• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK LEGALITAS TERKAIT SARANA PELAYARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASPEK LEGALITAS TERKAIT SARANA PELAYARAN"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

A. ASPEK LEGALITAS TERKAIT SARANA PELAYARAN

Dalam konsep standar di bidang sarana pelayaran, acuan legalitas baik internasional maupun nasional, beberapa diantaranya mengacu pada International Convention for the Safety of Life at Sea, 1974 (Konvensi Internasional Keselamatan Jiwa di Laut, 1974) dan Non Convention Vessel Standard Indonesian Flagged,2009 (Standar Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia, 2009), antara lain yaitu:

1. Standar Pintu Utama dan Darurat Kapal Penumpang dan

Kapal Penumpang Ro-Ro

Uraian tentang Standar Pintu Utama dan Darurat Kapal Penumpang dan Kapal Penumpang Ro-Ro dalam SOLAS maupun Non Convention Vessel Standard Indonesian Flagged,2009 tidak diuraikan secara eksplisit sebagaimana gambaran standar tersebut di atas. Namun demikian gambaran-gambaran yang mendekati dapat dipaparkan sebagai berikut yang dapat digunakan sebagai acuan referensi awal.

Dalam aturan yang dikeluarkan oleh SOLAS dapat digambarkan sebagai berikut.

a. Peraturan 13 SOLAS

1) Tidak diizinkan ada pintu-pintu, lubang-lubang lalu orang atau lubang masuk : disekat tubrukan di bawah garis batas benaman, dan disekat melintang kedap air yang memisahkan sebuah ruang muatan dengan sebuah ruang muatan yang berdampingan atau dengan tempat penyimpanan bahan bakar tetap atau cadangan;

2) Pintu-pintu kedap air yang dipasang disekat-sekat antara tempat penyimpanan bahan bakar tetap dan cadangan harus selalu dapat dimasuki;

3) Di dalam ruangan-ruangan yang berisikan mesin-mesin penggerak utama dan bantu termasuk ketel-ketel yang melayani keperluan-keperluan pergerakan dan semua tempat penyimpanan bahan bakar, tidak lebih dari satu pintu yang terpisah dari pintu-pintu ke tempat-tempat

TINJAUAN

PUSTAKA

(2)

penyimpanan bahan bakar dan terowongan-terowongan poros dapat dipasang dimasing-masing sekat melintang utama. Dimana dipasang dua poros atau lebih, maka terowongan-terowongan harus dihubungkan oleh sebuah jalan penghubung antara. Hanya harus ada satu pintu antara ruang mesin dan ruang ruang terowongan, dimana dipasang dua poros dan hanya dua pintu bila lebih dari dua poros. Semua pintu ini harus dari jenis geser dan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga ambangnya setinggi praktis dapat dilaksanakan. Perangkat tangan untuk menggerakkan pintu-pintu ini dari atas geladak sekat harus ditempatkan diluar ruangan-ruangan yang berisikan mesin-mesin jika yang demikian itu sesuai dengan tata susunan yang memenuhi syarat dari perangkat yang diperlukan;

4) Pintu-pintu kedap air harus pintu-pintu geser atau pintu-pintu engsel atau pintu-pintu yang jenisnya sepadan dengannya. Pintu-pintu pelat yang dikencangkan hanya dengan baut-baut dan pintu-pintu yang disyaratkan untuk ditutup dengan menjatuhkan atau dengan tindakan menjatuhkan bobot tidak diizinkan;

5) Pintu-pintu geser boleh salah satu : hanya dijalankan dengan tangan, atau dijalankan dengan tenaga maupun dengan tangan;

6) Pintu-pintu kedap air yang diizinkan dapat dibagi dalam 3 kelas: kelas 1 pintu-pintu berengsel; kelas 2 pintu-pintu geser yang dijalankan dengan tangan; kelas 3 pintu-pintu geser yang dijalankan dengan tenaga maupun tangan;

7) Sarana untuk menjalankan pintu kedap air yang manapun, baik yang dijalankan dengan tenaga atau bukan, harus dapat menutup pintu selagi kapal dalam keadaan miring 150 ke sisi sembarang;

8) Di semua kelas pintu kedap air harus dipasangi indikator-indikator yang memperlihatkan di semua stasiun pelayanan dari mana pintu-pintu itu tidak terlihat, apakah pintu-pintu itu terbuka atau tertutup. Jika sembarang pintu dari antara pintu-pintu kedap air itu, dari kelas apapun tidak dipasang sedemikian rupa sehingga memungkinkan pintu itu ditutup dari stasiun pengawasan pusat, harus dilengkapi sarana

(3)

penghubung mekanis, listrik, teleponis, atau sarana penghubung lain apapun yang layak, yang memungkinkan perwira jaga dengan segera menghubungi orang yang bertanggung jawab untuk penutupan pintu-pintu yang bersangkutan, berdasarkan perintah-perintah sebelumnya;

9) Pintu-pintu engsel (Kelas 1) harus dipasangi alat-alat penutup gerak cepat, seperti kait-kait, dapat dilayani dari masing-masing sisi sekat;

10)Pintu-pintu geser yang dilayani dengan tangan (Kelas 2) boleh memiliki gerakan mendatar atau tegaklurus. Harus memungkinkan untuk menjalankan mekanisme di pintu itu sendiri dari ke dua sisi, dan sebagai tambahan, dari suatu tempat yang dapat dijangkau dari atas geladak sekat, dengan gerakan engkol penuh atau suatu gerakan lain yang menghasilkan jaminan keselamatan yang sama dan dari jenis yang disetujui. Penyimpangan-penyimpangan dari syarat pelayanan di kedua sisi dapat diizinkan, jika syarat ini tidak mungkin diterapkan karena reka bentuk ruangan-ruangan yang tidak memungkinkannya. Bila dijalankan dengan perangkat tangan, waktu yang diperlukan untuk melakukan penutupan pintu secara penuh dalam keadaan kapal tegak, harus tidak lebih dari 90 detik; 11)Pintu-pintu geser yang dijalankan dengan tenaga (Kelas

3) boleh memiliki gerakan tegak lurus atau mendatar. Jika sebuah pintu dikehendaki untuk dijalankan dengan tenaga dari pengawasan pusat, perangkat harus ditata sedemikian rupa sehingga pintu itu dapat juga dilayani dengan tenaga di pintu itu sendiri dari kedua sisi. Tata susunan itu harus sedemikian rupa sehingga pintu itu akan menutup secara otomatis jika dibuka oleh pengawas setempat setelah ditutup dari pengawas pusat, dan harus juga sedemikian rupa sembarang pintu dapat tetap ditutup oleh sistim setempat yang akan mencegah pintu dibuka dari pengawas atas. Tangkai-tangkai pengatur setempat yang bersambung dengan perangkat tenaga harus dipasang di tiap sisi dari sekat dan harus ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan orang-orang melewati lubang pintu untuk memegang kedua tangkai itu dalam kedudukan terbuka tanpa dapat menjalankan mekanisme secara tidak sengaja pintu-pintu geser yang dijalankan dengan tenaga harus dipasangi perangkat tangan yang dapat

(4)

dilayani di pintu itu sendiri di kedua sisi dan dari suatu tempat yang dapat dijangkau di atas galadak sekat, dengan gerakan engkol putar penuh atau suatu gerakan lain yang menghasilkan jaminan keselamatan yang sama dan dengan jenis yang disetujui. Ketentuan harus dibuat untuk memberi peringatan-peringatan dengan isyarat bunyi bahwa pintu telah mulai menutup dan akan bergerak terus sampai benar-benar menutup. Pintu-pintu harus memerlukan waktu yang cukup untuk menutup demi menjamin keselamatan;

12)Sekurang-kurangnya harus ada dua sumber tenaga yang berdiri sendiri yang dapat membuka dan menutup semua pintu yang diawasi, yang tiap-tiap sumber itu dapat menjalankan semua pintu secara serentak. Kedua sumber tenaga itu harus diawasi dari stasiun pusat di anjungan yang dilengkapi dengan semua indikator yang diperlukan untuk mengkaji bahwa setiap sumber tenaga dari dua sumber tenaga itu dapat memberi pelayanan yang diperlukan secara memuaskan;

13)Dalam hal kerja secara hidrolis, setiap sumber tenaga harus terdiri dari sebuah pompa yang dapat menutup semua pintu dalam waktu yang tidak lebih dari 60 detik. Sebagai tambahan, untuk keseluruhan instalasi harus ada akumulator hidrolis yang kapasitasnya cukup untuk menggerakkan semua pintu sedikit-dikitnya 3 kali, yakni buka – tutup – buka. Cairan yang digunakan haruslah cairan yang tidak membeku pada sembarang suhu yang dapat dialami kapal selama dalam pelayanannya;

14)Pintu-pintu engsel kedap air berengsel (kelas 1) di dalam ruang-ruang penumpang, awak kapal dan ruang kerja hanya dibolehkan di atas sebuah geladak yang sisi bawahnya, di titik terendahnya di lambung sekurang-kurangnya 2,13 meter (7 kaki) di atas garis muat subdivisi yang terdalam;

15)Pintu-pintu kedap air yang ambangnya di atas garis muat yang terdalam dan di bawah, garis yang diperincikan di dalam sub paragrap yang terdahulu harus pintu-pintu geser dan boleh dijalankan dengan tangan (kelas 2), kecuali di kapal-kapal yang digunakan untuk pelayaran-pelayaran internasional jarak dekat dan disyaratkan mempunyai faktor sub divisi 0,50 atau kurang yang di kapal-kapal itu semua pintu demikian harus dijalankan dengan tenaga. Bilamana

(5)

tabung-tabung saluran yang berhubungan dengan muatan beku dan peranginan atau saluran-saluran tarikan buatan yang dipasang menembus lebih dari satu sekat kedap air sub divisi utama, pintu dilubang demikian harus dijalankan dengan tenaga;

16)Pintu-pintu kedap air yang kadang-kadang boleh dibuka di laut, dan yang ambang-ambangnya ada di bawah garis muat sub divisi terdalam, harus pintu-pintu geser. Adapun aturan-aturan yang harus diterapkan, adalah sebagai berikut:

a) Bilamana jumlah pintu demikian (tidak termasuk pintu-pintu di jalan masuk ke terowongan-terowongan poros) lebih dari 5 (lima), semua pintu ini dan pintu-pintu di jalan masuk ke terowongan-terowongan poros atau ventilasi atau saluran tarikan paksa, harus dijalankan dengan tenaga (kelas 3) dan harus dapat ditutup secara serentak dari stasiun pusat yang ada di anjungan; b) Bilamana jumlah pintu demikian (tidak termasuk

pintu-pintu di jalan masuk ke terowongan-terowongan poros) lebih dari 1 (satu), tetapi tidak lebih dari 5 (lima).

