• Tidak ada hasil yang ditemukan

PG (ILHAM PANGESTU): Terima kasih Pimpinan

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 42-55)

KETUA RAPAT: Silakan

F- PG (ILHAM PANGESTU): Terima kasih Pimpinan

KETUA RAPAT:

F-PG (ILHAM PANGESTU):

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Terima kasih Pak Dirjen.

Salam kenal saya baru pindah di Komisi V. Saya Dapil Aceh, Fraksi Golkar Pak. saya pertanyaan ke Pak Dirjen Laut saja sebelum saya RDP dengan Pak Menterinya. Jadi jawaban dari Pak Dirjen untuk jadi pegangan saya kepada Pak Menteri.

Pertanyaan saya Pak, ini kan Pak Presiden ini kan tol laut ini kan digalak-galakan Pak, kenapa sudah beberapa tahun Aceh itu tidak dibangun tol laut Pak? sehingga 5.000.000 Masyarakat Aceh itu tergantung sama Belawan Pak. Terima kasih Pak ini saja. Jawaban Bapak saya pegang untuk saya menjadi RDP sama Pak Menteri ke depan Pak.

Terima kasih.

Wassalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Baik, singkat, padat, jelas. Pak Ilham, Ilham Pangestu. Beliau ini Anggota baru kita Pak di sini dari Fraksi Partai Golkar. Baik, silakan Pak Kamto lanjut ke virtual. Ya singkat, padat Pak.

F-PKB (H. SUKAMTO, S.H.): Siap, siap, siap.

KETUA RAPAT:

Tidak pakai lama-lama Pak. F-PKB (H. SUKAMTO, S.H.):

Kebetulan saya...(rekaman suara kurang jelas). Saya kepada Pak Dirjen dan Kelautan, dan Udara sekaligus bersama-sama satu pertanyaan. Pimpinan dan Anggota yang terhormat,

Pak Dirjen beserta jajaran yang sangat saya hormati.

Singkat saja pertanyaan saya. Saya mendengarkan dari beberapa teman-teman kita di Komisi V, entah apa itu padat karya baik itu dari Laut maupun dari Udara. Apakah di Yogyakarta juga termasuk ini tercatat di dalam Dirjen Laut dan Udara ada padat karyanya? Karena kami merasa tidak menerima.

Yang kedua, saya mau tanya kepada Pak Dirjen Laut, Pak Dirjen kalau saya tadi mendengarkan apa yang disampaikan oleh Pak Bambang Hermanto, ada kecelakaan pesawat, kapal di laut. Apakah kapal itu tanpa melalui...(rekaman suara kurang jelas) jalan seperti kendaraan di darat? Kami itu malah mikir misalnya izin jalan...(rekaman suara kurang jelas) mudah, harus semua...(rekaman suara kurang jelas) diberikan apa itu jasa asuransi Pak, itu harus diasuransikan. Ini yang ya karena menyangkut jiwa manusia. Apapun yang menyangkut jiwa manusia mestinya harus diperhatikan. Itu saja singkat saja kepada Laut.

Sekarang kepada Pak Dirjen Udara. Pak Dirjen, kecuali saya tanya padat karya Yogya masuk saya ingin memberikan masukan. Informasi yang cukup bisa dipercaya bahwa sampai saat ini pesawat yang penumpangnya dikurangi itu hanya Garuda...(rekaman suara kurang jelas) Garuda 2-2. Kepada Garuda pun saya memberi masukan jangan 2-2 Pak 1-2. Yang 1 di tengah, yang belakangnya 2 kanan kiri, karena kalau 2-2 belakang dengan depan itu sangat dekat, apa lagi yang depan kursinya itu di ke belakangkan nah ini sangat dekat sekali. Kalau memang Garuda bisa seperti itu, bagaimana kalau pesawat-pesawat yang lain Pak? Saya tidak menyebutkan pesawat apa, tapi hampir semuanya, kami mendengar dari penumpang-penumpang, bahkan saya juga...(rekaman suara kurang jelas) menerima tamu dari luar Jawa katanya penumpangnya banyak sekali. Tolong ini menjadi perhatian Pak Dirjen.

Itu saja Pimpinan, terima kasih.

Wassalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Kamto.

