• Tidak ada hasil yang ditemukan

Placard, Garbage management plans, Pencatatan

Dalam dokumen ASPEK LEGALITAS TERKAIT SARANA PELAYARAN (Halaman 109-122)

PENGALAMAN BERLAYAR

9) Placard, Garbage management plans, Pencatatan

( Reg. 9 )

a) Setiap kapal dengan panjang seluruh 12 meter atau lebih harus memasang placard supaya anak buah kapal dan penumpang mengetahui persyaratan pada peraturan 3 dan 5 aturan ini. Dengan bahasa kerja yang digunakan oleh personnel kapal untuk kapal – kapal dengan pelayaran dari pelabuhan atau terminal offshore dibawah ketentuan hukum yang berlaku dan bahasa inggris dan prancis.

b) Setiap kapal dengan GRT 400 ton keatas dengan jumlah crew 15 orang lebih harus membawa / dilengkapi Garbage Management Plans.

c) Setiap kapal dengan GRT 400 Ton lebih yang melakukan pelayaran dari pelabuhan ke terminal offshore di bawah hukum yang berlaku dan platform / rig tetap dan mengapung yang melakukan eksplorasi di laut dan dasar laut harus membawa Garbage Record Book.

Setiap pembuangan, atau pembakaran harus dicatat di dalam Garbage record book oleh perwira yang bertugas, tanggal pembakaran atau pembuangan ditulis, dan dengan bahasa Inggris, Spanyol dan Prancis dan ditanda tangani oleh nahkoda.

Pencatatan pada waktu pembakaran atau pembuangan antara lain tanggal, waktu, posisi kapal, jenis sampah, perkiraan jumlah. Garbage record book harus disimpan diatas kapal disuatu tempat karena sewaktu – waktu dilakukan pemeriksaan Dokument ini harus disediakan untuk periode 2 tahunDiberlakukan mulai tanggal 27 September 2003, terdiri dari 11 ( sebelas ) Regulations.

(1) Definisi – definisi ( Reg. 1 ) (a) Kapal Baru berarti :

Pada saat mana penandatanganan pembangunan kapal dilakukan, atau pada saat peletakan lunas dilakukan atau pada saat tertentu pada saat pembuatan kapal dimulai pada saat atau setelah aturan ini mulai berlaku.

Penyerahan kapal tiga tahun atau lebih setelah tanggal mulai berlakunya aturan ini.

(b) Existing ship (kapal yang sudah ada / lama) ; selain kapal baru.

(c) Sewage( limbah ) berarti :

Pembuangan dari toilet, urinal (tempat kencing) dan saluran – saluran WC lainnya.

Pembuangan dari saluran limbah medis ( pispot, dispensary/obat – obatan ) dll, Pembuangan dari tempat – tempat di mana berisi bintang – bintang hidup atau,

Semua air pembuangan yang tercampur hal – hal tersebut di atas

(d) Holding tank (tangki penampungan) berarti tanki yang dipergunakan untuk menampung dan menyimpan limbah. (e) Daratan terdekat berarti ; jarak terdekat

dari garis dasar yang mana terdapat pada territorial laut berdasar pada hukum internasional, kecuali untuk daerah timur laut Australia “daratan terdekat” di hitung dari garis sepanjang ;

Lintang 110 00’ S bujur 142o 08’ E Ke titik 100 35’ S bujur 1410 00’ E Lalu ke titik 100 00’ S bujur 1420 00’ E Lalu ke titik 90 10’ S bujur 1430 52’ E Lalu ke titik 90 00’ S bujur 1440 30’ E Lalu ke titik 130 00’ S bujur 1440 00’ E Lalu ke titik 150 00’ S bujur 1460 00’ E Lalu ke titik 180 00’ S bujur 1470 00’ E Lalu ke titik 210 00’ S bujur 1530 00’ E Lalu ke titik 240 42’ S bujur 1530 00’ E (2) Pemberlakuan ( Reg. 2 )

(a) Peraturan – peraturan pada Annex ini berlaku untuk :

Kapal baru berbobot 200 GRT atau lebih,

Kapal baru kurang dari 200 GRT yang diijinkan mengangkut lebih dari 10 orang

Kapal – kapal baru yang tidak memiliki sertifikat ukuran resmi namun yang diijinkan mengangkut lebih dari 10 orang

(b) Peraturan ini juga berlaku untuk :

Kapal lama berbobot 200 GRT atau lebih, setelah 10 tahun dari berlakunya Annex ini.

