• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.6 Peserta Harus Mendaftarkan Semua Anggota Keluarga Dalam KK

dilakukan dengan cara menerbitkan UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS. UU SJSN menyatakan bahwa program jaminan sosial bersifat wajib yang memungkinkan mencakup seluruh rakyat (universal social security) yang akan dicapai secara bertahap. Seluruh rakyat wajib menjadi peserta tanpa kecuali. Program jaminan sosial yang terlebih dahulu diprioritaskan untuk mencakup seluruh penduduk adalah program jaminan kesehatan. Dengan demikian terkait aspek kepesertaan hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana semua penduduk dapat tercakup menjadi peserta jaminan kesehatan.

Menurut Trisnantoro (2009) faktor yang mempengaruhi demand adalah variabel demografis dan umur. Faktor umur sangat mempengaruhi demand terhadap pelayanan preventif dan kuratif. Semakin tua seseorang sendiri meningkat demand-nya terhadap pelayanan kuratif. Sementara itu, demand terhadap pelayanan kesehatan preventif menurun. Dengan kata lain, semakin mendekati saat kematian, seseorang merasa bahwa keuntungan dari pelayanan kesehatan preventif akan lebih kecil dibandingkan dengan saat masih muda. Fenomena ini terlihat pada pola demografi di negara-negara maju yang berubah menjadi masyarakat tua. Pengeluaran untuk pelayanan kesehatan menjadi sangat tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan, peserta yang mendaftar untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan yang berada dalam KK adalah orangtua dan janda yang sudah tua tinggal sendiri. Sedangkan informan lain tidak mempermasalahkan mendaftar semua anggota dalam KK karena hanya berdua dalam KK. Sedangkan informan lainnya mengatakan mau tidak mau, peserta harus mendaftarkan anggota keluarganya padahal calon peserta hanya mau mendaftar satu anggota saja dalam KK.

Hal tersebut dibenarkan oleh Staff Kepesertaan BPJS Kesehatan, mengatakan memang tidak bisa mendaftar salah satu saja dari KK karena sistem BPJS langsung membaca seluruh anggota keluarga dala KK jika dimasukkan dalam database-nya BPJS yang otomatis seluruh anggota dalam KK menjadi peserta BPJS Kesehatan. Informan juga menyatakan bahwa jika hanya salah satu saja yang didaftarkan apalagi kemungkinan besar pasti peserta yang sedang sakit. Jika semua yang daftar hanya peserta yang sakit, yang membantu membayar pengobatan peserta lainnya yang sedang sakit siapa kalau bukan yang sehat. Makanya diwajibkan seluruh anggota keluarga dala KK menjadi peserta. Agar sesuai dengan prinsip BPJS yaitu prinsip gotong-royong.

Prinsip kegotong royongan. Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong- royong dari peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; peserta berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi; dan peserta sehat membantu yangsakit. Melalui prinsip kegotong-royongan ini jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi keseluruhan rakyat Indonesia ( e-book JKN, 2013)

Kepesertaan BPJS adalah anggota keluarga sebagaimana meliputi istri/suami yang sah, anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah, sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang. Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah dengan kriteria: tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri, belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain. Anggota keluarga yang lain meliputi anak ke 4 (empat) dan seterusnya, ayah, ibu, dan mertua (Peraturan BPJS No. 1 Tahun 2014).

5.7 BPJS Online

Untuk memudahkan masyarakat sebagai peserta BPJS, BPJS memberikan pelayanan dalam melakukan pendaftaran. Dalam pendaftaran JKN dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu pendaftaran secara manual yang dapat dilakukan secara langsung ke kantor BPJS terdekat atau dapat juga melalui pendaftaran yang dilakukan secara online yaitu dengan mengakses melalui situs http://bpjskesehatan.go.id/. (Ashari,2015)