Nanti mohon dijelaskan Pak, termasuk juga terkait dengan teknologi...(rekaman suara kurang jelas) Pak ya, penyaringan udara di dalam pesawat itu. Nah ini nanti mungkin perlu dijelaskan sedikit Pak. Kami supaya ada pemahaman yang utuh bagaimana ketika kita di dalam pesawat itu sejauh mana tingkat keamanan dan seterusnya dari sebaran Covid-19 ini.

Baik, selanjutnya Pak Mulyadi, bersiap-siap Pak Suryadi Jaya Purnama.

F-P.GERINDRA (Drs.H. MULYADI, MMA.): Baik, terima kasih Pimpinan.

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahita’ala Wabarakatuh.

Pimpinan yang saya hormati dan saya banggakan, serta rekan-rekan Anggota Komisi V yang saya banggakan,

Mitra Komisi V dalam hal ini Pak Dirjen Perhubungan Udara dan Dirjen Perhubungan Laut beserta seluruh jajaran dari yang hadir juga di seluruh Indonesia.

Semoga kita sehat selalu dalam...(rekaman suara kurang jelas) tugas diberi kesempatan yang harus saya pergunakan walaupun beberapa pertanyaan sudah disampaikan oleh teman-teman Anggota Komisi V, tapi saya ingin menguatkan saja Pak. Konteksnya tentu dari project-project yang di bawah monitoring dari Dirjen Perhubungan Laut dan Perhubungan Udara Pak.

Pertama, tentu saya harus menyoroti secara langsung tentang pembangunan Pelabuhan Patimban. Pelabuhan Patimban yang menyedot anggaran puluhan triliun, bahkan menjadi project strategis nasional, saya pengalaman harus memiliki visi yang kuat sehingga tidak lagi Patimban hanya sebagai pelabuhan yang mohon maaf dibangun kemudian dioperasikan tidak maksimal. Kita berharap Pelabuhan Patimban menjadi pelabuhan kebanggaan Indonesia dikembangkan bukan saja dalam konteks sebagai area pelabuhan yang menghubungkan dunia, tapi juga dikembangkan menjadi kompleks super block yang tentu akan bersinergi dengan semua penggunaan pelabuhan itu sendiri seperti pembangunan kawasan industri baru, kemudian permukiman dan areal komersial lainnya, sehingga Patimban betul-betul bisa optimal ke depan.

Kemudian saya berharap di Patimban juga menguatkan koordinasi dengan stakeholder terutama di wilayah-wilayah Pak, kami harus menjadi kebanggaan juga di wilayah dan mereka juga harus ikut berperan aktif...(rekaman suara kurang jelas), sama Pak Bupatinya masih bercurhat ria Pak masalah terkait pembebasan tanah, kesempatan kerja, bahkan hal-hal yang sifatnya bisa melibatkan masyarakat di sekitar project Pak, ini harus menjadi perhatian Pak Dirjen Perhubungan Laut.

Kemudian untuk Dirjen Perhubungan Udara, saya menguatkan juga apa yang disampaikan oleh rekan saya Ibu Hajah Novi bahwa di Jawa Barat juga ada project yang sangat fenomenal awalnya, tetapi kemudian menyedihkan pada saat perjalanan ke Kertajati. Saya minta Pak Dirjen Perhubungan Udara barangkali adakah program khusus bagaimana merevitalisasi Kertajati yang menyedot anggaran yang begitu besar juga? Jadi kalau sekarang Bapak mungkin juga harus mengakomodir banyak harapan dan usulan project-project pembangunan bandara, tapi tidak kemudian meninggalkan project yang sudah dibangun Pak ya, sehingga Kertajati ke depan juga harus menjadi kebanggaan. Ya jangan sampai semua project-project yang dibangun bahkan dari dana pinjaman dana komersial, akhirnya menjadi beban Pak ya. Jadi kalau boleh saya menyimpulkan Pak Ketua mohon maaf kalau tidak berkenan, saya berharap project-project yang sudah dibiayai oleh negara bahkan pinjaman adalah project-project yang menjadi solusi, bukan legacy, apalagi mejadi prasasti ya.

Jadi itu saja Pimpinan dan Anggota yang saya hormati serta rekan kerja Pak Dirjen bersama seluruh jajaran, mudah-mudahan sekali lagi kita sehat selalu.