(1) Dimana kapal tidak mempunyai ruang-ruang penumpang di bawah geladak sekat, semua pintu tersebut boleh digerakkan dengan tangan (Kelas 2);

(2) Dimana kapal mempunyai ruang-ruang penumpang di bawah geladak sekat, semua pintu tersebut di atas, harus digerakkan dengan tenaga (Kelas 3), dan harus dapat ditutup secara serentak dari suatu stasiun pusat yang ada di anjungan.

c) Di kapal yang manapun jika hanya ada dua pintu kedap air yang demikian, dan pintu-pintu itu untuk memasuki atau di dalam ruangan yang berisikan permesinan, badan pemerintah dapat mengizinkan kedua pintu itu dijalankan hanya dengan tangan (kelas 2);

17)Jika pintu-pintu kedap air geser yang kadang-kadang harus dibuka di laut dengan maksud meratakan batubara dipasang diantara tempat-tempat penyimpanan bahan bakar di geladak-geladak antara di

(6)

bawah geladak sekat, pintu-pintu itu harus digerakkan dengan tenaga. Pembukaan dan penutupan pintu-pintu ini harus dicatat di dalam buku harian sebagaimana yang ditetapkan oleh badan pemerintah;

18)Jika badan pemerintah telah diyakinkan bahwa pintu-pintu demikian benar-benar diperlukan, pintu-pintu-pintu-pintu kedap air dengan konstruksi yang memenuhi syarat dapat dipasang di sekat-sekat kedap air yang membagi ruang-ruang muat geladak antara. Pintu-pintu tersebut boleh berengsel, gulung atau geser, tetapi tidak boleh dikendalikan dari jauh. Pintu-pintu itu harus dipasang sampai ketinggian yang paling tinggi dan sejauh mungkin dari kulit yang dapat dilaksanakan, tetapi bagaimanapun juga tepi-tepi tegak luar harus diletakkan harus diletakkan di suatu tempat yang jaraknya dari kulit tidak kurang dari seperlima lebar kapal, sebagaiamana yang ditentukan dalam Peraturan 2 Bab ini, jarak tersebut diukur tegak lurus sumbu simetri kapal setinggi garis muat sub divisi yang terdalam;

19)Pintu-pintu demikian harus ditutup sebelum pelayaran dimulai dan harus tetap dalam keadaan tertutup selama dalam pelayaran, dan saat pintu-pintu itu dibuka di pelabuhan dan pintu-pintu itu ditutup sebelum kapal meninggalkan pelabuhan harus dicatat di dalam buku harian. Apabila pintu yang manapun dari pintu-pintu itu harus dapat dijangkau selama dalam pelayaran, pintu-pintu itu harus dipasangi perangkat yang dapat mencegah pintu-pintu terbuka tanpa dikehendaki. Bilamana diusulkan memasang pintu-pintu demikian, jumlah dan tata susunannya harus sesuai dengan pertimbangan khusus dari badan pmerintah;

20)Semua pintu kedap air harus tetap dalam keadaan tertutup selama dalam pelayaran kecuali bilamana perlu dibuka untuk kepentingan pekerjaan di kapal , dan harus selalu dalam keadaan siap ditutup dengan segera.

b.Peraturan 14 SOLAS

1) Pintu-pintu dari lorong muatan dan batubara yang dipasang di bawah garis batas benaman harus mempunyai kekuatan yang cukup. Pintu-pintu itu harus ditutup secara berdayaguna dan dikencangkan kedap air sebelum kapal meninggalkan pelabuhan, dan harus tetap tertutup Selama kapal berlayar;

(7)

2) Pintu-pintu tersebut dalam keadaan bagaimanapun juga tidak boleh dipasang sedemikian rupa sehingga titik terendahnya berada di bawah garis muat sub divisi yang terdalam.

c. Peraturan 15 SOLAS

1) Kerangka-kerangka dari pintu-pintu kedap air tegak

lurus harus tanpa sponing di bagian bawah yang didalamnya kotoran dapat mengganjal dan menghalangi pintu dapat menutup dengan sempurna;

2) Tiap-tiap pintu kedap air harus diuji dengan tekanan air

hingga tinggi tekannya mencapai geladak sekat. Pengujian harus dilaksanakan sebelum kapal dilayarkan, apakah sebelum pintu itu dipasang atau sesudahnya;

d.Peraturan 21 SOLAS

1) Latihan-latihan menggerakkan pintu-pintu kedap air

harus dilakukan 1 kali setiap minggu. Di kapal-kapal yang waktu pelayarannya lebih dari 1 minggu, suatu latihan lengkap harus diselenggarakan sebelum kapal meninggalkan pelabuhan, dan latihan-latihan lain setelah itu sekurang-kurangnya 1 kali setiap minggu selama pelayaran. Di semua kapal, semua pintu bertenaga dan berengsel yang kedap air di sekat-sekat melintang utama yang digunakan di laut, harus digerakkan setiap hari;

2) Pintu-pintu kedap air dan semua mekanisme serta

indikator yang dihubungkan padanya, semua katup yang penutupannya diperlukan untuk membuat kompartemen kedap air, dan semua katup yang kerjanya diperlukan, untuk pengawasan kerusakan sambungan-sambungan silang harus diperiksa secara berkala di laut sekurang-kurangnya 1 kali setiap minggu;

3) Katup-katup, pintu-pintu dan mekanisme demikian

harus ditandai dengan sepatutnya untuk memperoleh kepastian bahwa kesemuanya itu dapat digunakan dengan layak untuk memperoleh keselamatan yang setinggi-tingginya.

e. Peraturan 22 SOLAS

1) Pintu-pintu berengsel, pintu-pintu muatan, pintu-pintu

batubara dan lubang-lubang lain yang oleh peraturan ini disyaratkan untuk tetap dalam keadaan tertutup selama dalam pelayaran, harus ditutup sebelum kapal meninggalkan pelabuhan. Saat penutupan dan saat

(8)

pembukaannya harus dicatat dalam buku harian;

2) Catatan tentang semua latihan dan pemeriksaan yang

disyaratkan harus dibukukan di dalam buku harian dengan catatan terpisah tentang adanya kekurangan-kekurangan yang mungkin dijumpai.

f. Non Convention Vessel Standard Indonesian Flagged, 2009 (Standar Kapal Non Konvensi Berbendera

Indonesia, 2009),

Hal-hal yang terkait yang nantinya dapat digunakan sebagai referensi awal dalam studi ini adalah sebagai berikut.

1) Bagian A, Definisi Pengertian kedap air:

a) Dalam kaitannya dengan peralatan yang berada diatas garis marginadalah peralatan yang harus dibuat seefektif mungkin untuk menahan aliran air, kecuali untuk rembesan kecil, ketika menjalani uji semprot dengan air bertekanan 210 kPa menggunakan nosel berdiameter 18 mm, atau dengan pengujian yang setara, dan

b) Dalam kaitannya dengan konstruksi kapal, mampu mencegah masuknya air melalui bagian tersebut dari setiap arah pada tinggi tekan air sampai dengan garis margin kapal.

Pintu kedap air berarti sebuah pintu yang memenuhi persyaratan peraturan ini.

2) Bagian C sub divisi kedap air kapal penumpang kelas I Seksi 7 poin 7.5 konstruksi sekat kedap air diuraikan sebagai berikut:

a) Pintu kedap air dapat diijinkan pada sekat kedap air (kecuali pada sekat tubrukan) asalkan otoritas yang berwenang mengijinkan karena setiap akses alternatif akan mengganggu kegunaan fungsi kapal. Pintu harus dapat dioperasikan dari kedua sisi; b) Pintu yang dipasang seperti poin tersebut di atas,

harus merupakan pintu geser yang memiliki gerakan mendatar atau vertikal, pintu berengsel atau yang sejenis;

(9)

c) Pintu berengsel dapat dipasang pada bukaan: (1) Pada sekat yang bukan sekat tubrukan di

kapal dengan panjang kurang dari 25 meter; (2) Pada sekat yang bukan sekat tubrukan pada

kapal kelas ID dan IE.

d) Pintu berengsel harus dipasang dengan alat penutup cepat yang mampu beroperasi dari setiap sisi sekat yang dipasangi pintu dan harus ditandai pada masing-masing sisi dengan huruf cetak tebal dan permanen “PINTU INI HARUS SELALU DITUTUP DAN DIKUNCI”;

e) Pintu geser kedap air harus dapat dioperasikan saat kapal miring 150 dan trim 30 kearah manapun; f) Pintu geser kedap air yang dioperasikan secara

manual atau dengan daya harus mampu digerakkan dari setiap sisi sekat dimana pintu itu dipasang. Apabila pintu dioperasikan dengan kendali jarak jauh, alarm harus dipasang di setiap kompartemen yang berdekatan dan indikator dipasang di setiap stasiun kendali jarak jauh untuk menunjukkan apakah pintu terbuka atau tertutup.

