• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

LANDASAN TEORI

D. Ruang Lingkup Novel 1.Pengertian Novel

2. Unsur Intrinsik Novel

Novel memiliki unsur-unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Unsur yang dimaksud antara lain: plot, tokoh dan penokohan, latar atau setting, point of view atau sudut pandang.

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu. Tetapi secara tidak langsung mempengaruhi. Menurut Welleck dan Waren, sebagaimana dikutip Burhan Nurgiantoro bahwa unsur-unsur tersebut antara lain keadaan subjektifitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.30

Diantara beberapa unsur intrinsik dalam novel atau prosa yaitu: a. Plot

Plot / alur merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi dua bagian, yaitu alur maju (progresif) dan alur mundur (flash back progresif). Adapun alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu peristiwa yang terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.

30

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995). H.23

Plot terbagi menjadi lima elemen penting, yaitu pengenalan, timbulnya konflik, konflik memuncak, klimaks, dan pemecahan masalah.31

b. Tokoh dan Penokohan

Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “siapakah tokoh utama novel itu?”, atau “ada berapajumlah pelaku novel itu?” dan lain sebagainya. Sedangkan penokohan menunjuk kepada watak perwatakan, ataupun karakter, yakni lebih kepada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, maka penokohan lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Seperti yang dikatakan Jones, sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.32

Tokoh dapat dibedakan menjadi lima macam yakni: tokoh utama, tokoh protagonis, tokoh antagonis, tritagonis, dan tokoh pembantu. Berikut penjelasannya :

a. Tokoh utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Termasuk konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot.33 Kriteria yang digunakan untuk menentukan

31

Jacob Sumardjo dan Saini K. M, Apresiasi Kesustraan, (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia 1986), h.49

32

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h.164-165.

33

35

tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh-tokoh di dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita.34

b. Tokoh Protagonis

Altenberhand dan Lewis, sebagaimana yang dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, mengartikan tokoh protagonis sebagai tokoh yang kita kagumi, tokoh yang berpendirian pada norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita.35

c. Tokoh Antagonis

Yaitu tokoh atau pelaku yang menentang tokoh protagonis sehingga terjadi konflik dalam cerita.36

d. Tokoh Tritagonis

Yaitu tokoh yang menjadi penengah antara pelaku protagonis dengan antagonis.

e. Tokoh Pembantu atau Tambahan

Yaitu pelaku yang bertugas membantu pelaku utama dalam rangkaian mata rantai cerita, pelaku pembantu mungkin berperan sebagai pahlawan, mungkin juga sebagai penenang atau penengah jika terjadi konflik.

34

Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang (Bandung: Katarsis, 2003), h. 16

35

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h.178.

36

f. Setting atau latar

Setting atau latar, menurut M.H. Abrams adalah sebagaimana yang dikutip oleh Burhan Nurgiantoro dapat juga disebut sebagai landas tumpu yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu lampau berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.37 g. Sudut Pandang atau Point of View

Sudut pandang atau point of view menurut Robert Stanton, sebagaimana yang dikutip oleh Adib Sofia Sugihastuti, diartikan sebagai posisi yang merupakan dasar berpijak kita untuk melihat secara hati-hati agar ceritanya dapat memiliki hasil yang sangat memadai.38

Sudut pandang dalam novel tersebut memiliki keindahan dan tatanan bahasa, yang tetap sesuai dengan gaya bahasa sastra dan menggugah pembacanya untuk terus membaca dan tidak merasa bosan terlarut dalam cerita yang diceritakan.

Unsur lain yang menarik dari novel dapat dilihat dari isi dialog dalam sebuah novel. Dialog dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

37

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h.180.

38

Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang (Bandung: Katarsis, 2003), h. 16

37

memiliki arti percakapan (sandiwara atau cerita), atau karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih.39 3. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam novel ialah : a. Nilai Sosial

Nilai sosial ini akan membuat orang lebih tahu dan memahami kehidupan manusia lain.

b. Nilai Ethik

Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri yaitu novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya, Novel-novel demikian yang dicari dan dihargai oleh para pembaca yang selalu ingin belajar sesuatu dari seorang pengarang untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia.

c. Nilai Hedorik

Nilai hedonik ini yang bisa memberikan kesenangan kepada pembacanya sehingga pembaca ikut terbawa ke dalam cerita novel yang diberikan.

d. Nilai Spirit

Nilai sastra yang mempunyai nilai spirit isinya dapat menantang sikap hidup dan kepercayaan pembacanya. Sehingga pembaca mendapatkan kepribadian yang tangguh percaya akan dirinya sendiri.

39

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1999) h. 661

e. Nilai Koleksi

Novel yang bisa dibaca berkali-kali yang berakibat bahwa orang harus membelinya sendiri, menyimpan dan diabadikan.

f. Nilai Kultural

Novel juga memberikan dan melestarikan budaya dan peradaban masyarakat, sehingga pembaca dapat mengetahui kebudayaan masyarakat lain daerah.40