• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. PEWILAYAHAN CURAH HUJAN DI SENTRA PRODUKSI

2.3. Hasil dan Pembahasan

2.3.3. Pewilayahan Hujan di Sentra Produksi Padi

Wilayah-wilayah hujan di lokasi penelitian disusun berdasarkan hasil-hasil analisis gerombol yang dilakukan pada nilai-nilai curah hujan tahunan. Hal ini juga ditujukan untuk memperbaiki hasil penyusunan wilayah hujan Las

et al. (2007) yang menggunakan nilai curah hujan tahunan. Dengan mempertimbangkan kelayakan jumlah dan bentuk wilayah hujan terhadap kondisi topografi, fisiografi dan bentuk penggunaan lahan di lokasi studi, maka jumlah wilayah hujan di masing-masing wilayah atau kabupaten dapat dibentuk pada tingkat ekivalensi yang berbeda. Beberapa wilayah memiliki kisaran nilai curah hujan yang lebar, sehingga dengan mempertimbangkan nilai ekivalensi yang lebih tinggi kisaran tersebut dapat dibagi lagi menjadi sub-wilayah curah hujan. Analisis gerombol dan interpretasinya di ketiga lokasi pada tingkat ekivalensi 75-90% menghasilkan empat kelas curah hujan, yaitu (1) Wilayah I merupakan wilayah memiliki curah hujan rendah dengan intensitas <1.000 mm/tahun, (2) Wilayah II merupakan wilayah memiliki curah hujan sedang dengan intensitas 1.000-3.000 mm/tahun, (3) Wilayah III

merupakan wilayah memiliki curah hujan tinggi dengan intensitas 3.000-3.500 mm/tahun, dan (4) Wilayah IV merupakan wilayah memiliki curah hujan sangat tinggi dengan intensitas >3.500 mm/tahun. Wilayah II, yang memiliki kisaran yang sangat lebar, pada tingkat ekivalensi 90-95% dapat dibagi lagi ke dalam tiga sub-wilayah, yaitu (1) Sub-wilayah IIA dengan intensitas curah

hujan 1.000-1.750 mm/tahun, (2) Sub-wilayah IIB dengan intensitas curah hujan 1.750-2.250 mm/tahun, dan (3) Sub-wilayah IIC dengan intensitas curah hujan 2.250-3.000 mm/tahun. Sebaran kelas-kelas curah hujan secara spasial disajikan pada peta-peta wilayah hujan di Pantura Banten, Pantura Jawa Barat dan Kabupaten Garut pada kondisi Normal, El-Nino dan La-Nina pada Gambar 7 hingga Gambar 15.

Tahun Normal

Analisis pewilayahan dengan metode gerombol fuzzy terhadap data curah hujan tahunan pada tahun normal menghasilkan pewilayahan yang lebih rinci dibandingkan dengan hasil-hasil dari Las et al. (2007). Hasil pewilayahan hujan tahunan pada kondisi normal disajikan pada Gambar 7, Gambar 8 dan Gambar 9. Dibandingkan dengan Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4, terdapat perubahan luas dan cakupan wilayah hujan. Perbedaan jumlah atau kerapatan stasiun yang dilibatkan dalam analisis pewilayahan diduga merupakan salah satu hal yang mengakibatkan adanya perbedaan hasil analisis tersebut.

Pada tahun Normal, curah hujan tahunan di Pantura Banten tersebar menjadi tiga wilayah hujan, Wilayah II, Wilayah III dan Wilayah IV, termasuk sub-wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Wilayah II merupakan wilayah hujan yang paling luas menyebar di Propinsi Banten. Wilayah IIA dengan kisaran curah hujan antara 1.000-1.750 mm/tahun terdapat di sekitar 19 stasiun yang menyebar di wilayah dataran rendah dengan fisiografi data hingga bergelombang yang terdapat di pantai utara Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang hingga mendekati perbatasan dengan Kabupaten Lebak. Wilayah IIB dengan kisaran curah hujan antara 1.750-2.250 mm/tahun terdapat di 17 stasiun hujan yang menyebar di wilayah yang memiliki fisiografi