3) Bagian D subdivisi kedap air kapal-kapal kelas 2 dan 3 Seksi 9 (kapal kelas 2 dan 3 berukuran panjang 35 meter atau lebih pada poin 9.8 pintu pada sekat kedap air

a) Pintu-pintu kedap air pada sekat kedap air yang dalam kondisi kerja normal mungkin dibutuhkan untuk dibuka pada saat di laut harus merupakan pintu geser;

b) Pintu geser harus terbuat dari baja atau jika otoritas berwenang menyetujui sekat terbuat dari bahan lain, pintu boleh terbuat dari bahan yang sama dengan bahansekat dan harus dibuat sedemikian rupa sehingga pintu pada saat ditutup integritas kekedapan air sekat tidak berubah;

c) Pintu geser boleh dibuat dengan pergerakan horizontal maupun vertikal dan harus dilengkapi dengan mekanisme manual yang dapat dioperasikan dari setiap sisi bukaan dan dari posisi di atas geladak sekat yang dapat diakses;

(10)

d) Jika pintu geser dipasang pada sekat ruang mesin, alat untuk mengoperasikan pintu dari atas geladak sekat harus ditempatkan diluar kamar mesin, kecuali jika otoritas yang berwenang mengatur lain;

e) Suatu bukaan yang merupakan akses pada terowongan poros kedap air harus dilengkapi dengan pintu geser kedap air yang boleh terbuat dari bahan yang sama dengan terowongan poros dan pintu tersebut harus dapat dioperasikan dari kedua sisi bukaan;

f) Bila pintu geser dapat dioperasikan dari posisi di atas geladak sekat, sarana untuk mengetahui apakah pintu tersebut terbuka atau tertutup harus disediakan di tempat dimana pintu tersebut dioperasikan;

g) Bila pintu geser dapat dioperasikan dengan daya, kendali mekanisme pengoperasian harus dihubungkan dengan alat peringatan bunyi dimana setiap gerakan dari kendali akan menimbulkan peringatan bunyi di pintu tersebut;

h) Pintu geser harus dipasang sedemikian rupa sehingga dapat dioperasikan ketika kapal dalam posisi miring 150.

Seksi 10 (kapal kelas 2 dan 3 dengan panjang terukur kurang dari 35 meter pada10.2 bukaan pada sekat kedap air, mempunyai ketentuan sebagai berikut: a) Bukaan harus dilengkapi dengan alat penutup yang

disetujui. Pintu kedap air harus setara kekuatannya dengan bagian sekat yang yang tidak dilubangi; b) Pintu kedap air tidak boleh dipasang pada sekat

tubrukan dibawah geladak cuaca;

c) Pintu kedap air dapat berupa pintu berengsel, yang dapat dioperasikan secara lokal dari setiap sisi pintu;

d) Pintu berengsel harus diberi marka pada tiap sisidengan dengan huruf cetak tebal dan permanen “PINTU INI HARUS SELALU DITUTUP DAN DIKUNCI”;

(11)

e) Pintu geser kedap air harus dapat dioperasikan saat kapal miring 150 kearah manapun;

f) Pintu geser kedap air yang dioperasikan secara manual atau dengan daya harus mampu digerakan dari setiap sisi sekat dimana pintu itu dipasang. Apabila pintu dioperasikan dengan kendali jarak jauh, alarm harus dipasang di setiap kompartemen yang berdekatan dan indikator dipasang di setiap stasiun kendali jarak jauh untuk menunjukkan apakah pintu terbuka atau tertutup.

g. Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor SNI

7362:2007

Diuraikan tentang gambaran dari Pintu baja kedap cuaca untuk kapal kecil sebagaimana berikut:

1) Istilah dan definisi

• pintu baja kedap cuaca untuk kapal kecil

• pintu luar pada bangunan atas dan rumah geladak yang direncanakan untuk mencegah masuknya pengaruh cuaca dari luar.

a) Klasifikasi

Berdasarkan aplikasinya, pintu dikelompokkan dalam 4 (empat) klasifikasi sesuai Tabel 2.1

Tabel 2.1 Klasifikasi dan Aplikasi

KLASI FIKASI

APLIKASI

A Pintu sekat depan bangunan atas dan rumah geladak pada tingkat pertama di atas geladak lambung timbul.

B Pintu sekat depan bangunan atas dan rumah geladak pada tingkat kedua diatas geladak lambung timbul.

C

Pintu dinding samping dan dinding belakang bangunan atas dan rumah geladak pada tingkat pertama di atas geladak lambung timbul, dan pintu sekat depan rumah geladak pada tingkat ketiga atau lebih di atas geladak lambung timbul.

(12)

D

Pintu dinding samping dan dinding belakang bangunan atas dan rumah geladak pada tingkat kedua diatas geladak lambung timbul.

Sumber: Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor SNI 7362:2007

b) Syarat mutu bahan

Bahan harus sesuai Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Keterangan bahan pintu baja kedap cuaca

NO BAGIAN BAHAN

1 Pelat pintu JIS G 3101-SS41* 2 Penahan gasket Pelat baja

3 Gasket Karet sintetis tahan lama

4 Penegar JIS G 3101-SS41*

5 Ambang JIS G 3101-SS41*

Keterangan * SS41 dikenali menjadi SS400 sejak Januari 1991.

Sumber: Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor SNI 7362:2007 c) Konstruksi, bentuk, dan ukuran

(1) Bukaan ke kanan (R) harus diartikan pintu

dibuka ke arah kanan dan bukaan ke kiri (L) pintu dibuka ke arah kiri.

(2) Ukuran dari lubang pintu dan pintu, ketebalan dari pelat pintu dan ukuran penegar sesuai Tabel 2.3.

(3) Perlengkapan pada pintu sesuai JIS F 2330.

(4) Gambar 1 sampai Gambar 8 menunjukkan

bukaan ke kanan (R), dan sebaliknya bukaan ke kiri (L) .

(5) Pintu harus dilengkapi dengan gagang

pengunci, penahan penjepit dan kait sesuai keperluan.

(13)

d) Syarat Penandaan

Pintu harus diberi tanda pada bagian yang mudah dilihat dengan mencantumkan : Nama/Logo perusahaan, tipe, nomor nominal dan arah bukaan. e) Cara Penunjukan

Pintu ditunjuk dengan mencantumkan nama, kelas, nomor nominal, tebal pelat pintu, ukuran penegar, arah bukaan atau nomor SNI.

CONTOH Pintu baja kedap cuaca untuk kapal

kecil A 6-75 x 6 R atau SNI 7362 A 10506-6-75 x 6 R.

(14)

Tabel 2.3 Ukuran pintu (Satuan dalam millimeter) N o N o m in a l U k u ra n lu b a n g p in tu U k u ra n p in tu

Klasifikasi A Klasifikasi B Klasifikasi C Klasifikasi D

T eb a l p el a t p in tu p en eg a r T eb a l p el a t p in tu p en eg a r T eb a l p el a t p in tu p en eg a r T eb a l p el a t p in tu p en eg a r L 9 0 m L < 9 0 m L 5 0 m L < 9 0 m L 9 0 m L < 9 0 m L 5 0 m L < 9 0 m L 5 0 m L < 9 0 m 1050 1000x500 1040x540 5,5 6 65x4,5 75x6 4,5 5 50x4,5 65x4,5 4,5 5 50x4,5 4,5 50x4,5 1150 1100x500 1140x540 5,5 6 65x4,5 75x6 4,5 5 50x4,5 65x4,5 4,5 5 50x4,5 4,5 50x4,5 1155 1100x550 1140x590 5,5 6 65x4,5 75x6 4,5 5 50x4,5 65x4,5 4,5 5 50x4,5 4,5 50x4,5 1160 1100x600 1140x640 5,5 6 65x4,5 75x6 4,5 5 50x4,5 65x4,5 4,5 5 50x4,5 4,5 50x4,5 1250 1200x500 1240x540 5,5 6 65x4,5 75x6 4,5 5 50x4,5 65x4,5 4,5 5 50x4,5 4,5 50x4,5 1255 1200x550 1240x590 5,5 6 65x4,5 75x6 4,5 5 50x4,5 65x4,5 4,5 5 50x4,5 4,5 50x4,5 1260 1200x600 1240x640 5,5 6 65x4,5 75x6 4,5 5 50x4,5 65x4,5 4,5 5 50x4,5 4,5 50x4,5 1350 1300x500 1340x540 5,5 6 65x4,5 75x6 4,5 5 50x4,5 65x4,5 4,5 5 50x4,5 4,5 50x4,5 1355 1300x550 1340x590 5,5 6 65x4,5 75x6 4,5 5 50x4,5 65x4,5 4,5 5 50x4,5 4,5 50x4,5 1360 1300x600 1340x640 5,5 6 65x4,5 75x6 4,5 5 50x4,5 65x4,5 4,5 5 50x4,5 4,5 50x4,5 1455 1400x550 1440x590 5,5 6 65x4,5 75x6 4,5 5 50x4,5 65x4,5 4,5 5 50x4,5 4,5 50x4,5 1460 1400x600 1440x640 5,5 6 65x4,5 75x6 4,5 5 50x4,5 65x4,5 4,5 5 50x4,5 4,5 50x4,5

(15)

Tabel 2. 4 Ukuran Berat

No Nominal

Berat Terhitung (Kg)

Klasifikasi A Klasifikasi B Klasifikasi C Klasifikasi D

L≤50m L<90m L≤50m L<90m L≤50m L<90m 1050 26,6 29,1 21,8 24,2 21,5 23,9 21,5 1150 29,2 31,8 23,9 26,5 23,5 26,1 23,5 1155 31,7 34,6 26,0 28,9 25,6 28,4 25,6 1160 34,3 37,4 28,1 31,2 27,7 30,8 27,7 1250 31,7 34,6 25,9 28,8 25,6 28,4 25,6 1255 34,5 37,6 28,2 31,3 27,8 30,9 27,8 1260 37,3 40,6 30,5 33,9 30,1 33,4 30,1 1350 34,2 37,4 28,0 31,1 27,6 30,7 27,6 1355 37,2 40,6 30,5 33,8 30,1 33,4 30,1 1360 40,2 43,9 32,9 36,5 32,5 36,1 32,5 1455 40,0 43,6 32,7 36,4 32,3 35,9 32,3 1460 43,2 47,1 35,3 39,3 34,9 38,8 34,9

(16)

Keterangan:

1. L panjang kapal sesuai dengan peraturan untuk Konstruksi Kapal Baja 2. Pintu yang berpenegar satu masuk klasifikasi D, yang berpenegar dua

masuk klasifikasilainnya.