Calon Peserta mengisi isian secara lengkap (Nama, Tanggal lahir,Alamat, Email dll). Setelah menyimpan Data, Sistem akan mengirimkan email pemberitahuan nomor registrasi ke alamat email sesuai dengan yang diisikan oleh calon peserta agar e- ID dapat digunakan/aktif, calon peserta agar melakukan pembayaran di bank. Pembayaran Iuran harus dilakukan tidak melewati 24 jam

sejak pendaftaran. Setelah Calon Peserta melakukan pembayaran di bank, maka peserta dapat mencetak e-ID dengan link yang terdapat pada email pemberitahuan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, beberapa informan mengatakan bahwa mereka tidak mengerti bagaimana cara mengakses BPJS online bahkan tidak tahu bahwa ada cara lain mendaftar BPJS selain cara manual. Ada juga informan yang mengatakan mengetahui cara online tapi ingin secara manual saja.

Sedangkan menurut Staff Kepesertaan BPJS Kesehatan menyatakan, peserta yang mendaftar secara online harus benar-benar yang belum pernah mendaftar datang ke kantor BPJS ataupun dari perusahaan tempat peserta bekerja dan KK peserta itu sudah terdaftar di catatan sipil secara nasional, karena kalau sudah terdaftar di catatan sipil maka sudah online. Menurut kesulitannya, informan mengatakan tidak sulit, karena sudah tersedia menu pendaftaran di website tersebut. Calon peserta hanya memasukkan data sesuai yang diminta. Tetapi, jika salh satu dari KK sudah terdaftar BPJS Kesehatan, maka anggota keluarga lain dalam KK tidak bisa melakukan pendaftaran secara online. Hal tersebut dikarenakan nomor Kartu Keluarganya akan ganda pada BPJS.

5.8 Determinan lain rendahnya pendaftaran

Determinan lainnya rendahnya pendaftaran adalah faktor-faktor lain peserta tidak mau mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh Staff Kepesertaan BPJS Kesehatan, faktor-faktor atau alasan lain peserta tidak mau mendaftar ialah pertama karena takut mengantri

lama. Calon peserta melihat antrian yang membludak di luar, padahal itu hanya calon peserta yang membawa anggota keluarga lain.

Menurut teori yang dikemukakan oleh A.K. Erlang (1913) dalam Dwijanto (2010) yang mempelajari fluktuasi permintaan fasilitas telepon dan keterlambatan pelayanannya. Saat ini analisis antrian banyak diterapkan di bidang bisnis (bank, supermarket), industri (palayanan mesin otomatis), transportasi (pelabuhan udara, pelabuhan laut, jasa-jasa pos) dan lain-lain.

Analisis antrian memberikan informasi probabilitas yang dinamakan operation characteristics, yang dapat membantu pengambil keputusan dalam merancang fasilitas pelayanan antrian untuk mengatasi permintaan pelayanan yang fluktuatif secara random dan menjaga keseimbangan antara biaya pelayanan dan biaya menunggu.

Komponen Proses Antrian

a. Kedatangan

Setiap masalah antrian melibatkan kedatangan, misalnya orang, mobil, atau panggilan telepon untuk dilayani. Unsur ini sering disebut proses input. Proses input meliputi sumber kedatangan atau biasa dinamakan calling population, dan cara terjadinya kedatangan yang umumnya merupakan proses random.

b. Pelayan

counter dari suatu supermarket terkadang hanya ada seorang pelayan, tetapi bisa juga diisi seorang kasir dengan pembantunya untuk memasukkan barang-barang ke kantong plastik. Sebuah bank dapat mempekerjakan seorang atau banyak teller. Di samping itu, perlu diketahui cara pelayanan dirampungkan, yang kadang- kadang merupakan proses random.

c. Antri

Inti dari analisis antrian adalah antri itu sendiri. Timbulnya antrian terutama tergantung dari sifat kedatangan dan proses pelayanan. Penentu antrian lain yang penting adalah disiplin antri. Disiplin antri adalah aturan keputusan yang menjelaskan cara melayani pengantri, misalnya datang awal dilayani dulu yang lebih dikenal dengan singkatan FCFS, datang terakhir dilayani dulu LCFS, berdasar prioritas, berdasar abjad, berdasar janji, dan lain-lain. Jika tak ada antrian berarti terdapat pelayan yang nganggur atau kelebihan fasilitas pelayanan.