Kapal lama kurang dari 200 GRT yang diijinkan mengangkut lebih dari 10

orang, setelah 10 tahun dari berlakunya Annex ini.

Kapal – kapal baru yang tidak memiliki setifikat ukuran resmi namun yang diijinkan mengangkut lebih dari 10 orang, setelah 10 tahun dari berlakunya Annex ini.

(3) Survey – survey ( Reg. 3 )

(a) Setiap kapal yang diharuskan mematuhi peraturan – peraturan dalam Annex ini dan dioperasikan baik dari pelabuhan ke pelabuhan maupun anjungan lepas pantai di bawah jurisdiksi selain Negara anggota konvensi harus melalui survey ;

Initial survey / survey awal sebelum kapal dioperasikan atau sebelum sertifikat yang berdasarkan aturan 4 Annex ini dikeluarkan, termasuk didalamnya :

Ketika kapal dilengkapi dengan sewage treatment plant.

Ketika kapal dilengkapi dengan system penghancur dan alat anti hama( disinfect )

Ketika kapal dilengkapi dengan tangki penampung(holding tank ) Ketika kapal dilengkapi dengan pipa – pipa pembuangan limbah kelur.

Survey periodik.

(b) Administrator harus menyusun parameter / aturan yang jelas agar kapal – kapal yang tidak diharuskan melakukan survey ini tetap memenuhi persyaratan aturan ini (c) Survey dilaksanakan oleh fihak lain

dengan otoritas dari administrator.

(d) Setelah survey tersebut dilakukan, tidak boleh dilakukan penggantian bentuk, bahan ataupun susunan peralatan tersebut tanpa ijin dari administrator.

(4) Pengeluaran sertifikat ( Reg. 4 )

(a) Sertifikat ISPP ( International Sewage Pollution Prevention certificate ) – 1973 dikeluarkan setelah survey yang sesuai dengan persyaratan – persyaratan aturan 3 ini dipenuhi, untuk kapal yang beroperasi dari pelabuhan ke pelabuhan atau anjungan lepas pantai, dibawah jurisdiksi Negara anggota konvensi.

(b) Sertifikat yang dikeluarkan tersebut oleh administrator atau orang atau organisasi yang ditunjuk, dengan tanggung jawab penuh pihak administrator.

(5) Pengeluaran sertifikat oleh Negara lain ( Reg. 5 )

(a) Negara peserta konvensi ini atas dasar permintaan administrator Negara lain melakukan survey terhadap sebuah kapal, dan apabila hasil survey tersebut memuaskan, mengeluarkan sertifikat ISPP 1973 berdasarkan Annex ini.

(b) Salinan Hasil Survey Dan Salinan Sertifikat Harus Segera Dikirim Kepada Administrator Yang Meminta Secepat Mungkin

(c) Sertifikat yang dikeluarkan harus berisi pernyataan bahwa sertifikat tersebut mempunyai kekuatan yang sama dan sesuai dengan aturan 4 Annex ini

(d) Bagi kapal yang berbendera selain negara anggota konvensi ini, dilarang diberikan sertifikat ISPP ini

(6) Format sertifikat ( Reg. 6 )

Sertifikat ISPP – 1973 harus dibuat dengan bahasa resmi Negara yang mengeluarkan dengan format sesuai dengan model. Pada keterangan tambahan aturan ini.Apabila bahasa yang digunakan bukan bahasa Inggris atau bahasa Perancis, maka harus ada terjemahan kedalam salah satu bahasa tersebut.