3. Berat terhitung hanya menunjukkan berat pelat pintu. 4. Tebal pelat pintu menunjukkan nilai minimumnya.

5. Tebal pelat pintu untuk kapal pelayaran pedalaman dapat dikurangi 0,5 mm dari nilai yang tertera di atas. Tebal minimum adalah 4,5 mm.

Gambar 2.1 Klasifikasi A dan B (Clip tipe A)

Keterangan : 1. Jarak pemasangan penegar pada pintu yaitu tinggi dari lubang pintu dibagi tiga bagian yang sama

2. Radius sudut R 100 menunjukkan ukuran dari ambang pintu pada sekat

Posisi tengah clip tipe A Ukuran Pelat Pintu

35 x 15 Gasket

(17)

Gambar 2.2 Klasifikasi A dan Klasifikasi B (Clip tipe B)

Keterangan : 1. Jarak pemasangan penegar pada pintu yaitu tinggi dari lubang pintu dibagi tiga bagian yang sama

2. Radius sudut R 100 menunjukkan ukuran dari ambang pintu pada sekat

Posisi tengah clip tipe A

Ukuran Pintu

Ukuran Lubang Pintu 35 x 15

(18)

Gambar 2.3 Klasifikasi C (clip tipe A)

Keterangan : 1. Jarak pemasangan penegar pada pintu yaitu tinggi dari lubang pintu dibagi tiga bagian yang sama

2. Radius sudut R 100 menunjukkan ukuran dari ambang pintu pada sekat

Posisi tengah tipe A

Ukuran Lubang Pintu

Ukuran Pintu 35 x 15

(19)

Gambar 2.4 Klasifikasi C (Clip tipe B)

Keterangan : 1. Jarak pemasangan penegar pada pintu yaitu tinggi dari lubang pintu dibagi tiga bagian yang sama

2. Radius sudut R 100 menunjukkan ukuran dari ambang pintu pada sekat

Posisi tengah clip tipe B Ukuran Pintu

35 x 15 Gasket

(20)

Gambar 2.5 Klasifikasi D (Clip tipe A)

Posisi tengah clip tipe A Ukuran Pintu

35 x 15 Gasket

Ukuran Lubang Pintu

Keterangan : 1. Jarak pemasangan penegar pada pintu yaitu tinggi dari lubang pintu dibagi tiga bagian yang sama

(21)

Gambar 2.6 Gambar detail yang menunjukkan bagian dari Rim Klasifikasi

A dan B

Keterangan :

1. Ukuran yang ditandai dengan * dapat dirubah

2. Profil pelat dapat digunakan untuk ambang sebagai pengganti profil sudut

3. Ketebalan dari penahan gasket harus sama dengan pelat pintu 4. Ukuran dalam tanda kurung menunjukkan clip tipe B

Ukuran Pintu

Ketebalan pelat pintu

(22)

2. Standar Sistem Peranginan Dalam Kamar Mesin Kapal Penumpang dan Kapal Penumpang Ro-Ro

Uraian tentang Standar Sistem Peranginan Dalam Kamar Mesin Kapal Penumpang dan Kapal Penumpang Ro-Rodalam SOLAS tidak diuraikan secara khusus sebagaimana yang terdapat dalam kapal penumpang dan kapal penumpang Ro-Ro seperti gambaran standar tersebut di atas. Namun demikian gambaran-gambaran yang mendekati dapat dipaparkan sebagai berikut yang dapat digunakan sebagai acuan referensi awal. Dalam aturan yang dikeluarkan oleh SOLAS dapat digambarkan sebagai berikut.

a. Peraturan 25 SOLAS

Sistem ventilasi

1) Pada umumnya, kipas-kipas ventilasi harus dipasang sedemikian rupa sehingga saluran-saluran yang menjangkau berbagai ruangan, tetap ada di dalam zona vertikal utama;

2) Jika sistim ventilasi menembus geladak-geladak, harus dilakukan tindakan pengamanan, di samping tindakan-tindakan yang berkaitan dengan keutuhan kebakaran geladak yang disyaratkan oleh Peraturan 23 Bab ini, untuk mengurangi kemungkinan asap dan gas-gas panas menerobos dari satu ruang geladak antara ke ruang geladak antara yang lain melalui sistim itu. Di samping syarat-syarat isolasi yang ditetapkan di dalam peraturan ini, saluran-saluran vertikal, jika dianggap perlu harus diisolasi sebagaimana yang ditetapkan dalam tabel-tabel bersangkutan di dalam peraturan 20 Bab ini;

3) Lubang-lubang masuk dan lubang-lubang keluar utama dari semua sistim ventilasi harus dapat ditutup dari luar ruangan yang mendapat ventilasi;

4) Kecuali di dalam ruang-ruang muat, saluran-saluran ventilasi harus dibangun dari bahan-bahan berikut: a) Saluran-saluran dengan penampang melintang

tidak kurang dari 0.075 m2 (116 inci persegi) dan semua saluran vertikal yang melayani lebih dari suatu ruangan geladak antara tunggal, harus dikonstruksi dari baja atau bahan lain yang sepadan;

b) Saluran-saluran dengan penampang melintang kurang dari 0.075 m2 (116 inci persegi) harus

(23)

dikontruksi dari bahan-bahan yang tidak dapat terbakar. Jika saluran-saluran demikian menembus divisi-divisi klas A atau B harus diperhatikan benar-benar untuk menjamin integritas kebakaran divisi.

c) Saluran-saluran pendek dengan penampang melintang pada umumnya tidak lebih dari 0.02 m2 (31 inci persegi) atau yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter (79 inci), tidak perlu dari bahan yang tidak dapat terbakar, dengan ketentuan bahwa semua syarat-syarat berikut ini dipenuhi:

(1) Saluran dikonstruksi dari bahan dengan resiko kebakaran terbatas yang disetujui Badan Pemerintah;

(2) Saluran hanya digunakan di ujung akhir dari sistim ventilasi; dan

(3) Saluran tidak ditempatkan dengan jarak yang kurang dari 0.6 meter (24 inci), diukur sepanjang saluran itu sampai ke penembusan divisi klas A atau B, termasuk langit-langit klas B menerus.

5) Jika ruang tertutup tangga tapak diberi ventilasi, saluran atau saluran-saluran (jika ada) harus diambil dari kamar kipas terpisah dari saluran-saluran lain di dalam sistim ventilasi dan tidak boleh melayani ruangan lain yang manapun;

6) Semua ventilasi dengan tenaga, kecuali ventilasi ruang mesin dan ruang-ruang muat dan sistim pengganti apapun yang mungkin dipersyaratkan oleh paragraph h peraturan ini, harus dipasang alat-alat pengawas yang dikelompokkan sedemikian sehingga semua kipas dapat dihentikan dari manapun dari dua kedudukan terpisah yang harus ditempatkan sejauh yang dapat dilaksanakan. Alat-alat pengawas untuk ventilasi dengan tenaga yang melayani ruang-ruang mesin harus juga dikelompok-kelompokkan sedemikian rupa sehingga dapat dilayani dari dua kedudukan, satu diantaranya harus ada di luar ruangan-ruangan demikian. Kipas-kipas yang melayani sistim-sistim ventilasi dengan tenaga di ruang muat harus dapat diberhentikan dari temapt yang aman di luar ruangan-ruangan demikian.

(24)

7) Sistim ventilasi yang melewati ruang-ruang akomodasi atau ruangan-ruangan berisikan bahan-bahan yang dapat terbakar, saluran-saluran buang dari dapur masak harus dengan konstruksi divisi-divisi kelas A. Masing-masing saluran buang harus dipasangi:

a) penahan gemuk yang mudah dilepas untuk dibersihkan;

b) katup peredam kebakaran yang ditempatkan di ujung bawah saluran;

c) penataan-penataan yang dapat dilayani dari dalam ruang masak, untuk penutupan kipas buang; dan d) sarana-sarana yang dipasang tetap untuk

memadamkan api di dalam saluran.

8) Pengaturan-pengaturan demikian jika dapat dilaksanakan harus diambil berkenaan dengan stasiun-stasiun pengawasan di luar ruang-ruang mesin untuk menjamin bahwa ventilasi, penglihatan dan keadaan bebas asap dipertahankan, sehingga bila terjadi kebakaran, permesinan dan perlengkapan yang ada di dalamnya dapat diawai dan terus berfungsi secara efektif. Sarana-sarana pengganti dan terpisah dari prnyaluran udara harus diperlengkapkan, pemasukan-pemasukan udara dari dua sumber penyaluran harus dipasang sedemikian rupa sehingga resiko kedua pemasukan untuk menarik asap secara bersamaan hingga serendah-rendahnya. Atas keputusan Badan Pemerintah, syarat-syarat demikian tidak perlu diterapkan bagi stasiun-stasiun pengawasan yang terletak di, dan lubang-lubang di geladak terbuka, atau dimana penataan-penataan penutupan setempat harus mempunyai daya guna yang sama;

9) Saluran-saluran yang diadakan untuk ventilasi ruang-ruang mesin katagori A pada umumnya tidak boleh melalui ruang akomodasi, ruang pelayanan atau stasiun-stasiun pengawasan, kecuali jika Badan pemerintah memberi keringanan terhadap syarat-syarat ini, dengan ketentuan bahwa:

a) Saluran-saluran dikonstruksi dari baja, dan diisolasi sesuai dengan standar A-60, atau

b) Saluran-saluran dikonstruksi dari baja dan dipasangi katup peredam kebakaran otomatis di dekat batas yang ditembus dan diisolasi sesuai

(25)

dengan standar A-60 dari ruang mesin sampai ke suatu titik yang sekurang-kurangnya 5 meter (16 kaki) setelah katup peredam kebakaran.