bergelombang hingga berbukit di sekitar Cilegon dan sebagian besar wilayah Kabupaten Lebak di bagian timur. Wilayah IIC dengan kisaran curah hujan antara 2.250-3.000 mm/tahun terdapat di 14 stasiun curah hujan yang menyebar wilayah berbukit hingga bergunung di bagian barat Kabupaten Serang, sebagian besar wilayah Pandeglang, dan Kabupaten Lebak bagian barat. Wilayah III dengan kisaran curah hujan antara 3.000-3.500 mm/tahun menyebar sekitar lereng dan puncak Gunung Karang di stasiun Mandalawangi, Menes dan Pasir Waringin, juga di Stasiun Cisalak Baru dan Sampang Peundeuy di Kabupaten Lebak. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan >3.500 mm/tahun terdapat di Stasiun Cikasungka, wilayah berbatasan dengan Kabupaten Bogor (Gambar 7).

Di Pantura Jawa Barat curah hujan tahunan tersebar menjadi tiga wilayah hujan, Wilayah I, Wilayah II dan Wilayah IV, termasuk sub-wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Wilayah hujan yang paling luas sebarannya adalah Wilayah IIA dan Wilayah IIB. Wilayah I dengan kisaran curah hujan <1.000 mm/tahun tersebar di tiga stasiun di Kabupaten Subang yaitu Cigadung, Bojongkeding, dan Kopo. Wilayah IIA dengan kisaran curah hujan antara 1.000-1.750 mm/tahun merupakan wilayah hujan terluas dan terdapat di 54 stasiun hujan terutama di sepanjang pantai utara yang umumnya merupakan persawahan dan perkebunan. Wilayah IIB dengan kisaran curah hujan antara 1.750-2.250 mm/tahun terdapat di 10 stasiun hujan yang terdapat di pantai utara bagian barat hingga sekitar pusat perkotaan Kabupaten Karawang dengan topografi datar hingga berbukit-bukit. Wilayah IIC dengan kisaran curah hujan antara 2.250-3.000 mm/tahun terdapat di Stasiun Subang, Cinangling dan Dangdeur, terdapat di sekitar pertengahan Kabupaten Subang. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan >3.500 mm/tahun terdapat di lima stasiun curah hujan, yaitu Sindanglaya, Kasomalang,

Curugagung, Ciseuti dan Ponggang, terdapat di wilayah pegunungan bagian selatan Kabupaten Subang (Gambar 8).

Di Kabupaten Garut curah hujan tahunan tersebar menjadi dua wilayah hujan, yaitu Wilayah II dan Wilayah IV, termasuk wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-sub-wilayah IIC. Wilayah curah hujan yang paling luas menyebar di Kabupaten Garut adalah Wilayah IV dan Wilayah IIB. Wilayah IIA dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.750 mm/tahun terdapat di Stasiun Cibatu yang terletak di bagian utara. Wilayah IIB dengan curah hujan berkisar antara 1.750-2.250 mm/tahun, merupakan wilayah paling luas, terdapat di Stasiun Limbangan, Stasiun Leles, Stasiun Tarogong, Stasiun Samarang, Stasiun Garut dan Stasiun Pameungpeuk, yang menyebar di dataran tinggi di pusat perkotaan, serta membujur di bagian barat hingga ke sepanjang pantai selatan. Wilayah IIC dengan curah hujan berkisar antara 2.250-3.000 mm/tahun terdapat di Stasiun Malangbong, di perbukitan bagian timur laut, serta Stasiun Cikajang di perbukitan bagian tengah. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan >3.500 mm/tahun terdapat di perbukitan di bagian selatan, yaitu Stasiun Cisewu, Stasiun Bungbulang dan Stasiun Cisompet, serta Stasiun Sukawening di perbukitan bagian utara (Gambar 9).

Tahun El-Nino

Pada tahun El-Nino, curah hujan tahunan di Pantura Banten tersebar menjadi empat wilayah hujan, Wilayah I hingga Wilayah IV, termasuk sub-wilayah IIA, sub-sub-wilayah IIB dan sub-sub-wilayah IIC. Pada tahun El-nino, terjadi peningkatan luasan Wilayah I dan Wilayah IIA sehingga Wilayah IIA menjadi wilayah terluas sebarannya di Pantura Banten pada tahun El-Nino. Wilayah I dengan kisaran curah hujan <1.000 mm/tahun terdapat di lima stasiun yang menyebar di dataran rendah sepanjang pantai utara Kabupaten Tangerang.