(7) Masa berlaku sertifikat ( Reg. 7 )

(a) Masa berlaku ditentukan oleh administrator namun tidak lebih dari 5 ( lima ) tahun kecuali seperti tercantum dalam paragraf 2, 3, 4 aturan ini

(b) Apabila sertifikat berakhir masa berlakunya, dan kapal berada di luar daerah jurisdiksi Negara pemberi sertifikat, maka boleh dikeluarkan perpanjangan atas sertifikat tersebut, namun apabila dirasa memang memenuhi syarat untuk itu, dan hanya untuk menyelesaikan voyage berjalan.

(c) Perpanjangan dimaksud tidak boleh lebih dari 5 ( lima ) bulan,

Sertifikat yang belum diperpanjang atas dasar paragraf 2 tersebut, bisa ditambahkan masa berlakunya satu bulan dari tanggal kadalursanya

(d) Sertifikat harus dinyatakan tidak berlaku apabila terjadi / dilakukan perubahan besar pada bahan, kontruksi dan atau susunan peralatan tanpa ijin administrator, kecuali penggantian langsung atau pemasangan terhadap alat tersebut.

(e) Sertifikat tidak berlaku apabila kapal berganti bendera, kecuali sebagaimana dinyatakan pada paragraph 7.

(f) Setelah berganti bendera, sertifikat berlaku hingga 5 ( lima ) bulan setelah tanggal kadaluarsa sertifikat tersebut, atau hingga administrator yang baru mengeluarkan sertifikat pengganti, mana yang lebih awal. (8) Pembuangan limbah ( Reg. 8 )

(a) Kapal tidak boleh membuang limbah ke laut kecuali ;

Kapal menggunakan alat penghancur dan pembasmi hama dengan system yang diijinkan administrator berdasar pada aturan 3 (1) (a) pada jarak lebih dari 4 mil dari daratan terdekat, atau

limbah yang tidak dihancurkan dan tidak diganti hama pada jarak lebih dari 12 mil dari daratan terdekat.

Kapal mengoperasikan suatu system pengolah limbah yang diijinkan oleh administrator, sesuai aturan 3 (1) (A) (i) Annex ini.

(b) Untuk limbah dengan campuran sampah yang memerlukan perlakuan lain, diperlukan yang lebih keras lagi.

(9) Pengecualian ( Reg. 9 )

Aturan 8 tersebut tidak berlaku untuk ;

(a) Kapal yang membongkar limbah dengan tujuan untuk mengamankan keselamatan kapal dan semua yang aiatasnya, dan atau menyelamatkan jiwa dilaut atau,

(b) Pembuangan karena kerusakan kapal atau perlengkapannya.

(10) Fasisilitas penerimaan ( Reg. 10 )

(a) Pemerintah peserta konvensi ini harus menyediakan fasilitas di pelabuhan – pelabuhan untuk menerima pembongkaran limbah, tanpa menyebabkan keterlambatan operasi kapal, dan sesuai untuk kapal yang menggunakan fasilitas tersebut.

(b) Pemerintah dari Negara peserta konvensi ini harus menegur Organisasi yang bekerjasama dengan pemerintah dalam hal penyediaan fasilitas ini, apabila didapati ketidaksesuaian persyaratan fasilitas (11) Koneksi pembuangan / pembongkaran standar

( Reg. 11 )

Uraian : Dimensi Diameter luar : 210 mm

Diameter dalam :Tergantungukuran diameter luar Diameter baut :170 mm

Lubang flens : 4 lubang dengan diameter 18 mm in

Tebal flens : 16 mm

Mur dan baut : 4 buah setiap diameter 16 mm

e. MARPOLdan NCVS Mengenai Instalasi Limbah

1) Marpol Anex V dan NCVS Bab III sek.19.2.2 mengenai :

Memuat masalah petunjuk penanganan sampah di kapal (Garbage management) yang meliputi :

a) Poster penanganan sampah tersedia di kapal b) Catatan pembuangan sampah tersedia dikapal c) Tersedia garbage management manual di kapal d) Tong / tempat sampahg tersedia sesuai jenis

sampah kapal

2) Marpol Anex I R.16, R.17, R.18, R.19 dan NCVS Bab V sek 5.3 mengenai :