10) Saluran-saluran untuk ventilasi ruang-ruang akomodasi, ruang-ruang pelayanan, atau stasiun-stasiun pengawasan pada umumnya tidak boleh melewati ruang-ruang mesin kategori A, kecuali jika badan pemerintah memberi keringanan terhadap syarat ini, dengan ketentuan bahwa saluran-saluran itu harus dibuat dari baja atau dipasangi katup peredam kebakaran otomatis di dekat batas-batas yang ditembus.

b.Peraturan 30 SOLAS

Sistem ventilasi

1) Untuk ruangan-ruangan kategori khusus harus ada sistim

ventilasi dengan tenaga efektif yang cukup memberi sekurang-kurangnya 10 kali pertukaran udara setiap jam. Sistim ventilasi untuk ruangan-ruangan demikian harus benar-benar terpisah dari sistim ventilasi lain dan harus dalam keadaan jalan pada setiap saat bilamana di dalam ruangan demikian ada kendaraan. Badan pemerintah dapat mensyaratkan untuk menambah jumlah pertukaran udara bilamana kendaraan-kendaraan sedang dinaikkan atau sedang diturunkan.

2) Ventilasi harus sedemikian rupa sehingga dapat

mencegah terjadinya lapisan udara dan terbentuknya kantong-kantong udara.

3) Di anjungan harus dilengkapi dengan sarana-sarana

untuk menunjukkan hilang atau berkurangnya kapasitas ventilasi yang disyaratkan.

4) Ketentuan-ketentuan tambahan yang hanya berlaku bagi

ruangan-ruangan katagori khusus yang ada di atas geladak sekat.

c. Peraturan 31 SOLAS

Sistem ventilasi

1) Di dalam setiap ruang muat demikian harus dilengkapi dengan sistim ventilasi dengan tenaga yang efektif yang cukup memberikan sekurang-kurangnya 10 kali pertukaran udara dalam setiap jam. Sistim untuk ruang-ruang muat demikian harus sama sekali terpisah dari

(26)

saat bilamana di dalam ruang-ruang demikian ada kendaraan-kendaraan.

2) Ventilasi itu harus demikian rupa untuk dapat mencegah terbentuknya lapisan udara dan terbentuknya kantong-kantong udara.

3) Di anjungan navigasi harus dilengkapi dengan sarana-sarana untuk menunjukan setiap adanya kehilangan atau berkurangnya kapasitas ventilasi yang dipersyaratkan.

d.Peraturan 45 SOLAS

Sistem ventilasi

Ventilasi dengan tenaga di ruang-ruang mesin harus dapat dihentikan dari suatu posisi di luar ruang-ruang mesin yang dapat dijangkau dengan mudah.

e. Peraturan 45 SOLAS

Ventilasi

1) Tata susunan dan penempatan bukaan-bukaan di geladak tangki muat darimana dapat terjadi keluar gas harus sedemikian rupa sehingga dapat menurunkan hingga serendah-rendahnya kemungkinan masuknya gas ke dalam ruangan-ruangan tertutup yang mengandung sumber penyalaan, atau mengumpul di sekitar permesinan dan perlengkapan geladak yang dapat mengakibatkan terjadinya bahaya penyalaan kebakaran. Bagaimanapun juga ketinggian lubang buang di atas geladak dan kecepatan keluarnya gas itu harus ditentukan berdasarkan jarak setiap lubang buang dari bukaan lubang rumah geladak atau sumber penyalaan manapun.

2) Tata susunan lubang-lubang masuk dan lubang-lubang buang dari ventilasi dan bukaan-bukaan lubang rumah geladak dan bukaan bukaan batas bangunan atas dan bukaan-bukaan lainnya harus sedemikian sehingga melengkapi ketentuan-ketentuan paragraph (a) peraturan ini. Ventilasi demikian. Khususnya untuk ruang-ruang permesinan harus ditempatkan sejauh praktis dapat dilaksanakan. Dalam hal ini pertimbangan harus diberikan bilamana kapal diperlengkapi untuk memuat atau membongkar di buritan. Sumber-sumber penyalaan seperti perlengkapan listrik harus ditata sedemikian untuk menghindari bahaya ledakan.

(27)

3) Kamar-kamar pompa muat harus dengan ventilasi mekanik dan buangan-buangan dari kipas-kipas buang harus disalurkan ke suatu tempat yang aman di geladak terbuka. Ventilasi ruangan-ruangan ini harus memiliki kapasitas yang cukup untuk mengurangi hingga serendah-rendahnya kemungkinan terkumpulnya uap-uap yang dapat menyala. Jumlah pergantian udara harus sekurang-kurangnya 20 kali setiap jam, dengan dasar isi kotor ruangan. Saluran-saluran udara harus ditata sedemikian sehingga semua ruangan memperoleh ventilasi secara efektif. Ventilasi harus dari tipe isap.

f. Peraturan 76 SOLAS

Sistim ventilasi

1) Semua ventilasi dengan tenaga, kecuali ventilasi ruang muat dan ruang permesinan, harus dilengkapi dengan pengawasan-pengawasan induk yang ditempatkan sedemikian di luar ruangan permesinan di posisi-posisi yang dapat dijangkau dengan mudah dan cepat, sehingga tidak perlu mendatangi lebih daripada 3 stasiun untuk menghentikan semua kipas ventilasi ke ruangan-ruangan yang selain ruang-ruang permesinan dan ruang-ruang muat. Ventilasi ruang permesinan harus dilengkapi dengan pengawasan induk yang dapat dilayani dari suatu posisi di luar ruang permesinan.

2) Isolasi yang efisien harus dikenakan pada saluran-saluran buang dari dapur masak, di mana saluran-saluran-saluran-saluran buang itu menerobos ruang-ruang akomodasi.

3. Standar Ruang Kabin Penumpang Kapal Ro-Ro yang

Berlayar di Laut Lebih dari 8 Jam.

a. Umum

Dasar pemikiran penyusunan Standar Ruang Kabin Penumpang Kapal Ro-Ro yang Berlayar di Laut Lebih dari 8 Jam adalah persyaratan pelayanan minimal kapal penyeberangan secara teknis dan aspek kenyamanan pelanggan penumpang diatur di dalam Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. AP.005/3/13/DPRD/94 tentang Petunjuk Teknis Persyaratan Pelayanan Minimal Kapal Sungai, Danau dan Penyeberangan serta Keputusan

Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. .SK.73/AP005/DRJD/2003 tentang Persyaratan Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan.

(28)

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK 73/AP005/DRJD/2003 tentang Persyaratan Minimal Angkutan Penyeberangan Perusahaan angkutan penyeberangan yang melakukan usaha angkutan penyeberangan harus memenuhi persyaratan pelayanan untuk penumpang, pemuatan kendaraan dikapal penyeberangan, kecepatan kapal dan pemenuhan jadwal operasi kapal.Secara garis besar Keputusan Direktur Jenderal PerhubunganDarat No. SK.73/AP005/DRJD/2003 mengatur hal-hal sebagai berikut:

1) Persyaratan pelayanan untuk penumpang;

2) Persyaratan pelayanan untuk pemuatan kendaraan diatas kapal penyeberangan;

3) Persyaratan pelayanan kecepatan kapal, dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :

a) Kapal pelayanan ekonomi untuk kendaraan mempunyai kecepatan pelayanan (service speed) sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) knot per jam; b) Kapal pelayanan non-ekonomi untuk kendaraan

mempunyai kecepatan rata-rata pelayanan (service speed) sekurang kurangnya 15 (limabelas) knot. 4) Persyaratan pelayanan pemenuhan jadwal kapal,

meliputi hal-hal berikut ini: a) Jadwal perjalanan kapal, b) Jadwal siap operasi (stand by), c) Jadwal istirahat (off),

d) Jadwal docking.

Persyaratan pelayanan untuk penumpang dapat diuraikan lebih detail menjadi beberapa bagian dibawah ini :

(1) Persyaratan pelayanan kenyamanan penumpang terdiri dari ;

(a) Waktu atau lama berlayar, terdiri dari : Kategori 1, lama pelayaran s/d 1 jam, Kategori 2, lama pelayaran 1 s/d 4 jam, Kategori 3, lama pelayaran 4 s/d 8 jam, Kategori 4, lama pelayaran 8 s/d 12 jam,

(29)

Kategori 5, lama pelayarandiatas 12 jam. (b) Waktu turun naik penumpang dan/atau

bongkar muat kendaraan,

( c) Kelas– kelas tempat duduk penumpang, dibedakan menjadi beberapa bagian :

Tempat duduk kelas ekonomi,

Tempat duduk kelas non-ekonomi bisnis, Tempat duduk kelas non-ekonomi eksekutif. (2) Persyaratan konstruksi kapal untuk pelayanan

penumpang, dibedakan menjadi beberapa bagian : (a) Luas Ruangan,

(b) Tempat penumpang,

Penumpang geladak terbuka, Penumpang geladak tertutup, Penumpang kamar.

(c) Tempat duduk,

(d) Gang / jalanlewat orang,

(e) Kamar mandi dan WC / peturasan, (f) Sistem lubang angin / ventilasi, (g) Dapur dan kantin / kafetaria, (h) Ruang publik (public area).

(3) Persyaratan jalan penumpang keluar/masuk kapal (gangway).

Dalam kegiatan turun naik penumpang harus dapat tercipta kondisi yang tertib, lancar, teratur, aman dan nyaman dengan demikian jalan keluar masuk kapal harus sesuai dengan jumlah penumpang yang akan turun naik kapal.

b. Ruangan dan Fasilitas

Sedangkan persyaratan minimal konstruksi kapal untuk pelayanan penumpang pada kapal ferry Ro-Ro adalah sebagai berikut:

1) Luas ruangan:

Luas lantai tempat duduk/tempat tidur penumpang kurang lebih 60% luas geladak ruangan.