Keterangan Peta:

Peta Situasi:

Keterangan Peta:

Peta Situasi:

Keterangan Peta:

Peta Situasi:

Wilayah IIA dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.750 mm/tahun terdapat di sekitar 24 stasiun yang menyebar di dataran rendah dengan fisiografi datar hingga bergelombang sepanjang pantai barat dan pantai utara Kabupaten Serang, serta sebagian besar dataran rendah di Kabupaten Tangerang hingga mendekati perbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Bogor. Wilayah IIB dengan curah hujan berkisar antara 1.750-2.250 mm/tahun terdapat di 23 stasiun hujan yang menyebar di sekitar kaki Gunung Karang, dan daerah perbukitan di bagian tengah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Wilayah IIC dengan curah hujan berkisar antara 2.250-3.000 mm/tahun terdapat di stasiun Mandalawangi, Pasir Waringin, Bojong Datar, Banjar Irigasi, Sampang Peundeuy dan Cibeureum, tersebar di sekitar Gunung Karang, serta daerah perbukitan di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Wilayah III dengan curah hujan berkisar antara 3.000-3.500 mm/tahun terdapat di Stasiun Cikasungka, daerah perbukitan di Kabupaten Lebak yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan >3.500 mm/tahun terdapat di stasiun Ciminyak, yaitu wilayah di bagian selatan Kabupaten Lebak dengan fisiografi berbukit-bukit (Gambar 10).

Di Pantura Jawa Barat, pada tahun El-Nino curah hujan tahunan tersebar menjadi empat wilayah hujan, Wilayah I sampai Wilayah IV, termasuk sub-wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Wilayah curah hujan yang paling luas sebarannya adalah Wilayah I dan Wilayah IIA. Wilayah I dengan kisaran curah hujan <1.000 mm/tahun terdapat di 29 stasiun yang menyebar di sepanjang pantai utara mulai dari sebelah barat Kabupaten Karawang dan hingga sebelah timur Kabupaten Subang. Wilayah IIA dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.750 mm/tahun merupakan wilayah hujan terluas dan terdapat di 37 stasiun hujan, menyebar pada dataran rendah di

Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang yang tidak berbatasan dengan pantai utara laut Jawa. Wilayah IIB dengan curah hujan berkisar antara 1.750-2.250 mm/tahun terdapat di Stasiun Cipeundeuy, Stasiun Cinangling dan Stasiun Subang, menyebar di sekitar pusat perkotaan Kabupaten Subang. Wilayah IIC dengan curah hujan berkisar antara 2.250-3.000 mm/tahun terdapat di Stasiun Curugagung dan Stasiun Dangdeur, terdapat di daerah perbukitan bagian pertengahan Kabupaten Subang. Wilayah III dengan curah hujan berkisar antara 3.000-3.500 mm/tahun terdapat di Stasiun Sindanglaya, Stasiun Kasomalang dan Stasiun Ciseuti, di wilayah pegunungan bagian selatan Kabupaten Subang. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan >3.500 mm/tahun terdapat di Stasiun Ponggang di wilayah pegunungan bagian barat daya Kabupaten Subang. Terlihat bahwa pada tahun El-Nino sebaran wilayah dengan curah hujan rendah (<1.750 mm/tahun) menjadi lebih luas dibandingkan tahun Normal, hal ini digambarkan dengan sebaran Wilayah I dan Wilayah IIA yang jauh lebih luas dibandingkan dengan kondisi pada tahun Normal (Gambar 11).

Di Kabupaten Garut, pada tahun El-Nino curah hujan tahunan tersebar menjadi tiga wilayah hujan, yaitu Wilayah II, Wilayah III dan Wilayah IV, termasuk sub-wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Wilayah curah hujan yang paling luas sebarannya adalah Wilayah IIA dan Wilayah IIC. Wilayah IIA dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.750 mm/tahun terdapat di Stasiun Limbangan dan Stasiun Cibatu yang terletak di bagian utara, Stasiun Tarogong, Stasiun Samarang dan Stasiun Pameungpeuk, yang membujur di bagian barat hingga ke sepanjang pantai selatan. Wilayah IIB dengan curah hujan berkisar antara 1.750-2.250 mm/tahun, terdapat di Stasiun Leles dan Stasiun Garut di dataran tinggi di pusat perkotaan. Wilayah IIC dengan curah hujan berkisar antara 2.250-3.000 mm/tahun, terdapat di

