BAB III KAMPUNG PEMUKIMAN PRAJURIT YANG MENEKUN
E. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Usaha Batik di Daerah
Keberhasilan kembali daerah Prawirataman menjadi salah satu sentra
usaha batik di Yogyakarta pada tahun 1950-an sangat didukung oleh berbagai
faktor. Selain faktor-faktor eksternal seperti kebijakan-kebijakan pemerintah baik
pusat ataupun daerah yang cenderung memberikan perlindungan terhadap
perkembangan industri batik, faktor internal seperti orang-orang yang terlibat
langsung dalam proses pembuatan dan produksi batik juga memegang perananan
yang sangat penting.
Tentunya terdapat banyak pihak yang terlibat dalam proses produksi kain
batik di daerah Prawirataman ini. Mulai dari proses pembelian bahan baku
pembuatan batik sampai dengan proses pendistribusian kain batik yang siap pakai.
Kain mori sebagai bahan baku pembuatan batik dapat diperoleh dari Koperasi
Batik Tamtama dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan yang
beredar di pasaran karena subsidi dari pemerintah. Namun ketika stok kain mori
di Koperasi Tamtama atau koperasi primer yang lain sedang mengalami
kekurangan atau keterlambatan pasokan, para pengusaha batik di Prawirataman
juga bisa membelinya di tempat yang lain seperti misalnya Pasar Beringharjo.
atau parafin. Selain itu masih ada tenaga yang terlibat secara langsung dalam
proses pembuatan batik, yaitu para pengrajin dan buruh batik, serta para
pemborong batik.
Di daerah Prawirataman sendiri, proses produksi batiknya masih banyak
dikerjakan secara manual. Produk batik tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga
kategori sesuai dengan teknik pembuatannya, yaitu teknik batik tulis, teknik batik
cap dan kombinasi. Teknik batik kombinasi merupakan perpaduan antara teknik
batik tulis dan cap. Di antara ketiga kategori tersebut, batik cap menduduki tempat
pertama dalam skala prioritas produksi batik atau dengan kata lain yang paling
banyak dibuat dan diproduksi di daerah Prawirataman.33 Dalam proses produksi
batik cap ini diperlukan alat-alat khusus, antara lain meja cap serta berbagai
macam cap. Pekerjaan mereka ini biasanya dilakukan di rumah para juragan atau
pengusaha batik. Proses produksi batik cap yang karena pekerjaannya
dikategorikan sebagai pekerjaan berat, maka lebih banyak dikerjakan oleh laki-
laki.34
Sementara untuk pekerja yang mengerjakan proses produksi batik tulis
lebih banyak perempuan. Pada umumnya mereka berasal dari desa-desa dari
daerah Imogiri dan beberapa daerah lain di Kabupaten Bantul. Mereka datang
33
Wawancara dengan Ibu Sri Fitriyati, 52 tahun, tanggal 11 Maret 2013 dan Ibu Dalulu Wanisa, 50 tahun, tanggal 12 Juni 2013. Sebagaimana dipaparkan pada halaman 67 dalam tesisnya Chiyo Inui Kawamura, menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan yang khusus memproduksi batik cap di daerah Prawirataman, antara lain perusahaan batik Cap Anggrek, Cap Betet, dan Cap Baji Kembar.
34
Wawancara dengan Ibu Sri Fitriyati, 52 tahun, tanggal 11 Maret 2013 dan Ibu Dalulu Wanisa, 50 tahun, tanggal 12 Juni 2013, di Prawirataman.