(30)

2) Penumpang:

a) Penumpang geladak terbuka:

- luas lantai untuk kursi/bangku per orang berukuran 0,30-0,45 m2

b) Penumpang geladak tertutup:

(1) Tinggi tenda/atap minimal 1,90m;

(2) Luas lantai untuk kursi/bangku per orang berukuran 0,30-0,65 m2

c) Penumpang kamar:

(1) Kapasitas maksimal tiap kamar untuk 6 (enam) orang;

(2) Harus mempunyai tempat tidur tetap, berukuran minimal 1,80 m panjang dan 0,70 m lebar;

(3) Luas lantai per orang minimal 1,36 m2

Khusus untuk kapal-kapal sungai karena keterbatasan ruangan, diperboleh membuat ruangan tidur secara tatami(tanpa ranjang/bed) dengan luas lantai per orang minimal 1,26 m2.

3) Tempat duduk; a) Bangku :

(1) Tempat duduk memanjang yang menjadi satu, tanpa sekat sandaran tangan;

(2) Kapasitas tiap bangku tidak boleh melebihi 6 orang untuk satu sisi keluar menuju gang/jalan lalu orang;

(3) Luas bangku per orang minimal 0,30 m2 (4) Bangku dapat ditempatkan pada ruangan

penumpang geladak terbuka. b) Kursi :

(1) Tempat duduk bersandaran tangan untuk masing-masing penumpang dan ditempatkan secara berderet;

(2) Luas ukuran kursi minimal 0,30 m2 tiap kursi; c) Kursi reklining (reclining seat) :

(31)

(1) Tempat duduk dengan sandaran pungung yang dapat diatur dan ditempatkan pda ruangan penumpang geladak tertutup, yang merupakan tempat duduk kelas bisnis dan eksekutif ; (2) Luas ukuran kursi minimal 0,50 m2 tiap kursi; Ukuran dari kursi untuk penumpang kapal ferry Ro-Ro sesuai dengan klasifikasi waktu berlayar dan fasilitasnya diperlihatkan dalam Tabel 2.5

Tabel 2.5 Fasilitas Ruang Akomodasi Penumpang

N o . J a m Be la y a r K el a s Te m p a t D u k u k /Lu a sm 2 U ri n o ir /W C K .M a n d i S is te m S ir k u la si U d a ra P . A d d re se r M u si k C C TV V id eo 1 Sampai dengan 1,0 jam Ekonomi Geladak Terbuka Bangku/0, 3 m2 Urinoir/ WC Terbuka ada - Geladak Tertutup Bangku/0, 3 m2 Urinoir/ WC Terbuka ada - Bisnis Kursi /0,4 m2 Urinoir/ WC Fan ada - 2 Diatas 1,0 jam s/d 4 jam Ekonomi Bangku/0, 3 m2 Urinoir/ WC Terbuka Ada Bisnis Kursi /0,4 m2 Urinoir/ WC

Fan Ada Ada

Eksekutif K.Reklini ng/0,5 m2 Urinoir/ WC AC Ada Ada 3 Diatas 4 jam s/d 8 jam Ekonomi Bangku/0, 3 m2 Urinoir/ WC

Fan Ada Ada

Bisnis Kursi /0,4 m2

Urinoir/ WC

Fan/AC Ada Ada

Eksekutif K.Reklini ng/0,5 m2

Urinoir/ WC

(32)

4 Diatas 8 jam s/d 12 jam Ekonomi Bangku/0, 3 m2 Urinoir/ WC

Fan Ada Ada

Bisnis Kursi /0,4 m2

Urinoir/ WC

Fan/AC Ada Ada

Eksekutif K.Reklini ng/0,5 m2 Urinoir/ WC/KM AC Ada Ada 5 Diatas 12 jam Ekonomi Bangku/0, 3 m2 Urinoir/ WC

Fan Ada Ada

Bisnis Kursi /0,4 m2

Urinoir/ WC

Fan/AC Ada Ada

Eksekutif K.Reklini ng/0,5 m2 Urinoir/ WC/KM AC Ada Ada Sumber : SK 73/AP005/DRJD/2003

d) Gang/jalan melintas untuk orang/penumpang : jarak antara(lebar) dari gang tempat untuk melintas orang/penumpang, adalah sebagai berikut :

(1) Sampai dengan100 penumpang, jarak minimal 0,80 m;

(2) Di atas 100 penumpang, jarak minimal 1,00 m; (3) Di atas 1.000 penumpang, jarak minimal 1,20

m;

(4) Sudut kemiringan tangga penumpang yang menghubungkan antar geladak, tidak boleh melebihi 45o.

e) Kamar mandi dan WC/kakus :

untuk penumpang harus tersedia kamar madi dan wc/kakus, dengan jumlah minimal sebagai berikut : (1) Dari 12 sampai 50 penumpang, 2 kamar mandi dan wc/kakus, selanjutnya untuk setiap 50 atau bagian dari 50 penumpang sampai 500 penumpang, harus ada tambahan 1 kamar mandi dan wc/kakus;

(33)

(2) Lebih dari 500 penumpang, untuk setiap 100 atau bagian dari 100 penumpang, harus ada tambahan 1 wc/kakus

(3) Kamar mandi dan wc/kakus dibagi untuk pria dan wanita, serta harus dilengkapi dengan dinding-dinding pemisah yang cukup;

(4) Harus terdapat persediaan air pada tempat-tempat air dengan jumlah sedikitnya 1/6 dari jumlah kamar mandi dan wc/kakus, sejauh perlengkapan kamar mandi dan wc/kakus masih belum memenuhi hal tersebut secara cukup;

(5) Untuk kapal dengan penumpang tidak lebih dari 12 orang, paling sedikit harus ada satu kamar mandi dan satu wc/kakus bagi awak kapal, yang harus dapat digunakan juga untuk penumpang;

(6) Untuk kapal yang melayani kategori 3 dan 4 (pembagian menurut jam berlayar), harus tersedia cukup waktu bagi penumpang untuk mandi;

(7) Kamar mandi dan wc/kakus karus terpisah dari ruang akomodasi dengan baik dan ruang-ruang tersebut harus cukup luas serta cukup sirkulasi udaranya, dengan penataanruangan dan konstruksi sehingga memudahkan penyaluran air dan kotoran dalam pembersihanya.

f) Sistem lubang angin/ventilasi udara dan penerangan :

(1) Ruang akomodasi penumpangharus diberikan lubang angin/ventilasi udara yang cukup; (2) Ruang akomodasi penumpang di geladak

tertutup, harus memakai sistem penghisapan (exhaust) dan sirkulasi udara minimal 10 kali per jam;

(3) Ruang akomodasi penumpang kelas bisnis dan eksekutif, harus memakai fan atausistem air conditioning (penyejuk ruangan);

(4) Ruang akomodasi penumpang harus mendapat cukup cahaya melalui kaca pada

(34)

tingkap-tingkap sisi, atau melalui kaca-kaca lain yang dipasang untuk itu;

(5) Pada malam hari tiap-tiap ruangan harus diberi penerangan yang cukup;

(6) Kapal yang berukuran di atas 2.500 m3 keatas harus menyediakan ruanganuntuk keperluan perawatan orang sakit (klinik & kamar perawatan) dengan sistem ventilasi udara tersendiri, begitu pula untuk pembuangan air dan kotoran harus dengan sistem pencuci kuman sebelum dibuang keluar kapal.

g. Dapur dan kafetaria :

(1) Dapur tidak boleh ditempatkan di geladak kendaraan (car deck);

(2) Dapur harus mempunyai sistem lubang angin/ventilasi udara dan pembuangan air kotor yang terpisah dengan ruang akomodasi;

(3) Kompor yang digunakan harus jenis kompor listrik;

(4) Bila menggunakan sistem pembakaran dengan gas, tangki penyimpan gas harus terpisah dan pada saliran gas masuk harus dipasang minimal satu buah keran penutup cepat(shut-off valve) yang terletak diluar ruang dapur;

(5) Untuk pelayanan penumpang, diizinkan penempatan kafetaria di ruang penumpang; (6) Kafetaria harus menggunakan kompor/alat

pemanas listrik;

(7) Sistem lubang angin/ventilasi udara dan pembuangan air kotorharus terpisah dengan ruang penumpang;

(8) Pengelola/petugas kafetaria wajib menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan

h. Ruang rekreasi (public area) dan ruang ibadah : (1) Kapal yang memuat lebih dari 50 penumpang,

dapat menyediakan ruangan terbuka untuk tempat santai/rekreasi bagi penumpang;

(2) Kapal penumpang wajib menyediakan ruangan untuk tempat ibadah, dengan luas yang sesuai

(35)

jumlah penumpang dan ruang kapal yangtersedia, serta harus selalu dijaga kebersihan dan kerapihannya.

4. Standar Ruang Muatan Barang dan Kendaraan pada

Kapal Penumpang Ro-Ro

Uraian tentang Standar Ruang Muatan Barang dan Kendaraan pada Kapal Penumpang Ro-Rodalam SOLAS maupun Non Convention Vessel Standard Indonesian Flagged,2009 tidak diuraikan secara eksplisit sebagaimana gambaran standar tersebut di atas. Namun demikian gambaran-gambaran yang mendekati dapat dipaparkan sebagai berikut yang dapat digunakan sebagai acuan referensi awal. Dalam aturan yang dikeluarkan oleh Non Convention Vessel Standard Indonesian Flagged,2009 dapat digambarkan sebagai berikut:

Pada umumnya pengertian tentang ruang muatan barang maupun kendaraan, posisinya berada di geladak kapal. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka terlebih dahulu ditelaah mengenai geladak itu sendiri dan cakupannya.

a. Aturan Dalam NCVS Bab II Tentang Konstruksi Geladak, adalah sebagai berikut:

1) Umum

Tebal pelat geladak tidak boleh kurang dari tebal yang diperlukan untuk mendapatkan kekuatan unsur konstruksi memanjang namun tidak boleh kurang dari 0,01 mm per mm jarak gading juga tidak boleh kurang dari yang diminta pada klausul ini.