Terima kasih. Akhirul kalam.

Wassalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Mulyadi.

Kalau Kertajati ini Pak sebetulnya keluhan yang banyak itu orang mau ke sana itu susah, lama gitu loh Pak, lebih bagus ke Jakarta dulu baru ke Kertajati, ini solusinya tol ini, ya banyak keluhan menuju Kertajati itu tidak cepat sampai gituloh. Nah sekarang solusinya bagaimana menuju Kertajati itu orang cepat nyampe, baru Kertajati ini bisa berfungsi maksimal. Saya pikir kita fokusnya ke sana.

Saya persilakan Pak Suryadi Jaya Purnama. F-PKS (H. SURYADI JAYA PURNAMA, S.T.):

Terima kasih Pak Ketua.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Yang saya hormati Pak Ketua, para Pimpinan dan Anggota Komisi V, Bapak Dirjen Perhubungan Udara dan Perhubungan Laut.

Beberapa hal yang mungkin perlu kami sampaikan. Pertama untuk Pak Dirjen Perhubungan Udara, ya saya lihat di slide 34 Pak ya, itu ada anggaran yang menurut saya ada dobel penganggaran, ada usulan baru untuk Bandara...(rekaman suara kurang jelas) APT Pranoto 80 miliar, kemudian pada halaman yang sama juga ada untuk menunjang IKN (Ibu Kota Negara) 106 miliar. Nah barangkali ini perlu diklarifikasi karena bandara yang ada saat ini APT Pranoto, itu kan baru saja diresmikan akhir 2018 dan setelah beroperasi itu pun belum maksimal, artinya kemampuan daya tampung bandara itu masih sangat besar. Belum lagi Bandara Sepinggan bandara terdekat itu terjadi penurunan jumlah penumpang akibat dibangunnya Bandara Pranoto ini.

Nah saya lihat ini tadi sama juga dengan beberapa di daerah lain, di Jawa Barat, kemudian di Sumatera Selatan, ada bandara yang tidak optimal pembangunannya. Jadi saya kira ini perlu ditinjau ulang, termasuk juga nomenklatur IKN ya, karena dalam Undang-undang Keuangan Negara jadi setiap nomenklatur mata anggaran itu harus ada dasar hukumnya. Nah sementara Ibu Kota Negara kita saat ini masih di Jakarta, jadi menurut saya sebelum legalitas yang sah, jangan menggunakan kata-kata IKN ya. Kalau itu ada pembangunan reguler, tentu kita mendukung kalau ada daerah-daerah

yang memang memerlukan infrastruktur ya, tapi juga harus menggunakan nomenklatur yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Saya kira ini menjadi catatan Pak Dirjen ya untuk Perhubungan Udara.

Nah selanjutnya untuk Pak Dirjen Laut, ya saya kira saya kembali menguatkan tentang masih adanya...(rekaman suara kurang jelas) ada 17 kapal penumpang yang masih...(rekaman suara kurang jelas) yang ini dianggarkan pada tahun 2020 sehingga setidaknya...(rekaman suara kurang jelas) pemeliharaan. Nah saya belum cek tadi untuk 2021 ini, apakah itu di-refocusing kembali ya, jangan sampai ini anggaran yang nilainya lebih dari 300 miliar kemudian tidak termanfaatkan. Ya saya terus kita sedang kekurangan dana tapi bagaimana aset-aset kita ini juga jangan kemudian mangkrak atau menganggur begitu. Jadi itu catatan saya.

Nah selanjutnya saya juga terima kasih Pak Dirjen karena walaupun di-refocusing, perencanaan Pelabuhan Kino di Dompu tahap perencanaannya masih terus dilanjutkan. Nah nanti kami akan coba fasilitasi dengan Pemerintah daerah ya untuk kelengkapan-kelengkapan lain ya, seperti tanah dan lain sebagainya, termasuk juga akses jalan yang perlu kita perlebar.

