• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peserta Didik

Dalam dokumen UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2021 (Halaman 77-81)

TINJAUAN TEORETIS

D. Peserta Didik

Pengertian Siswa atau Peserta didik menurut ketentuan umum undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota Masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.74 Dengan demikian, Peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan. Oemar Hamalik mendefinisikan peserta didik sebagai suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi Manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional.

Menurut Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok manusia sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu di artikan "orang seorang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang

73Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. . 298.

74Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen & Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, (Bandung: Permana, 2006), h. 65.

66

menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan keinginan sendiri".75

Sedangkan Hasbullah berpendapat bahwa Siswa sebagai Peserta didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan.76 Tanpa adanya Peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran.Oleh karena itu, peserta didiklah yang membutuhkan pengajaran dan bukan Pendidik, Pendidik hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada Peserta didik.77

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, bisa dikatakan bahwa peserta didik adalah Orang atau Individu yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh Pendidiknya.

Sementara itu mengenai peserta didik berdasarkan peraturan Menteri Agama RI Bab IV pasal 16 menyatakan bahwa:

1. peserta didik kelas 7 (tujuh) MTs wajib:

a. lulus dan memiliki ijazah MI/sekolah dasar (SD)/ Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)/program paket A atau bentuk lain yang sederajat;

b. memiliki surat keterangan hasil ujian nasional (SKHUN) MI/SD/SDLB/program paket A atau bentuk lain yang sederajat; dan

c. berusia paling tinggi 18 (delapan belas) tahun pada awal tahun pelajaran baru.

2. MTs wajib menerima warga Negara berusia 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun sebagai peserta didik sesuai dengan jumlah daya tampungnya. 3. MTs wajib menyediakan akses bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus. Kemudian ditambahkan dalam pasal 17 yang menyatakan bahwa:

75Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 205.

76Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), h. 121.

77Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (t.tp., Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 47.

1. Penerimaan peserta didik pada MTs dilakukan secara adil, objektif, transparan, dan akuntabel.

2. MTs dapat menerima peserta didik pindahan dari sekolah menengah pertama (SMP)/ program paket B atau bentuk lain yang sederajat.78

Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah:

a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, sehingga metode belajar mengajar tidak boleh disamakan dengan Orang dewasa. Orang dewasa tidak patut mengeksploitasi dunia Peserta didik, dengan mematuhi segala aturan dan keinginannya, sehingga peserta didik kehilangan dunianya.

b. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal mungkin.

c. Peserta didik memiliki perbedaan antara Individu dengan Individu yang lain, baik perbedaan yang disebabkan dari factor endogen (fitrah) maupun eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat, dan lingkungan yang memengaruhinya. Peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai dengan hakikat manusia, Peserta didik sebagai makhluk monopluralis, maka pribadi Peserta didik walaupun terdiri dari dari banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan karsa).

d. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap Peserta didik memiliki aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya

78Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2013, Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah, (Jakarta: 2013),h. 7

68

cipta), sehingga dalam pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai objek pasif yang bisanya hanya menerima, mendengarkan saja.

e. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi dalam pendidikan adalah bagaimana proses pendidikan itu dapat disesuaikan dengan pola dan tempo, serta irama perkembangan peseta didik. Kadar kemampuan peserta didik sangat ditentukan oleh usia dan periode perkembangannya, karena usia itu bisa menentukan tingkat pengetahuan, intelektual, emosi, bakat, minat peserta didik, baik dilihat dari dimensi biologis, psikologis, maupun dedaktis.79

Upaya mencapai tujuan Pendidikan Islam, Peserta didik hendaknya memiliki dan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam dari dan kepribadiannya.

Diantara sifat-sifat ideal yang perlu dimiliki peserta didik misalnya berkemauan keras atau pantang menyerah, memiliki motivasi yang tinggi, sabar, dan tabah, tidak mudah putus asa dan sebagainya. Berkenaan dengan sifat ideal di atas, Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutip Fatahiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sifat-sifat ideal yang patut dimiliki peserta didik yaitu;

1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah.

Mempunyai ahklak yang baik dan meninggalkan yang buruk.

2. Mengurangi kecendrungan pada kehidupan duniawi disbanding ukhrawi dan sebaliknya.

3. Bersifat tawadhu’ (rendah hati).

4. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan dan aliran.

5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji baik ilmu umum dan agama.

79Abdul Mujib. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008), h.106.

6. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan melalui pelajaran yang mudah menuju pelajaran yang lebih sulit.

7. Mempelajari ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih kepada ilmu yang lainnya.

8. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari 9. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.80

Dalam dokumen UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2021 (Halaman 77-81)

Dokumen terkait