2) Pelat geladak

Tebal pelat setiap geladak harus tidak boleh kurang dari yang diperoleh persamaan berikut:

=250 + 2,50 mms√h dimana:

t = tebal pelat geladak dalam mm s = jarak penegar dalam mm

h = tinggi beban dalam meter, ditentukan sebagai berikut:

a) Geladak atau sebagian geladak yang membentuk atas tangki, yang lebih besar dari berikut :

(36)

(1) Dua per tiga jarak dari atas tangki ke puncak pipa limpah.

(2) Dua per tiga jarak dari atas tangki ke geladak sekat atau geladak lambung timbul mana yang sesuai.

b) Untuk geladak dimana muatan atau barang ditempatkan, tinggi adalah tinggi geladak antara pada sisi kapal dimana berat muatan kurang dari atau setara dengan 720 kg/m3, jika berat muatan melebihi 720 kg/m3, tinggi muatan harus disesuaikan.

c) Untuk geladak terbuka yang ditempati muatan, tinggi muatan adalah 3,65 meter. Jika muatan geladak yang diangkut melebihi 2640 kg/m3, tinggi harus ditambah secara proporsional sesuai tambahan beban yang diterima konstruksi.

d) Di tempat lain tinggi harus diperoleh dari persamaan sebagai berikut:

(1) Geladak lambung timbul terbuka tanpa geladak di bawahnya

ℎ = 0,02 + 0,75

(2) Geladak lambung timbul terbuka yang memiliki geladak di bawahnya, geladak akil, geladak bangunan atas, di depan tengah kapal 0,50 L

ℎ = 0,02 + 0,50

(3) Geladak lambung timbul di dalam bangunan atas, setiap geladak di bawah geladak lambung timbul, geladak bangunan atas antara 0,25 L di depan dan 0,20 L di belakang tengah kapal

h= 0,01L + 0,60 meter

(4) Di tempat lain

h= 0,01L + 0,30 meter

3) Tambahan persyaratan untuk penguatan geladak kendaraan.

(37)

a) Beban roda

(1) Geladak mobil – roda tunggal pada setiap ujung poros : P = 0,5 kali beban sumbu dalam ton. Roda ganda pada tiap ujung poros : P = 0,4 kali beban sumbu dalam ton.

(2) Truk forklift dengan roda ban karet: (a) Dengan roda depan tunggal:

= 1,2V + Tn1 dimana:

P = kapasitas truk dalam ton V = berat truk forklift dalam

ton

T = kapasitas truk forklift dalam ton

n1 = jumlah roda depan tunggal

(b) Dengan dua roda depan: = 1,2V + T1,2n2 dimana:

P = kapasitas truk dalam ton V = berat truk forklift dalam ton T = kapasitas truk forklift dalam

ton

n2 = jumlah roda ganda

(3) Truk palet dengan ban baja

Penguatan tertentu harus dipasang terutama pada daerah dimana truk palet biasanya digunakan. Di luar daerah tersebut tebal pelat dapat dikurangi secara bertahap menjadi normal di daerah dimana truk jarang atau tidak pernah beroperasi.

(38)

b) Pelat geladak atau pelat alas dalam

(1) Pada geladak atau alas dalam yang dimuati kendaraan (mobil, truk dan lain-lain) tebal pelat tidak boleh kurang dari yang diperoleh dari persamaan berikut:

= k P (1 − 0,1#P) + 1 mm dimana:

P = beban roda dalam ton

k = 5,2 untuk roda dengan ban karet bertekanan

k = 6,0 untuk roda dengan ban karet pejal k = 7,8 untuk roda dengan ban baja persamaan untuk tebal pelat berlaku untuk

beban roda sampai 16 ton. Untuk beban roda yang lebih besar, tebal pelat ditentukan oleh otoritas yang berwenang. (2) Apabila jarak antar balok geladak melintang

atau membujur berbeda dari 700 mm, tebal pelat boleh dikoreksi dengan 6% untuk roda karet dan 3% untuk roda baja untuk setiap perbedaan 100 mm.

(3) Persamaan di atas didasarkan pada asumsi bahwa roda memiliki diameter normal (300 – 1000 mm untuk ban bertekanan, 100 – 300 mm untuk ban karet pejal, dan 75 – 100 mm untuk roda baja). Jika diameternya berbeda dari nilai tersebut, tebal pelat ditentukan oleh otoritas yang berwenang.

(4) Untuk jarak antara balok geladak atau pembujur geladak, dimensi roda, dan pengaturan penegar lainnya yang ekstrim, tebal pelat ditentukan oleh otoritas yang berwenang.

c) Balok geladak dan pembujur geladak

(1) Geladak kendaraan dapat memiliki balok geladak melintang atau membujur. Balok geladak melintang harus memiliki modulus

(39)

penampang melintang tidak kurang dari yang diperoleh persamaan berikut:

(a) Z = 5,2 &1 +(,)'* + ,-./0 1 < 2,5 (b) Z = (121 − 17) &1 +(,)'* + ,-./0 1 ≥ 2,5 dimana:

P = beban roda dalam ton

1 = jarak yang tidak ditumpu dari balok dalam meter

s = jarak antara balok dalam meter (2) Balok geladak melintang ditempat dimana

bongkar muat dilakukan oleh truk forklift dengan ban karet harus mempunyai modulus tidak boleh kurang dari yang diperaoleh persamaan berikut:

Z = 6,5 31 − 0,9)(1 +0,47 +5 ,

dimana:

P = beban roda dalam ton

1 = jarak yang tidak ditumpu dari balok dalam meter (untuk balok geladak yang tidak ditumpu oleh penumpu geladak atau pilar jarak yang tidak ditumpu harus ditambah 10%) s = jarak antara balok dalam meter

Uraian tentang Standar Ruang Muatan Barang dan Kendaraan pada Kapal Penumpang Ro-Rodari sisi sarana kapal Ro-Ro dapat dipaparkan sebagai berikut.

(40)

Gambar 2.7 KM. Mandiri Nusantara Setelah Terbakar dan lego

jangkar di perairan Gresik

a. Data Utama Kapal

Nama : KM.

Mandiri Nusantara Nama panggil/Call Sign : Y G U T

IMO Number : 7434614

Tipe : Ro-Ro

Passenger Klasifikasi (Classification Society) : PT. Biro

Klasifikasi Indonesia Panjang Keseluruhan (Length Over All) : 144.6 m Panjang Antara garis Tegak (LBP) : 136 m Lebar keseluruhan (Breadth Moulded) : 18.4 m

Tinggi (Height) : 7.2 m

Sarat Maxsimum (Maximum draught) : 5.09 m Kecepatan Operasional : 13 Kt

Tonase Kotor (GT) : 8257

(41)

Bahan Dasar Kontruksi : Baja Tempat Pembuatan (built at) : Naikai

Shipbuildin g Jepang Tahun Pembuatan : 1989 Pemilik : PT. Prima Vista, Surabaya Pelabuhan Pendaftaran : Surabaya

b. Data Mesin, Sistem Kelistrikan dan Sistem Propulsi

Mesin Utama (Main Engine)

Type : Mesin Diesel

Merek : Daihatsu Diesel Engine Jumlah : 8 Unit (6 DSM-32 L)

Daya (BHP) : 1600 Hp, 4 langkah kerja tunggal

RPM : 600 Rpm

Mesin Bantu (Auxiliary Engine)

Type : Mesin Diesel Merek/Model : 6 PSHT – 26 D Jumlah : 3 Unit

Daya (BHP) : 1x @600HP, 4 Stroke

Rpm : 1800 Rpm

Sistem Propulsi

Jenis Propulasi : Control Pitch Propeller Jumlah : 2 Unit

c. Awak Kapal

Berdasarkan daftar awak yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran, KM. Mandiri Nusantara diawaki oleh 34 orang dengan 3 orang tidak ikut berlayar (juru minyak, juru mudi dan koki). Awak dek kapal berjumlah 22 orang termasuk kru catering untuk pelayanan penumpang. Kru mesin terdiri atas 12 orang. Seluruh awak kapal telah mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang cukup untuk mengoperasikan kapal jenis KM. Mandiri Nusantaraini. Semua awak kapal juga telah

(42)

memiliki sertifikat basic safety training (BST) dan para perwiramya telah memiliki sertifikat advance fire fighting (AFF).

Tabel 2.6 Sertifikat dan Pengalaman Berlayar Perwira KM. Mandiri Nusantara

NO JABATAN IJAZAH

PELAUT/THN

PENGALAMAN BERLAYAR

1. Nakhoda ANT II/2001 6.5 thn 2. Mualim I ANT III/2002 2 thn 3. Mualim II ANT III/2003 2.5 thn 4. Mualim III ANT III/2003 2 bln 5. Kepala

Kamar Mesin

ATT II/2001 1.5 thn

6. Masinis I ATT III/2003 1.5 thn 7. Masinis II ATT IV/2001 1.5 thn 8. Masinis III ATT IV/2003 1.5 thn Keterangan: Pengalaman berlayar dimaksud adalah pengalaman untuk jenis

kapal dan rute kapal yang sama

d. Data Muatan Dan Penempatannya Penumpang

Sesuai dengan daftar penumpang yang dibuat oleh PT. Prima Vista, KM. Mandiri Nusantara, pada tanggal keberangkatan 29 Mei 2009 dengan lintasan Surabaya-Balikpapan, memuat penumpang sebanyak 286 jiwa dengan rincian sebagai berikut :

(43)

Tabel 2.7 Jumlah Penumpang di KM. Mandiri Nusantara Berdasarkan Daftar Penumpang dari PT. Prima Vista

NO KATEGORI JUMLAH

1. Penumpang Dewasa 278

2. Penumpang anak – anak 4

3. Penumpang Bayi 4

Total Penumpang 286

Sumber: PT. Prima Vista

e. Muatan barang dan Kendaraan bermotor

Pada saat kejadian, Selain muatan penumpang KM. Mandiri Nusantaramengangkut muatan dalam bentuk kemasan dan kendaraan bermotor.