Pipa & katup buang (Piping & Discharge valve) dengan ketentuan :

a) Tidak ada karatan dan lubang pada dinding pipa b) Semua katup berfungsi baik

3) Marpol Anex I R.16, R.17, R.18, R.19 dan NCVS Bab V sek 5.4 mengenai :

Pompa minyak kotor / lumpur (Sludge pump) dengan ketentuan :

a) Berfungsi baik

4) Marpol Anex I R.16, R.17, R.18, R.19 dan NCVS Bab III sek 19.2.2 mengenai :

Sambungan pembuangan standar (Standard discharge connection)dengan ketentuan:

a) Tersedia di kapal

b) Diameter flens : 215 mm

(1) Tebal flensa : 20 mm, jumlah baut : 6 (2) Diameter keliling baut 183 mm

c) Didesain untuk menerima pipa berdiameter 125 mm.

f. Teknologi Pengolahan Limbah Kapal Ramah

Lingkungan

1) Pengolahan limbah kapal yang efektif dan ramah lingkungan memerlukan teknologi yang tepat guna. Untuk itu sangat penting untuk mengetahui terlebih dahulu karakteristik limbah yang akan diolah (konsentrasi, kecepatan alir, dan sebagainya.). Teknologi pengolahan limbah ramah lingkungan harus tersetifikasi, bebas resiko, ekonomis, hemat air, dan memberikan kenyamanan bagi penumpang.

2) Salah satu teknologi pengolahan limbah kapal ramah lingkungan adalah dengan pengolahan secara biologis.Teknologi pengolahan biologis standar menggunakan organisme biologis untuk mengolah limbah.Selain itu terdapat juga teknologi bioreaktor membran yang dapat dilengkapi dengan elektrokoagulator.

3) Pengolahan limbah yang ramah lingkungan lainnya adalah dengan separator minyak yang dilengkapi dengan vakum.Sistem ini tepat digunakan pada kapal kecil dengan 10 orang penumpang.

g. Pengolahan Sisa Makanan Pada Kapal Penumpang

Kapal penumpang yang besar dan dilengkapi dengan dapur umumnya menghasilkan limbah atau sisa makanan dengan jumlah yang besar pula.Tanpa penanganan yang tepat, sisa makanan ini dapat mengakibatkan pencemaran laut.Untuk itu diperlukan metode yang tepat untuk mengolah atau mengubah limbah makanan ini agar ramah lingkungan saat dibuang ke laut.

1) Saat ini terdapat banyak metode yang telah digunakan secara luas untuk penanganan limbah kapal.Salah satu metode untuk penanganan limbah sisa makanan adalah dengan perangkat food waste disposer.Alat ini mampu menggiling berbagai jenis sisa makanan yang keras seperti tulang dan sisik ikan menjadi partikel halus. Hasil penggilingan ini kemudian akan dapat dicuci dengan sistem drainase sederhana.

2) Penggunaan food waste disposer pada kapal dapat meningkatkan kehigienisan dapur kapal atau tempat pembuangan sampah makanan serta dapat menghemat

biaya perawatan. Umumnya alat ini dilengkapi dengan motor berdaya ¾ hp dan alat pemotong. Food waste disposer pada kapal umumnya mampu menampung sampah makanan dari 300 porsi makanan tiap harinya.

h. Pembuangan Limbah Padat Pada Kapal

Badan penelitian kapal dan kelautan NAVSEA (Naval Sea Command System) telah mengembangkan teknologi untuk pembuangan limbah kapal dengan destruksi termal menggunakan api plasma. Limbah organik dan sampah padat lainnya diangkut oleh injektor dengan tekanan udara ke dalam suatu tempat yang kemudian dikenai api plasma sehingga terjadi reaksi gasifikasi termal pada limbah tersebut.

1) Teknologi pembuangan limbah dengan destruksi api plasma ini akan menghasilkan sisa limbah organik dengan volume yang lebih kecil daripada dengan incenerator biasa. Gasifikasi termal ini akan mengubah sampah padat menjadi gas, sehingga akan mereduksi volume limbah, meminimalkan kebutuhan ruang pembuangan limbah, meniadakan bau, dan menurunkan resiko gangguan kesehatan.

