berarti `pertentangan atau persetujuan yang tajam`.21

19

Abdul Hamid al-Bilali,Fiqh al-Dakwah fi ingkar al-Mungkar (Kuwait: Dar al-Dakwah, 1989) h.260

20

M.Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana 2006) cet. Ke 2. hal 17

21

Ali al-Jarisyah, Adab al-Khiwar wa al-Mudhoroh, (Al-Munawaroh: Dar al-Wifa, 1989) cet. I h.19.

Dari pengertian diatas, Maka dapat disimpulkan bahwa al-mujadalah bi al- lati hiya ahsan merupakan upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati, pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.

e. Media Dakwah

Pengertian Media secara etimologi diambil dari bahasa latin yaitu

„Median‟ yang berarti „alat perantara‟ dalam buku Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Asmuni Syukri mendefinisikan media sebagai sesuatu yang dapat dijadikan alat perantara untuk mencapai tujuan tertentu, dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.22

Secara teori dakwah dapat dilakukan melalui tiga hal, yakni: 1) Dakwah bil lisan, yakni dakwah yang lebih bersifat informatif.

meskipun nilai persuasinya tidak ketinggalan karena tetap mengarahkan kepada loyalitas mengikuti ajaran, agama, sebab dakwah bil lisan pada dasarnya memberikan atau menyampaikan informasi tentang ajaran agama Islam dengan tujuan agar sasaran dakwahnya berubah persepsinya secara luas tentang ajaran agama sehingga sanggup menyampaikan kepada orang banyak . strategi dakwah bil lisan ini sebagai taktik dalam pemahamannya tentang Islam dan

22

29

berangsur-angsur terjadi perubahan sikap dan perilakunya menjadi lebih baik. Umumnya dakwah bil lisan dilakukan para da`i atau da`iyah dalam kegiatan pidato, ceramah ataupun khutbah.

2) Dakwah bil hal, merupakan pemanfaatan situasi dan kondisi masyarakat sebagai kegiatan dakwah agar tumbuh loyalitas kepada tuhannya terhadap ajaran agama . Strategi dakwah bil hal cenderung di terapkan sebagai langkah mengubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya . Dalam dakwah bil hal dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya seperti berikut: melalui lembaga-lembaga sosial, lembaga-lembaga pendidikan, akhlak karimah (uswatun hasanah).

3) Dakwah bil qalam, berdakwah melalui media cetak/ tulisan memiliki kelebihan tersendiri diantaranya, media tulisan memiliki sifat tahan lama, menyeluruh, serta keberadaannya tidak terikat oleh ruang waktu dan dapat dinikmati oleh ratusan bahkan ribuan pembaca. Dakwah macam ini dapat dilakukan pada koran, majalah, buku, novel dan sebagainya.

Kebutuhan dakwah terhadap media untuk menyampaikan pesan dakwah sangat urgen sekali seperti yang diungkapkan oleh M. Bahri Ghazali „Kepentingan dakwah terhadap media atau alat sangat urgen sekali, sehingga dapat dikatakan dengan menggunakan media, dakwah akan mudah dicerna dan diterima oleh komunikan (mad`u nya).23

23

M Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1984), cet. Ke 2, h. 225

Menyikapi perkembangan teknologi saat ini, para juru dakwah pun tak boleh ketinggalan. Ada berbagai macam media yang dapat digunakan sebagai sarana dakwah. Sehingga para da`i tak perlu lagi merasa kesulitan dalam mengemban amanah untuk menyampaikan pesan dakwahnya. Bahkan pesan dakwah yang ingin disampaikan para da`i, dapat tersebar secara serempak ke seluruh penjuru tempat. Maka dengan begitu akan lebih banyak lagi mad`u yang terjangkau. Adapun macam media yang dapat dijadikan sebagai sarana dakwah dewasa ini diantaranya ialah: 1) Media Visual

Media visual merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan dengan pemanfaatan indera penglihatan dalam menangkap datanya. Contohnya : Koran, majalah, buku, slide, gambar foto diam, dan overhead proyektor.

2) Media Audio

Media auditif dalam pemahaman komunikatif merupakan alat komunikasi yang berbentuk hasil teknologi canggih dalam wujud hardware, media auditif dapat di tangkap melalui indera pendengaran. Contohnya: radio, handphone dll.

3) Media Audio Visual

Media audio visual merupakan perangkat komunikasi yang dapat ditangkap baik melalui indera pendengar maupun penglihat. Apabila dibandingkan dengan media yang telah dikemukakan sebelumnya,

31

ternyata media audio visual lebih paripurna, contohnya: Televisi, Film, Video.24

Media merupakan sarana seseorang untuk menuangkan ide-idenya dan menyampaikan pesan kepada khalayak. Di Indonesia saat ini media yang paling sering digunakan/dinikmati dan mudah dijangkau diantaranya ialah televisi dan buku. Jika seseorang ingin membuat suatu karya yang paling mudah untuk dijangkau maka akan efektif bila melalui kedua media tersebut.

Karenanya di Indonesia saat ini penyampaian pesan melalui pembuatan film yang ceritanya diangkat dari sebuah karya novel begitu kian marak. Ada banyak film yang dihasilkan dari alur cerita yang disadur dari beberapa novel, sebab dengan begini pesan yang ingin disampaikan akan mudah dijangkau dalam waktu yang bersamaan

D. Ruang Lingkup Novel