Muatan-muatan ini dibawa oleh penumpang dan ada juga yang dibawa oleh kurir kapal.

Sedangkan muatan yang lain adalah kendaraan bermotor antara lain truk besar, maupun truk sedang yang dimuati dengan muatan-muatan. Sebagai pelindung muatan rata-rata kendaraan tersebut telah ditutup rapat dengan terpal dan sulit untuk dibuka.

Dari informasi yang diperoleh dari perusahaan pemilik barang, jenis-jenis muatan yang diangkut oleh truk-truk tersebut adalah berupa permesinan, barang paket, sayuran, peralatan elektronik, peralatan pertambangan, tekstil dan lain sebagainya.

Berdasarkan surat pemeriksaan muatan kapal tiba/berangkat yang ditandatangani oleh Manajer cabang PT. Prima Vista tanggal 26 Mei 2009 dan diketahui oleh Syahbandar, jumlah kendaraan bermotor yang dimuat sebanyak 45 unit dengan rincian sebagai berikut:

(44)

Tabel 2.8 Daftar Muatan KM. Mandiri Nusantara

NO KENDARAAN NAIK DARI

SURABAYA

JUMLAH

1. Golongan II (Sepeda Motor) 4 2. Golongan III (Kendaraan Kecil/Sedan) 6 3. Golongan IV (Truk Sedang) 4 4. Golongan V (Truk Besar) 31

JUMLAH KENDARAAN 45

Sumber: PT. Prima Vista

f. Posisi Muatan, Kendaraan dan penumpang

Berdasarkan gambar rencana umum, KM. Mandiri Nusantaramempunyai 4 geladak. Geladak I merupakan geladak kendaraan yang dapat menampung 28 kendaraan sejenis truk besar. Geladak II dan III merupakan geladak akomodasi penumpang yang berupa ruangan untuk tempat tidur, sanitasi, ruang makan dan rekreasi.

(45)

Kendaraan–kendaraan tersebut diatur sedemikian rupa pada geladak kendaraan seperti yang terlihat pada sketsa berikut:

Gambar 2.9 Denah muatan kendaraan bermotor Geladak kendaraan

g. Peralatan Keselamatan

Berdasarkan surat pemeriksaan keberangkatan kapal yang dikeluarkan oleh kantor Administrator Pelabuhan Surabaya pada tanggal 29 Mei 2009, dan ditanda-tangani oleh petugas pemeriksa, peralatan keselamatan yang berada di atas kapal adalah sebagai berikut :

Tabel 2.9 Daftar Peralatan Keselamatan di KM. Mandiri Nusantara

NO JENIS ALAT-ALAT

KESELAMATAN

JUM LAH

KAPASITAS KET.

1. Sekoci Penolong (Life boat) 2 8 -

2. Rakit apung (Inflatable Lift Raft) 75 1753 -

3. Jaket Penolong (Life Jacket) 2451 - -

4. Pelampung Penolong (Life Buoy) 16 - -

5. Radio teleponi - - Terpasang

6. Pesawat penerima NAVTEX - - Terpasang

(46)

SARSAT)

8. Radar Transponder (SART) 2 - -

9. Two Way VHF Radio

Communication

2 - -

Sumber : Adpel Surabaya

h. Peralatan Pemadam Kebakaran

Sesuai ketentuan peraturan keselamatan kapal penumpang, KM. Mandiri Nusantaradipasangi serangkaian peralatan pemadam kebakaran dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2.10 Daftar Peralatan Pemadam Kebakaran di KM. Mandiri Nusantara

Sumber : PT. Prima Vista

Kapal juga dilengkapi dengan alat pemantau kebakaran (fire detector) yang terpasang pada tempat-tempat rawan kebakaran. Khususnya untuk geladak kendaraan, telah dipasang peralatan kebakaran tetap berupa hydrant berikut selang pemadam dan perpipaan pemadaman berikut sprinklernya. Untuk memudahkan pemantauan kondisi darurat kebakaran, geladak kendaraan dibagi menjadi 12 area. Masing-masing area tersebut

NO PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN

JUMLAH KET.

1. Fire hose yang dilengkapi selang

kebakaran 63 Roll

2. Pemadam Utama (CO2 Instalasi) 20 Tabung 3. Instalasi pipa pemadam api+Sprinkler

4. Pemadam Api ringan/Portable ( am Liquid, Foampowder, Dry Chemical, CO2 Portable)

155 Tabung

5. Pakaian Tahan Api 4 Set

(47)

mempunyai fire detector yang terhubung ke ruang control mesin. Pembagian area kebakaran di geladak kendaraan tersebut seperti yang ditunjuk pada sketsa berikut ini:

Gambar 2.10 Posisi pembagian area kebakaran di geladak kendaraan

Sementara itu sebagai pembanding sebagaimana dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Nomor: SK.73/AP005/DRJD/2003, tentang Persyaratan Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan, Pasal 3, Ayat (1) dikatakan bahwa setiap perusahaan angkutan penyeberangan harus memenuhi persyaratan pelayanan. Pada Ayat (2), pasal yang sama, dikatakan bahwa persyaratan pelayanan untuk pemuatan kendaraan di kapal penyeberangan sebagaimana termaktub dalam Pasal7Ayat 1 dinyatakan bahwa persyaratan pelayanan untuk pemuatan kendaraan di kapal penyeberangan, harus memenuhi persyaratan perlengkapan pintu rampa dan ruang kendaraan beserta fasilitasnya. Persyaratan-persyaratan tersebut, adalah sebagai berikut.

1) Pintu Rampa

Pintu Rampa terdiri dari 2 pintu yang dipasang di bagian haluan dan buritan (Tipe Ro-Ro) atau samping kiri dan kanan, yang berguna sebagai jalan keluar masuk kendaraan. Di lintas-lintas tertentu yang mempunyai peralatan tangga rampa samping (elevated side ramp), kapal yang melayani lintas tersebut harus mempunyai geladak atas untuk kendaraan (upper car deck) dan memuat dudukan

(48)

atau tumpuan untuk rampa dermaga, sehingga langsung dapat digunakan untuk jalan keluar masuk kendaraan.Spesifikasi pintu rampa adalah sebagai berikut:

Tabel 2.11 Spesifikasi Pintu Rampa Kapal Ferry Ro-Ro

Panjang Harus disesuaikan dengan kondisi prasarana yang dilayani;

Lebar Minimum 4 M;

Kecepatan Buka/Tutup Pintu

Membuka penuh tidak lebih dari 2 menit; Menutup penuh tidak lebih dari 3 Menit;

Daya dukung Harus mampu mendukung beban kendaraan minimal:

• Jumlah Berat yang Diperbolehkan (JBB) 17,50 Ton;

• Muatan Sumbu Terberat (MST) 8,0 Ton.

Khusus untuklintas penyeberangan Merak – Bakauheni, Ketapang – Gilimanuk, Padangbai – Lembar, Kahyangan – Pototano, dan Bajo’E – Kolaka, JBB 40,0 Ton dan MST 10,0 Ton. Ketentuan daya dukung tersebut harus disesuaikan dengan kapasitas lalulintas dan angkutan, serta daya dukung jalan raya yang akan dilalui.

Sumber: SK Dirjen Perhubungan Darat, Nomor: SK.73/AP005/DRJD/2003

2) Ruang Kendaraan

a) Lantai ruang kendaraan harus dirancang mampu menahan beban kendaraan minimal JBB 17,50 Ton dan MST 8,0 Ton untuk muatan berat atau truck, dan mampu menahan beban kendaraan minimal JBB 40,0 Ton dan MST 10,0 Ton untuk kapal yang beroperasi di lintas penyeberangan Merak – Bakauheni, Ketapang – Gilimanuk, Padangbai – Lembar, Kahyangan – Pototano, dan Bajo’E – Kolaka.

Gambar

Tabel 2.3 Ukuran pintu (Satuan dalam millimeter)
Tabel 2. 4  Ukuran Berat
Gambar 2.1  Klasifikasi A dan B (Clip tipe A)
Gambar 2.2  Klasifikasi A dan Klasifikasi B (Clip tipe B)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tata administrasi yang dilakukan KUA Kuwarasan terhadap laporan pernikahan janda hamil, prosedur penolakannya adalah dengan menyampaikan secara langsung kepada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atribut dari prosesor intel (atribut harga beli, daya tahan, kualitas, reputasi perusahaan, harga jual, inovasi, mudah didapatkan, merek

Kegiatan pada tahap peracancangan perangkat lunak ini adalah kegiatan konseptual untuk menentukan persyaratan teknis, perancangan antar muka, kemasan perangkat lunak, output

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa stres melalui Sing-a-Song Stress Test (SSST) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap selective attention pada

Microcehalus dapat menyebabkan terlihatnya progressive movement saat pemeriksaan motilitas spermatozoa akibat ukuran kepala yang kecil dan kemampuan ekor yang meningkat, sedangkan

Bila suatu kation dalam larutan ditukar dengan ion lain yang terikat pada resin dan valensinya tidak sama, maka afinitas ion yang valensinya lebih tinggi

Maka Tes bisa diakhiri dengan kembali pada Jadwal Tes kemudian Pilih Paket Tes yang akan diakhiri lalu Tekan tombol Selesai. Maka Kolom Waktu dan Durasi pada Jadwal tes Akan

Ma’had al-Jami’ah yang juga di sebut sebagai pesantren mahasiswa adalah salah satu lembaga dalam perguruan tinggi Islam yang bersifat komplementer yang mampu