Stasiun Malangbong, di perbukitan bagian timur laut, Stasiun Cikajang di perbukitan di tengah, serta Stasiun Cisewu dan Stasiun Cisompet di perbukitan bagian selatan. Wilayah III dengan curah hujan berkisar antara 3.000-3.500 mm/tahun terdapat di Stasiun Bungbulang di perbukitan bagian selatan. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan >3.500 mm/tahun terdapat di Stasiun Sukawening di perbukitan bagian utara. Terlihat bahwa pada tahun El-Nino sebaran wilayah dengan curah hujan rendah (<1.750 mm/tahun) menjadi lebih luas dibandingkan tahun Normal, hal ini digambarkan dengan sebaran Wilayah IIA yang menjadi lebih luas dibandingkan dengan peta pewilayahan curah hujan tahun Normal. Sebaliknya, sebaran wilayah dengan curah hujan tinggi (>3.500 mm/tahun) menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tahun Normal, hal ini digambarkan dengan sebaran Wilayah IV yang menjadi lebih kecil dibandingkan dengan peta pewilayahan curah hujan tahun Normal (Gambar 12).

Tahun La-Nina

Pada tahun La-Nina, curah hujan tahunan di Pantura Banten tersebar menjadi empat wilayah hujan, Wilayah I hingga Wilayah IV, termasuk sub-wilayah IIA, sub-sub-wilayah IIB dan sub-sub-wilayah IIC. Pada kondisi tahun La-Nina, terjadi peningkatan luasan Wilayah IIB dan Wilayah IIC, serta Wilayah III sehingga Wilayah IIB dan Wilayah IIC merupakan wilayah terluas menyebar di Pantura Banten. Wilayah I dengan kisaran curah hujan <1.000 mm/tahun terdapat di bagian tenggara Kabupaten Tangerang yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Wilayah IIA dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.750 mm/tahun terdapat di sekitar 15 stasiun, menyebar di dataran dengan fisiografi datar hingga bergelombang yang terdapat di pantai utara Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang. Wilayah IIB dengan curah hujan berkisar

Keterangan Peta:

Peta Situasi:

Keterangan Peta:

Peta Situasi:

Keterangan Peta:

Peta Situasi:

antara 1.750-2.250 mm/tahun terdapat di 15 stasiun hujan, menyebar di bagian selatan Kabupaten Serang, daerah pesisir bagian barat dan selatan Kabupaten Pandeglang, daerah pesisir bagian selatan Kabupaten Lebak, serta sebagian besar bagian selatan Kabupaten Tangerang. Wilayah IIC dengan curah hujan berkisar antara 2.250-3.000 mm/tahun terdapat di 18 stasiun, tersebar pada kawasan dengan fisiografi bergelombang hingga berbukit di bagian barat Kabupaten Serang, bagian selatan Kabupaten Tangerang, sebagian besar Kabupaten Pandeglang, serta sebagian besar Kabupaten Lebak. Wilayah III dengan curah hujan berkisar antara 3.000-3.500 mm/tahun terdapat di Stasiun Cikasungka di daerah perbukitan Kabupaten Lebak yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor, Stasiun Kampung Parigi di perbukitan bagian selatan Kabupaten Tangerang, Stasiun Padarincang yang terletak sebelah utara Gunung Karang, serta Stasiun Kadubera, Stasiun Bojong Datar dan Stasiun Gunung Kencana yang menyebar di perbukitan bagian selatan Kabupaten Pandeglang. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan >3.500 mm/tahun terdapat di Stasiun Mandalawangi, Stasiun Menes, Stasiun Pasir Waringin, Stasiun Pagelaran dan Stasiun Labuan, yaitu wilayah di kaki hingga sekitar lereng dan puncak Gunung Karang terletak di bagian barat Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang (Gambar 13).