Sedangkan determinan kedua yang dinyatakan oleh Staff Kepesertaan BPJS Kesehatan adalah belum mau menggunakan BPJS, tunggu sakit saja dulu baru mendaftar BPJS. Masyarakat merasa belum penting.

Upaya pemerintah Indonesia dalam mencapai universal health coverage pada tahun 2019 dilakukan dengan cara menerbitkan UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS. Undang-undang tersebut merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial yang merupakan badan hukum publik.

Mundiharno (2012) menyatakan Indonesia berupaya mencapai universal coverage dalam tiga dimensi tersebut secara bertahap. Prioritas pertama dalam pencapaian universal coverage adalah perluasan penduduk yang dijamin, yaitu agar semua penduduk terjamin sehingga setiap penduduk yang sakit tidak menjadi miskin karena beban biaya berobat yang tinggi. Langkah berikutnya adalah memperluas layanan kesehatan yang dijamin agar setiap orang dapat memenuhi kebutuhan medis (yang berarti pula makin komprehensif paket manfaatnya). Dan terakhir adalah peningkatan biaya medis yang dijamin sehingga makin kecil proporsi biaya langsung yang ditanggung penduduk. Sesuai dengan pengalaman masa lalu dan pengalaman penyediaan jaminan kesehatan untuk pegawai negeri, Indonesia menghendaki jaminan kesehatan untuk semua penduduk (dimensi I), menjamin semua penyakit (dimensi II) dan porsi biaya yang menjadi tanggungan penduduk (peserta) sekecil mungkin.

Menurut Trisnantoro (2009) faktor yang mempengaruhi demand adalah penilaian pribadi akan status kesehatan. Secara sosio-antropologis, penilaian pribadi akan status kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya dan norma- norma sosial di masyarakat. Indonesia sebagai negara Timur sejak dahulu telah mempunyai pengobatan alternatif dalam bentuk pelayanan dukun ataupun tabib. Pelayanan ini sudah berumur ratusan tahun sehingga dapat dilihat bahwa demand terhadap pelayanan pengobatan alternatif ada dalam masyarakat. Sebagai contoh, untuk berbagai masalah kesehatan jiwa peranan dukun masih besar. Di samping itu, masalah persepsi mengenai risiko sakit merupakan hal yang penting. Sebagian

masyarakat sangat memperhatikan status kesehatannya, sebagian lain tidak memperhatikannya.

Determinan ketiga masyarakat tidak mau mendaftar menjadi peserta BPJS yang dinyatakan oleh Staff Kepesertaan BPJS Kesehatan adalah masyarakat mempunyai asuransi lain mengakibatkan tidak mau mendaftar. Informan menyatakan bahwa sebenarnya lebih menguntungkan menggunakan BPJS dari segi ekonomi karena telah melayani seluruh macam penyakit berbeda dengan asuransi swasta walaupun dari segi pelayanan masih kurang.

Menurut Trisnantoro (2009) faktor yang mempengaruhi demand adalah asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan. Faktor asuransi kesehatan menjadi penting dalam hal demand pelayanan kesehatan. Di samping itu, dikenal pula program pemerintah dalam bentuk jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan orang tua. Program pemerintah ini sering disebut sebagai asuransi sosial. Adanya asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Dengan demikian, hubungan asuransi kesehatan dengan demand terhadap pelayanan kesehatan bersifat positif.

Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek faktor tarif sebagai hambatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada saat sakit. Dengan demikian, semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi kesehatan maka demand akan pelayanan kesehatan (termasuk rumah sakit) menjadi semakin tinggi. Peningkatan demand ini dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan kesehatan sebanyak-banyaknya.

Dokumen terkait