pada pagi hari dan berbondong-bondong pulang pada sore harinya, baik dengan
menggunakan sepeda atau berjalan kaki.35 Selain pekerja tetap yang memang
bekerja untuk rumah produksi batik, buruh batik sambilan juga memiliki peranan
yang sangat penting. Buruh batik tersebut membatik hanya sebagai pekerjaan
sambilan untuk menambah penghasilan keluarga, pekerjaannya dilakukan pada
waktu luang di rumah masing-masing. Jumlah pekerja sambilan ini sangat banyak,
pada tahun 1958 diperkirakan terdapat 25.000 orang pekerja sambilan di seluruh
rumah industri batik di daerah Yogyakarta. Sedangkan orang yang menjadi
pekerja tetap di rumah para pengusaha batik hanya sekitar 9.000 orang.36
Pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh buruh sambilan tersebut antara
lain ngerok, mbironi,37 atau membatik tulis kain mori yang telah didesain oleh
para juragan batik yang tinggal di Prawirataman. Membatik menjadi pekerjaan
sambilan karena bagi mereka sektor pertanian adalah bidang pekerjaan utama
yang mereka geluti. Jadi, para pekerja sambilan ini hanya membatik ketika sedang
tidak memiliki kesibukan pada sektor pertanian. Pekerjaan membatik tersebut
dikerjakan di rumah masing-masing, kemudian setelah selesai diantarkan kembali
ke tempat juragan batik di Prawirataman, sekaligus mengambil upah yang
35
Wawancara dengan Ibu Dalulu Wanisa, 50 tahun, tanggal 12 Juni 2013, di Prawirataman.
36
Chiyo Inui Kawamura, op. cit. hal 68.
37
Ibid. hal. 69. Istilah pada proses pembuatan batik. Ngerok adalah
kegiatan menghilangkan lilin, terutama lilin klowong pada bagian-bagian yang kemudian dikehendaki berwarna merah (coklat pada waktu disoga). Sedangkan
mbironi bermaksud menutup dengan lilin bagian yang berwarna biru agar
warnanya tetap biru ketika disoga; karena kalo tidak demikian, warna biru tersebut akan berubah menjadi hitam ketika disoga.
diperhitungkan sesuai dengan jumlah helai kain yang telah diselesaikan, serta
mengambil bahan lagi untuk dikerjakan di rumah. Hasil pekerjaan dari para
pekerja sambilan ini biasanya masih berupa batik yang setengah jadi.
Pada tahap selanjutnya, yaitu penyelesaian atau finishing seperti
pemberian warna dan proses menghilangkan lilin yang melekat pada kain batik
dengan cara mencelupkannya ke dalam air panas secara berulang-ulang, biasanya
dikerjakan oleh para pekerja tetap yang bekerja di rumah pengusaha batik.
Dengan demikian, proses produksi batik tradisional yang rumit dan memakan
waktu cukup lama itu dilakukan melalui kerjasama antara para pengusaha dengan
pekerja tetapnya serta pekerja sambilan dari daerah pedesaan yang bekerja dengan
sistem kontrak.38
Kemudian pada tahap pemasaran dan distribusinya, para pengusaha batik
tersebut melakukannya dengan berbagai macam cara. Baik dengan menjualnya
secara langsung kepada konsumen yang datang ke rumah, menjual produknya
melalui koperasi-koperasi primer, menjual atau menitipkannya kepada toko-toko
atau pedagang di pasar, serta memasarkan dan menjual produknya ke daerah-
daerah lain, baik di Jawa ataupun di luar Jawa seperti Bali, Sumatera, dan
Kalimantan, baik dikirim langsung kepada pemesan ataupun melalui pedagang
perantara. Sejumlah kecil pengusaha juga mempunyai pasar di luar negeri,
terutama di Belanda.39
38
Ibid. Hal. 70. 39
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pasca Proklamasi Kemerdekaan
RI, daerah Prawirataman menjadi salah satu sentra industri batik yang cukup
penting di Yogyakarta. Kegiatan para juragan atau pengusaha batik di daerah
Prawirataman tersebut juga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan
usaha batik di Indonesia pada tahun 1950-an. Jaringan produksi dan distribusi
batik Prawirataman tidak hanya terbatas pada tingkatan lokal setempat tetapi juga
pada skala nasional bahkan internasional.