Di Pantura Jawa Barat, pada tahun La-Nina curah hujan tahunan tersebar menjadi empat wilayah hujan, Wilayah I sampai Wilayah IV, termasuk sub-wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Wilayah curah hujan yang paling luas sebarannya adalah Wilayah IIA. Wilayah I dengan kisaran curah hujan <1.000 mm/tahun terdapat di 10 stasiun yang menyebar di bagian timur pantai utara Kabupaten Subang. Wilayah IIA dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.750 mm/tahun merupakan wilayah hujan terluas dan terdapat di 51 stasiun hujan, menyebar pada dataran rendah sepanjang pantai

utara Kabupaten Karawang serta bagian barat pantai utara Kabupaten Subang. Wilayah IIB dengan curah hujan berkisar antara 1.750-2.250 mm/tahun terdapat di Stasiun Cipeundeuy, Stasiun Cinangling dan Stasiun Cipancuh, menyebar di daerah dengan fisiografi bergelombang di sebelah utara kawasan perkotaan Kabupaten Subang, serta di beberapa bagian daerah di Kabupaten Karawang yang memiliki fisiografi lahan yang bergelombang, yaitu Stasiun Dawuhan, Stasiun Gebangmalang dan Stasiun Rawamerta. Wilayah IIC dengan curah hujan berkisar antara 2.250-3.000 mm/tahun terdapat di Stasiun Subang, Stasiun Pagaden dan Stasiun Ponggang, terdapat di daerah perbukitan bagian pertengahan dan sekitar pusat perkotaan Kabupaten Subang. Wilayah III dengan curah hujan berkisar antara 3.000-3.500 mm/tahun terdapat di Stasiun Sindanglaya, Stasiun Kasomalang, Stasiun Dangdeur dan Stasiun Curugagung, di wilayah pegunungan bagian selatan Kabupaten Subang. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan >3.500 mm/tahun terdapat di Stasiun Ciseuti di wilayah pegunungan bagian barat Kabupaten Subang. Terlihat bahwa pada tahun La-Nina sebaran Wilayah I dengan curah hujan rendah (<1.750 mm/tahun) menjadi lebih kecil dibandingkan tahun El-Nino pada peta pewilayahan curah hujan tahunan pada tahun La-Nina (Gambar 14).

Di Kabupaten Garut, pada tahun La-Nina curah hujan tahunan tersebar menjadi tiga wilayah hujan, yaitu Wilayah II, Wilayah III dan Wilayah IV, termasuk sub-wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Wilayah curah hujan pada tahun La-Nina ditandai dengan meningkatnya luasan Wilayah III dan Wilayah IV yang memiliki curah hujan tinggi. Wilayah IIA dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.750 mm/tahun terdapat di Stasiun Tarogong dan Stasiun Cibatu yang terletak di bagian barat dan utara. Wilayah IIB dengan curah hujan berkisar antara 1.750-2.250 mm/tahun, terdapat di

Keterangan Peta:

Peta Situasi:

Keterangan Peta:

Peta Situasi:

Keterangan Peta:

Peta Situasi:

Stasiun Sukawening dan Stasiun Malangbong yang terdapat di perbukitan bagian utara, serta Stasiun Samarang dan Stasiun Pameungpeuk, yang membujur di bagian barat hingga ke sepanjang pantai selatan. Wilayah IIC dengan curah hujan berkisar antara 2.250-3.000 mm/tahun, terdapat di Stasiun Garut, di dataran tinggi di pusat perkotaan, serta Stasiun Cikajang di perbukitan di bagian tengah. Wilayah III dengan curah hujan berkisar antara 3.000-3.500 mm/tahun terdapat di Stasiun Leles dan Stasiun Cikajang hingga ke perbukitan bagian timur, serta Stasiun Bungbulang di perbukitan bagian selatan. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan >3.500 mm/tahun terdapat di Stasiun Cisompet dan Stasiun Bungbulang di perbukitan bagian selatan. Terlihat bahwa pada tahun La-Nina sebaran Wilayah IIA dengan curah hujan rendah (<1.750 mm/tahun) menjadi lebih kecil dibandingkan tahun Normal dan tahun El-Nino. Sebaliknya, sebaran Wilayah III dan Wilayah IV dengan curah hujan tinggi (>3.000 mm/tahun) menjadi lebih luas dibandingkan dengan tahun Normal dan tahun El-Nino (Gambar 15).

Dokumen terkait