Terakhir Pak Ketua, ini khusus untuk Dirjen Perhubungan Laut, kalau di Perhubungan Darat kita ada bantuan hibah ya kendaraan ada bus sekolah. Nah sebetulnya untuk daerah-daerah kepulauan yang dibutuhkan itu juga angkutan bus laut gitu, ya perahu-perahu kecil ya antar pulau yang barangkali ini juga bisa diprogramkan apakah berbasis...(rekaman suara kurang jelas) begitu supaya apa namanya ada program yang langsung ke masyarakat gitu, ke tokoh-tokoh masyarakat. Karena kita kan sebagaimana kita ketahui daerah kepulauan yang transportasi antar pulau-pulau ini masih sangat kekurangan gitu yang tidak perlu membutuhkan pelabuhan besar, cukup angkutan ya bus laut begitu.

Nah terakhir tentang padat karya. Ya tadi teman-teman sudah menyampaikan apresiasi, cuma saya di Dapil saya ini baru sebatas ceremoni. Nah saya berharap Pak Dirjen nanti kita tidak hanya diundang pada saat ceremonialnya, tapi juga bagaimana proses perencanaan, recruitment menurut saya di warga sekitar kita diberitahu supaya lebih awal kita bisa persiapkan, karena selama ini kami tiba-tiba dapat surat undangan untuk padat karya gitu. Jadi ini mungkin perlu di apa namanya diperjelas ya mekanismenya, koordinasinya dengan kami di Komisi V ya, supaya padat karya ini selain memang bermanfaat untuk memperbaiki infrastruktur itu juga tenaga kerja, tetapi legitimasi sosialnya juga kita bantulah kegiatan ini akan mendapat dukungan dari masyarakat, jangan hanya hadir di ceremonial.

Mungkin itu Pak Ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Suryadi.

Demikian Bapak Ibu sekalian pendalaman dari Anggota. Saya tidak akan mengulas terlalu banyak, mungkin sedikit saja dari saya Pak Novi barangkali memang soal karena yang mudik ini kan pasti urusannya sama angkutan Pak ya kan? Mudik ini urusannya sama lalu lintas baik darat, laut maupun udara. Nah lalu lintas darat, laut maupun udara ini adalah kewenangan Kementerian Perhubungan. Jadi orang seringkali berpikir boleh tidak boleh mudik itu yang menentukan Kementerian Perhubungan. Ini sebetulnya yang harus kita luruskan. Yang berhak menentukan orang boleh tidak atau mudik itu Gugus Tugas, gituloh. Jadi ada institusi lain gitu. Sementara Dirjen Perhubungan ini atau Kementerian Perhubungan ini adalah hilirnya, hilir dari kebijakan boleh atau tidak dari pada mudik itu, jadi bukan yang menentukan orang boleh mudik atau tidak.

Nah setelah keputusan boleh mudik atau tidak oleh Gugus Tugas yang diumumkan oleh Pemerintah atas nama negara, baru nanti tindak lanjutnya adalah bagaimana menyikapinya di Kementerian Perhubungan. Menyiapkan seluruh sarana dan prasarana dan seterusnya gituloh. Kemudian tidak semua sarana prasarana juga di bawah kontrol Kementerian Perhubungan, yang terkait dengan apa namanya tracking ya, kemudian dan seterusnya terkait dengan perjalanan orang. Menentukan orang sehat atau tidak sehat, bukan Menteri Perhubungan, itu ada institusi lain ada lembaga lain.

Nah jadi saya tidak perlu sebutkan pernah ada satu daerah yang melarang pesawatnya terbang ke daerahnya karena ada yang positif di pesawat, padahal declare orang positif atau tidak, orang boleh masuk atau tidak, sah atau tidak tentu bukan kewenangan maskapai. Ini hal-hal seperti ini saya pikir perlu kita luruskan Pak Dirjen, supaya nanti jangan salah kaprah karena animo orang pengen mudik ini besar kalau saya lihat Pak. Orang pingin mudik sebetulnya, tapi situasi seperti ini dan Pemerintah memutuskan karena pandemi ini masih berlangsung dan kemungkinan bisa melonjak lagi, jadi diputuskanlah demikian, tapi itupun adalah pertimbangan dari Gugus Tugas, tentu bukan di forum kita ini. Komisi V dan mitra kerja tidak ngurus soal apa namanya penanganan Covid, kita hanya melaksanakan hilir dari pada seluruh keputusan Pemerintah itu.