2) Sistem pembuangan ini sangat efisien untuk destruksi sampah padat pada kapal seperti papan, kertas, baja, alumunium, kaca, dan makanan. Hasil akhir dari proses pembuangan ini adalah karbondioksida dan air dalam bentuk gas serta sedikit residu bahan anorganik.

B. PENELITIAN SEBELUMNYA

Beberapa penelitian terkait dengan standar di bidang sarana pelayaran, yang pernah dilakukan oleh beberapa lembaga penelitian. Di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Studi Standardisasi Sarana dan Prasarana Transportasi

Laut dalam Mendukung Keselamatan dan Peningkatan Pelayanan Tahap I, Tahun 2001

Penelitian ini bermaksud untuk menyusun konsep Standar Nasional Indonesia di bidang Kesyahbandaran, Kepanduan, Pengawakan, dan kenavigasian. Sedangkan tujuannya adalah menjamin keselamatan pelayaran, efisiensi, dan efektivitas pelayanan angkutan laut. Penyusunan Rancangan SNI pada studi ini dilakukan dengan pendekatan analisis data yang diperoleh dari literatur, standardisasi negara lain, peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku secara internasional.

Dari hasil survei dan pembahasan tersebut, dengan memperhatikan berbagai pertimbangan, antara lain ditinjau dari segi prioritas kebutuhan standar dan waktu yang diperlukan untuk pengajuan Rancangan Standar Nasional Indonesia, maka dalam studi ini yang disusun adalah:

a. Standar mekanisme dan persyaratan ijin usaha angkutan laut; b. Standar persyaratan pengawakan kapal;

c. Spesifikasi dan standar dermaga pelayaran rakyat sederhana;

d. Standar persyaratan perlindungan dan pengamanan kabel bawah air;

e. Standar persyaratan pemanduan.

2. Studi Standardisasi Sarana dan Prasarana Transportasi

Laut dalam upaya Mendukung Keselamatan dan Peningkatan Pelayanan Tahap II, Tahun 2002

Penelitian ini bermaksud untuk menyusun konsep Standar Nasional Indonesia di bidang angkutan laut, kepelabuhanan, dan keselamatan pelayaran. Sedangkan tujuannya adalah peningkatan kualitas keselamatan pelayaran, efisiensi, dan efektivitas pelayanan jasa transportasi laut. Hasil yang diharapkan dalam studi ini adalah tersedianya konsep Rancangan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang siap diajukan kepada Badan Standar Nasional (BSN) untuk diangkat menjadi SNI. Penyusunan Rancangan SNI pada studi ini dilakukan dengan pendekatan analisis data yang diperoleh dari literatur, standardisasi negara lain, peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku secara internasional. Penyusunan ini didasarkan pada lima prioritas usulan KOMTAP Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, yang meliputi pedoman pelayanan angkutan laut penumpang, persyaratan dermaga beton (kapal perintis), persyaratan desain pofil alur pelayaran dan persyaratan alat keruknya, persyaratan pemenuhan lambung timbul kapal untuk pelayaran Nusantara, serta perlindungan dan pengamanan pipa bawah air.

Dari hasil survei dan pembahasan tersebut, dengan memperhatikan berbagai pertimbangan, antara lain ditinjau dari segi prioritas kebutuhan standar dan waktu yang diperlukan untuk pengajuan

Rancangan Standar Nasional Indonesia, maka dalam studi ini yang disusun adalah:

a. Standar persyaratan perlindungan dan pengamanan pipa laut;

b. Standar persyaratan dermaga beton (kapal perintis); c. Standar persyaratan pemenuhan lambung timbul untuk

pelayaran Nusantara;

d. Standar persyaratan desain profil alur pelayaran dan alat keruknya;

e. Standar mekanisme dan persyaratan ijin usaha angkutan laut.