Oleh karenanya Pak Dirjen Perhubungan Udara tentu bagaimana pun kita mesti siap Pak dengan segenap kemungkinan, apakah nanti kebijakan ini betul-betul diterapkan secara rigid gituloh secara ketat atau bahkan mungkin tiba-tiba nanti ada perubahan gituloh ya kan, Pemerintah lalu, tapi saya baca rilis hari ini tanggal 6, larangan mudik itu dilaksanakan tanggal 6 Mei ya 6 Mei. Ada banyak pertanyaan ke saya Pak, bagaimana Pak Lasarus kalau orang sudah berduyun-duyun sebelum tanggal 6 Mei. Nah ya kan, nah ini ini apakah juga dilarang kan begitu? Nah ini pertanyaan yang saya kalau menurut pemahaman saya ya sebelum tanggal 6 ya boleh, nah gitu ya kan karena ngitungnya dari tanggal 6 kalau pemahaman saya Pak. Nah karena jadi saya rasa ini tidak mudah Pak, tidak mudah.

Saya duduk di sini satu hari sini sudah berapa banyak Pers tanya saya belum bisa jawab, saya bilang saya lagi Pimpin RDP, pertanyaan yang sama, Pak bagaimana kalau orang sudah berduyun-duyun sebelum tanggal 6 nah gituloh. Nanti kalau saya bilang boleh salah saya Pak, saya bukan orang bilang boleh atau tidak boleh, mau jawab salah, mau tidak dijawab salah ini. Nah dijawab mati emak, tidak dijawab mati Bapak, kacau kita kan.

Nah jadi saya rasa sama lah dengan Dirjen Perhubungan Laut Pak Dirjen saya rasa sama ya, tugas kita adalah melayani apa namanya mengimplementasikan apapun keputusan Pemerintah terkait kebijakan mudik atau tidak. Mudik atau tidak mudik Pak ya, tetap ada orang yang akan berlalu lalang menggunakan fasilitas, baik darat angkutan apa menggunakan fasilitas angkutan, baik darat, laut maupun udara, dalam pandemi ini tentu kita harus sama-sama saling mengingatkan satu sama lain, bagaimana kita ambil bagian supaya seluruh unit yang kita tangani atau bagian yang kita tangani dan kita bertanggung jawab untuk itu ya, Udara dan Laut contohnya. Bagaimana kita bisa mengambil langkah-langkah yang juga terukur ya sesuai dengan petunjuk teknis dari masing-masing yang membidangi supaya sebaran dari Covid-19 ini bisa kita atasi bersama-sama.

Saya rasa demikian. Untuk mempersingkat waktu Pak Novi yang sifatnya teknis sekali nanti jawaban tertulis Pak ya, karena kalau Bapak jawab di sini pun paling nanti, ya kalau yang jawab itu masih di sini yang nanya, kalau yang nanya tidak ada di sini Pak nanti kita pun tidak bisa ingat sama Pak Novi. Nah Bapak jawab yang bagian-bagian yang memang apa nama perlu sangat dijawab sekarang, yang sifatnya sangat teknis sekali nanti bisa dijawab secara tertulis disampaikan kepada kami. Demikian juga dengan Dirjen Perhubungan Laut.

Untuk mempersingkat waktu saya persilakan Pak Novi.

DIRJEN PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN R.I. (NOVIE RIYANTO):

Terima kasih Bapak Ketua, para Wakil Ketua dan Anggota yang saya banggakan.

Kami pertama-tama mengucapkan terima kasih sekali lagi atas arahan-arahan yang sudah diberikan oleh Bapak-bapak Anggota maupun Ketua. Jadi saya akan menjawab hal-hal yang sifatnya prinsipil terkait dengan arahan dan pertanyaan dari Bapak-bapak di Komisi V.

Saya akan mencoba untuk menjelaskan terkait dengan Covid, kenapa di kabin pesawat udara tidak dilakukan pembatasan, sedangkan ada beberapa operator yang melakukan pembatasan? Ini adalah hak dari operator tersebut untuk membatasi, tapi aturan dari kami tidak ada. Referensinya jelas adalah dari FAA dari AU maupun dari ICAO maupun IATA. Jadi di dalam kabin pesawat itu kecil ya, seperti penerbangan dari Eropa ke Amerika itu cukup panjang ada yang sampai 12 jam-13 jam, ada yang 8 jam tapi mereka tidak melakukan pembatasan secara physical. Kenapa? Karena yang pertama

adalah filtering pada saat masuk bandara ini sangat ketat, yang pertama itu. Yang kedua, di dalam kabin itu ada teknologi yang namanya HEPA. HEPA adalah filter yang digunakan untuk perputaran udara di dalam kabin yang menjamin bahwa perputaran udaranya tidak seperti AC di mobil. Kalau AC di mobil kan horizontal, kalau di pesawat dia berputar dan di dalam filter HEPA itu semua difilter sehingga baik itu bakteri maupun virus itu bisa dieliminasi, sehingga rekomendasi-rekomendasi dari internasional memperbolehkan di dalam pesawat walaupun sempit keadaannya bisa dilakukan load factor yang full.

Namun demikian yang menjadi perhatian kami adalah pada saat loading maupun unloading, ini yang sering terjadi pelanggaran Bapak Ibu sekalian. Jadi pada saat pesawat masuk ataupun pesawat turun penumpang ini saling berdesak-desakan dan terjadi kontak fisik. Nah ini yang memang perlu menjadi perhatian kita bersama.

Oleh karena itu memang kami selalu bekerja sama dengan operator, baik operator bandara maupun operator pesawat udara untuk semuanya comply terhadap hal-hal yang seperti ini dan mereka kita lakukan pengawasan dari hari ke harinya. Sebagai contoh misalnya mereka menggunakan shuttle bus dari suatu terminal ke suatu area. Nah bus-nya ini kan tidak ada HEPA-nya, kemudian di situ berjubel, ini yang sangat berbahaya. Oleh karena itu kami selalu memberikan teguran, selalu memberikan pembinaan kepada operator-operator ini untuk tetap comply dan kami minta mereka mempunyai SOP yang jelas. Misalnya menaikkan penumpang ini jangan sampai menaikkan penumpang dalam waktu yang bersamaan atau menurunkan penumpang dalam waktu yang bersamaan, sehingga mereka berdesak-desakan pada saat mereka loading maupun unloading, itu yang pertama ya.

Jadi kayak misalnya ambil contoh Garuda menerapkan ada pengurangan jumlah di dalam kabin, silakan karena kita tidak membatasi. Yang kita atur di dalam aturan kita ataupun di SE Kementerian Perhubungan ataupun SE Direktur Jenderal adalah kita mewajibkan tetap ada dua atau tiga row yang kita kosongkan, apabila di dalam pengangkutan selama perjalanan ada yang sakit itu bisa dilokalisir di kursi-kursi kosong tersebut. Demikian tadi terkait dengan Covid.

Kemudian saya mencoba memberikan penjelasan terkait dengan angkutan Lebaran ya. Jadi saya mengikuti apa yang sudah direkomendasikan oleh Bapak-bapak yang ada di Komisi V, bahwa tugas pokok Kementerian Perhubungan adalah mengangkut. Jadi kami tidak meregulasi penumpang. Masalah penumpang sehat atau tidak filternya seperti apa kita betul-betul tunduk kepada aturan yang sudah disusun oleh Satgas ataupun kementerian lain yang terkait dengan hal tersebut. Jadi kami hanya menyusun aturan secara rinci terkait dengan pengangkutannya.

Jadi masalah pelarangan untuk mudik kami pun demikian, ada eksepsi-eksepsi yang diberikan. Eksepsi-eksepsi itu misalnya perjalanan dinas Duta Besar, perjalanan dinas yang lain-lain ini tentu saja harus kami

akomodir dan kita comply terhadap aturan yang sudah dibuat oleh Satgas ataupun KL-KL lain, dalam hal ini sudah dikoordinir dalam suatu Satgas dalam bagaimana mengatur perjalanan orang semasa liburan baik itu untuk lebaran maupun yang tidak lebaran. Jadi hal-hal seperti ini kita comply. Saya tidak akan ceritakan detail karena sekarang dalam progress keadaan progress belum final untuk bisa dipublikasi kepada masyarakat, tapi jelas kembali lagi bahwa tugas kami adalah mengangkut, tugas kami adalah mengatur sarana dan prasarana. Untuk angkutan udara saya selaku Direktur Jenderal Perhubungan Udara kami mengatur bagaimana mengatur

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 42-55)

Dokumen terkait