3. Studi Standardisasi di Bidang Transportasi Laut, Tahun

2009

Maksud dan tujuan studi ini adalah menganalisis kebijakan standardisasi bidang transportasi laut serta menyusun rancangan Standar Nasional Indonesia di bidang Transportasi laut.

Hasil yang diharapkan dalam studi ini adalah tersedianya konsep Rancangan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang siap diajukan kepada Badan Standar Nasional (BSN) untuk diangkat menjadi SNI. Penyusunan Rancangan SNI pada studi ini dilakukan dengan pendekatan analisis data yang diperoleh dari literatur, standardisasi negara lain, peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku secara internasional. Dari hasil pembahasan telah diperoleh gambaran kisi-kisi yang dapat disusun menjadi rancangan standar. Selanjutnya, rancangan standar tersebut dapat disusun menjadi 10 rancangan standar yang diajukan kepada Badan Standardisasi Nasional untuk disyahkan sebagai Standar Nasional Indonesia di Bidang Kenavigasian, Kepelabuhanan, Kepelautan serta Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai. Dari hasil pembahasan tersebut, maka Rancangan Standar Nasional Indonesia di bidang kenavigasian yang dapat disusun sebanyak 3 rancangan, yaitu Standar Sarana dan Prasarana Stasiun Radio Pantai(SROP)Global Maritime Distress and Safety System(GMDSS);Standar peralatan Vessel Traffic Service (VTS);Standar Instalasi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP). Rancangan Standar Nasional Indonesia di bidang kepelabuhanan yang dapat disusun sebanyak 3 rancangan, yaitu:Standar Dermaga Kapal Ukuran 1000 DWT;Standar Dermaga Kapal Ukuran 2000 DWT;Standar Dermaga Kapal

Ukuran 3000 DWT. Rancangan Standar Nasional Indonesia di bidang kepelautan yang dapat disusun sebanyak 2 rancangan, yaitu:Standar Kompetensi SDM Kepelautan;Standar Pengawakan Untuk Kapal-Kapal Non Convention (Non Convention Standard). Rancangan Standar Nasional Indonesia di bidang penjagaan laut dan pantai yang dapat disusun sebanyak 2 rancangan, yaitu:Standar Pengamanan Pelabuhan Yang Terbuka Untuk Perdagangan Luar Negeri Sesuai ISPS (International Ships and Port Security) Code;Standar Pengemasan Barang Berbahaya Melalui Laut.

4. Studi Standardisasi di Bidang Keselamatan dan Keamanan

Transportasi Laut, 2010

Maksud dan tujuan studi ini adalah mengevaluasi kebijakan standardisasi di Bidang keselamatan dan Keamanan Transportasi Laut bidang transportasi laut serta menyusun rancangan Standar Nasional Indonesia keselamatan dan Keamanan di bidang Transportasi laut.

Penyusunan Rancangan SNI pada studi ini dilakukan dengan pendekatan analisis data yang diperoleh dari literatur, standardisasi negara lain, peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku secara internasional.

Dari hasil survei dan pembahasan tersebut, dengan memperhatikan berbagai pertimbangan, antara lain ditinjau dari segi prioritas kebutuhan standar dan waktu yang diperlukan untuk pengajuan Rancangan Standar Nasional Indonesia, maka dalam studi ini yang disusun adalah:

a. Standar desain kapal cepat (HSC) yang disesuaikan dengan karakteristik daerah pelayaran;

b. Standar keselamatan kapal-kapal yang beroperasi di sungai dan danau;

c. Standar keselamatan kapal Negara;

d. Standar keselamatan kesehatan kerja (K3) di pelabuhan utama; e. Standar pengamanan kerangka kapal;

f. Standar tatacara pengamanan fasilitas pelabuhan; g. Standar Sarana dan Prasarana Pengamanan Pelabuhan h. Standar sistem komunikasi pengamanan pelabuhan; i. Standar personil (SDM) pengamanan fasilitas pelabuhan; j. Standar Vessel Traffic Informations System (VTS).

Dalam dokumen ASPEK LEGALITAS TERKAIT SARANA PELAYARAN (Halaman 109-122)

Dokumen terkait